Rencana Bapa yang bermaksud menyelamatkan semua orang (Lumen Gentium artikel 2)
Atas keputusan kebijaksanaan serta kebaikan-Nya yang sama sekali bebas dan rahasia, Bapa yang kekal menciptakan dunia semesta. Ia menetapkan, bahwa Ia akan mengangkat manusia untuk ikut serta menghayati hidup Ilahi. Ketika dalam diri Adam
Umat manusia jatuh, Ia tidak meninggalkan mereka, melainkan selalu membantu
mereka supaya selamat, demi Kristus Penebus, citra Allah yang tak kelihatan, yang sulung dari segala makluk (Kol 1:15). Adapun semua orang, yang sebelum segala zaman
telah dipilih oleh Bapa, telah dikenal-Nya dan ditentukan-Nya sejak semula, untuk
menyerupai citra putera-Nya, supaya Dialah yang menjadi sulung diantara banyak
saudara (Rom 8:29). Bapa menetapkan untuk menghimpun mereka yang beriman
akan Kristus dalam Gereja kudus. Gereja itu sejak awal dunia telah dipralambangkan, serta disiapkan dalam sejarah bangsa Israel dan dalam perjanjian lama. Gereja
didirikan pada zaman terakhir, ditampilkan berkat pencurahan Roh, dan akan disempurnakan pada akhir zaman. Dan pada saat itu seperti tercantum dalam karya tulis
para Bapa yang suci, semua orang yang benar sejak Adam, dari Abil yang saleh hingga
orang terpilih yang terakhir, akan dipersatukan dalam Gereja semesta dihadirat Bapa
Roh Kudus yang menguduskan Gereja (Lumen Gentium artikel 4)
Ketika sudah selesailah karya, yang oleh
Bapa dipercayakan kepada Putera untuk dilaksanakan didunia (lih Yoh 17:4),
diutuslah Roh Kudus pada hari Pentekosta, untuk tiada hentinya menguduskan
Gereja. Dengan demikian Umat beriman akan dapat mendekati Bapa melalui Kristus
dalam satu Roh (lih Ef 2:18). Dialah Roh kehidupan atau sumber air yang memancar
untuk hidup kekal (lih Yoh 4:14; 7:38-39). Melalui Dia Bapa menghidupkan orangorang yang mati karena dosa, sampai Ia membangkitkan tubuh mereka yang fana
dalam Kristus (lih Rom 8:10-11). Roh itu tinggal dalam Gereja dan dalam hati
Umat beriman bagaikan dalam kenisah (lih 1Kor 3:16; 6:19). Dalam diri mereka Ia
berdoa dan memberi kesaksian tentang pengangkatan mereka menjadi putera (lih
Gal 4:6; Rom 8:15-16 dan 26). Oleh Roh Gereja diantar kepada segala kebenaran
(lih Yoh 16:13), dipersatukan dalam persekutuan serta pelayanan, diperlengkapi dan
dibimbing dengan aneka kurnia hirarkis dan karismatis, serta disemarakkan dengan
buah-buah-Nya (lih Ef 4:11-12; 1Kor 12:4; Gal 5:22). Dengan kekuatan Injil Roh
meremajakan Gereja dan tiada hentinya membaharuinya, serta mengantarkannya
kepada persatuan sempurna dengan Mempelainya. Sebab Roh dan Mempelai berkata
kepada Tuhan Yesus: “Datanglah!” (lihat Why 22:17). Demikianlah seluruh Gereja
nampak sebagai Umat yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan
Roh Kudus.
Gereja, Tubuh mistik Kristus (Lumen Gentium, artikel 7)
Dalam kodrat manusiawi yang disatukan dengan
diri-Nya, Putera Allah telah mengalahkan maut dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Demikianlah Ia telah menebus manusia dan mengubahnya menjadi ciptaan
baru (lih Gal 6:15; 2Kor 5:17). Sebab Ia telah mengumpulkan saudara-saudara-Nya
dari segala bangsa, dan dengan mengaruniakan Roh-Nya Ia secara gaib membentuk
mereka menjadi Tubuh-Nya. Dalam Tubuh itu hidup Kristus dicurahkan kedalam
Umat beriman. Melalui sakramen-sakramen mereka itu secara rahasia namun nyata
dipersatukan dengan Kristus yang telah menderita dan dimuliakan. Sebab berkat
Babtis kita menjadi serupa dengan Kristus: “karena dalam satu Roh kita semua telah
dibabtis menjadi satu Tubuh” (1Kor 12:13). Dengan upacara suci itu dilambangkan
dan diwujudkan persekutuan dengan wafat dan Kebangkitan Kristus: “Sebab oleh
babtis kita telah dikuburkan bersama dengan Dia ke dalam kematian”; tetapi bila
“kita telah dijadikan satu dengan apa yang serupa dengan wafat-Nya, kita juga akan
disatukan dengan apa yang serupa dengan kebangkitan-Nya” (Rom 6: 4-5). Dalam
pemecahan roti ekaristis kita secara nyata ikut serta dalam Tubuh Tuhan; maka kita
diangkat untuk bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita. Karena roti adalah satu,
maka kita yang banyak ini merupakan satu Tubuh; sebab kita semua mendapat bagian
dalam roti yang satu itu (1Kor 10:17). Demikianlah kita semua dijadikan anggota
Tubuh itu (lih 1Kor 12: 27), “sedangkan masing-masing menjadi anggota yang seorang terhadap yang lain” (Rom 12: 5). Adapun semua anggota tubuh manusia,
biarpun banyak jumlahnya, membentuk hanya satu Tubuh, begitu pula para beriman
dalam Kristus (lih 1Kor 12:12). Juga dalam pembangunan Tubuh Kristus terhadap
aneka ragam anggota dan jabatan. Satulah Roh, yang membagikan aneka anugrahNya sekedar kekayaan-Nya dan menurut kebutuhan pelayanan, supaya bermanfaat
bagi Gereja (lih 1Kor 12:1-11). Diantara karunia-karunia itu rahmat para Rasul
mendapat tempat istimewa. Sebab Roh sendiri menaruh juga para pengemban
karisma dibawah kewibawaan mereka (lih 1Kor 14). Roh itu juga secara langsung
menyatukan Tubuh dengan daya kekuatan-Nya dan melalui hubungan batin antara
para anggota. Ia menumbuhkan cinta kasih diantara Umat beriman dan mendorong
mereka untuk mencintai. Maka, bila ada satu anggota yang menderita, semua anggota
ikut menderita; atau bila satu anggota dihormati, semua anggota ikut bergembira (lih
1Kor 12:26).
Kepala Tubuh itu Kristus. Ia citra Allah yang tak kelihatan, dan dalam Dia segala sesuatu telah diciptakan. Ia mendahului semua orang, dan segala-galanya berada
dalam Dia. Ialah Kepala Tubuh yakni Gereja. Ia pula pokok pangkal, yang sulung
dari orang mati, supaya dalam segala-sesuatu Dialah yang utama (lih Kor 1:15-18).
Dengan kekuatan-Nya yang agung Ia berdaulat atas langit dan bumi; dan dengan
kesempurnaan serta karya-Nya yang amat luhur Ia memenuhi seluruh Tubuh dengan
kekayaan kemuliaan-Nya (lih Ef 1:18-23).[7]Semua anggota harus menyerupai Kristus,
sampai Ia terbentuk dalam mereka (lih Gal 4:19). Maka dari itu kita diperkenankan
memasuki misteri-misteri hidup-Nya, disamakan dengan-Nya, ikut mati dan bangkit
bersama dengan-Nya, hingga kita ikut memerintah bersama dengan-Nya (lih Flp 3:21;
2Tim 2:11; Ef 2:6; Kol 2:12; dan lain-lain). Selama masih mengembara didunia, dan
mengikut jejak-Nya dalam kesusahan dan penganiyaan, kita digabungkan dengan
kesengsaraan-Nya sebagai Tubuh dan Kepala; kita menderita bersama dengan-Nya,
supaya kelak ikut dimuliakan bersama dengan-Nya pula (lih Rom 8:17). Dari Kristus
seluruh Tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya (Kol 2:19). Senantiasa Ia membagi-bagikan
karunia-karunia pelayanan dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja. Berkat kekuatanNya, kita saling melayani dengan karunia-karunia itu agar selamat. Demikianlah,
sementara mengamalkan kebenaran dalam cinta kasih, kita bertumbuh melalui
segalanya menjadi Dia, yang menjadi Kepala kita (lih Ef 4:11-16 yun). Supaya kita
tiada hentinya diperbaharui dalam Kristus (lih Ef 4:23), Ia mengaruniakan Roh-Nya
kepada kita. Roh itu satu dan sama dalam Kepala maupun dalam para anggota-Nya
dan menghidupkan, menyatukan serta menggerakkan seluruh Tubuh sedemikian
rupa, sehingga peran-Nya oleh para Bapa suci dapat dibandingkan dengan fungsi,
yang dijalankan oleh azas kehidupan atau jiwa dalam tubuh manusia[8]. Adapun
Kristus mencintai Gereja sebagai Mempelai-Nya. Ia menjadi teladan bagi suami yang
mengasihi isterinya sebagai Tubuh-Nya sendiri (lih Ef 5:25-28). Sedangkan Gereja
patuh kepada Kepalanya (Ay.23-24). “Sebab dalam Dia tinggallah seluruh kepenuhan Allah secara badaniah” (Kol 2: 9). Ia memenuhi Gereja, yang merupakan Tubuh dan
kepenuhan-Nya, dengan karunia-karunia ilahi-Nya (lih Ef 1:22-23), supaya Gereja
menuju dan mencapai segenap kepenuhan Allah (lih Ef 3:19).