Minggu, 05 September 2021

Menggali pengalaman "Habemus Papam"


 Habemus Papam

Tepat pukul 19.07 waktu Roma, asap putih mengepul dari cerobong asap paling terkenal di dunia, di atas Kapel Sistina, Vatikan. Awalnya, asap putih itu tipis; makin lama makin menebal menembus hujan rintik yang mengguyur Vatikan sejak siang hari. Tepuk tangan puluhan ribu umat dan warga bergemuruh. Teriakan dan jeritan “fumata bianca” (asap putih) mewarnai Piazza San Pietro. Selang lima menit, lonceng-lonceng Basilika Santo Petrus berdentang, bersahut-sahutan. Seturut tradisi, bunyi lonceng mengkonfirmasi bahwa asap putih betul putih, tanda Paus sudah terpilih. Lebih dari lima menit asap putih mengepul disertai oleh lonceng, disaksikan puluhan Ribu orang di Piazza, dan jutaan orang di seluruh dunia yang mengikuti momentum ini lewat berbagai media komunikasi. Alun-alun Santo Petrus makin dipadati warga Roma, umat beriman dari berbagai bangsa, meski hujan terus mengguyur de-ngan suhu udara 10°C. Kebanyakan orang, baik tua-muda, anak pun remaja, me-rangsek mendekati Basilika, ingin lebih dekat menyambut Paus baru dan menerima berkat. Mata seluruh orang di Piazza tertuju pada balkon utama tempat namanya akan diumumkan. Wajah Basilika San Pietro sore itu berseri. Bagian mukanya terang benderang, disinari lampu dari kiri dan kanan; jendela-jendela mengeluarkan cahaya kekuningan. 

Pada pukul 20.05, cahaya di jendela makin cerah, semakin memikat banyak manusia yang berkerumun di Piazza. Selang beberapa saat, pukul 20.10, Kardinal Jean-Louis Tauran sebagai Kardinal Proto Diacon muncul di balkon itu. Seluruh Piazza menjadi hening. Ia mengangkat muka dan berkata: “Saya umumkan kepada Anda sebuah suka-cita besar: kita mempunyai seorang Paus”. Selanjutnya ia menyebut nama: Jorge Mario Bergoglio. Sebagai Paus ia mengenakan nama Fransiskus. Setelah ini diumumkan, meledaklah Piazza dengan sorak dan tepuk-tangan. Sebagian melonjak. Sebagian lagi berseru: “Viva il Papa”,“Papa Francesco!” Pukul 20.22, keluarlah para Kardinal di balkon sebelah kiri dan balkon sebelah kanan Basilika. Paus Fransiskus muncul, berjubah putih dan mengenakan Soli Deo putih. Ia berdiri, diam, menatap umatnya. Lalu, ia mengucap salam sahaja: “Saudarasaudariku, selamat sore!”. Publik menyambut dengan tepuk tangan dan sorak-sorai. Ia melanjutkan dan mengatakan bahwa amanat sebuah Konklaf adalah menghadiahkan seorang Uskup kepada Roma. Seperti diketahui Paus adalah juga Uskup Roma. Bapa Suci mengatakan, “Tampaknya para saudaraku Kardinal telah pergi untuk mengambilnya hampir-hampir di ujung dunia. Saya ucapkan terima kasih atas sambutan Anda sekalian. Komunitas Keuskupan Roma mempunyai uskupnya: terima kasih!” Paus yang dikenal bersahabat dengan orang kecil ini menuturkan, Uskup Roma dan umat berjalan bersama-sama. Peziarahan ini merupakan peziarahan persaudaraan, kasih, dan saling percaya. Ia pun mengajak untuk berdoa bagi dunia supaya menjadi sebuah persaudaraan agung.

Dalam sambutan pertama dan spontan itu, Paus Fransiskus juga mengajak umat untuk berdoa bagi Uskup Emeritus Roma, Benediktus XVI, agar Tuhan memberkatinya dan Bunda Maria menjaganya. Hari makin gelap, malam sudah turun, tetapi tidak di Vatikan, terutama di Piazza San Pietro. Terang dan sorak kegirangan terus berlangsung. Mereka sedang menantikan sebuah hal istimewa yang ditunggu-tunggu: berkat Urbi et Orbi, bagi Kota Roma dan dunia. Sebelum memberikan berkatnya, Bapa Suci meminta umat yang hadir untuk mendoakan dirinya. Satu menit, hening. Dan, pada pukul 20.25, Paus Fransiskus melimpahkan berkatnya.

Pertanyaan Pendalaman:

1. Apa pesan dan kesanmu terhadap cerita ini? 

2. Suksesi kepemimpinan seperti apakah yang digambarkan dalam kisah tersebut? 

3. Apa makna Paus sebagai Uskup Roma?

Minggu, 22 Agustus 2021

Menggali pengalaman (GS.52) " Pengembangan Perkawinan dan Keluarga "

Pengembangan Perkawinan dan Keluarga 

Merupakan Tugas Semua Orang


“Keluarga adalah tempat pendidikan untuk memperkaya kemanusiaan. Supaya keluarga mampu mencapai kepenuhan hidup dan misinya, diperlukan komunikasi, hati penuh kebaikan, kesepakatan suamiisteri, dan kerja sama orangtua yang tekun dalam mendidik anakanak. Kehadiran aktif ayah sangat membantu pembinaan mereka dan pengurusan rumah tangga oleh ibu, terutama dibutuhkan oleh anak-anak yang masih muda, perlu dijamin, tanpa maksud supaya pengembangan peranan sosial wanita yang sewajarnya dikesampingkan. Melalui pendidikan hendaknya anak-anak dibina sedemikian rupa, sehingga ketika sudah dewasa mereka mampu dengan penuh tanggung jawab mengikuti panggilan mereka; panggilan religius; serta memilih status hidup mereka. Maksudnya apabila kelak mereka mengikat diri dalam pernikahan, mereka mampu membangun keluarga sendiri dalam kondisi-kondisi moril, sosial dan ekonomi yang menguntungkan. Merupakan kewajiban orang tua atau para pengasuh, membimbing mereka yang lebih muda dalam membentuk keluarga dengan nasehat bijaksana, yang dapat mereka terima dengan senang hati. Hendaknya para pendidik itu menjaga jangan sampai memaksa mereka, langsung atau tidak langsung untuk mengikat pernikahan atau memilih orang tertentu menjadi jodoh mereka.

Demikianlah keluarga, lingkup berbagai generasi bertemu dan saling membantu untuk meraih kebijaksanaan yang lebih penuh, dan mempadukan hak pribadi-pribadi dengan tuntutan hidup sosial lainnya, merupakan dasar bagi masyarakat. Oleh karena itu, siapa saja yang mampu memengaruhi persekutuan-persekutuan dan kelompokkelompok sosial, wajib memberi sumbangan yang efektif untuk mengembangkan perkawinan dan hidup berkeluarga. Hendaknya pemerintah memandang sebagai kewajibannya yang suci: untuk mengakui, membela dan menumbuhkan jati diri perkawinan dan keluarga; melindungi tata susila umum; dan mendukung kesejahteraan rumah tangga. Hak orangtua untuk melahirkan keturunan dan mendidiknya dalam pangkuan keluarga juga harus dilindungi. Hendaknya melalui perundang-undangan yang bijaksana serta pelbagai usaha lainnya, mereka yang malang, karena tidak mengalami kehidupan berkeluarga, dilindungi dan diringankan beban mereka dengan bantuan yang mereka perlukan.

Hendaknya umat kristiani, sambil menggunakan waktu yang ada dan membeda-bedakan yang kekal dari bentuk-bentuk yang dapat berubah, dengan tekun mengembangkan nilai-nilai perkawinan dan keluarga, baik melalui kesaksian hidup mereka sendiri maupun melalui kerja sama dengan sesama yang berkehendak baik. Dengan demikian mereka mencegah kesukaran-kesukaran, dan mencukupi kebutuhan-kebutuhan keluarga serta menyediakan keuntungan-keuntungan baginya sesuai dengan tuntutan zaman sekarang. Untuk mencapai tujuan itu semangat iman kristiani, suara hati moril manusia; dan kebijaksanaan serta kemahiran mereka yang menekuni ilmu-ilmu suci, akan banyak membantu. Hasil penelitian para pakar ilmu-pengetahuan, terutama dibidang biologi, kedokteran, sosial dan psikologi, dapat berjasa banyak bagi kesejahteraan perkawinan dan keluarga serta ketenangan hati, melalui pengaturan kelahiran manusia yang dapat di pertanggung jawabkan. Berbekalkan pengetahuan yang memadai tentang hidup berkeluarga, para imam bertugas mendukung panggilan suami-isteri melalui pelbagai upaya pastoral; pewartaan sabda Allah; ibadat liturgis; dan bantuan-bantuan rohani lainnya dalam hidup perkawinan dan keluarga mereka. Tugas para imam pula, dengan kebaikan hati dan kesabaran meneguhkan mereka ditengah kesukaran-kesukaran, serta menguatkan mereka dalam cinta kasih, supaya terbentuk keluarga-keluarga yang sungguh-sungguh berpengaruh baik.

Himpunan-himpunan keluarga, hendaknya berusaha meneguhkan kaum muda dan para suami-isteri sendiri, terutama yang baru menikah, melalui ajaran dan kegiatan; hidup kemasyarakatan, serta kerasulan. Akhirnya hendaknya para suami-isteri sendiri, yang diciptakan menurut gambar Allah yang hidup dan ditempatkan dalam tatahubungan antarpribadi yang autentik, bersatu dalam cinta kasih yang sama, bersatu pula dalam usaha saling menguduskan supaya mereka, dengan mengikuti Kristus sumber kehidupan, di saat-saat gembira maupun pengorbanan dalam panggilan mereka, karena cinta kasih mereka yang setia menjadi saksi-saksi misteri cinta kasih, yang oleh Tuhan diwahyukan kepada dunia dalam wafat dan kebangkitan-Nya”. (GS.52)  

 

Jumat, 20 Agustus 2021

Menggali pengalaman "Simpul Persaudaraan Kardinal Bergoglio"

 

"Simpul Persaudaraan Kardinal Bergoglio"

Ketika memangku reksa kegembalaan sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Bergoglio sudah memiliki kebiasaan dialog, menjalin relasi, kerjasama dan persaudaraan dengan tradisi kepercayaan lain. Kardinal kelahiran Flores, Buenos Aires, 17 Desember 1936 ini aktif mengadakan kunjungan secara berkala dan hadir dalam acara-acara penting komunitas agama lain di Argentina. Bahkan, ia sering menggelar acara bersama dengan para pemuka agama lain untuk mempererat tali silaturahmi. Tak segan-segan, Bergoglio berkunjung dan masuk ke masjid untuk berbaur dengan saudara-saudari Muslim. Ia pun dengan senang hati menghadiri acara keagamaan orang Yahudi. Pertemuan-pertemuan berskala nasional dengan banyak denominasi Kristen dari berbagai aliran juga menjadi prioritas dalam agendanya.

Sikap keterbukaan dan kehangatan sapaannya dalam kancah dialog damai dan persaudaraan terpatri begitu kuat dalam hati para pemuka agama di Argentina. Pada November 2012, simpul kedekatannya dengan komunitas tradisi agama lain pun terkristalisasi dalam suatu pertemuan penuh makna. Bergoglio mengundang para pemimpin umat agama lain dalam suatu pertemuan persaudaraan. Perhelatan yang digelar di kompleks Katedral Buenos Aires ini menjadi ajakan untuk merefleksikan roh pemersatu dalam persaudaraan sebagai komunitas umat manusia. Undangannya itu pun mendapat sambutan hangat dari para tamunya. Kala itu, perwakilan Islam, Yahudi, Orthodoks, dan sejumlah denominasi Gereja Kristen Evangelis di Argentina berbondong-bondong menghadiri undangan Bergoglio. Para tamunya pun semakin terkesima ketika Sang Kardinal mengajak mereka masuk ke Katedral Buenos Aires untuk berdoa bersama. Seakan-akan ia membuka pintu Gereja Katedral lebar-lebar bagi umat beriman dan semua orang yang berkehendak baik demi perdamaian. Bergoglio merangkul para pemuka agama untuk mendoakan perdamaian di Timur Tengah yang dinodai dengan kebencian, permusuhan, penindasan, dan perang. Para tokoh agama Argentina menyebutnya sebagai “pembuka pintu” untuk orang lain di rumahnya, dan menawarkan sambutan hangat pada siapapun yang bertamu. (Catholic-news.com)


Pertanyaan Pendalaman:

1. Apa saja yang dilakukan oleh Mgr. Bergoglio semasa berkarya sebagai uskup agung Buenos Aires? 

2. Segi-segi kekatolikan apa yang ia tampakkan? 

3. Apa dampaknya bagi orang-orang di sekitarnya? 

 4. Semangat apa yang patut diteladani dari Mgr. Bergoglio?



Minggu, 08 Agustus 2021

Menggali pengalaman " Pergilah" (Gereja sebagai persekutuan terbuka)


 Pergilah Keluar, Pergilah! 

Pada tanggal 19 Mei 2013, sekitar 200 ribu orang-orang dari berbagai organisasi, kelompok, gerakan, hadir di lapangan Santo Petrus, Vatikan Roma, untuk menghadiri hari yang diperuntukkan bagi mereka.

 Mereka datang dari berbagai Negara dan daerah, untuk beraudiensi dan berdialog dengan Paus Fransiskus. Dalam dialog dengan Paus Fransiskus, ada empat pertanyaan yang diajukan antara lain:

 Pertama, Bagaimana kita bisa sampai tahap kedewasaan iman dan bagaimana cara untuk mengalahkan kelemahan yang ada dalam diri kita? 

 Paus Fransiskus menjawab pertanyaan yang pertama dengan sebuah cerita: Saya sungguh mempunyai keberuntungan karena saya tumbuh dalam keluarga yang mempunyai kehidupan rohani cukup kuat. Walaupun sederhana yang diajarkan namun secara konkret, dan saya bisa melaksanakannya. Nenek saya, mengajarkan saya tumbuh dalam iman, ia mengajarkan saya berdoa, menceritakan Kitab Suci, ajaran Gereja, dan juga tradisi Jumat Agung, Yesus wafat untuk kita, dan akan bangkit dari kematian-Nya. Saya menerima pewartaan yang pertama kali dari nenek saya. Ia mengajarkan juga untuk menyerahkan rasa takut kepada Tuhan. “Kita semua lemah, namun Tuhan lebih kuat. Dengan-Nya kita akan merasa aman, iman akan tumbuh jika kita hidup bersama Tuhan”, ujar Paus Fransiskus.

Kedua, Apakah yang paling penting dalam hidup?” 

Paus Fransiskus menjawab, “Yesus”. Jika kita berjalan bersama dalam sebuah organisasi/kelompok, tanpa menyertakan Yesus kelompok tidak akan berjalan. Kita diundang untuk hidup dalam Roh Kudus, jangan terlalu banyak berbicara, namun kesaksian yang hidup, sangatlah diperlukan”. 

Ketiga, Bagaimana caranya Gereja yang miskin dapat membantu yang miskin juga? Apa yang bisa dilakukan oleh Gereja kepada masyarakat dalam situasi jaman sekarang ini?

Paus Fransiskus menjawab: “Kita harus menghayati Injil dan memberikan yang baik yang bisa kita berikan. Gereja bukanlah gerakan politik, dan juga bukan sebuah organisasi. Kita bukanlah organisasi kemanusiaan, jika Gereja menjadi sebuah organisasi sosial/kemanusiaan saja, maka kita kehilangan garam terasa hambar, bila hanya sebuah organisasi yang kosong. Hal yang membahayakan adalah menutup diri sendiri. Menutup diri berarti kurang sehat, atau dapat dikatakan sakit. “Gereja harus keluar dari diri sendiri menuju keberadaannya”. Memang jika keluar, ada berbagai masalah, namun lebih baik daripada Gereja yang menutup diri, seperti Gereja yang sakit. “Pergilah Keluar, Pergilah!!” Keluar dari budaya keegoisan, budaya sampah, menuju pada budaya kebersamaan, bertemu dengan yang lain; dengan Yesus dan dengan saudara-saudari, mulai dari yang miskin, yang kurang diperhatikan, dan yang menderita”.

Keempat, Bagaimana dapat mewartakan iman? 

Paus Fransiskus menjawab: “Untuk mewartakan Kabar Gembira, diperlukan dua keutamaan: “Keberanian dan Kesabaran”, seperti saudara kita Shabhaz Bhatti, seorang pejabat pemerintah Pakistan, yang karena membela kebenaran dan orang miskin dia dibunuh tahun 2011. Ia telah memberikan kesaksian dengan gagah berani, sebagai martir. Kita semua dipanggil untuk menjadi saksi-Nya, menjadi martir dalam kehidupan sehari-hari, sekecil apapun. Seorang Kristiani harus bisa menjawab dan membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Kita mencoba untuk menyatukan diri bersama saudara-saudari kita yang kurang beruntung.” 

(Yohana Halimah/ Zenit dalam MISSIO KKI No.37/XVI/Agustus/2013)


PERTANYAAN PENDALAMAN:

1. Apa pandangan Paus Fransiskus tentang Gereja Katolik? 

2. Hal-hal apa saja yang menghambat Gereja (Umat) dalam pergaulannya di dunia? 

3. Apa semestinya sikap kita sebagai anggota Gereja saat ini?

Selasa, 06 Juli 2021

Mengamati Pengalaman: "Santo Bernardinus Realino"

Santo Bernardinus Realino

Bernardinus lahir di Carpi, lembah sungai Po, Italia Utara pada tahun 1530. Setelah belajar ilmu kedokteran dan hukum, ia berturut-turut diangkat sebagai walikota di Fellizano, jaksa di Aleksandria dan sekretaris kedutaan Napoli. Setelah Kloside, isterinya meninggal dunia, ia berkenalan dengan Serikat Yesus di Napoli. Perkenalan itu berawal dari khotbah-khotbah seorang imam Yesuit yang diikutinya dengan rajin. Khotbah-khotbah ini sungguh menarik sehingga ia memutuskan untuk lebih memperhatikan kehidupan rohaninya. Keputusan ini semakin diperkuat oleh penampakan isterinya sebanyak tiga kali dengan pesan supaya ia meninggalkan karier duniawinya. Pesan isterinya itupun kemudian dikuatkan lagi oleh penampakan Bunda Maria padanya. Terdorong oleh hal-hal diatas, Bernardinus memutuskan untuk mengajukan permohonan untuk menjadi anggota Serikat Yesus. Permohonannya diterima dan setelah mengikuti suatu pendidikan khusus, Bernardinus ditahbiskan menjadi Imam. Selama beberapa tahun ia bekerja di Napoli. Sifatnya yang sopan dan ramah, penuh cinta dan pengertian kepada umatnya menyebabkan dia sangat dicintai oleh umat Napoli. Umat dengan berat hati melepaskan dia ketika dia dipindahkan ke Lecce, Propinsi Apulia, untuk mendirikan sebuah Kolose. Di Kolose Yesuit ini, Bernardius memberi kuliah filsafat dan teologi. Hingga akhir hidupnya dalam masa kerja selama 42 tahun, Bernardius menetap di Lecce. Sebagaimana di Napoli, di Lecce pun Bernardinus sungguh dicintai. Ia menampilkan diri sebagai seorang pewarta iman yang tangguh, pengkhotbah ulung, pembimbing rohani dan bapa pengakuan yang disenangi umat. Kemasyuran namanya bukan saja karena gaya kepemimpinannya yang penuh kesabaran, pengertian dan cinta, tetapi juga lebih-lebih karena kesalehan hidupnya dan mukzijat-mukzijat penyembuhan yang dilakukannya. Bernardinus sangat akrab dengan anak-anak dan muda-mudi. Ia menjadi penolong dan penghibur yang tidak kenal lelah bagi orang-orang yang malang. Ketika ajalnya mendekat, walikota Lecce mengumpulkan semua pembantunya dan pemimpin-pemimpin masyarakat setempat untuk berdoa bagi keselamatan jiwa Bernardinus. Kepada mereka ia berkata: “Kota kita telah diberkati Allah dengan satu anugerah istimewa, yakni Pater Bernardinus Realino. Beliau telah mengab di kota ini selama 40 tahun dan telah melakukan banyak hal dengan hidupnya yang suci, karunia-karunia dan berbagai mukzijat. Setiap orang dari kota ini, juga mereka yang berasal dari kota lain telah menikmati sedikit kebaikan hati Pater Bernardinus. Oleh karena itu saya mengusulkan agar Pastor Bernardinus diangkat sebagai pelindung kota Lecce.” Ketika tiba saat terakhir hidupnya, Bernardinus berkata kepada para pemimpin masyarkat: “Dari surga kediamanku yang abadi, Aku akan selalu melindungi kota Lecce dan seluruh umat.” Bernardinus Realino meninggal dunia pada tanggal 2 Juli 1616. 

(iman-katolik.or.id- gbr. Jesuit.org).


Pendalaman:

1. Karya apa yang dilakukan oleh Realino semasa hidupnya?

2. Segi-segi kekudusan apa yang tampak dalam hidup dan karya Realino? 

3. Mengapa ia disebut orang kudus?

Senin, 05 Juli 2021

Mengamati Pengalaman: "Makna Gereja sebagai umat Allah"

PENDASARAN KITAB SUCI MAKNA  GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH 


 Makna Gereja 1: Kisah para Rasul. 2:41-47 

41Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. 42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. 44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. 46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, 47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. 

Makna Gereja 2 :1Korintus 12:7-11 

Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.8 Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. 9 Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. 10 Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. 11 Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. 

Makna Gereja 3 : 1 Korintus 12:12 – 18 

12 Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. 13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. 14 Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. 15 Andaikata kaki berkata: “Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? 16 Dan andaikata telinga berkata: “Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? 17 Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? 18 Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.

Mengamati pengalaman "Gereja sebagai keluarga Allah" Audiensi Umum Paus Fransiskus pada tanggal 29 Mei 2013

 Paus : Gereja sebagai keluarga Allah 

(Audiensi Umum Paus Fransiskus pada tanggal 29 Mei 2013)

Saudara-saudari sekalian, Selamat pagi! Rabu lalu saya menekankan ikatan yang mendalam antara Roh Kudus dan Gereja. Hari ini saya ingin memulai beberapa katekese mengenai misteri Gereja, misteri yang kita semua alami dan kita turut ambil bagian di dalamnya. Saya ingin melakukannya dengan beberapa konsep yang jelas dalam teks-teks dari Konsili Vatikan II. Hari ini yang pertama adalah: “Gereja sebagai keluarga Allah”. Dalam beberapa bulan terakhir saya menyebutkan lebih dari sekali Perumpamaan tentang Anak yang Hilang atau, lebih tepatnya, Bapa Yang Murah Hati (bdk. Luk 15:11-32). Anak bungsu meninggalkan rumah ayahnya, menghabiskan semua yang ia miliki dan memutuskan untuk pulang lagi karena dia menyadari bahwa dia telah bersalah. Dia tidak lagi menganggap dirinya layak menjadi anak tapi berpikir ia memiliki kesempatan untuk dipekerjakan sebagai pembantu. Ayahnya, sebaliknya, berlari untuk menemui dia, memeluknya, mengembalikan kepadanya martabatnya sebagai anak dan merayakan hal tersebut. Perumpamaan ini, seperti yang lainnya dalam Injil, jelas menunjukkan rencana Allah bagi Umat manusia. Apakah rencana Allah itu? Yakni membuat kita semua menjadi satu keluarga sebagai anak-anak-Nya, di mana setiap orang merasa bahwa Allah itu dekat dan merasa dicintai olehNya, seperti dalam perumpamaan Injil, merasakan kehangatan menjadi keluarga Allah. Gereja berakar dalam rencana besar ini. Gereja bukan organisasi yang didirikan atas perjanjian antara beberapa orang, tetapi seperti Paus Benediktus XVI telah begitu sering mengingatkan kita Gereja adalah pekerjaan Allah, yang lahir justru dari rancangan penuh kasih, ini yang secara bertahap masuk ke dalam sejarah. Gereja ini lahir dari keinginan Allah untuk memanggil semua orang dalam persekutuan dengan dia, persahabatan dengan dia; untuk berbagi dalam kehidupan ilahi-Nya sendiri sebagai putra-putra dan putri-putri-Nya. Kata “Gereja”, berasal dari bahasa Yunani “ekklesia” , berarti “pertemuan akbar orang – orang yang dipanggil”: Allah memanggil kita, Ia mendorong kita untuk keluar dari individualisme kita, dari kecenderungan kita untuk menutup diri kita sendiri, dan Dia memanggil kita untuk menjadi keluarga-Nya. Selanjutnya, panggilan ini berasal dari penciptaan itu sendiri. Allah menciptakan kita supaya kita hidup dalam hubungan persahabatan yang mendalam dengan Dia, dan bahkan ketika dosa memutuskan hubungan dengan Dia, dengan orang lain dan dengan ciptaan lainnya, Allah tidak meninggalkan kita. Seluruh kisah keselamatan adalah kisah Allah yang berusaha meraih manusia, menawarkan cinta-Nya kepada mereka dan menyambut mereka. Ia memanggil Abraham untuk menjadi bapa dari banyak orang, Ia memilih orang Israel untuk membuat sebuah perjanjian yang akan merangkul semua orang, dan dalam kepenuhan waktu, Ia mengutus Putra-Nya sehingga rencana cinta dan keselamatan-Nya dapat digenapi dalam Perjanjian Baru dan kekal dengan seluruh Umat manusia. 

Ketika kita membaca Injil, kita melihat bahwa Yesus mengumpulkan di sekitarNya komunitas kecil yang menerima firman-Nya, mengikuti-Nya, turut serta dalam perjalanan-Nya, menjadi keluarga-Nya, dan dengan komunitas inilah Dia mempersiapkan dan membangun Gereja-Nya. Jadi dari manakah Gereja itu terlahir? Gereja lahir dari tindakan kasih yang paling agung dari Salib, dari sisi lambung Yesus yang ditusuk dan mengalirkan darah dan air, simbol dari Sakramen Ekaristi dan Pembaptisan. Darah kehidupan keluarga Allah, Gereja, adalah kasih Allah yang diaktualisasikan dalam mencintai diri-Nya dan orang lain, semua orang, tanpa membeda-bedakan atau membatasi. Gereja adalah keluarga yang kita cintai dan mencintai kita. Kapan Gereja memanifestasikan dirinya? Kita merayakannya dua minggu yang lalu, Gereja menjadi nyata ketika karunia Roh Kudus memenuhi hati para Rasul dan membakar semangat mereka untuk pergi ke luar dan memulai perjalanan mereka untuk mewartakan Injil, menyebarkan kasih Allah. Hari ini masih ada beberapa orang yang mengatakan: “Kristus ya, Gereja tidak”. Seperti orang yang mengatakan “Saya percaya pada Tuhan tetapi tidak pada Imam”. Tapi Gereja sendiri yang membawa Kristus kepada kita dan yang membawa kita kepada Allah. Gereja adalah keluarga besar anak-anak Allah. Tentu saja Gereja juga memiliki aspek manusiawi. Dalam diri mereka yang membentuk Gereja, para Imam dan Umat beriman, terdapat kekurangan, ketidaksempurnaan dan dosa. Paus juga memiliki hal-hal tersebut dan banyak dari mereka; tetapi yang indah adalah bahwa ketika kita menyadari bahwa kita adalah orang berdosa kita menemukan rahmat Allah yang selalu mengampuni. Jangan lupa: Allah selalu mengampuni dan menerima kita ke dalam cintanya yang penuh dengan pengampunan dan belas kasihan. Beberapa orang mengatakan bahwa dosa adalah suatu pelanggaran terhadap Allah, tetapi juga merupakan kesempatan untuk merendahkan diri sendiri untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang lain lebih indah: kerahiman Allah. Mari kita pikirkan hal ini. Mari kita bertanya pada diri kita hari ini: seberapa saya mencintai Gereja? Apakah saya berdoa untuknya? Apakah saya merasa menjadi bagian dari keluarga Gereja? Apa yang harus saya lakukan untuk memastikan bahwa Gereja adalah sebuah komunitas di mana masing-masing orang merasa diterima dan dipahami, merasa belas kasihan dan kasih Allah yang memperbaharui hidup? Iman adalah sebuah karunia dan sebuah perbuatan yang menjadi perhatian kita secara pribadi, tapi Allah memanggil kita untuk hidup dengan iman kita bersama-sama, sebagai sebuah keluarga, sebagai Gereja. Mari kita mohon kepada Tuhan, dengan cara yang sangat khusus selama Tahun Iman ini, semoga masyarakat kita, seluruh Gereja, semakin menjadi keluarga sejati yang hidup dan membawa kehangatan kasih Allah....(AO) 

Lapangan Santo Petrus, 29 Mei 2013, 

 Diterjemahkan dari: www.vatican.va dalam http://katolisitas.org/11518/paus-gereja-sebagai-keluarga-allah

Pendalaman:

1. Apa makna Gereja menurut Paus Fransiskus? 

2. Gambaran Gereja macam apakah yang terkandung dalam cerita ini? 

3. Apa makna Gereja sebagai keluarga Allah? 

4. Bagaimana sikap kita terhadap Gereja?