Minggu, 05 September 2021

Menggali pengalaman "Habemus Papam"


 Habemus Papam

Tepat pukul 19.07 waktu Roma, asap putih mengepul dari cerobong asap paling terkenal di dunia, di atas Kapel Sistina, Vatikan. Awalnya, asap putih itu tipis; makin lama makin menebal menembus hujan rintik yang mengguyur Vatikan sejak siang hari. Tepuk tangan puluhan ribu umat dan warga bergemuruh. Teriakan dan jeritan “fumata bianca” (asap putih) mewarnai Piazza San Pietro. Selang lima menit, lonceng-lonceng Basilika Santo Petrus berdentang, bersahut-sahutan. Seturut tradisi, bunyi lonceng mengkonfirmasi bahwa asap putih betul putih, tanda Paus sudah terpilih. Lebih dari lima menit asap putih mengepul disertai oleh lonceng, disaksikan puluhan Ribu orang di Piazza, dan jutaan orang di seluruh dunia yang mengikuti momentum ini lewat berbagai media komunikasi. Alun-alun Santo Petrus makin dipadati warga Roma, umat beriman dari berbagai bangsa, meski hujan terus mengguyur de-ngan suhu udara 10°C. Kebanyakan orang, baik tua-muda, anak pun remaja, me-rangsek mendekati Basilika, ingin lebih dekat menyambut Paus baru dan menerima berkat. Mata seluruh orang di Piazza tertuju pada balkon utama tempat namanya akan diumumkan. Wajah Basilika San Pietro sore itu berseri. Bagian mukanya terang benderang, disinari lampu dari kiri dan kanan; jendela-jendela mengeluarkan cahaya kekuningan. 

Pada pukul 20.05, cahaya di jendela makin cerah, semakin memikat banyak manusia yang berkerumun di Piazza. Selang beberapa saat, pukul 20.10, Kardinal Jean-Louis Tauran sebagai Kardinal Proto Diacon muncul di balkon itu. Seluruh Piazza menjadi hening. Ia mengangkat muka dan berkata: “Saya umumkan kepada Anda sebuah suka-cita besar: kita mempunyai seorang Paus”. Selanjutnya ia menyebut nama: Jorge Mario Bergoglio. Sebagai Paus ia mengenakan nama Fransiskus. Setelah ini diumumkan, meledaklah Piazza dengan sorak dan tepuk-tangan. Sebagian melonjak. Sebagian lagi berseru: “Viva il Papa”,“Papa Francesco!” Pukul 20.22, keluarlah para Kardinal di balkon sebelah kiri dan balkon sebelah kanan Basilika. Paus Fransiskus muncul, berjubah putih dan mengenakan Soli Deo putih. Ia berdiri, diam, menatap umatnya. Lalu, ia mengucap salam sahaja: “Saudarasaudariku, selamat sore!”. Publik menyambut dengan tepuk tangan dan sorak-sorai. Ia melanjutkan dan mengatakan bahwa amanat sebuah Konklaf adalah menghadiahkan seorang Uskup kepada Roma. Seperti diketahui Paus adalah juga Uskup Roma. Bapa Suci mengatakan, “Tampaknya para saudaraku Kardinal telah pergi untuk mengambilnya hampir-hampir di ujung dunia. Saya ucapkan terima kasih atas sambutan Anda sekalian. Komunitas Keuskupan Roma mempunyai uskupnya: terima kasih!” Paus yang dikenal bersahabat dengan orang kecil ini menuturkan, Uskup Roma dan umat berjalan bersama-sama. Peziarahan ini merupakan peziarahan persaudaraan, kasih, dan saling percaya. Ia pun mengajak untuk berdoa bagi dunia supaya menjadi sebuah persaudaraan agung.

Dalam sambutan pertama dan spontan itu, Paus Fransiskus juga mengajak umat untuk berdoa bagi Uskup Emeritus Roma, Benediktus XVI, agar Tuhan memberkatinya dan Bunda Maria menjaganya. Hari makin gelap, malam sudah turun, tetapi tidak di Vatikan, terutama di Piazza San Pietro. Terang dan sorak kegirangan terus berlangsung. Mereka sedang menantikan sebuah hal istimewa yang ditunggu-tunggu: berkat Urbi et Orbi, bagi Kota Roma dan dunia. Sebelum memberikan berkatnya, Bapa Suci meminta umat yang hadir untuk mendoakan dirinya. Satu menit, hening. Dan, pada pukul 20.25, Paus Fransiskus melimpahkan berkatnya.

Pertanyaan Pendalaman:

1. Apa pesan dan kesanmu terhadap cerita ini? 

2. Suksesi kepemimpinan seperti apakah yang digambarkan dalam kisah tersebut? 

3. Apa makna Paus sebagai Uskup Roma?

Minggu, 22 Agustus 2021

Menggali pengalaman (GS.52) " Pengembangan Perkawinan dan Keluarga "

Pengembangan Perkawinan dan Keluarga 

Merupakan Tugas Semua Orang


“Keluarga adalah tempat pendidikan untuk memperkaya kemanusiaan. Supaya keluarga mampu mencapai kepenuhan hidup dan misinya, diperlukan komunikasi, hati penuh kebaikan, kesepakatan suamiisteri, dan kerja sama orangtua yang tekun dalam mendidik anakanak. Kehadiran aktif ayah sangat membantu pembinaan mereka dan pengurusan rumah tangga oleh ibu, terutama dibutuhkan oleh anak-anak yang masih muda, perlu dijamin, tanpa maksud supaya pengembangan peranan sosial wanita yang sewajarnya dikesampingkan. Melalui pendidikan hendaknya anak-anak dibina sedemikian rupa, sehingga ketika sudah dewasa mereka mampu dengan penuh tanggung jawab mengikuti panggilan mereka; panggilan religius; serta memilih status hidup mereka. Maksudnya apabila kelak mereka mengikat diri dalam pernikahan, mereka mampu membangun keluarga sendiri dalam kondisi-kondisi moril, sosial dan ekonomi yang menguntungkan. Merupakan kewajiban orang tua atau para pengasuh, membimbing mereka yang lebih muda dalam membentuk keluarga dengan nasehat bijaksana, yang dapat mereka terima dengan senang hati. Hendaknya para pendidik itu menjaga jangan sampai memaksa mereka, langsung atau tidak langsung untuk mengikat pernikahan atau memilih orang tertentu menjadi jodoh mereka.

Demikianlah keluarga, lingkup berbagai generasi bertemu dan saling membantu untuk meraih kebijaksanaan yang lebih penuh, dan mempadukan hak pribadi-pribadi dengan tuntutan hidup sosial lainnya, merupakan dasar bagi masyarakat. Oleh karena itu, siapa saja yang mampu memengaruhi persekutuan-persekutuan dan kelompokkelompok sosial, wajib memberi sumbangan yang efektif untuk mengembangkan perkawinan dan hidup berkeluarga. Hendaknya pemerintah memandang sebagai kewajibannya yang suci: untuk mengakui, membela dan menumbuhkan jati diri perkawinan dan keluarga; melindungi tata susila umum; dan mendukung kesejahteraan rumah tangga. Hak orangtua untuk melahirkan keturunan dan mendidiknya dalam pangkuan keluarga juga harus dilindungi. Hendaknya melalui perundang-undangan yang bijaksana serta pelbagai usaha lainnya, mereka yang malang, karena tidak mengalami kehidupan berkeluarga, dilindungi dan diringankan beban mereka dengan bantuan yang mereka perlukan.

Hendaknya umat kristiani, sambil menggunakan waktu yang ada dan membeda-bedakan yang kekal dari bentuk-bentuk yang dapat berubah, dengan tekun mengembangkan nilai-nilai perkawinan dan keluarga, baik melalui kesaksian hidup mereka sendiri maupun melalui kerja sama dengan sesama yang berkehendak baik. Dengan demikian mereka mencegah kesukaran-kesukaran, dan mencukupi kebutuhan-kebutuhan keluarga serta menyediakan keuntungan-keuntungan baginya sesuai dengan tuntutan zaman sekarang. Untuk mencapai tujuan itu semangat iman kristiani, suara hati moril manusia; dan kebijaksanaan serta kemahiran mereka yang menekuni ilmu-ilmu suci, akan banyak membantu. Hasil penelitian para pakar ilmu-pengetahuan, terutama dibidang biologi, kedokteran, sosial dan psikologi, dapat berjasa banyak bagi kesejahteraan perkawinan dan keluarga serta ketenangan hati, melalui pengaturan kelahiran manusia yang dapat di pertanggung jawabkan. Berbekalkan pengetahuan yang memadai tentang hidup berkeluarga, para imam bertugas mendukung panggilan suami-isteri melalui pelbagai upaya pastoral; pewartaan sabda Allah; ibadat liturgis; dan bantuan-bantuan rohani lainnya dalam hidup perkawinan dan keluarga mereka. Tugas para imam pula, dengan kebaikan hati dan kesabaran meneguhkan mereka ditengah kesukaran-kesukaran, serta menguatkan mereka dalam cinta kasih, supaya terbentuk keluarga-keluarga yang sungguh-sungguh berpengaruh baik.

Himpunan-himpunan keluarga, hendaknya berusaha meneguhkan kaum muda dan para suami-isteri sendiri, terutama yang baru menikah, melalui ajaran dan kegiatan; hidup kemasyarakatan, serta kerasulan. Akhirnya hendaknya para suami-isteri sendiri, yang diciptakan menurut gambar Allah yang hidup dan ditempatkan dalam tatahubungan antarpribadi yang autentik, bersatu dalam cinta kasih yang sama, bersatu pula dalam usaha saling menguduskan supaya mereka, dengan mengikuti Kristus sumber kehidupan, di saat-saat gembira maupun pengorbanan dalam panggilan mereka, karena cinta kasih mereka yang setia menjadi saksi-saksi misteri cinta kasih, yang oleh Tuhan diwahyukan kepada dunia dalam wafat dan kebangkitan-Nya”. (GS.52)  

 

Jumat, 20 Agustus 2021

Menggali pengalaman "Simpul Persaudaraan Kardinal Bergoglio"

 

"Simpul Persaudaraan Kardinal Bergoglio"

Ketika memangku reksa kegembalaan sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Bergoglio sudah memiliki kebiasaan dialog, menjalin relasi, kerjasama dan persaudaraan dengan tradisi kepercayaan lain. Kardinal kelahiran Flores, Buenos Aires, 17 Desember 1936 ini aktif mengadakan kunjungan secara berkala dan hadir dalam acara-acara penting komunitas agama lain di Argentina. Bahkan, ia sering menggelar acara bersama dengan para pemuka agama lain untuk mempererat tali silaturahmi. Tak segan-segan, Bergoglio berkunjung dan masuk ke masjid untuk berbaur dengan saudara-saudari Muslim. Ia pun dengan senang hati menghadiri acara keagamaan orang Yahudi. Pertemuan-pertemuan berskala nasional dengan banyak denominasi Kristen dari berbagai aliran juga menjadi prioritas dalam agendanya.

Sikap keterbukaan dan kehangatan sapaannya dalam kancah dialog damai dan persaudaraan terpatri begitu kuat dalam hati para pemuka agama di Argentina. Pada November 2012, simpul kedekatannya dengan komunitas tradisi agama lain pun terkristalisasi dalam suatu pertemuan penuh makna. Bergoglio mengundang para pemimpin umat agama lain dalam suatu pertemuan persaudaraan. Perhelatan yang digelar di kompleks Katedral Buenos Aires ini menjadi ajakan untuk merefleksikan roh pemersatu dalam persaudaraan sebagai komunitas umat manusia. Undangannya itu pun mendapat sambutan hangat dari para tamunya. Kala itu, perwakilan Islam, Yahudi, Orthodoks, dan sejumlah denominasi Gereja Kristen Evangelis di Argentina berbondong-bondong menghadiri undangan Bergoglio. Para tamunya pun semakin terkesima ketika Sang Kardinal mengajak mereka masuk ke Katedral Buenos Aires untuk berdoa bersama. Seakan-akan ia membuka pintu Gereja Katedral lebar-lebar bagi umat beriman dan semua orang yang berkehendak baik demi perdamaian. Bergoglio merangkul para pemuka agama untuk mendoakan perdamaian di Timur Tengah yang dinodai dengan kebencian, permusuhan, penindasan, dan perang. Para tokoh agama Argentina menyebutnya sebagai “pembuka pintu” untuk orang lain di rumahnya, dan menawarkan sambutan hangat pada siapapun yang bertamu. (Catholic-news.com)


Pertanyaan Pendalaman:

1. Apa saja yang dilakukan oleh Mgr. Bergoglio semasa berkarya sebagai uskup agung Buenos Aires? 

2. Segi-segi kekatolikan apa yang ia tampakkan? 

3. Apa dampaknya bagi orang-orang di sekitarnya? 

 4. Semangat apa yang patut diteladani dari Mgr. Bergoglio?



Minggu, 08 Agustus 2021

Menggali pengalaman " Pergilah" (Gereja sebagai persekutuan terbuka)


 Pergilah Keluar, Pergilah! 

Pada tanggal 19 Mei 2013, sekitar 200 ribu orang-orang dari berbagai organisasi, kelompok, gerakan, hadir di lapangan Santo Petrus, Vatikan Roma, untuk menghadiri hari yang diperuntukkan bagi mereka.

 Mereka datang dari berbagai Negara dan daerah, untuk beraudiensi dan berdialog dengan Paus Fransiskus. Dalam dialog dengan Paus Fransiskus, ada empat pertanyaan yang diajukan antara lain:

 Pertama, Bagaimana kita bisa sampai tahap kedewasaan iman dan bagaimana cara untuk mengalahkan kelemahan yang ada dalam diri kita? 

 Paus Fransiskus menjawab pertanyaan yang pertama dengan sebuah cerita: Saya sungguh mempunyai keberuntungan karena saya tumbuh dalam keluarga yang mempunyai kehidupan rohani cukup kuat. Walaupun sederhana yang diajarkan namun secara konkret, dan saya bisa melaksanakannya. Nenek saya, mengajarkan saya tumbuh dalam iman, ia mengajarkan saya berdoa, menceritakan Kitab Suci, ajaran Gereja, dan juga tradisi Jumat Agung, Yesus wafat untuk kita, dan akan bangkit dari kematian-Nya. Saya menerima pewartaan yang pertama kali dari nenek saya. Ia mengajarkan juga untuk menyerahkan rasa takut kepada Tuhan. “Kita semua lemah, namun Tuhan lebih kuat. Dengan-Nya kita akan merasa aman, iman akan tumbuh jika kita hidup bersama Tuhan”, ujar Paus Fransiskus.

Kedua, Apakah yang paling penting dalam hidup?” 

Paus Fransiskus menjawab, “Yesus”. Jika kita berjalan bersama dalam sebuah organisasi/kelompok, tanpa menyertakan Yesus kelompok tidak akan berjalan. Kita diundang untuk hidup dalam Roh Kudus, jangan terlalu banyak berbicara, namun kesaksian yang hidup, sangatlah diperlukan”. 

Ketiga, Bagaimana caranya Gereja yang miskin dapat membantu yang miskin juga? Apa yang bisa dilakukan oleh Gereja kepada masyarakat dalam situasi jaman sekarang ini?

Paus Fransiskus menjawab: “Kita harus menghayati Injil dan memberikan yang baik yang bisa kita berikan. Gereja bukanlah gerakan politik, dan juga bukan sebuah organisasi. Kita bukanlah organisasi kemanusiaan, jika Gereja menjadi sebuah organisasi sosial/kemanusiaan saja, maka kita kehilangan garam terasa hambar, bila hanya sebuah organisasi yang kosong. Hal yang membahayakan adalah menutup diri sendiri. Menutup diri berarti kurang sehat, atau dapat dikatakan sakit. “Gereja harus keluar dari diri sendiri menuju keberadaannya”. Memang jika keluar, ada berbagai masalah, namun lebih baik daripada Gereja yang menutup diri, seperti Gereja yang sakit. “Pergilah Keluar, Pergilah!!” Keluar dari budaya keegoisan, budaya sampah, menuju pada budaya kebersamaan, bertemu dengan yang lain; dengan Yesus dan dengan saudara-saudari, mulai dari yang miskin, yang kurang diperhatikan, dan yang menderita”.

Keempat, Bagaimana dapat mewartakan iman? 

Paus Fransiskus menjawab: “Untuk mewartakan Kabar Gembira, diperlukan dua keutamaan: “Keberanian dan Kesabaran”, seperti saudara kita Shabhaz Bhatti, seorang pejabat pemerintah Pakistan, yang karena membela kebenaran dan orang miskin dia dibunuh tahun 2011. Ia telah memberikan kesaksian dengan gagah berani, sebagai martir. Kita semua dipanggil untuk menjadi saksi-Nya, menjadi martir dalam kehidupan sehari-hari, sekecil apapun. Seorang Kristiani harus bisa menjawab dan membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Kita mencoba untuk menyatukan diri bersama saudara-saudari kita yang kurang beruntung.” 

(Yohana Halimah/ Zenit dalam MISSIO KKI No.37/XVI/Agustus/2013)


PERTANYAAN PENDALAMAN:

1. Apa pandangan Paus Fransiskus tentang Gereja Katolik? 

2. Hal-hal apa saja yang menghambat Gereja (Umat) dalam pergaulannya di dunia? 

3. Apa semestinya sikap kita sebagai anggota Gereja saat ini?

Selasa, 06 Juli 2021

Mengamati Pengalaman: "Santo Bernardinus Realino"

Santo Bernardinus Realino

Bernardinus lahir di Carpi, lembah sungai Po, Italia Utara pada tahun 1530. Setelah belajar ilmu kedokteran dan hukum, ia berturut-turut diangkat sebagai walikota di Fellizano, jaksa di Aleksandria dan sekretaris kedutaan Napoli. Setelah Kloside, isterinya meninggal dunia, ia berkenalan dengan Serikat Yesus di Napoli. Perkenalan itu berawal dari khotbah-khotbah seorang imam Yesuit yang diikutinya dengan rajin. Khotbah-khotbah ini sungguh menarik sehingga ia memutuskan untuk lebih memperhatikan kehidupan rohaninya. Keputusan ini semakin diperkuat oleh penampakan isterinya sebanyak tiga kali dengan pesan supaya ia meninggalkan karier duniawinya. Pesan isterinya itupun kemudian dikuatkan lagi oleh penampakan Bunda Maria padanya. Terdorong oleh hal-hal diatas, Bernardinus memutuskan untuk mengajukan permohonan untuk menjadi anggota Serikat Yesus. Permohonannya diterima dan setelah mengikuti suatu pendidikan khusus, Bernardinus ditahbiskan menjadi Imam. Selama beberapa tahun ia bekerja di Napoli. Sifatnya yang sopan dan ramah, penuh cinta dan pengertian kepada umatnya menyebabkan dia sangat dicintai oleh umat Napoli. Umat dengan berat hati melepaskan dia ketika dia dipindahkan ke Lecce, Propinsi Apulia, untuk mendirikan sebuah Kolose. Di Kolose Yesuit ini, Bernardius memberi kuliah filsafat dan teologi. Hingga akhir hidupnya dalam masa kerja selama 42 tahun, Bernardius menetap di Lecce. Sebagaimana di Napoli, di Lecce pun Bernardinus sungguh dicintai. Ia menampilkan diri sebagai seorang pewarta iman yang tangguh, pengkhotbah ulung, pembimbing rohani dan bapa pengakuan yang disenangi umat. Kemasyuran namanya bukan saja karena gaya kepemimpinannya yang penuh kesabaran, pengertian dan cinta, tetapi juga lebih-lebih karena kesalehan hidupnya dan mukzijat-mukzijat penyembuhan yang dilakukannya. Bernardinus sangat akrab dengan anak-anak dan muda-mudi. Ia menjadi penolong dan penghibur yang tidak kenal lelah bagi orang-orang yang malang. Ketika ajalnya mendekat, walikota Lecce mengumpulkan semua pembantunya dan pemimpin-pemimpin masyarakat setempat untuk berdoa bagi keselamatan jiwa Bernardinus. Kepada mereka ia berkata: “Kota kita telah diberkati Allah dengan satu anugerah istimewa, yakni Pater Bernardinus Realino. Beliau telah mengab di kota ini selama 40 tahun dan telah melakukan banyak hal dengan hidupnya yang suci, karunia-karunia dan berbagai mukzijat. Setiap orang dari kota ini, juga mereka yang berasal dari kota lain telah menikmati sedikit kebaikan hati Pater Bernardinus. Oleh karena itu saya mengusulkan agar Pastor Bernardinus diangkat sebagai pelindung kota Lecce.” Ketika tiba saat terakhir hidupnya, Bernardinus berkata kepada para pemimpin masyarkat: “Dari surga kediamanku yang abadi, Aku akan selalu melindungi kota Lecce dan seluruh umat.” Bernardinus Realino meninggal dunia pada tanggal 2 Juli 1616. 

(iman-katolik.or.id- gbr. Jesuit.org).


Pendalaman:

1. Karya apa yang dilakukan oleh Realino semasa hidupnya?

2. Segi-segi kekudusan apa yang tampak dalam hidup dan karya Realino? 

3. Mengapa ia disebut orang kudus?

Senin, 05 Juli 2021

Mengamati Pengalaman: "Makna Gereja sebagai umat Allah"

PENDASARAN KITAB SUCI MAKNA  GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH 


 Makna Gereja 1: Kisah para Rasul. 2:41-47 

41Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. 42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. 44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. 46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, 47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. 

Makna Gereja 2 :1Korintus 12:7-11 

Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.8 Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. 9 Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. 10 Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. 11 Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. 

Makna Gereja 3 : 1 Korintus 12:12 – 18 

12 Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. 13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. 14 Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. 15 Andaikata kaki berkata: “Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? 16 Dan andaikata telinga berkata: “Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? 17 Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? 18 Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.

Mengamati pengalaman "Gereja sebagai keluarga Allah" Audiensi Umum Paus Fransiskus pada tanggal 29 Mei 2013

 Paus : Gereja sebagai keluarga Allah 

(Audiensi Umum Paus Fransiskus pada tanggal 29 Mei 2013)

Saudara-saudari sekalian, Selamat pagi! Rabu lalu saya menekankan ikatan yang mendalam antara Roh Kudus dan Gereja. Hari ini saya ingin memulai beberapa katekese mengenai misteri Gereja, misteri yang kita semua alami dan kita turut ambil bagian di dalamnya. Saya ingin melakukannya dengan beberapa konsep yang jelas dalam teks-teks dari Konsili Vatikan II. Hari ini yang pertama adalah: “Gereja sebagai keluarga Allah”. Dalam beberapa bulan terakhir saya menyebutkan lebih dari sekali Perumpamaan tentang Anak yang Hilang atau, lebih tepatnya, Bapa Yang Murah Hati (bdk. Luk 15:11-32). Anak bungsu meninggalkan rumah ayahnya, menghabiskan semua yang ia miliki dan memutuskan untuk pulang lagi karena dia menyadari bahwa dia telah bersalah. Dia tidak lagi menganggap dirinya layak menjadi anak tapi berpikir ia memiliki kesempatan untuk dipekerjakan sebagai pembantu. Ayahnya, sebaliknya, berlari untuk menemui dia, memeluknya, mengembalikan kepadanya martabatnya sebagai anak dan merayakan hal tersebut. Perumpamaan ini, seperti yang lainnya dalam Injil, jelas menunjukkan rencana Allah bagi Umat manusia. Apakah rencana Allah itu? Yakni membuat kita semua menjadi satu keluarga sebagai anak-anak-Nya, di mana setiap orang merasa bahwa Allah itu dekat dan merasa dicintai olehNya, seperti dalam perumpamaan Injil, merasakan kehangatan menjadi keluarga Allah. Gereja berakar dalam rencana besar ini. Gereja bukan organisasi yang didirikan atas perjanjian antara beberapa orang, tetapi seperti Paus Benediktus XVI telah begitu sering mengingatkan kita Gereja adalah pekerjaan Allah, yang lahir justru dari rancangan penuh kasih, ini yang secara bertahap masuk ke dalam sejarah. Gereja ini lahir dari keinginan Allah untuk memanggil semua orang dalam persekutuan dengan dia, persahabatan dengan dia; untuk berbagi dalam kehidupan ilahi-Nya sendiri sebagai putra-putra dan putri-putri-Nya. Kata “Gereja”, berasal dari bahasa Yunani “ekklesia” , berarti “pertemuan akbar orang – orang yang dipanggil”: Allah memanggil kita, Ia mendorong kita untuk keluar dari individualisme kita, dari kecenderungan kita untuk menutup diri kita sendiri, dan Dia memanggil kita untuk menjadi keluarga-Nya. Selanjutnya, panggilan ini berasal dari penciptaan itu sendiri. Allah menciptakan kita supaya kita hidup dalam hubungan persahabatan yang mendalam dengan Dia, dan bahkan ketika dosa memutuskan hubungan dengan Dia, dengan orang lain dan dengan ciptaan lainnya, Allah tidak meninggalkan kita. Seluruh kisah keselamatan adalah kisah Allah yang berusaha meraih manusia, menawarkan cinta-Nya kepada mereka dan menyambut mereka. Ia memanggil Abraham untuk menjadi bapa dari banyak orang, Ia memilih orang Israel untuk membuat sebuah perjanjian yang akan merangkul semua orang, dan dalam kepenuhan waktu, Ia mengutus Putra-Nya sehingga rencana cinta dan keselamatan-Nya dapat digenapi dalam Perjanjian Baru dan kekal dengan seluruh Umat manusia. 

Ketika kita membaca Injil, kita melihat bahwa Yesus mengumpulkan di sekitarNya komunitas kecil yang menerima firman-Nya, mengikuti-Nya, turut serta dalam perjalanan-Nya, menjadi keluarga-Nya, dan dengan komunitas inilah Dia mempersiapkan dan membangun Gereja-Nya. Jadi dari manakah Gereja itu terlahir? Gereja lahir dari tindakan kasih yang paling agung dari Salib, dari sisi lambung Yesus yang ditusuk dan mengalirkan darah dan air, simbol dari Sakramen Ekaristi dan Pembaptisan. Darah kehidupan keluarga Allah, Gereja, adalah kasih Allah yang diaktualisasikan dalam mencintai diri-Nya dan orang lain, semua orang, tanpa membeda-bedakan atau membatasi. Gereja adalah keluarga yang kita cintai dan mencintai kita. Kapan Gereja memanifestasikan dirinya? Kita merayakannya dua minggu yang lalu, Gereja menjadi nyata ketika karunia Roh Kudus memenuhi hati para Rasul dan membakar semangat mereka untuk pergi ke luar dan memulai perjalanan mereka untuk mewartakan Injil, menyebarkan kasih Allah. Hari ini masih ada beberapa orang yang mengatakan: “Kristus ya, Gereja tidak”. Seperti orang yang mengatakan “Saya percaya pada Tuhan tetapi tidak pada Imam”. Tapi Gereja sendiri yang membawa Kristus kepada kita dan yang membawa kita kepada Allah. Gereja adalah keluarga besar anak-anak Allah. Tentu saja Gereja juga memiliki aspek manusiawi. Dalam diri mereka yang membentuk Gereja, para Imam dan Umat beriman, terdapat kekurangan, ketidaksempurnaan dan dosa. Paus juga memiliki hal-hal tersebut dan banyak dari mereka; tetapi yang indah adalah bahwa ketika kita menyadari bahwa kita adalah orang berdosa kita menemukan rahmat Allah yang selalu mengampuni. Jangan lupa: Allah selalu mengampuni dan menerima kita ke dalam cintanya yang penuh dengan pengampunan dan belas kasihan. Beberapa orang mengatakan bahwa dosa adalah suatu pelanggaran terhadap Allah, tetapi juga merupakan kesempatan untuk merendahkan diri sendiri untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang lain lebih indah: kerahiman Allah. Mari kita pikirkan hal ini. Mari kita bertanya pada diri kita hari ini: seberapa saya mencintai Gereja? Apakah saya berdoa untuknya? Apakah saya merasa menjadi bagian dari keluarga Gereja? Apa yang harus saya lakukan untuk memastikan bahwa Gereja adalah sebuah komunitas di mana masing-masing orang merasa diterima dan dipahami, merasa belas kasihan dan kasih Allah yang memperbaharui hidup? Iman adalah sebuah karunia dan sebuah perbuatan yang menjadi perhatian kita secara pribadi, tapi Allah memanggil kita untuk hidup dengan iman kita bersama-sama, sebagai sebuah keluarga, sebagai Gereja. Mari kita mohon kepada Tuhan, dengan cara yang sangat khusus selama Tahun Iman ini, semoga masyarakat kita, seluruh Gereja, semakin menjadi keluarga sejati yang hidup dan membawa kehangatan kasih Allah....(AO) 

Lapangan Santo Petrus, 29 Mei 2013, 

 Diterjemahkan dari: www.vatican.va dalam http://katolisitas.org/11518/paus-gereja-sebagai-keluarga-allah

Pendalaman:

1. Apa makna Gereja menurut Paus Fransiskus? 

2. Gambaran Gereja macam apakah yang terkandung dalam cerita ini? 

3. Apa makna Gereja sebagai keluarga Allah? 

4. Bagaimana sikap kita terhadap Gereja?

Minggu, 04 Juli 2021

Mengamati pengalaman: Makna dan arti hidup religius

 Makna dan arti hidup religius 

Dengan kaul-kaul atau ikatan suci lainnya yang dengan caranya yang khasmenyerupai kaul, orang beriman kristiani mewajibkan diri untuk hidup menuruttiga nasehat Injil tersebut. Ia mengabdikan diri seutuhnya kepada Allah yangdicintainya mengatasi segala sesuatu. Dengan demikian ia terikat untuk mengabdiAllah serta meluhurkan-Nya karena alasan yang baru dan istimewa. Karena baptis iatelah mati bagi dosa dan dikuduskan kepada Allah. Tetapi supaya dapatmemperoleh buah-buah rahmat babtis yang lebih melimpah, ia menghendaki untukdengan mengikrarkan nasehat-nasehat Injil dalam Gereja dibebaskan dari rintangan-rintangan,yang mungkin menjauhkannya dari cinta kasih yang berkobar dan dari kesempurnaan bakti kepada Allah, dan secara lebih erat ia disucikan untuk mengabdi Allah. Adapun pentakbisan akan makin sempurna, apabila dengan ikatan yang lebih kuat dan tetap makin jelas dilambangkan Kristus, yang dengan ikatan tak terputuskan bersatu dengan Gereja mempelai-Nya. Nasehat-nasehat Injil, secara istimewa menghubungkan mereka itu dengan Gereja dan misterinya. Maka dari itu hidup rohani mereka juga harus dibaktikan kepada kesejahteraan seluruh Gereja. Dari situ muncullah tugas, untuk-sekadar tenaga dan menurut bentuk khas panggilannya-entah dengan doa atau dengan karya-kegiatan, berjerih-payah guna mengakarkan dan mengungkapkan Kerajaan Kristus di hati orang-orang, dan untuk memperluasnya ke segala penjuru dunia. Oleh karena itu Gereja melindungi dan memajukan corak khas pelbagai tarekat religius. Maka pengikraran nasehat-nasehat Injil merupakan tanda, yang dapat dan harus menarik secara efektif semua anggota Gereja, untuk menunaikan tugas-tugas panggilan kristiani dengan tekun. Sebab umat Allah tidak mempunyai kediaman tetap disini, melainkan mencari kediaman yang akan datang. Maka status religius, yang lebih membebaskan para anggotanya dari keprihatinan-keprihatinan duniawi, juga lebih jelas memperlihatkan kepada semua orang beriman harta sorgawi yang sudah hadir di dunia ini, memberi kesaksian akan hidup baru dan kekal yang diperoleh berkat penebusan Kristus, dan mewartakan kebangkitan yang akan datang serta kemuliaan Kerajaan sorgawi. Corak hidup, yang dikenakan oleh Putera Allah ketika Ia memasuki dunia ini untuk melaksanakan kehendak Bapa, dan yang dikemukakan-Nya kepada para murid yang mengikuti-Nya, yang diteladan dan lebih dekat oleh status religius, dan senantiasa dihadirkan dalam Gereja. Akhirnya status itu juga secara istimewa menampilkan keunggulan Kerajaan Allah melampaui segalanya yang serba duniawi, dan menampakkan betapa pentingnya Kerajaan itu. Selain itu juga memperlihatkan kepada semua orang keagungan maha besar kekuatan Kristus yang meraja dan daya Roh Kudus yang tak terbatas, yang berkaryasecara mengagumkan dalam Gereja. Jadi meskipun status yang terwujudkan dengan pengikraran nasehat-nasehat Injil itu tidak termasuk susunan hirarkis Gereja, namun tidak dapat diceraikan dari kehidupan dan kesucian Gereja. (LG 44).

Mengamati Pengalaman : "Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus"

 Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus

 Theresia Martin dilahirkan di kota Alençon, Perancis, pada tanggal 2 Januari 1873. Ayahnya bernama Louis Martin dan ibunya Zelie Guerin. Pasangan tersebut dikarunia sembilan orang anak, tetapi hanya lima yang bertahan hidup hingga dewasa. Kelima bersaudara itu semuanya puteri dan semuanya menjadi biarawati! Ketika Theresia masih kanak-kanak, ibunya terserang penyakit kanker. Pada masa itu, mereka belum memiliki obat-obatan dan perawatan khusus seperti sekarang. Para dokter mengusahakan yang terbaik untuk menyembuhkannya, tetapi penyakit Nyonya Martin bertambah parah. Ia meninggal dunia ketika Theresia baru berusia empat tahun. Sepeninggal isterinya, ayah Theresia memutuskan untuk pindah ke kota Lisieux, di mana kerabat mereka tinggal. Di sana ada sebuah biara Karmel di mana para suster berdoa secara khusus untuk kepentingan seluruh dunia. Ketika Theresia berumur sepuluh tahun, seorang kakaknya, Pauline, masuk biara Karmel di Lisieux. Hal itu amat berat bagi Theresia. Pauline telah menjadi “ibunya yang kedua”, merawatnya dan mengajarinya, serta melakukan semua hal seperti yang dilakukan ibumu untuk kamu. Theresia sangat kehilangan Pauline hingga ia sakit parah. Meskipun sudah satu bulan Theresia sakit, tak satu pun dokter yang dapat menemukan penyakitnya. Ayah Theresia dan keempat saudarinya berdoa memohon bantuan Tuhan. Hingga, suatu hari patung Bunda Maria di kamar Theresia tersenyum padanya dan ia sembuh sama sekali dari penyakitnya! Suatu ketika, Theresia mendengar berita tentang seorang penjahat yang telah melakukan tiga kali pembunuhan dan sama sekali tidak merasa menyesal. Theresia mulai berdoa dan melakukan silih bagi penjahat itu (seperti menghindari hal-hal yang ia sukai dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang kurang ia sukai). Ia memohon pada Tuhan untuk mengubah hati penjahat itu. Sesaat sebelum kematiannya, penjahat itu meminta salib dan mencium Tubuh Yesus yang tergantung di kayu salib. Theresia sangat bahagia! Ia tahu bahwa penjahat itu telah menyesali dosanya di hadapan Tuhan. Theresia sangat mencintai Yesus. Ia ingin mempersembahkan seluruh hidupnya bagi-Nya. Ia ingin masuk biara Karmel agar ia dapat menghabiskan seluruh harinya dengan bekerja dan berdoa bagi orang-orang yang belum mengenal dan mengasihi Tuhan. Tetapi masalahnya, ia terlalu muda. Jadi, ia berdoa dan menunggu dan menunggu dan berdoa. Hingga akhirnya, ketika umurnya lima belas tahun, atas ijin khusus dari Paus, ia diijinkan masuk biara Karmelit di Liseux. Apa yang dilakukan Theresia di biara? Tidak ada yang istimewa. Tetapi, ia mempunyai suatu rahasia: CINTA. Suatu ketika Theresia mengatakan, “Tuhan tidak menginginkan kita untuk melakukan ini atau pun itu, Ia ingin kita mencintai-Nya.” Jadi, Theresia berusaha untuk selalu mencintai. Ia berusaha untuk senantiasa lemah lembut dan sabar, walaupun itu bukan hal yang selalu mudah. Para suster biasa mencuci baju-baju mereka dengan tangan. Seorang suster tanpa sengaja selalu mencipratkan air kotor ke wajah Theresia. Tetapi Theresia tidak pernah menegur atau pun marah kepadanya. Theresia juga menawarkan diri untuk melayani suster tua yang selalu bersungut-sungut dan banyak kali mengeluh karena sakitnya. Theresia berusaha melayani dia seolaholah ia melayani Yesus. Ia percaya bahwa jika kita mengasihi sesama, kita juga mengasihi Yesus. Mencintai adalah pekerjaan yang membuat Theresia sangat bahagia. Hanya sembilan tahun lamanya Theresia menjadi biarawati. Ia terserang penyakit tuberculosis (TBC) yang membuatnya sangat menderita. Kala itu belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit TBC. Dokter hanya bisa sedikit menolong. Ketika ajal menjelang, Theresia memandang salib dan berbisik, “O, aku cinta pada-Nya, Tuhanku, aku cinta pada-Mu!” Pada tanggal 30 September 1897, Theresia meninggal dunia ketika usianya masih dua puluh empat tahun. Sebelum wafat, Theresia berjanji untuk tidak menyerah pada rahasianya. Ia berjanji untuk tetap mencintai dan menolong sesama dari surga. Sebelum meninggal Theresia mengatakan, “Dari surga aku akan berbuat kebaikan bagi dunia.” Dan ia menepati janjinya! Semua orang dari seluruh dunia yang memohon bantuan St. Theresia untuk mendoakan mereka kepada Tuhan telah memperoleh jawaban atas doa-doa mereka.

Sumber: Kisah orang Kudus

Pendalaman:

a. Apa yang dipraktikkan St. Theresia? 

b. Apa hakikat dan makna hidup membiara? 

c. Apa inti hidup membiara? 

d. Apa makna kaul? 

e. Bagaimana caranya memupuk benih panggilan? 

f. Apa saja tantangan dalam hidup membiara?

Mengamati pengalaman "Saya Tidak Ingin Diganggu!"

Saya Tidak Ingin Diganggu! 

“Biasanya saya mendahulukan ego saya ketika di rumah, apalagi jika sedang dikejar deadline. Saya akan sibuk di depan komputer, penuh konsentrasi dan tidak mudah diganggu. Ketika anak atau istri saya mengganggu, saya akan mudah emosi karena ‘tekanan deadline’ (atau kadang-kadang sebenarnya hanya ‘keasikan pribadi saya’) ditambah dengan permintaan/tekanan anak atau istri. Nada bicara saya akan mudah meninggi. Setelah itu istri akan marah juga. Dan pada akhirnya istri saya akan mengatakan ‘papa sekarang gampang marah’. Hal yang saya lakukan sekarang adalah memberi perhatian akan kebutuhan anak dan istri. Jika anak saya yang masih TK minta dibacakan sesuatu, saya bacakan sambil memberi dia kasih sayang dengan memangkunya dan memeluknya. Jika anak saya yang besar minta dibantu belajar, saya mencoba merelakan kepentingan saya dan memberi perhatian akan kebutuhan anak saya. Jika istri minta tolong sesuatu, saya segera meninggalkan konsentrasi saya, dan membantu istri terlebih dahulu. Kadang-kadang memang terlalu sulit. Sampai-sampai pekerjaan yang sedang dikerjakan jadi terbengkalai. Dan juga sulit untuk selalu tetap melakukan hal-hal yang baik tersebut. Perlu kesadaran penuh (akan niat memperhatikan istri dan anak) ketika permintaan anak dan istri itu datang. Salah satu kuncinya adalah penyerahan kepada Tuhan. ‘Pekerjaan dengan deadlinenya’ saya serahkan pada Tuhan. Walaupun waktu saya tidak sepenuhnya pada pekerjaan, saya yakin Tuhan akan mencukupkan waktunya. Ketika Tuhan turun tangan, dengan waktu yang terbatas pun (karena banyak gangguan dari anak dan istri) saya akan mampu menyelesaikannya. Ternyata ketika saya punya masalah. Itu adalah ujian dari Tuhan juga. Apa yang saya pentingkan di dunia ini? Mengerjakan tugas (yang kadang-kadang adalah kepentingan pribadi) atau mengasihi keluarga? Kalau saya lengah, saya pasti akan mementingkan tugas, dengan akibat emosi tinggi di rumah. Tetapi jika saya sadar akan ujian ini, saya akan memilih untuk mengasihi keluarga saya. Saya harap saya bisa tetap mempertahankan sikap ini sehingga bisa menjadi pria sejati seperti Kristus. 

Sumber: http://priasejatikatolik.org

Pendalaman:

1) Apa yang dikisahkan dalam cerita itu? 

2) Apa yang menjadi sebab kemarahan si Bapak keluarga dalam cerita itu? 

3) Apa yang menjadi kunci bagi Bapak keluarga itu untuk membuka relasi, komunikasi dengan istri serta anak-anaknya? 

4) Bagaiaman upaya Bapak keluarga itu untuk menjadi seorang pria sejati dalam keluarga? 

5) Bagaimana pengalaman relasi dengan anggota keluargamu sendiri?

Mengamati pengalaman: Bangkit dari keterpurukan

Bangkit dari keterpurukan 

“Pada tahun 2000, bulan Juli, suami saya, ayah dari anak-anak meninggalkan kami untuk selama-lamanya kembali ke haribaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Betapa kiamatnya hidup saya menyaksikan anak-anak yang masih kecil-kecil yang benar-benar membutuhkan kehadiran kedua orang tua mereka. Sampai kira-kira satu tahun, saya dalam keadaan seperti orang yang tidak waras, tidak mempedulikan diri sendiri, serta benar-benar merasakan panjangnya malam. Pada suatu hari, kira-kira jam 09.00 pagi, saya bersiap-siap akan menjemput anak kedua saya, yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak. Waktu saya membuka lemari untuk berganti pakaian, terlihat sekilas piyama (baju tidur) almarhum suaminya. Piyama itu sangat disayangi oleh suami. Ketika mengenakan piyama itulah, saya melepaskan arwah suami saya. Hati saya luluh, piyama itu saya dekap erat-erat untuk melepaskan rindu dan haru, air mata berderai membasahi piyama. Saya baru sadar, waktu mendengar suara anak sulung saya yang baru pulang dari sekolah menanyakan adiknya, “Ma, mana adik? Ini saya bawa permen untuknya.” Saya kaget mendengar si sulung menanyakan adiknya. Ternyata saya bersimpuh mendekap piyama itu selama hampir tiga jam. Saya bergegas meninggalkan rumah untuk menjemput adiknya. Waktu saya tiba di sekolah, ternyata sudah sepi dan anak saya pun tidak ada di sana. Dua hari saya dilanda beban perasaan serba bingung entah ke mana harus saya cari. Tiba-tiba ada orang yang menghantarkan anak saya ke rumah. Rupanya waktu itu anak saya pulang sendiri dan tersesat. Beruntung ada orang berbaik hati membawa dia pulang. Sejak peristiwa itu, saya berjanji pada diri sendiri akan mencurahkan kasih sayang dan perhatian saya kepada ketiga anak saya. Untuk itu keadaan di rumah saya ubah. Bahkan tidurpun saya pindah ke kamar belakang bersama anak-anak. Melalui perantaraan Bunda Maria, aku berdoa setiap hari memohon kekuatan serta berkat dari Yesus Puteranya agar dapat berjuang melanjutkan hidup ini sebagai orang tua tunggal, guna membesarkan dan mendidik anak-anak untuk menyongsong masa depannya. (MM)

Pendalaman:

a. Apa yang membuat ibu itu sedih berkepanjangan? 

b. Apa yang membuatnya sadar?

 c. Apa yang dilakukannya kemudian? 

d. Apa pendapat kamu tentang kisah ini? 

e. Adakah pengalaman pribadimu atau pengalaman dari orang lain yang kamu dengar tentang 

   pemaknaan hidup dalam suatu peristiwa kehidupan? 

Senin, 22 Februari 2021

CARLO ACUTIS ( beato"yang terberkati")


sumber:

Paroki Minomartani
GEREJA KATOLIK ST PETRUS PAULUS YOGYAKARTA
http://parokiminomartani.com/carloacutis/ 
Dokumen Rekomendasi : Christus Vivit 

Beato Carlo Acutis ialah orang kontemporer termuda yang dibeatifikasi, sebuah jalan yang diambil oleh dua anak gembala Portugis yang hidup di awal tahun 1900-an yang dinyatakan sebagai santo Katolik pada tahun 2017. Pada upacara beatifikasi di Basilika Santo Fransiskus dari Assisi, potret Acutis perlahan-lahan diresmikan, memperlihatkan seorang remaja tersenyum dengan kemeja polo merah, rambut hitam keritingnya diterangi lingkaran cahaya. Kardinal Agostino Vallini, wakil kepausan untuk Assisi basilicas, mencium setiap orang tua yang mengenakan topeng, Andrea Acutis dan Antonia Salzano, setelah membaca proklamasi yang dideklarasikan oleh Paus Francis. Dia di sebut sebagai “santo pelindung internet”, Acutis membuat situs web untuk membuat katalog keajaiban dan mengelola situs web untuk beberapa organisasi Katolik setempat. Saat masih di sekolah dasar, Acutis belajar sendiri membuat script kode menggunakan buku teks ilmu komputer universitas, kemudian belajar cara mengedit video dan membuat animasi.
“Ada dalam dirinya kecenderungan alami untuk yang suci,” kata ibunya.
Keingintahuan mendorongnya untuk mempelajari teologi untuk menjawab pertanyaannya, memperbarui imannya sendiri. “Carlo Acutis menyelamatkanku. Saya adalah seorang yang buta huruf. Saya kembali berkat Pastor Ilio Carrai, Padre Pio dari Bologna, jika tidak saya akan merasa didiskreditkan dalam otoritas orang tua saya. Itu adalah jalan yang terus berlanjut. Saya berharap setidaknya berakhir di api penyucian, ”katanya kepada harian Milan.
Carlo Acutis meninggal sebab leukemia akut 12 Oktober 2006. Carlo ditempatkan di jalan menuju kesucian setelah Paus Fransiskus menyetujui mukjizat yang dikaitkan dengan Acutis: Penyembuhan seorang anak laki-laki Brasil berusia 7 tahun dari kelainan pankreas yang langka setelah melakukan kontak dengan peninggalan Acutis, sepotong dari salah satu kaos yang pernah dikenakannya.
“Saya yakin dia sudah menjadi orang suci saat masih hidup. Dia menyembuhkan seorang wanita dari kanker, berdoa kepada Madonna of Pompeii, ”kata ibunya kepada Corriere. Mukjizat terverifikasi lainnya diperlukan untuk kesucian, meskipun Paus Francis telah mengesampingkan hal itu.
Carlo Acutis dimakamkan di Assisi atas permintaannya sendiri, setelah menjadi pengagum Santo Fransiskus dari Assisi atas dedikasinya kepada orang miskin. Kota Umbria adalah salah satu tujuan perjalanan favoritnya. Tubuhnya, yang dibalut pakaian olahraga dan sepatu kets, telah dipamerkan untuk dihormati di sebuah tempat perlindungan di kota, dan hatinya akan dipajang di sebuah relikwi di Basilika Santo Fransiskus. Carlo Acutis memberi tahu ibunya bahwa dia akan memberinya banyak tanda kehadirannya setelah kematian. “Sebelum dia meninggalkan kami, saya mengatakan kepadanya: Jika di surga Anda menemukan teman berkaki empat kami, carilah Billy, anjing masa kecil saya yang tidak pernah dia kenal,” kata sang ibu. Suatu hari dia mendapat telepon dari seorang bibi yang tidak mengetahui hal ini mengatakan “Saya melihat Carlo dalam mimpi malam ini. Dia memeluk Billy. “

 

 

 


Minggu, 14 Februari 2021

TRADISI: UPACARA SUKU DAYAK MARATUS

UPACARA SUKU DAYAK MARATUS


Suku Dayak Meratus merupakan kelompok masyarakat Dayak yang hidup dan menetap di desa Kiyu, Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Setiap tahun, suku Dayak Meratus ini menyelenggarakan upacara syukuran adat yakni Aruh Ganal. Seperti tahun sebelumnya, tradisi ini dilaksanakan setiap pertengahan tahun setelah musim panen raya padi tiba, sekitar bulan Juli hingga Agustus. Bagi suku Dayak Meratus, ritual ini diyakini dapat menjauhkan mereka dari bencana gagal panen. Melalui ritual inilah, mereka juga memohon kepada Sang Pencipta agar di musim tanam berikutnya, tanaman mereka terhindar dari hama penyakit dan memperoleh hasil panen yang melimpah. 

Bagi suku Dayak Meratus, pelaksanaan tradisi ini memiliki arti penting. Begitu kuatnya kepercayaan mereka terhadap arti tradisi ini, jauh hari sebelum tradisi dilaksanakan, segala kebutuhan tradisi telah disiapkan. Di dalam sebuah balai adat yang bentuknya seperti rumah panggung, mereka biasanya merencanakan rangkaian acara tradisi. Para sesepuh adat mengawalinya dengan menentukan hari pelaksanaan tradisi. Biasanya, awal bulan di pertengahan tahun selalu menjadi pilihan waktu pelaksanaan tradisi. Mereka percaya, jika Aruh Ganal digelar pada awal bulan, jumlah hasil panen di tahun berikutnya akan semakin melimpah. Percaya atau tidak, itulah kepercayaan suku Dayak Meratus yang dibandingkan hasil tahun sebelumnya, Aruh Ganal hanya dilaksanakan selama 5 hari berturut. Bahkan jika jumlah panen mereka hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tradisi ini dilaksanakan hanya dalam 1 hari 1 malam saja. Setelah hari baik telah ditentukan, suku Dayak Meratus mulai mempersiapkan kebutuhan tradisi satu hari sebelum Aruh Ganal dilaksanakan. Kaum wanita bertugas mempersiapkan hidangan untuk para peserta ritual dan tamu undangan, seperti memasak lamang. Lamang merupakan beras ketan yang telah dicampur santan kemudian dimasukkan ke dalam buluh bambu dan dibakar hingga matang. Sementara kaum lelaki, menghias Balai Adat dengan berbagai jenis bunga dan janur kelapa. Nantinya, di Balai Adat inilah, tradisi Aruh Ganal dilaksanakan. Tak terlewatkan, mereka juga mengundang suku Dayak dari kampung lain dan para pejabat pemerintah setempat untuk hadir dalam upacara adat Aruh Ganal. Ketika hari tradisi Aruh Ganal tiba, semua warga Dayak Meratus beserta tamu undangan berkumpul di Balai Adat di desa Kiyu. 

Saat pelaksanaan tradisi, tidak ada satupun warga Dayak Meratus yang umumnya petani bekerja di ladang. Secara khusus, mereka membuat hari itu sebagai hari libur untuk bekerja. Jika tradisi ini dilaksanakan selama beberapa hari, dalam beberapa hari itu pula, suku Dayak Maratus menjadikannya sebagai hari libur. Biasanya, rangkaian tradisi Aruh Ganal dimulai ketika hari menjelang malam. Dalam tradisi ini, yang menjadi pemimpin yakni Damang, sebutan bagi ketua adat kampung Dayak Meratus. Ketika Damang membaca mantera dan membakar kemenyan, tradisi Aruh Ganal- pun dimulai. Dalam bahasa Dayak, para peserta tradisi membaca doa kepada Sang Pencipta. Tepat di tengah Balai Adat terdapat sesaji yang khusus dijadikan persembahan kepada leluhur desa. Setelah berdoa, Damang mulai melakukan ritual pemanggilan roh para leluhur. Suara tabuhan gendang yang dimainkan oleh empat orang wanita Dayak menjadi media pemanggilan roh. Ketika beberapa orang warga Dayak Meratus tampak tidak sadarkan diri, saat itulah roh leluhur diyakini masuk ke dalam tubuh mereka. Tanpa ada yang memerintah, mereka berdiri dan menari mengelilingi sesaji yang diletakkan di tengah Balai Adat. Seperti memperoleh kekuatan supranatural, mereka menari tanpa henti hingga hari menjelang pagi. Sementara mereka menari, Damang beserta peserta tradisi yang lainnya membaca doa tanpa henti hingga malam berganti pagi. Setelah matahari terbit, Damang kembali membakar kemenyan dan membaca mantera. Dengan bantuan Damang itulah, beberapa peserta tradisi yang malam sebelumnya kerasukan roh leluhur, kembali sadar. Ketika itu, warga sejak dulu hingga kini masih dilaksanakan. Tradisi Aruh Ganal biasanya dilaksanakan selama 5 hingga 12 hari. Penentuan itu berdasarkan pada jumlah hasil panen yang mereka peroleh selama satu tahun. Jika hasil panen di tahun ini melimpah, tradisi dilaksanakan Dayak percaya, roh leluhur telah hadir dan ikut dalam pesta Aruh Ganal. 

Acara tradisi kemudian dilanjutkan dengan makan bersama. Menu utama dalam tradisi ini yakni Lamang atau nasi ketan berbungkus buluh bambu yang telah disiapkan sebelumnya. Tanpa ada perbedaan status sosial, setiap peserta tradisi memperoleh lamang dalam jumlah yang sama. Tanpa membedakan berapa hari tradisi Aruh Ganal dilaksanakan, berdoa, menari, serta makan bersama menjadi rangkaian acara yang rutin dilaksanakan mulai dari hari pertama tradisi hingga tradisi ini usai. Jika tradisi ini dilaksanakan selama 5 hari, suku Dayak Meratus merayakannya selama 5 hari 5 malam tanpa henti. Begitu juga ketika tradisi Aruh Ganal ini berlangsung selama 12 hari. Ketika hari tradisi telah mencapai hari terakhir, ritual Aruh Ganal diakhiri dengan acara pemberian sedekah. Ketika hari tradisi Aruh Ganal usai, suku Dayak Meratus memberikan beberapa bagian dari hasil panen yang telah mereka peroleh kepada warga dari kampung lain. Tidak ada ketentuan khusus, berapa bagian yang harus diberikan, tergantung pada keikhlasan dari warga Meratus sendiri. Bagi suku Dayak Meratus, tradisi ini bukan hanya sebagai perayaan syukur, melainkan juga simbol mempererat persaudaraan dan saling berbagi kepada sesama. Keesokan hari, setelah pelaksanaan tradisi Aruh Ganal usai, warga Dayak Meratus kembali melaksanakan aktivitas keseharian mereka seperti biasa yakni berladang dan berburu di hutan.

http://anakmeratus.blogspot.com/2011/04/upacara-syukuran-suku-dayak-meratus. html

Jumat, 15 Januari 2021

Gereja Timur & Ritus2nya

https://www.instagram.com/p/CKEYbeJpqqw/?igshid=1cuapc5yrvyk9

Penjelasan antara timur dan barat https://www.instagram.com/p/CKDeENVp2lt/?igshid=tbed2cp0g5i6

Rabu, 13 Januari 2021

KSPL Pengantar (mata kuliah)

 

KSPL ini ditulis oleh: 

Bpk. Yohanes Sukendar M.Th

BAB   I   PENGANTAR UMUM

 

1.           Pengertian

  Kita mulai pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama ini dengan suatu pertanyaan apakah Alkitab itu? Pertanyaan ini penting sebelum kita mengambil langkah lebih lanjut untuk mempelajari Kitab Suci. Di bawah ini akan dijelaskan apa sebenarnya Alkitab itu.

 

1.1.Alkitab adalah Kitab Suci orang Kristen

Kata Alkitab berasal dari bahasa Arab dan secara harafiah berarti buku. Meskipun kata ini bisa berarti “Kitab Suci” dalam pemakaiannya kata ini digunakan oleh orang Arab khususnya untuk menunjukkan Kitab Suci orang Kristen. Penganut agama Kristen di dunia Arab biasanya disebut: ahal Alkitab, artinya umat yang memiliki Kitab Suci. Di Indonesia kata Alkitab dipakai untuk menyebut nama Kitab Suci orang Kristen (Katolik dan Protestan).

 

1.2.      Alkitab adalah suatu buku yang unik

Alkitab adalah suatu buku dan sebagai buku dapat ditempatkan di antara atau di samping buku-buku yang lain. Kita dapat membandingkan Alkitab dengan buku-buku lain untuk lebih menyadari ciri-cirinya yang khas. Kita dapat mengatakan bahwa Alkitab adalah buku yang unik, keunikan ini nampak:

1.2.1.     Judul Alkitab kita ambil dari bahasa Arab. Barangkali ada gunanya untuk melihat judul ini dalam bahasa lain. Dalam bahasa Yunani Alkitab disebut Biblia artinya kitab-kitab (bdk 2 Tim 4:13). Nama ini kemudian dilatinkan dan kemudian menjadi bentuk tunggal  Biblia artinya Kitab. Nama Latin ini kemudian diambil alih oleh banyak bahasa Eropa lainnya seperti Inggris (Bible), Belanda (Bijbel), Jerman (Bibel) dan Italia (Bibblia). Melihat kata Yunaninya jelas bahwa Alkitab sebagai buku sebenarnya tidak terdiri dari satu buku, tetapi dari banyak “buku”. Kami berikan kata “buku” dalam tanda kutip karena ada yang tidak dapat disebut buku. Surat-surat Paulus misalnya jelas tidak dapat disebut buku. Namanya saja surat. Jadi kata “buku” di sini dipakai dalam arti luas. Jumah buku yang membentuk Alkitab ada 73 buah. Dengan demikian kita dapat menyebut Alkitab sebagai suatu perpustakaan kecil.

1.2.2.     Alkitab kita adalah suatu terjemahan. Dalam bahasa aslinya, Alkitab sebenarnya ditulis dalam tiga bahasa, yakni Ibrani, Aram dan Yunani. Bahkan ada buku yang ditulis dalam dua bahasa, misalnya Ester dalam bahasa Ibrani dan Yunani.

 


1.2.3      Sebagai kesatuan atau satu buku Alkitab tidak mencantumkan pengarangnya, namun Alkitab tidak jatuh atau turun dari langit. Alkitab benar-benar ditulis oleh manusia. Nama pengarang yang disebut hanya terdapat dalam sejumlah kecil kitab. Sebagian besar tidak mencantumkan nama pengarangnya. Dari data-data singkat yang diberikan kita dapat melihat bahwa pengarang-pengarang ini tidak hidup dalam satu zaman dan juga tidak pada satu tempat atau daerah. Jarak waktu yang memisahkan pengarang-pengarang ini satu sama lain bisa sampai 10 abad. Lebih-lebih jarak antara penulis Alkitab dengan kita sekarang.

1.2.4.     Karena ada pengarang, maka dengan sendirinya buku-buku ini ditulis dalam aneka ragam gaya bahasa. Jenis kesusasteraannya pun ada bermacam-macam. Ada prosa, puisi, cerita, hukum, pidato, kotbah, surat, nyanyian, otobiografi dan sebagainya, pendeknya ada suatu kekayaan bentuk dan jenis kesusasteraan yang luar biasa.

  Melihat semuanya itu haruslah kita akui bahwa Alkitab adalah buku yang unik atau lain daripada yang lain. Pertanyaan yang sekarang muncul ialah siapakah yang telah mengumpulkan buku-buku yang beranekaragam ini menjadi satu dan mengapa?

 

1.3.     Alkitab adalah buku Gereja, buku imannya

Buku yang unik ini ternyata tidak dapat dipisahkan dari Gereja. Alkitab adalah buku Gereja, buku imannya. Gejalah yang telah mengumpulkan kitab-kitab yang beranekaragam ini menjadi satu karena dia telah melihat di dalamnya terkandung kesaksian imannya yang paling otentik.

Alkitab tidak dapat dipisahkan dari Gereja, dari suatu umat yang percaya. Gereja ada lebih dahulu dari Alkitab. Gereja yang sekarang adalah pewaris, penerus, dan pengaku Iman yang tidak terputus dari suatu umat yang menerima dan mengaku bahwa Allah telah menyatakan Diri kepada mereka. Umat perdana atau Gereja para Rasul  telah mengalami pemyataan diri Allah, kemudian memberi kesaksian, dan akhirnya menulis pengalaman‑pengalaman dan kesaksian‑kesaksian itu. Latar belakang, alasan dan tujuan penulisan itu dapat dirumuskan bermacam‑macam. Bagaimanapun juga mereka yang telah menuliskan itu mau membagikan pengalaman imannya dan pengalaman iman umat untuk mengundang orang lain masuk dalam persekutuan iman dengan mereka. Penulisan merupakan bukti dan jaminan yang sukar dibantah dari segala kebenaran yang disaksikan.

Alkitab kita terima dari Gereja. Gerejalah yang menyaksikan bahwa buku ini adalah Kitab Sucinya. Tanpa Gereja kita tidak mungkin mengatakan bahwa buku ini adalah Kitab Suci. Karena Alkitab adalah buku Gereja, dia mempunyai tempat yang sangat sentral dalam kehidupannya sebagai hukum dan kaidah tertinggi dari imannya. Alasannya karena Gereja melihat buku ini sebagai Sabda Allah. Tentang arti Akitab sebagai Sabda Allah akan kita lihat di bawah.

 

1.4.     Alkitab adalah buku kesaksian tentang Allah dan jawaban manusia


        Alkitab adalah buku Iman Gereja dan hal yang paling mendasar dari pengakuan iman ini ialah bahwa Allah telah menyatakan diriNya kepada manusia dalam sejarah. Seluruh Alkitab menyaksikan hal ini. Tetapi Alkitab bukan saja menyaksikan karya Allah, tetapi juga jawaban manusia baik secara bersama maupun secara perorangan terhadap karya Allah tersebut. Tidak ada buku yang demikian menyadarkan kita akan kehadiran Allah dan karya-Nya dalam sejarah daripada Alkitab.

Ada baiknya sekarang kita melihat secara lebih luas kesaksian yang diberikan tentang Allah disini. Alkitab terdiri dari dua bagian besar yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kita melihat kesaksian kedua bagian ini masing‑masing dan kesatuannya.

Perjanjian Lama adalah kesaksian tentang karya Allah dalam sejarah Israel. Yang memberi kesaksian tentang hal ini ialah Israel. Israel menyaksikan bahwa Allah telah hidup dan bergaul dengan mereka dan sejarahnya yang panjang dan penuh gejolak itu adalah sejarah Allah. Sejarah ini dimulai dengan janji yang diberikan Allah kepada nenek moyang mereka yakni untuk memberikan tanah Kanaan kepada mereka sebagai milik pusaka. Sebelum tanah diberikan, nenek moyang mereka selama ratusan tahun hidup di Mesir sebagai budak. Tuhan kemudian membebaskan mereka dari tanah Mesir, menuntun mereka melalui padang gurun, mengadakan perjanjian dengan mereka di Gunung Sinai dengan menyatakan diri sebagai Allah mereka dan mereka adalah umat kesayangan‑Nya. Kemudian Tuhan menyerahkan Tanah Kanaan kepada mereka sebagai milik pusaka. Penyerahan ini terjadi melalui peperangan tetapi Tuhan selalu membimbing mereka sehingga mereka menang dan dapat menghidupinya.Sejarah hidup mereka di tanah perjanjian yang berlangsung kurang lebih 7 abad adalah sejarah yang penuh pergolakan dan tantangan di tengah‑tengah bangsa lain. Sejarah ini dapat dikatakan sejarah dosa atau ketidaksetiaan mereka terhadap Allah. Meskipun Tuhan hadir di tengah‑tengah mereka dan terus‑menerus memperingatkan mereka dengan perantaraan para nabi‑Nya yang menyampaikan firman‑Nya.

            Akhirnya karena ketidaksetiaan ini Tuhan menghukum mereka dengan membuang mereka ke Asyur dan kemudian ke Babel. Pembuangan yang terakhir ini adalah yang terkenal dan yang paling pahit dalam sejarah mereka karena mulai scat itu mereka kehilangan identitas mereka sebagai bangsa. Namun di pembuangan Babel Tuhan tidak  meninggalkan mereka. Dia tetap menyayangi mereka dengan mengirimkan nabi‑nabi‑Nya untuk menyadarkan mereka akan panggilan‑Nya dan membangkitkan pengharapan kepada Tuhan penyelamat. Kurang lebih setelah lima puluh tahun berada di pembuangan, mereka diperkenankan oleh kekuasaan Persia yang waktu itu muncul menggantikan Babel untuk kembali ke Palestina. Ini juga adalah karya Tuhan. Mereka boleh mendirikan kembali Bait Suci dan bebas menjalankan kewajiban agamanya. Masa damai yang berlangsung kurang lebih dua abad ini hampir tidak meninggalkan suatu kesaksian pun tentang karya Allah bagi mereka. Demikian pula dua setengah abad terakhir sejarah mereka di bawah tekanan kekuasaan Yunani. Meskipun mereka tetap percaya bahwa sejarah mereka berada di bawah bimbingan Tuhan, kesaksian yang menggetarkan tentang karya Allah seperti periode awal kerajaan dan pembuangan tidak lagi lantang terdengar. Sebagai gantinya kita lebih banyak mendengar jawaban umat yang mengalami "Persembunyian" Allah.


Perjanjian Lama tidak hanya memberikan kesaksian tentang karya-karya Allah. Dia juga menyaksikan jawaban Israel terhadap karya‑karya tersebut. Salah satu buku yang memberikan kesaksian yang paling menggetarkan tentang jawaban ini ialah Mazmur. Sejarah pergaulan Allah dengan Israel dan jawabannya adalah sejarah yang berlangsung kurang lebih 2000 tahun. Sungguh tidak ternilai kekayaan kesaksian yang diberikan di sini.

Perjanjian Baru adalah kesaksian tentang karya Allah dengan umat manusia dalam diri Yesus Kristus. Seluruh kesaksian Perjanjian Baru ber pusat pada Kristus. "Setelah pada jaman dahulu Allah berulangkali telah berbagai terra berbicara kepada nenek moyang kits dengan perantaraan para nabi, maka pada jaman akhir ini la telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Putera‑Nya." (Ibr. 1:1‑2a). Dalam Yesus Kristus Allah telah berbicara secara definitif kapada manusia: "Oleh Dialah Allah telah menjadikan alam semesta. la adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. la penopang segala yang ada dengan firman‑Nya yang penuh kuasa. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, la duduk di sebelah kanan yang maha besar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi daripada malaikat‑malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepadaNya jauh lebih indah daripada nama mereka." (Ibr. 1:2b‑4).

Dari Ibrani 1:1‑4 di atas jelaslah bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kesaksian tentang Allah dalam Perjanjian Lama dan kesaksian Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru. Keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hanya satu Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

            Perjanjian Baru juga memberi kesaksian bahwa Tuhan Yesus memberi perintah kepada para murid‑Nya supaya pergi ke seluruh dunia dan menjadikan segala bangsa menjadi murid‑Nya dan mempermandikan mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Para murid juga diperintahkan untuk mengajar semua orang yang percaya melakukan segala yang diperintahkan (Mat. 28:19‑20). Dan para murid melaksanakan perintah itu. Di mana‑mana mereka menyaksikan bahwa Allah begitu mengasihi dunia sehingga Dia telah menganugerahkan Putera‑Nya sendiri untuk menyelamatkan kita (Yoh. 3:16). Mereka menyaksikan perbuatan dan kata-kata‑Nya dan terutama bahwa Dia telah disalibkan dan dibangkitkan untuk menebus dosa manusia dan memberikan mereka kehidupan. Di mana‑mana mereka membentuk umat baru yang percaya kepada Kristus. Dan Roh Allah selalu menyertai dan menguatkan mereka, mereka juga menyaksikan bahwa dalam jemaat‑jemaat yang bans didirikan timbul persoalan‑persoalan iman sehingga mereka terpaksa menulis surat‑surat untuk meneguhkan dan memperdalam iman mereka pada Kristus. Juga dalam Perjanjian Baru ada kesaksian tentang jawaban manusia terhadap pemyataan dari Allah dalam Kristus. Ada macam‑macam jawaban dan hal ini sangat jelas disaksikan dalam empat Injil. Ada yang ragu‑ragu, yang lain kagum dan percaya kepada‑Nya dan yang lain lagi kecewa, membantah, meninggalkan Dia dan bahkan menolak‑Nya dengan menyalibkan Dia. Kesaksian jawaban yang paling mengagumkan dan menggetarkan diberikan oleh Rasul Agung St. Paulus, Guru para bangsa.

 


1.5.Alkitab adalah Sabda Allah dalam bahasa manusia

       Alkitab adalah Sabda Allah dalam bahasa  manusia. Kita perlu mengerti pengakuan Iman ini dengan baik karena kerapkali orang mengalami kesukaran bahkan ragu‑ragu apabila membaca teks‑teks tertentu dan menanyakan apakah ini Sabda Allah atau tidak. Sebagian besar teks Kitab Suci berbentuk cerita dan kerapkali orang menjadi bingung dan menanyakan apa yang disabdakan Allah dalam berita tersebut. Jarang satu teks Kitab Suci berbicara langsung pada pembaca atau pendengar sekarang.

Alkitab adalah Sabda Allah, karena Dia memberi kesaksian tentang Allah, tentang karya‑Nya dan Sabda‑Nya Kesaksian apa yang diberikan tentang Allah dan jenis kesaksian itu telah kita lihat di atas. Puncak dari kesaksiannya tentang Allah ialah: tentang Yesus yang adalah Sabda Allah sendiri dalam daging atau kelemahan wujud manusia (Yoh. 1:1‑18).

Perjanjian Baru diresapi seluruhnya oleh Sang Sabda ini, oleh pribadi‑Nya, kehadiran dan Sabda‑Nya. Mendengarkan bacaan‑bacaan Perjanjian Baru membawa pendengar langsung berkontak dengan Kristus, dengan Allah Bapa‑Nya. Hal yang sama berlaku pula untuk Perjanjian Lama. Meskipun tidak sama kekuatannya di mana‑mana. Membaca Perjanjian Lama terus‑menerus membawa kita kontak dengan pikiran dan perasaan Allah, menghadapkan kita dengan kehadiran‑Nya. Mengapa Kitab Suci bersifat demikian? Pertanyaan ini membawa kita pada alasan kedua, yakni karena Kitab Suci ditulis atas dorongan, hembusan dan ilham Roh Kudus. Kita dengarkan kesaksian 2 Ptr. 1:2  "Yang terutama kamu harus ketahui ialah bahwa nubuat‑nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang‑orang berbicara atas nama Allah". Karena Roh Allahlah yang menjiwai segala yang disampaikan, maka "Firman Allah itu hidup dan kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun; la masuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi‑sendi dan sumsum. Dia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita" (Ibr. 4:12). Kitab Suci bukan hanya memberi kesaksian tentang Allah tetapi sanggup mengundang dan memasuki hati setiap orang yang percaya untuk menjawab Sabda tersebut, bergaul dengan Allah dan memasuki hidup Allah.

Kitab Suci adalah sabda Allah dalam bahasa manusia artinya melalui Kitab Suci Allah berbicara dengan manusia dengan perantaraan manusia yang menulisnya dan dengan cara berbicara  (bahasa) manusia.


Dari keterangan di atas kita sekarang dapat melihat bahwa Kitab Suci adalah Sabda Allah, Dia adalah tanda dan peringatan yang hidup bahwa sampai hari ini Allah masih berbicara dengan manusia dan mengundang dia untuk menjawab Sabda‑Nya. Tuhan hadir dan berbicara melalui pengalaman dan perjuangan manusia yang disaksikan di dalamnya, melalui sejarah manusia. Kehadiran Allah ini adalah kehadiran yang hidup. Dia berbicara dan menyatakan diri‑Nya dalam hidup. Sabda karunianya bukan pertama‑tama kata-kata  untuk dipelajari tetapi untuk dihayati, "Suatu hidup untuk dibagi bersama, panggilan untuk diikuti dan pengalaman untuk dicoba".

Sabda Allah ini menjadi pribadi dalam diri Yesus Kristus karena itu la merupakan suatu undangan untuk suatu pertemuan, pergaulan dan persekutuan hidup, dengan Bapa dan Putra‑Nya Yesus Kristus dalam persaudaraan Iman.(bdk. 1 Yoh 1:1‑4).

 

1.6.    Alkitab: terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

  Alkitab disebut “Perjanjian” (Perjanjian Lama dan Baru) oleh karena berisikan “perjanjian Allah dengan manusia”. Dalam Alkitab diceritakan dan dipikirkan segala sesuatu yang berkaitan dengan perjanjian itu, yaitu Allah dan manusia, setia dan/atau tidak setia pada perjanjian itu; bagaimana perjanjian itu terlaksana atau tidak terlaksana.

              Kata “perjanjian” dipakai untuk mengatakan bahwa antara Allah dan manusia terjalin hubungan istimewa, bukan hubungan alamiah saja. Hubungan yang serupa sekaligus juga berbeda dengan hubungan antara manusia yang terjalin melalui sebuah perjanjian. Kata asli perjanjian dalam bahasa Ibrani adalah “berit”yang dalam Perjanjian Lama berarti perjanjian dua pihak yang tidak sederajat, jadi dibuat menurut pola perjanjian antara raja penakluk dan raja yang ditaklukkan yang harus membayar upeti. Pihak yang kuat mewajibkan dirinya melindungi yang lemah; sebagai balasan, pihak yang lemah menyatakan kesediaan untuk mengabdi (bdk 2 Sam 3:12) kepada yang kuat, disaksikan Tuhan (1 Sam 20:8). Dengan bersumpah, kedua pihak menjamin pelaksanaan kewajiban mereka masing-masing. Dalam rangka hubungan manusia dengan Allah, maka pihak Allah akan selalu setia dalam janji-janji-Nya, kesetiaan Allah tidak pernah tergantung dari ketidaksetiaan manusia. Sedangkan bangsa Israel/manusia berjanji akan melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Rumusan perjanjian berakhir dengan berkat-berkat ataupun kutukan yang sepenuh-penuhnya tergantung dari pelaksanaan perjanjian dalam kenyataan (Kel 19:5.8). Landasan setiap perjanjian adalah prakarsa Tuhan semata-mata. Manusia tidak boleh lupa sesaat pun, bahwa melalui perjanjian-perjanjian itu Allah sendirilah yang bertindak.

 

            Sebagai kesimpulan atas pertanyaan mengenai apa Alkitab itu, perkenankanlah kami mengutip kata-kata almarhum Paus Paulus VI tentang kitab ini: Alkitab adalah buku yang berbeda secara radikal dari segala sesuatu yang dihasilkan oleh umat manusia sesuatu yang jauh‑jauh lebih luhur: Dia adalah Sabda Allah. Alkitab dapat dikatakan mewujudkan segala sesuatu secara sempurna tujuan yang paling luhur yang pernah diberikan kepada sesuatu buku: Memasukkan manusia dalam kontak dengan pencipta !Kadang‑kadang dengan kejernihan suatu cerita, lain kali dengan kedahsyatan kecaman kenabian, lain kali lagi dengan nyanyian‑nyanyian dalam bentuk puisi yang terindah. Di mana tercermin dalam segala kekayaan keanekaannya, kebijaksanaan Ilahi dan psikologi manusia.

Dalam kesemuanya itu Allah mengajar generasi-generasi yang susul menyusul di dunia ini, menyinarinya dan menggembirakaannya dengan sabda-Nya.

 


2.           Pentingnya Studi/Mempelajari Kitab Suci .

2.1.    Alkitab adalah buku yang sukar

  Kerapkali kita mendengar keluh kesah umat bahwa mereka tidak mengerti apa yang dibaca. Memang kadang-kadang pembacaan itu dapat menghibur dan menguatkan iman mereka, tetapi sebagian besar isi Kitab Suci tidak mudah ditangkap maksudnya. Harus kita akui bahwa Alkitab adalah buku yang sukar, tidak mudah dicernakan. Kesukaran ini sudah dialamisejak Gereja Para Rasul. Penulis surat Petrus yang kedua sudah memperingatkan para pendengar di jamannya untuk tidak menafsirkan Kitab Suci seturut kehendaknya (bdk 2 Ptr 1:20-21). Tentang surat-surat Paulus dia mengatakan ada hal-hal yang sukar dipahami (2 Ptr 3:16). Sida-sida dari Etiophia yang gemar membaca Kitab Suci mengalami kesulitan untuk mengerti kitab Yesaya (Kis 8:26-40). Kedua murid dari Emaus ditegus oleh Yesus sebagai orang bodoh yang sangat lamban hatinya sehingga tidak mengerti apa yang ditulis oleh para nabi (bdk Luk 24:25). Para pemimpin agama Yahudi kerap dikecam oleh Yesus karena tidak mengerti Kitab Suci dan bagaimana harus membacanya (bdk Mat 22:23-24.41-46; Yoh 5:39-40). Jika Alkitab sudah sukar dimengerti oleh orang-orang pada jaman Yesus hidup dan para Rasul yang masih berasal dari latar belakang kebudayaan yang sama, apalagi kita. Mengapa Alkitab itu adalah suatu buku yang sukar?

Pertama     Karena ciri sejarah dan pernyataan diri Allah. Allah telah menyatakan dirinya kepada manusia dari jaman dan tempat tertentu. Dia berbicara kepada manusia dan dengan cara manusia. Dari sebab itu bahasa wahyu Allah dengan sendirinya terikat kepada jaman dan kebudayaan di mana Allah menyatakan diri-Nya. Kebudayaan mereka dalam banyak hal berbeda dengan kebudayaan kita. Di samping itu jarak waktu yang memisahkan kita dengan mereka juga amat besar. Sifat kesejarahan ini dipersulit lagi karena Allah telah menyatakan diri-Nya bukan dalam satu dua tahun tetapi dalam kurun waktu lebih kurang 2000 tahun, yakni dihitung mulai dari panggilan Abraham yang tidak diketahui dengan pasti kapan peristiwa besar itu terjadi.

Kedua        Karena Alkitab terdiri dari banyak buku, ditulis oleh banyak orang dalam jaman dan tempat yang berbeda-beda dan dalam aneka ragam bentuk kesusasteraan. Untuk mendalami Alkitab secara lebih baik bagaimanapun juga kita harus memiliki rasa kesusasteraan, mengenal bagaimana bahasa bekerja. Tidak sedikit bagian Kitab Suci yang tertulis dalam bentuk puisi.

Ketiga       Karena isinya yakni tinggi dan dalamnya, panjang dan lebarnya rahasia Allah dan karya-Nya yang disampaikan kepada kita. Beberapa surat rasul Paulus misalnya tidak mudah dibaca.

 

2.2.    Keharusan dan Tujuan Ilmu-ilmu Alkitabiah


  Mengingat kenyataan‑kenyataan tersebut di atas, maka dibutuhkan studi dan ilmu‑ilmu Alkitabiah untuk membuka kekayaan rohani yang terkandung di dalamnya bagi hidup Gereja. Dibutuhkan beberapa cabang ilmu Alkitabiah sesuai dengan hakekat dan sifat‑sifat Alkitab itu sendiri. Kami berikan di sini satu dua catatan tentang cabang‑cabang Ilmu Alkitab itu. Aslinya Alkitab itu tertulis dalam bahasa Ibrani, Aram dan Yunani. Dengan. sendirinya untuk mengertii Alkitab dengan lebih mendalam dibutuhkan ilmu bahasa dengan segala cabangnya. Betapa indahnva kalau kita dapat membaca Alkitab dalam bahasa‑bahasa aslinya setiap bahasa mempunyai sifat dan kekayaan sendiri‑sendiri dan hal ini kerap sukar dialihkan ke dalam bahasa lain. Bahasa adalah ungkapan pikiran, pengalaman dan perasaan. Tata bahasanya menunjukkan bentuk pikiran. Satu contoh untuk menunjukkan betapa pentingnya mengenal bahasa ialah pernyataan nama Allah di Gunung Horep (Kel. 3:14). Dalarn bahasa aslinya berbunyi Ehyeh Esyer Ehyeh artinya secara harafiah "Saya ada yang Saya  ada". Apa artinya pernyataan ini ?

  Karena Tuhan telah berbicara melalui manusia pada jaman dan tempat tertentu, sangat dibutuhkan geografi dan sejarah Akitabiah. Tanpa kedua pengetahuan yang mendasar ini kita sukar sekali mengerti banyak dari pernyataan diri Allah yang dalam bahasanya sangat terikat kepada tempat dan waktu. Juga karena sejarah dan kebudayaan bangsa‑bangsa di sekitarnya dan di seluruh Timur Tengah Purba, maka juga sangat dibutuhkan ilmu kebudayaan, keagamaan dan sejarah bangsa‑bangsa Timur Tengah Purba. Baru dalam latar belakang ini tampak keunikan Israel dalam hubungannya dengan bangsa‑bangsa lain. Masih ada pendekatan lain seperti dari sudut sosiologi, dan psikologi.

  Semua ilmu cabang di alas membantu kita untuk mengerti Alkitab dengan lebih baik. Namun dengan itu kita belum mencapai tujuan terakhir segala karya ilmiah alas Alkitab yakni penafsiran isi dan amanatnya bagi hidup Gereja. Hal ini dilakukan dalam eksegese dan teologi Alkitabiah. Akan tetapi kedua cabang ilmu Alkitabiah ini tidak mencapai tujuannya apabila tidak ada cabang‑cabang ilmu pembantu di alas.

 

2.3.    Keharusan, Tujuan dan Metode ilmu pengantar Kitab Suci

  Kebutuhan akan adanya suatu pengantar ke suatu dokumen tertentu dirasakan terutama apabila sudah ada jarak waktu yang cukup jauh antara dokumen tersebut dan pembaca. Bentuk pengantar ada macam‑macam. Ada yang berupa catatan geografis, sejarah, latar belakang kebudayaan dengan segala aspeknya dan lain sebagainya. Bagaimanapun juga tujuannya tidaklah lain daripada untuk memudahkan pembaca mengerti dokumen tersebut.

  Kebutuhan akan adanya pengantar sudah dirasakan oleh penerbit buku Kitab Suci. Perjanjian Lama memuat catatan‑catatan pengantar semacam itu hampir semua kitab para nabi (mis. Yes.l:l; Yer.l:l‑3: Hos.l:l; Am.l:l) dan dalam beberapa Mazmur (Mzm. 18:51: 52:56; 57:59-60).


  Catalan pendahuluan semacam itu kemudian diperluas sudah sejak permulaan Gereja. Banyak Bapak Gereja, terutama St. Agustinus dan St. Hironimus, telah menulis catatan pengantar. Akan tetapi langkah-langkah pertama ke arah suatu pengantar ilmiah baru muncul pada abad ke 16. Sejak saat itu pengantar Kitab Suci berkembang menjadi salah satu cabang ilmu Alkitabiah.

  Ilmu pengantar Kitab Suci ingin mendekati dan menerangkan Alkitab secara menyeluruh. Ada cabang‑cabang ilmu Alkitabiah yang mendekati Kitab Suci dari sudut tertentu yakni sejarah Alkitabiah dan pengantar Kitab Suci. Ilmu Pengantar Kit.ab Suci dapat merangkum suatu bidang bahan‑bahan yang tidak terbatas, artinya apa saja yang dianggap perlu dan berguna untuk mengerti Alkitab secara keseluruhan. Berdasarkan pengalaman masing‑masing ahli yang tidak jarang dan dalam banyak hal ditentukan oleh para pendengamya dan konteks kebudayaan dan kemasyarakatannya telah ditulis aneka ragarn bentuk pengantar Kitab Suci. Secara tradisional para ahli pada umumnya berpendapat bahwa ilmu pengantar Kitab Suci harus membicarakan tiga persoalan berikut, yakni sejarah terjadinya Kitab Suci, sejarah terjadinya Kanon dan sejarah teks. Dalam pengantar ini kita mau mendekati Alkitab sebagai buku sejarah, buku kesusasteraan dan buku Iman. Itulah ciri‑ciri utama Kitab Suci. Ketiga ciri ini haruslah dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kitab Suci adalah kesaksian tentang karya Allah dalam sejarah, yang ditulis oleh manusia, dan dengan bahasa manusia serta yang menyampaikan kepada kita rahasia Allah yang tak terduga dan kehendak keselamat.annya bagi kita manusia. Perlu diperhatikan bahwa ilmu ini namanya "pengantar". Tugasnya ialah seperti memperkenalkan Kitab ini secara menyeluruh dan cukup mendalam agar para pembaca melihat, mengerti dan mencintai buku ini.

Pengantar ini dibagi dalam dua bagian pokok, yakni:

a.        Pengantar umum Kitab Suci dengan tekanan pada  Perjanjian Lama.

Pengantar Umum hanya membicarakan empat hal yaitu terjadinya kanon Perjanjian Lama, beberapa bentuk sastra yang penting dalam Perjanjian Lama; geografi Alkitabiah dan garis besar sejarah Israel.

b.        Pengantar ke masing‑masing bagian Perjanjian Lama yaitu Pentateukh, Kitab‑kitab Sejarah, Kitab-kitab Kebijaksanaan  dan Nyanyian  dan akhirnya Kitab-kitab Kenabian.

 

2.4.    Pentingnya studi Kitab Suci bagi hidup Gereja

Di atas telah dikatakan bahwa tujuan terakhir dari segala karya ilmiah atas Kitab Suci ialah mendalami isi dan amanatnya bagi hidup Gereja. Sekarang dalam bab ini kita mau melihat tempat studi Alkitab dalam hidup Gereja. Pentingnya studi Alkitab dapat dilihat dari beberapa sudut:

a.        Dari tempat Alkitab dalam hidup Gereja

b.        Dari persoalan‑persoalan yang dihadapi Gereja sekarang dan

c.        Dari hubungan kita dengan Gereja‑gereja Protestan.

 


a.     Alkitab adalah buku Gereja, buku imannya

Dia adalah Sabda Allah dalam bahasa manusia. Gereja melihatnya sebagai suci dan ilahi karena di dalamnya terdapat Sabda Allah. Dari sebab itu, Alkitab, bersama Tradisi, merupakan "hukum dan kaidah tertinggi dari Iman Gereja."

Alkitab sebagai Sabda Allah adalah santapan kehidupan Gereja dan Gereja selalu menghormati Alkitab seperti dia menghormati Tubuh Tuhan. Hal ini tampak jelas sekali dalam Liturgi terutama dalam Liturgi Ekaristi. Hanya ada satu meja santapan kehidupan Gereja dan meja itu terdiri dari Sabda Allah dan Tubuh Kristus. Karena Sabda Allah adalah santapan kehidupan Gereja, Gereja tidak mungkin bertumbuh, berkembang dan diperbaharui tanpa Sabda Allah.

Karena Alkitab mempunyai tempat yang begitu vital dalam kehidupan Gereja, maka Alkitab hares terbuka lebar‑lebar bagi semua prang beriman. Adalah hak setiap prang beriman untuk memiliki Alkitab dan menerima santapan kehidupan daripadanya. Dari sebab itu, menjadi kewajiban para Uskup untuk mengajar umat beriman bagaimana menggunakan buku ini teristimewa Perjanjian Baru dan terutama Injil secara tepat.

Studi Alkitab secara mendalam disertai doa dituntut secara istimewa dari para Imam, calon Imam, Diakon, Katekis dan Guru‑guru agama. Tugas utama seorang Katekis  ialah mewartakan Sabda Allah baik kepada kaum beriman maupun yang belum beriman kepada Kristus. Melalui pelayananlah, Sabda Allah menjadi santapan kehidupan umat. Kitab Suci harus menjadi buku renungan  mereka setiap hari agar mereka dapat belajar "Keunggulan pengenalan akan Kristus melampui segala sesuatu" (Flp. 3:8). Studi Alkitab terutama dalam mempersiapkan khotbah dan pendalaman iman haruslah dilihat sebagai salah satu tugas pastoral yang utama. Bagi guru agama sendiri studi Alkitab amat penting. Tugas utama Guru agama adalah menyampaikan dan mewartakan Sabda 'Iuhan kepada anak didiknya. Untuk itu Guru Agama sendiri harus mendalami Sabda Tuhan dalam Kitab Suci, hal ini hanya mungkin jika Guru Agama sendiri dengan tekun mempelajari dan merenungkan Sabda Tuhan.

Studi Alkitab masih mempunyai fungsi lain bagi hidup Gereja yakni agar Gereja berkembang dan selalu menjadi lebih dewasa dalam pengertiannya tentang imannya. Studi adalah salah satu jalan dari perkembangan ini.

 


b.           Salah satu persoalan utama yang dihadapi Gereja sekarang ialah inkulturasi dan tantangan kemajuan teknologi modern dengan segala buahnya dan dampaknya. Injil harus meragi seluruh kekayaan kebudayaan bangsa dan zaman serta menjadi jiwanya. Untuk mencapai maksud ini, salah satu tugas utama Gereja ialah mendalami kembali Wahyu Ilahi seperti yang disaksikan oleh Alkitab dan dijelaskan oleh para Bapa Gereja dan Magesterium. Tanpa studi yang mendalam atas Kitab Suci orang akan kehilangan jalan, arah dan sarana untuk menjadikan Injil jiwa seluruh kekayaan bangsa dan zaman.

 

c.           Salah satu panggilan utama Gereja sekarang di tanah‑tanah misi ialah memajukan persatuan dan kesatuan kembali antara seluruh umat Kristen. Panggilan ini benar‑benar merupakan suatu tugas Injili (Yoh. 17). Gereja Katolik mengakui bahwa "Cinta serta perhormatan bahkan seperti ibadah kepada Kitab Suci membuat saudara‑saudara kita tekun dan rajin mempelajari kitab ini." Jadi dalam Gereja Katolik, dia merupakan "alat istimewa dalam tangan Allah Yang Maha Kuasa untuk mencapai kesatuan itu yang ditawarkan Sang Penyelamat kepada semua manusia.

 

3.              Cara Mengutip Kitab Suci

Kitab Suci sekarang terbagi atas bab-bab dan ayat-ayat. Pembagian ini tidak asli karena baru dibuat para ahli sekitar tahun 1500 Mas. Tujuannya memudahkan orang mengutip Kitab Suci dan menolong pembaca untuk menemukannya kembali dalam Alkitab.

Cara mengutipnya adalah sebagai berikut:

-           Kej 5:9                        artinya kitab Kejadian bab 5, ayat 9

-           Kej 5:9-20       artinya kitab Kejadian bab 5, ayat 9 - 20

­       Kej 5:9.11-15 artinya kitab Kejadian bab 5, ayat 9 dilanjutkan ayat 11-15

-           Kej 5-6                        artinya kitab Kejadian bab 5 sampai bab 6

-           Kej 5:1-6:10    artinya kitab Kejadian bab 5 ayat 1 sampai bab 6, ayat 10

-           Kej 5:4; 7:4     artinya kitab Kejadian bab 5, ayat 4 dan bab 7, ayat 4

-     Kej 5:4; Kel 4:5    artinya kitab Kejadian bab 5, ayat 4 dan kitab Keluaran bab 4, ayat 5.

 

Kutipan-kutipan Alkitab dibuat kependekan. Kependekan yang lazim dipakai di Indonesia  dan yang disepakati oleh pihak Katolik dan Protestan adalah sebagai berikut:

*          Kej      :Kejadian                                -           Rat            Ratapan

*          Kel:     Keluaran                                 -           Bar            Barukh

*          Im:      Imamat                                    -           Yeh            Yehezkiel

*          Bil:      Bilangan                                 -           Dan            Daniel

*          Ul:       Ulangan                                  -           Hos      Hosea

*          Yos:     Yosua                                      -           Yl        Yoel

*          Hak:    Hakim-hakim                          -           Am      Amos

*          Rut:     Rut                                          -           Ob       Obaja


*          1 Sam: 1 Samuel                                 -           Yun            Yunus

*          2 Sam: 2 Samuel                                 -           Tob      Tobit

*          1 Raj:  1 Raja-raja                              -           Ydt      Yudit

*          2 Raj:  2 Raja-raja                              -           Est       Ester

*          1 Taw: 1 Tawarikh                              -           1 Mak  1 Makabe

*          2 Taw: 2 Tawarikh                              -           2 Mak  2 Makabe

*          Ezr:     Ezra                                         -           Ayb     Ayub

*          Neh:    Nehemia                                 -           Mzm            Mazmur

*          Ams:   Amsal                                      -           Mi            Mikha

*          Pkh      Pengkotbah                             -           Nah            Nahum

*          Kid      Kidung Agung                        -           Hab            Habakuk

*          Keb     Kebijaksanaan Samolo                       -           Zef            Zefanya

*          Sir       Yesus bin Sirakh                                 -           Hag            Hagai

*          Yes      Yesaya                                                -           Za            Zakharia

*          Yer      Yeremia                                              -           Mal            Maleakhi

 

4.              Bahasa-bahasa asli Kitab Suci.

            Alkitab yang kita miliki adalah sebuah terjemahan yang dibuat atas dasar Alkitab asli yang ditulis dalam bahasa-bahasa lain. Bahasa-bahasa asli Kitab Suci ada tiga yaitu Bahasa Ibrani, bahasa Aram dan bahasa Yunani. Perjanjian Baru seluruhnya ditulis dalam bahasa Yunani.

            Sebagian besar Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani. Bahasa ini termasuk rumpun bahasa-bahasa yang disebut “bahasa Semit”[1] yang dipakai bangsa-bangsa yang berkediaman di kawasan Timur Tengah (kecuali Turki). Bahasa Ibrani cukup berdekatan dengan bahasa Aram dan Arab. Bahasa Ibrani Kitab Suci ialah bahasa Ibrani kuno.

            Hanya sebagian kecil Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Aram, yaitu Ezra (4:8-6:18; 7:12-26) dan sebagian kitab Daniel (2:4b-7:28). Bahasa Aram serumpun dengan bahasa Ibrani. Bahasa Aram inilah yang dipakai sebagai bahasa sehari-hari pada zaman Yesus Kristus. Akan tetapi dewasa ini bahasa Aram tidak dipakai lagi, kecuali oleh beberapa kelompok kecil orang Kristen di Palestina dan Libanon. Orang Yahudi sendiri dewasa ini menggunakan bahasa Ibrani.  Bahasa Aram aslinya berasal dari bangsa Aram yang berkediaman di kawasan sungai Efrat dan Tigris serta negeri Siria. Tetapi sekitar tahun 800 sebelum Masehi bahasa Aram telah menjadi bahasa internasional, Pada waktu bangsa Israel dibuang, umat Israel mengganti bahasa Ibrani dengan bahasa Aram, sehingga kemudian menjadi bahasa sehari-hari.


            Hanya dua kitab Perjanjian Lama yang langsung ditulis dalam bahasa Yunani, yaitu 2 Makabe dan Kebijaksanaan Salomo. Tetapi ada beberapa kitab yang aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani atau Aram, diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Dan akhirnya yang terpelihara tinggallah yang berbahasa Yunani. Kitab-kitab ini adalah Yudit, Tobit, 1 Makabe, Tambahan kitab Daniel, Tambahan kitab Ester, Sirakh. Aslinya bahasa Yunani berasal dari negeri Yunani. Tetapi semenjak Alexander Agung (sekitar tahun 330 sebelum Masehi) merebut seluruh kawasan Timur bahasa Yunani menjadi bahasa Internasional

 

BAB  II 

PENGANTAR UMUM KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA

 

1.              Kanon dan Proses Terbentukan Perjanjian Lama

1.1._      Kanon Kitab Suci

Kata kanon adalah sebuah kata Yunani yang berasal dari bahasa Ibrani qane yang berarti tongkat lurus atau tongkat pengukur (bdk Yeh 40:3). Dalam bahasa Yunani kata kanon digunakan dalam arti kaidah atau patokan (bdk 2 Kor 10:13; Gal 6:6). Sedangkan dalam kaitannya dengan Kitab Suci, kata Kanon diartikan daftar resmi dari kitab-kitab yang menjadi ukuran, pedoman atau kaidah iman Gereja. Dengan kata lain kanon berarti daftar kitab-kitab yang diterima Gereja sebagai Kitab Suci atau kanonik.

 

1.2.      Istilah Perjanjian Lama

Istilah “Perjanjian Lama” kemungkinan berasal dari St. Paulus (2 Kor 3:14). Istilah ini mungkin dibentuk berdasarkan pandangan Yeremia (Yer 31:34). Perjanjian Lama adalah perjanjian yang diikat Tuhan dan umat Israel di Sinai (Kel 19-24). Sedangkan Perjanjian Baru adalah perjanjian yang diikat Tuhan dengan seluruh umat manusia dengan Kristus (Luk 22:20). Kata perjanjian dipakai untuk menunjukkan jalinan istimewa antara Allah dengan manusia.

      Sejak tahun 1975 ketika diterbitkan Alkitab lengkap dalam bahasa Indonesia sebagai hasil usaha Ekumenis antara sejumlah besar Gereja Protestan dan Gereja Katolik, kita melihat beberapa perbedaan yang antara lain:

­       Pada kulit Kitab Suci yang diterbitkan untuk umat Katolik tertulis “ALKITAB DEUTEROKANONIKA”. Sedangkan untuk umat Protestan tidak ada tulisan DEUTEROKANONIKA.

­       Apabila kita melihat daftar isinya ternyata juga terdapat perbedaan dalam jumlah buku yang diterima sebagai kanonik. Umat Katolik memiliki 46 buku Perjanjian Lama, sedangkan umat Protestan hanya memiliki 39 buku.

 

1.3.      Kanon Kitab Suci dalam Agama Yahudi

      Mengapa ada perbedaan jumlah kitab Perjanjian Lama antara Gereja Katolik dengan Gereja Protestan? Hal ini berkaitan dengan kanonisasi Kitab Suci. Kanon Kitab Suci Gereja Protestan didasarkan pada kanon Kitab Suci orang Yahudi, sehingga Kitab Suci Perjanjian Lama Yahudi sama dengan kanon Kitab Suci orang Protestan. Proses terjadinya kanon Kitab Suci orang Yahudi sangat panjang dan rumit. Hal ini disebabkan oleh karena Kitab Suci tidak terjadi dalam satu atau dua tahun, tetapi penulisan Kitab Suci Perjanjian Lama memakan waktu kurang lebih 10 abad.

Kanon Kitab Suci dalam agama Yahudi dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:


a.     Kelompok Pertama  ialah Taurat (Ibraninya Tora) atau kitab Taurat Musa yang meliputi: Kejadian, Keluaran, Bilangan, Imamat, dan Ulangan.

Kitab Taurat termasuk bagian Kitab Suci agama Yahudi yang pertama-tama dibukukan dan diakui sebagai kanonik. Hal ini mungkin terjadi pada sekitar abad kelima atau keempat sebelum Masehi.

b.     Kelompok Kedua  ialah kitab-kitab para Nabi (Ibraninya Nebi’im), yang meliputi:

a.     Nabi-nabi awal: Yosua, Hakim-hakim, 1,2 Samuel, 1,2 Raja-raja

b.     Nabi-nabi Kemudian: Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Maleakhi dan Zakaria.

Jadi tidak termasuk dalam kelompok ini adalah Ratapan dan Daniel. Kelompok ini sudah diterima sebagai Kitab Suci sebelum permulaan abad kedua sebelum Masehi.

c.     Kelompok Ketiga yang disebut Ketubim artinya Kitab-kitab atau tulisan-tulisan (lain), yang meliputi:

a.     Mazmur, Ayub, Amsal (ketiganya disebut tulisan-tulisan besar.

b.     Rut, Kidung Agung, Pengkotbah, Ratapan, Ester (kelimanya disebut lima gulungan)

c.     Daniel, Ezra, Nehemia, 1,2 Tawarikh.

Jumlah kitab yang termasuk kelompok ini masih terbuka sampai dengan zaman Kristus dan abad pertama kekristenan.

      Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dasar pengurutan dan pengelompokkan kitab-kitab ini ke dalam tiga bagian ialah menurut waktu pengakuan kitab-kitab itu sebagai kanonik.

 

1.4.      Terjadinya Kanon Perjanjian Lama

      Kitab Suci Yesus dan para Rasul adalah Perjanjian Lama. Pada zaman Gereja Purba belum ada keseragaman jemaat-jemaat mengenai kanon Kitab Suci. Gereja para Rasul menggunakan Kitab Suci dalam bahasa Yunani yang disebut Septuaginta (disingkat LXX). Kitab ini bukan melulu terjemahan Yunani dari Kitab Suci dalam bahasa Ibrani, sebab Septuaginta memuat lebih banyak kitab daripada yang terdapat dalam kanon Yahudi (Kanon Yamnia).

      Kitab yang terdapat pada Septuaginta tetapi tidak terdapat dalam kanon Yamnia adalah:

-       Tobit                                            

-       Yesus bin Sirakh

-     Yudith                              

-     Mazmur Salomo

-     Barukh                 

-     Tambahan kitab Daniel

-     Tambahan kitab Ester                  

-     1,2,3,4, Makabe

-     Doa Manaseh                               

-     Surat Yeremia

-     Kebijaksanaan Salomo    

-     1,2 Esdras.


      Perbedaan yang terdapat pada Septuaginta dengan kanon Yamnia bukan melulu terletak pada banyaknya buku. Ada perbedaan yang lebih dalam yakni bahwa ada beberapa kitab dalam Septuaginta mencerminkan pengaruh kebudayaan Yunani atau reaksi terhadap kebudayaan itu.

      Sejarah terjadinya kanon Perjanjian Lama panjang dan rumit. Pada mulanya masing-masing Gereja setempat (Suriah, Palestina, Asia Kecil, Yunani, Roma dan lain-lain) mempunyai kitab-kitab “kanonik”nya sendiri-sendiri. Tentu saja ada persamaan besar antara mereka meskipun ada juga perbedaannya.

      Di bagian Barat dunia kekristenan waktu itu Gereja menggunakan terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin yang disebut Vetus Latina. Terjemahan itu diambil dari Septuaginta. Pada abad ke 4, diadakan Konsili di Kartago (diberi nama Konsili Kartago) untuk menetapkan kitab-kitab kanonik untuk Gereja lokalnya. Kanon ini memuat kitab-kitab yang tidak terdapat dalam kanon Yahudi.

      Pada waktu itu terdapat banyak terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin, tetapi tidak seragam. Maka pada tahun 382, St. Hirenimus diperintahkan oleh Paus Damasus untuk menterjemahkan Kitab Suci secara lebih kristis. Terjemahan baru ini adalah terjemahan langsung dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Latin. Terjemahan ini pada permulaannya belum banyak yang menggunakannya, namun lama kelamaan terjemahan St. Hirenimus diterima dan dipakai bersama Vetus Latina. Sejak abad ke 16 terjemahan St. Hirenimus dengan gabungan beberapa bagian dari Vetus Latina disebut Vulgata, dan menjadi terjemahan resmi Gereja Katolik.

      Kanon Perjanjian Lama ditetapkan secara definitip oleh Konsili Trente dalam sidangnya pada tanggal 8 April 1546. Konsili mengambil sikap ini karena orang Protestan menolak semua kitab yang tidak terdapat dalam kanon Yahudi (Kanon Yamnia). Konsili memutuskan untuk menerima 46 kitab Perjanjian Lama sebagai kanonik. Sedangkan Protestan 39 kitab Kanonik Perjanjian Lama. Kitab-kitab yang diakui sebagai kanonik oleh Gereja Katolik melalui Konsili Trente tetapi ditolak oleh Gereja Protestan adalah:

­       Yudith

­       Tobit

­       Kitab Barukh

­       Kebijaksanaan Salomo

­       Yesus bin Sirakh

­       1,2 Makabe

­       Tambahan kitab Ester

­       Tambahan kitab Daniel

­       Surat Yeremia.


      Catatan: Kesepuluh tambahan ini dihitung tujuh, karena, Surat Yeremia digabung dengan Barukh (Barukh bab 6). Tambahan kitab Ester dijadikan satu dengan kitab Ester, tambahan kitab Daniel dijadikan satu dengan kitab Daniel.

      Kitab-kitab ini sejak bada 16 disebut deuterokanonika artinya kitab-kitab yang diterima kedua sebagai kanon. Sedangkan kitab-kitab lain disebut Protokanonika artinya kitab-kitab yang pertama diterima sebagai kanon.

      Adapun yang menjadi dasar atau kriteria penetapan kanon Perjanjian Lama oleh Konsili Trente adalah penggunakan kitab tersebut secara terus menerus dalam Gereja, baik dalam teologi, ibadat maupun dalam katekese. Kitab-kitab tersebut menjadi santapan kehidupan Gereja dan merupakan ungkapan imannya. Penetapan Konsili Trente bersifat definitip artinya kanon Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Kitab Suci Perjanjian Baru sudah final.

 

1.5.      Pembagian Perjanjian Lama

      Urutan dan pengelompokkan kitab-kitab dalam Septuaginta berbeda dengan yang terdapat dalam kanon Yamnia. Urutan dan pengelompokkan itu tidak dibuat menurut sejarah terjadinya dan penerimaannya sebagai kanonik, tetapi menurut jenis kesusasteraan dan isinya.

      Berikut ini dapat dilihat secara lengkap urutan dan pengelompokkan kitab-kitab Perjanjian Lama menurut tradisi Kristen (Gereja Katolik):

A.    Kelompok Pentateukh

Termasuk kelompok ini adalah: Kejadian (Genesis); Keluaran (Eksodus); Imamat (Levitikus); Bilangan (Numeri); Ulangan (Deuteronomium).

Kitab-kitab ini memandang ke masa lampau ke awal mula dunia dan Israel. Pada umumnya kitab-kitab ini berbentuk cerita dan hukum.

B.    Kelompok kitab-kitab Sejarah

Termasuk dalam kelompok ini adalah: Yosua; Hakim-hakim; Rut; 1,2 Samuel, 1,2 Raja-raja; 1,2 Tawarikh; Ezra; Nehemia; Ester; Tobit; Yudith; 1,2 Makabe.

Kitab-kitab sejarah pada dasarnya menceritakan apa yang lampau yakni karya Allah kepada bangsa Israel dan reaksi atau bagaimana bangsa Israel menghayati panggilannya.

C.    Kelompok kitab-kitab Kebijaksanaan dan Nyanyian.

Termasuk dalam kelompok ini adalah: Ayub; Mazmur; Amsal; Pengkotbah; Kidung Agung; Kebijaksanaan Salomo; Yesus bin Sirakh,

Kitab-kitab ini pada dasarnya merefleksikan hidup ini, yakni bagaimana menghayati hidup secara benar. Jadi kitab-kitab ini melihat ke arah yang sekarang, mengajar kita bagaimana menghayati hidup ini, sehingga seringpula disebut kitab didaktis. Hampir sebagian besar kitab-kitab ini berbentuk puisi.

D.    Kelompok kitab-kitab Kenabian.


Kelompok ini meliputi: Yesaya; Yeremia; Ratapan; Barukh; Yehezkiel; Daniel; Hosea; Yoel; Amos; Obaja; Yunus; Mikha; Habakuk; Zefanya; Hagai; Zakharia; Maleakhi; Nahum.

Kitab-kitab kenabian berbicara tentang karya Allah di masa yang akan datang berdasarkan kenyataan dan pengalaman yang sekarang dan karya Allah di masa lampau. Pada umumnya kitab-kitab ini berbentuk puisi.

1.6.      Proses Terbentuknya Perjanjian Lama

      Kitab Suci Perjanjian Lama terbentuk melalui proses yang sangat panjang. Sejarah penyelamatan Allah yang mulai dengan pilihan Allah terhadap Abraham terjadi pada abad 19/18 seb. Mas. Asal usul Perjanjian Lama, tradisi-tradisi yang terbentuk di sekitar para bapa bangsa, bermula dari Abraham, manusia yang dipanggil Allah dan yang menerima janji-janji ilahi untuknya dan keturunannya. Namun Musalah sang pemimpin dan pemberi hukum yang pada abad ke 13 seb. Mas menghimpun sekelompok suku-suku pelarian menjadi suatu bangsa, yang mengawali gerakan religius besar-besaran. Gerakan inilah yang akhirnya menghasilkan tulisan-tulisan yang ternyata merupakan anugerah Allah kepada umat manusia.

a.     Pentateukh atau Taurat Musa yang mengisahkan awal mula dunia, manusia, samopai terbentuknya bangsa Israel menjadi suatu bangsa di bawah pimpinan Musa sebenarnya baru terbentuk sebagaimana yang kita miliki sekarang sekutar abad 6 atau 5 sebelum Masehi.

b.     Tulisan-tulisan kenabian mulai dengan nabi Amos dan Hosea pada abad 8 seb Mas dan ditutup oleh Yoel dan Zakhria (bab 9-14) pada abad ke 4 seb Mas.

c.     Kitab-kitab sejarah meliputi kurun waktu mulai dengan Yosua sampai 1 Makabe yang ditulis awal abad pertama seb Mas.

d.     Abad ke 5 seb Mas merupakan masa yang sangat subur untuk sastra kebijaksanaan (misalnya Ayub), tetapi gerakan dan tulisan-tulisan kebijaksanaan sudah mulai pada zaman Salomo sampai abad pertama sebelum Masehi.

Hal-hal di uraian di atas menunjukkan bahwa terbentuknya tulisan-tulisan Perjanjian Lama sungguh melewati suatu proses yang sangat panjang.

      Harus disadari bahwa sebagian besar tulisan-tulisan Perjanjian Lama bukanlah karya satu orang melainkan karya banyak orang yang berkembang selama berabad-abad. Semua yang ikut ambil bagian dalam proses penulisan ini memperoleh inspirasi. Namun kebanyakan dari mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka digerakkan oleh Allah. Memang dalam pengantar ini kita akan memberikan perhatian khusus dari sudut “manusia” yang memandang tulisan-tulisan Perjanjian Lama sebagai endapan kekayaan tradisi suatu bangsa yang berkembang selama berabad-abad. Perjanjian Lama sangat terikat dengan suatu bangsa, yaitu bangsa Israel.


      Sebagian besar Perjanjian Lama didasarkan pada tradisi lisan: Pentateukh sampai kitab Samuel dilandaskan pada banyak tradisi lisan yang berkaitan terutama dengan para bapa bangsa, Musa, Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Daud. Kemuadian litab Raja-raja berdasarkan tradisi lisan di sekitar Elia dan Elisa. Meskipun tulisan tulisan-tulisan Perjanjian Lama baru mendapatkan bentuknya yang terakhir pada abad-abad berikutnya, ini hanya menyangkut penulisan. Tradisi-tradisinya sendiri sudah mulai jauh sebelum ditulisakan. Jadi tahun penulisan Perjanjian Lama tidak menunjukkan usia bahan-bahan yang terdapat di dalamnya.

      Untuk lebih jelasnya berikut ini kami berikan skema terjadinya kitab-kitab Perjanjian Lama ( apa yang dituliskan di sini hanyalah kemungkinan, bukan kepastian):

 

Abad

seb.Mas

 

Pentateukh/ Taurat Musa

 

Sejarah

 

Nabi-nabi

 

Kebijaksanaan

 

13

 

Musa: awal proses penulisan pentateukh

 

Yosua: Tradisi penaklukan

 

 

 

 

 

12-11

 

 

 

Hakim-hakim: tradisi Hakim-hakim, Daud (1010-970)

 

 

 

 

 

Awal penulisan Mazmur

 

10

 

 

 

Yahwis terbentuk (Y)

 

Salomo (970-931) 2 Sam 9-20

1 Raj 1-2 Tradisi

 

 

 

Awal sastra kebijaksanaan

 

9

 

 

Tradisi Elohis (E) terbentuk

 

Elisa dan Elisa Tradisi yg ada di belakang 1 Raj 17-2Raj 13;

 

 

 

Mazmur

 

8

 

Tradisi Deuteronomis (D) terbentuk

 

Tradsi Deuteronomis (D)

 

Amos

Hosea

Yesaya (1-39)

Mikha

 

Mazmur

 

7

 

Raja Hizkia (716-687) Y dan E disatukan

Yosia (640-609)

Ulangan 5-28

 

Edisi pertama sejarah D, Yosua dan Raja-raja

 

Zefanya

Nahum

Habakuk

 

Mazmur

 

6

 

Seb.pembuangan - pembuangan (586-538): Edisi akhir kitab Ulangan

Tradisi Para Imam (P) tersebntuk sesudah pembuangan

 

Edisi akhir Yosua, Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja.

 

Yeremia

Yehezkiel

 

Ratapan

 

Deutero Yesaya (40-55)

 

Hagai, Zakharia 1-8, Trito Yesaya (56-66)

 

 

 

5

 

Pentateukh selesai

 

Rut, Tobit

 

Yesaya 34-35; 24-27

Maleakhi, Obaja, Yunus

 

Amsal

Ayub

 

4

 

 

 

Tawarikh, Ezra, Nehemia

 

Yoel, Zakharia 9-14

 

Mazmur selesai’Kidung Agung         

 

3

 

 

 

 

 

 

 

Pengkotbah

 

2

 

       

 

2 Makabe

Ester

 

Barukh

Daniel

 

Sirakh

 

1

 

 

 

1 Makabe

Yudit

 

 

 

Kebijaksanaan

 

2.              Beberapa Bentuk Sastra Penting dalam Perjanjian Lama

Didalam bab pertama sudah disebutkan salah satu keunikan Alkitab ialah karena Alkitab memiliki berbagai macam bentuk sastra. Kalau kita mengenal bentuk-bentuk sastra itu dengan baik, kita akan sangat terbantu dalam memahami tulisan-tulisan Perjanjian Lama. Berikut ini diberikan keterangan beberapa bentuk sastra yang penting.

 

2.1. Mite

Menurut Kamus, mite adalah cerita yang mempunyai latar bekalang sejarah, dipercayai       oleh masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal ajaib, dan pada umumnya ditokohi oleh dewa.

Sebagai salah satu bentuk sastra mite mempunyai ciri sebagai berikut:


1.   Berbentuk cerita yang berkaitan dengan peristiwa yang menurut pengalaman hidup manusia selalu terulang, misalnya lingkaran musim.

2.   Cerita-cerita itu terjadi di luar ruang dan waktu, seringkali di dunia dewa-dewi.

3.   Tokoh-tokoh dalam cerita itu bukan manusia tetapi bersifat ilahi, meskipun tingkah laku mereka biasanya seperti manusia.

4.   Cerita-cerita itu dilakonkan atau dikisahkan dalam sebuah ibadah di tempat suci. Mereka yakin dengan melakonkan cerita itu peristiwa yang dikisahkan akan terjadi lagi.

Dari ciri di atas rupanya Perjanjian Lama tidak terdapat satu mite yang seperti itu. Namun demikian tidak berarti bahwa tidak ada sastra mite dalam Perjanjian Lama. Kalau kita bicara mite dalam Perjanjian Lama dimaksudkan cerita-cerita yang mungkin mempunyai asal usul mitologis, tetapi sudah diubah oleh para penulis Perjanjian Lama sehingga mengungkapkan teologi Israel. Kej 1-11 penuh dengan cerita-cerita seperti itu. Dalam arti ini mite dalam Perjanjian Lama mempunyai ciri sebagai berikut:

a.   Bentuknya adalah cerita yang berkaitan dengan karya Yahwe, Allah Israel yang Mahakuasa.

b.   Yang menjadi perhatian cerita-cerita itu bukan peristiwa-peristiwa di dunia dewa-dewi, tetapi campur tangan Yahwe bagi umat-Nya.

c.   Kiranya cerita-cerita itu juga dipakai dalam ibadah Israel, hanya saja terutama untuk merayakan dan mensyukuri karya-karya Allah yang sudah dikerjakan-Nya, bukan untuk menjamin bahwa yang mereka inginkan akan terjadi.

Contoh mite dengan ciri di atas misalnya kisah penciptaan dalam Kej 1:1-2:4a antara lain dipakai untuk menjelaskan asal usul hari Sabat (Kej 2:2 dst).

 

2.2. Legenda

Legenda menurut Kamus adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Ciri-ciri legenda adalah sebagai berikut:

a.   Berkaitan dengan dunia ini, dengan orang-orang tertentu yang hidup pada zaman dahulu kala, di tempat yang kadang-kadang dapat dikenal namanya juga.

b.   Seringkali mempunyai inti historis, meskipun bukan itulah yang terpenting.

c.   Menjelaskan beberapa segi kehidupan, biasanya dengan mengisahkan suatu cerita mengenai asal-usulnya; dengan memuji keluhuran tokoh-tokoh yang saleh atau para pahlawan, legenda meneguhkan keyakinan dan nilai-nilai yang berlaku.


Seperti halnya mite, legenda kadang-kadang mempunyai peranan untuk menjelaskan asal usul. Legenda berhubungan dengan tempat suci menjelaskan mengapa tempat-tempat tertentu dianggap suci. Tempat suci Betel berhubungan dengan legenda tangga Yakub (Kej 28:10-22). Tiga legenda yang terdapat dalam Kej 17, Kel 4:24-26 dan Yos 5 berhubungan dengan sunat. Di samping itu banyak cerita tokoh-tokoh termasuk jenis legenda, misalnya Samuel, Elia dan sebagainya. Di dalamnya seringkali tercampur unsur-unsur sejarah, pengajaran moral dan iman.

 

2.3. Saga

Legenda biasanya merupakan cerita yang berkaitan dengan tempat suci atau orang, sedangkan saga lebih berkaitan dengan tempat, nama atau hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan suku. Kisah Sodom dalam Kej 19 adalah saga yang menjelaskan asal usul mengapa pegunungan di sekitar laut Mati sangat bergaram dan tandus. Kisah mengenai Kain dan Habel dalam Kej 4 berkaitan dengan kehidupan suku. Kedua tokog itu adalah wakil dari dua cara hidup yang berbeda. Habel wakil kehidupan peternak yang hidup setengah pengembara, sedangkan Kain adalah wakil petani. Persembahan Habel diterima, persembahan Kain ditolak, ini mencerminkan penolakan Israel terhadap agama yang dianut suku-suku petani.

 

2.4. Silsilah

Dalam Perjanjian Lama banyak terdapat daftar bangsa, kota maupun nama. Di antaranya yang paling penting adalah silsilah. Silsilah mengungkapkan kesatuan nasional Israel yang sangat mendalam (Bil 1; 26; 1 Taw 1-9 dan sebagainya).

 

2.5. Sejarah

Sebagian besar Perjanjian Lama memberi kesan sebagai kisah sejarah. Ketika zaman kerajaan mulai, muncullah suatu bentuk penulisan yang baru. Para juru tulis kerajaan membuat catatan-catatan mengenai peristiwa-peristiwa penting (bdk 1 Raj 11:41 yang berbicara mengenai kitab riwayat Salomo). Tidak seperti legenda dan saga, kisah sejarah didasarkan pada sumber yang dapat dipercaya. Tidak berarti bahwa yang dikisahkan adalah laporan murni. Di dalamnya dapat dimasukkan maksud-maksud pembinaan iman, hidup susila atau yang lain.

 

2.6. Hukum

Setiap masyarakat mempunyai hukum yang berperan untuk mengatur kehidupan bersama-sama sehari-hari, mencegah tinda kejahatan, melindungi orang lemah dan mencanangkan cita-cita atau nilai-nilai kehidupan yang diyakini. Pendek kata hukum dapat menunjukkan jati diri suatu masyarakat. Demikian juga bangsa Israel.

Dalam Perjanjian Lama ada bermacam-macam hukum: antara lain:

a.   Hukum kasusistik

b.   Hukuman mati

c.   Larangan

d.   Perintah


Kecuali itu masih ada juga peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas imam, kurban, bersih-najis dan sebagainya.

 

2.7. Nyanyian

Dalam Perjanjian Lama ada bermacam-macam nyanyian:

a.   Nyanyian biasa, yaitu nyanyian-nyanyian yang menyertai orang Israel kalau mereka panen, pernikahan, kemenangan perang.

b.   Nyanyian ratapan atas kematian

c.   Nyanyian cinta (seluruh Kidung Agung adalah nyanyian cinta)

d.   Nyanyian Ibadah. Ada beberapa nyanyian yang diambil dari lingkungan ibadah dalam tulisan para nabi, misalnya Yer 14:7-9. Kumpulan yang paling lengkap adalah kitab Mazmur. Ada mazmur pujian, ada mazmur syukur, ada mazmur permohonan dan sebagainya.

 

2.8. Nubuat

Nubuat diucapkan oleh orang tertentu. Namun kitab nabi-nabi bukanlah kumpulan ucapan-ucapan nubuat nabi-nabi yang namanya disebut sebagai penulis kitab itu. Biasanya nubuat itu pendek dan tidak ditulis ketika diucapkan. Nubuat-nubuat diingat, diteruskan, dan kemudian dikumpulkan oleh para murid nabi. Kumpulan itu selanjutnya digubah menjadi buku.

 

2.9. Apokaliptik

Apokalips berarti pewahyuan, nama suatu bentuk sastra yang dalam Perjanjian Lama terdapat pada Dan 7-12 dan Za 9-14. Dengan bentuk sastra ini diceritakan penampakan berhubungan dengan  bencana dan berakhirnya dunia, dengan maksud untuk meneguhkan orang beriman yang berada dalam keadaan sangat sulit. Peneguhan itu terutama diberikan dengan menunjukkan bahwa orang-orang jahat akan dihancurkan dan orang-orang benar akan diselamatkan. Menurut keyakinan apokaliptik, dunia ini tidak dapat diselamatkan lagi. Penyelamatan Allah berarti Allah akan menghancurkan dunia ini dan menciptakan zaman baru serta dunia baru. Bahasa yang dipakai penuh gambaran dan lambang, yang seringkali sangat kabur dan membingungkan.

 

2.10.    Amsal

Seperti halnya semua kebudayaan, Israel juga mempunyai peribahasa, pepatah, teka-teki dan ucapan-ucapan bijak. Di antaranya yang paling penting adalah ucapan yang menyembunyikan kebijaksanaan hidup yang sangat dalam. Dalam 1 Raj 20:11 dinyatakan kebijaksanaan hidup yang boleh dikatakan bernilai abadi. Ungkapan-ungkapan kebijasanaan itulah yang termasuk dalam sastra yang disebut Amsal.

 


3.       Geografi Tanah Perjanjian

3.1. Keadaan Tanah dan Pernyataan Diri Allah

Allah telah mewahyukan diri-Nya melalui sejarah bangsa Israel yang berdiam di suatu negeri yang diberikan-Nya sebagai suatu hadiah. Bahasa wahyu Allah dalam banyak hal ditentukan oleh geografinya. Untuk mengerti lebih baik pernyataan diri Allah yang diungkapkan dalam Alkitab, kita perlu mengenal keadaan tanah tempat asal bangsa Israel berdiam. Di bawah ini kita akan melihat beberapa pokok yang berhubungan dengan geografi, terutama yang berhubungan dengan bahasa wahyu.

 

3.2. Palestina - Tanah Perjanjian

Tradisi Kristen menyebut tanah perjanjian dengan nama Palestina. Nama ini sebenarnya berasal dari ahli ilmu bumi purba dan modern. Tetapi Kitab Suci sendiri tidak pernah menyebut tanah perjanjian dengan nama itu. Nama yang diberikan Kitab Suci untuk menyebut tanah perjanjian adalah:

1.   Kanaan. Nama ini berasal dari nama Anak Ham, cucu Nuh (Kej 10:15-18) kemudian menjadi sebutan bagi bangsa dan tanahnya (Bil 13:29; Yos 5:1) sebutan lain adalah: Negeri orang Kanaan (Kel 3:8; 6:3; Ul 1:7)

2.   Negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya (Kel 3:8)

3.   Negeri yang dijanjikan Tuhan (Ul 6:18; 8:1)

 

3.3. Di tengah Bulan Sabit yang Subur

Palestina sebenarnya hanya satu bagian kecil dari suatu daerah yang secara geografis dapat disebut sebagai satu kesatuan yang meliputi lembah sungai Tigris, Efrat, Litani, dan Yordan. Apabila ditarik garis dari Tigris sampai ke Yordan bentuknya menyerupai Bulan Sabit. Termasuk daerah bulan sabit yang subur adalah lembah sungai nil. Pengetahuan mengenai geografi daerah bulan sabit yang subur ini penting apabila kita membicarakan panggilan Abraham, pengungsian ke Mesir, pendudukan Palestina dan pembungan Babel.

Dari catatan tersebut di atas kita dapat melihat bahwa Palestina sebenarnya terletak di ujung daerah bulan sabit yang subur dan di antara dua daerah subur yang luas, yakni lembah sungai Efrat dan Tigris dan Lembah sungai Nil. Perjalanan sejarah Israel dalam banyak hal ditentukan oleh letak terutama karena terletak di dua lembah yang subur dan luas itu akan muncul kerajaan-kerajaan yang kuat dan kaya.

 

3.4. Batas-Batas tanah Perjanjian

Batas tanah perjanjian sangat sukar ditentukan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan yang dialami oleh Israel dalam perjalanan yang cukup panjang.


Batas Timur kemungkinan sungai Yordan, batas Barat laut Tengah, batas Selatan disebut wadi Mesir dan padang gurun Negeb (Bil 13). Batas Utara tidak jelas, biasanya disebut dari Dan sampai Bersyeba. Tanah perjanjian sebenarnya tidak luas, kurang lebih 13.000 Kilometer persegi. Jarak paling jauh antara Utara dan Selatan: 235 - 300 Km dan Timur Barat (Lebar) antara 60 - 80 Km. Maka Palestina lebih kecil dari pulai Bali misalnya.

 

3.5. Geografi Fisik

1.   Daerah pantai dengan daratan yang sempit. Bagian selatan daerah ini lama dikuasai oleh orang Filistin, sedangkan bagian utaranya kecuali Yafa tidak ada pelabuhan alamiah. Perjanjian Lama jarang menyebut daerah pantai sebagai tempat pernyataan diri Allah.

2.   Daerah pegunungan:

1.     Di sebelah Utara terletak pegunungan Hermon yang puncak tertingginya menjulang 2759 m diatas permukaan laut dan selalu ditutupi salju.

2.     Di daerah selatan (Yehuda) daerahnya berbukit-bukit dan bergunung. Daerah ini kering sekali dan mendekati gurun. Bagian paling selatan, Negeb, merupakan gurun pasir belaka.

Sejarah Israel di tanah perjanjian berkisar terutama di daerah pegunungan, karena di sinilah suku-suku Israel berdiam. Gunung dan pegunungan dalam sejarah agama memainkan peranan yang besar. Kesaksian mengenai gunung dan peranannya yang dimainkan dalam bahasa iman Israel terdapat cukup banyak dalam Kitab Suci, misalnya Mzm 121:1-2; 125:1-2

3.   Daerah Galilea dan samaria lebih rata, sehingga daerah itu tidak terlalu kering.

4.   Daerah dataran rendah dan lembah sungai Yordan. Di ujung selatan negeri Palestina terdapat Laut Mati dengan lembah di sekitarnya. Ini merupakan bagian bumi paling bawah yaitu 384 m di bawah permukaan air laut. Disebut Laut Mati karena:

1.     Tidak berhubungan dengan laut luas

2.     Kadar garamnya sangat tinggi sehingga tidak ada ikan yang mampu hidup di dalamnya.

3.     Hawanya sangat panas, sehingga penguapannya sangat tinggi, maka aliran air dari sungai Yordan dan air hujan dari pegunungan di sekitarnya tidak menjadi soal, karena segera menguap.


Di Palestina tidak banyak sungai, satu-satunya sungai yang sungguh penting ialah sungai Yordan. Sungai ini melintasi seluruh negeri dari sebelah utara sampai ujung selatan. Sungai Yordan bersumber di pegunungan Hermon dan bermuara ke Laut Mati. Sungai ini berlikar-lingkar mengalir dalam sebuah lembah tebing dan arusnya agak deras. Karena tempatnya itu airnya dahulu tidak dapat dimanfaatkan untuk irigasi. Sungai Yordan membentuk dua danau. Danau Huleh di utara agak kecil dan baru mulai danau itu sungai mendapat namanya Yordan. Lalu ada danau Galilea, yang juga disebut danau Kinesaret, Genesaret, Tiberias. Danau ini sejak dahulu menghasilkan cukup banyak ikan, sehingga penduduk di sekitarnya menjadi nelayan.

 

3.6. Iklim

Palesina pada umumnya beriklim rata-rata antara 2-37 derajat Celsius. Nazaret (0-41 derajat C). Di pegunungan dan dataran tinggi seperti di Yerusalem di musim dingin benar-benar dingin. Sebaliknya di lembah Yordan, khususnya Laut Mati, hawanya panas sekali. Hujan pada umumnya sangat sedikit sekali yaitu berkisar 56 hari dalam satu tahun. Musim panas (Juli-September) sangat kering, karena tidak turun hujan. Hujan awal yang turun pada bulan Oktober sampai Nopember dan hujan akhir yang turun dalam bukan Maret-April sangat penting dan menentukan keberhasilan tanaman (bdk Ul 11:14). Kesuburan Palestina tergantung dari hujan (Ul 11:10-12), dalam teks tersebut diperlihatkan bahwa kesubiran Palestina semata-mata dari hujan. Dengan sendirinya mereka melihat Tuhan sebagai Pemelihara tanah karena hujan tidak dibuat oleh manusia. Musim kering yang terlalu panjang kerap menimpa Palestina, sehingga menggagalkan panen dan menimbulkan kelaparan (Kej 12:10; Rut 1:1; 1 Raj 17:1). Hebatnya malapetaka dan penderitaan yang diakibatkan oleh kekeringan itu dapat kita baca dalam doa yang terdapat dalam Yoel 1:19-20.

 

3.7. Flora dan Fauna

Tanaman yang paling banyak adalah anggur, zaitun, buah ara dan gandum. Sedangkan hewan yang paling banyak adalah domba dan kambing.

1.   Zaitun ditanam hampir di seluruh Palestina, daunnya yangselalu  hijau menjadi lambang tenaga yang hidup dan sedang bertumbuh (bdk Mzm 128:3). Di samping itu pohon ini juga menjadi lambang orang-orang benar (Mzm 53:10) dan Kebijaksanaan (Sir 24:14.19)

2.   Anggur termasuk tanaman pokok tanah Palestina dan menjadi lambang kekayaan. Berulangkali Alkitab berbicara tentang pokok anggur dan kebun anggur yang melambangkan Israel. Air buah anggur menyukakan hati Allah dan manusia. Anggur adalah lambang cinta dan kebun anggur adalah lambang mempelai wanita (bdk Kidung Agung).

3.   Buah ara. Buah ini kerap disebut bersama dengan buah anggur. Buah ara oleh Nabi Hosea sebagai lambang Israel (Hos 9:10). Pohon ara banyak dijumpai di Palestina dan yang disenangi karena memberikan keteduhan. Ia tumbuh malah di tanah berbatu-batu, asal punya sedikit kelembaban.


4.   Gandum. Selain anggur dan minyak, gandum merupakan sumber utama pangan di Palestina. Gandum ditaburkan di tanah-tanah pada bulan Nopember Desember dan dituai dalam bulan Mei-Juni. Gandum merupakan bahan ntuk membuat roti selain jelai.

5.   Domba dan Kambing berkelimpahan di padang dan meja-jema makan. Domba juga dipakai untuk kurban keselamatan (Im 3:1-17), yaitu buah pinggang dan umbau hati yang dipandang sebagai tempat hidup dan perasaan dibakar untuk Tuhan. Domba biasanya berwarna putih dan memiliki domba yang banyak adalah tanda kekayaan (1 Sam 16). Domba termasuk binatang yang disayangi. Berbicara tentang domba dan kambing tidak dapat dipisahkan dari gembalanya. Hubungan antara gembala dan domba dengan sangat indah dilukiskan dalam Mazmur 23. Dari sebab itu dalam Kitab Suci gembala kerap kalai dipakai sebagai lambang Tuhan (Mz 23; Yeh 34) dan para pemimpin, sedangkan domba adalah lambang Israel dan yang dipimpin.

6.   Keledai merupakan sara angkutan dan termasuk binatang piaraan yang sangat disayangi (1 Sam 9).

7.   Kuda termasuk binatang yang mahal yang digunakan untuk menarik kereta perang.

8.   Beruang dan Singa digunakan sebagai lambang kekerasan musuh dan pemimpin bangsa yang jahat (bdk Am 1:2; Hos 5:34)

9.   Anjing biasanya dipakai oleh gembala untuk melindungi domba. Akan tetapi anjing termasuk binatang yang tidak diperlakukan dengan baik dan pada umumnya digunakan sebagai kata penghinaan (bdk 1 Sam 17:43).

10.         Babi bagi orang Israel adalah gambaran kenajisan dan karena itu tidak boleh dimakan atau dipersembahkan sebagai korban (Im 11:7). Pekerjaan memelihara babi dipandang sebagai pekerjaan hina, sebab dikaitkan dengan dunia kafir.

Mengenai jenis binatang yang lain dapat dibaca di Im 11:1-47 dan Ul 14:3-20.

 

3.8. Penduduk

Penduduk Palestina tidak terlalu padat dan hidup di kampung-kampung yang biasanya dekat sumber air atau di atas bukit-bukit. Penduduk yang terbesar ada di Yerusalem dan Samaria. Setiap suku dapat dikatakan hidup mengikuti iramanya sendiri-sendiri terikat pada tempat dan terpisah dari yang lain.

 

3.9. Mengapa Tuhan memilih Palestina

Dari catatan di atas kiranya dapat dilihat bahwa Palestina bukanlah negeri yang besar dan kaya raya, meskipun dalam perjalanan sejarahnya mengalami zaman-zaman yang makmur. Palestina adalah negeri yang kecil dan tidak kaya, Israel hampir tidak memainkan peranan penting dalam sejarah politik dunia. Sebaliknya Israel menjadi mangsa kekuasaan-kekuasaan besar. Pertanyaan yang kerap dikemukakan ialah mengapa Tuhan memilih Palestina?


Jalan Allah memang tidak terduga (bdk Rom 11:33). Ia kerap memilih yang lemah dan miskin untuk membuat malu yang kuat dan kaya. Tuhan memilih Palestina barangkali untuk menunjukkan kepada bangsa-bangsa lain bahwa Dia adalah Tuhan sejarah, yakni Allah yang mengatasi segala kekuasaan di dunia ini. Tuhan telah memilih Palestina mungkin juga untuk mendidik umat-Nya mengarahkan pandangannya ke atas di tengah-tengah segala kesukaran yang mereka alami. Tanahnya yang bergunung-gunung dapat lebih mudah melindungi mereka dari serangan luar.

 

4.       GARIS BESAR SEJARAH BANGSA ISRAEL

4.1. Pengantar

Untuk mengetahui Alkitab dengan lebih mendalam, maka kita perlu mengetahui juga latar belakang sejarah Israel dan pengalaman iman umat Israel. Karena dalam hal ini Allah telah menyatakan diri-Nya dan berbicara langsung kepada umat-Nya. Dengan memahami latar belakang sejarah Israel akan dapat membantu untuk mengerti maksud Kitab Suci ditulis, karena Kitab Suci ditulis dalam latar belakang sejarah tertentu.

Sumber utama yang perlu untuk mempelajari sejarah Israel ialah Perjanjian Lama yang telah berbicara tentang pengalaman iman umat Israel melalui peristiwa-peristiwa sejarah yang telah mereka alami. Selain itu juga diperkaya oleh dokumen-dokumen sejarah Timur Tengah Purba dan penemuan-penemuan arkiologis.

Sejarah Israel terbagi dalam 5 periode, sebagai berikut:

1.   Periode awal mula (yakni mulai panggilan Abraham sampai dengan zaman para Hakim 1800/1750 - 1030 sebelum Masehi).

2.   Periode kerajaan (mulai pendirian kerajaan sampai dengan keruntuhan kerajaan Yuda, 1030 - 586 sebelum Masehi).

3.   Periode pembuangan (yakni periode pembuangan di Babel atau Babilon, 586 - 538 sebelum Masehi).

4.   Periode sesudah pembuangan atau periode pembaharuan (mulai dari kembalinya orang buangan di Babel ke Palestina sampai dengan berakhirnya kekuaraan Persia, 538 - 332 sebelum Masehi).

5.   Periode Yudaisme (mulai dari Alexander Agung sampai dengan akhir Perjanjian Lama, 332 - 62/50 sebelum Masehi).

 

4.2. Periode-periode sejarah Israel

4.2.1.   Periode Awal Mula (1800/1750 - 1030 seb. Mas)

Periode ini meliputi seluruh jaman ketika Israel masih berada dalam tahap-tahap pembentukan menjadi suatu bangsa yakni mulai dari panggilan Abraham sampai dengan zaman para Hakim. Periode ini dapat dibagi dalam beberapa tahap.

a.   Tahap Bapa-bapa Bangsa (1800/1750 - 1600 seb. Mas).


Tahap bapa-bapa bangsa yaitu Abraham, Ishak dan Yakub ini dikisahkan dalam Kitab Suci dikisahkan dalam kitab Kejadian 12-36.      

Israel mengenal bapa-bapa bangsa mereka yaitu Abraham, Ishak dan Yakub (Kej 12-36). Mereka termasuk kelompok besar suku dan keluarga yang antara tahun 200 - 1500 seb. Mas berpindah dari Mesopotamia ke wilayah-wilayah sebelah barat seperti Siria dan Kanaan. Abraham, Ishak dan Yakub termasuk suku-suku semi nomad, yaitu suku-suku pengembara. Menurut pendapat para ahli, Abraham sekeluarga meninggalkan Mesopotamia sekitar tahun 1800/1750 seb. Mas dan menetap di negeri Kanaan. Dari segi sejarah alasan-alasan sosio ekonomis yang mendorong suku dan keluarga untuk berpindah. Akan tetapi menurut Kitab Suci Abraham yang berasal dari Ur, Mesopotamia itu dipanggil Tuhan untuk meninggalkan negerinya dan pergi ke suatu negeri yang akan ditunjukkan Tuhan kepadanya. Namanya akan masyur dan dia akan menjadi berkat bagi segala bangsa di bumi (Kej 12:1-3). Abraham menanggapi panggilan Allah itu dan sejak saat itu mulailah suatu proses pengenalan akan Allah, selangkah demi selangkah. Pegangan kuat yang diberikan Allah kepada Abraham adalah tanah air dan keturunan.

 

Meskipun menurut sejarah Abraham dan keluarganya berpindah tempat karena alasan-alasan sosial ekonomis, namun menurut Kej 12, kepindahan Abraham semata-mata karena kehendak atau panggilan Tuhan. Para pengarang Kitab Suci bermaksud menyatakan karya Allah yang nyata, meskipun tidak kelihatan, sehingga pembaca dapat melihat atau mendengar Allah dan karya-Nya. Kalau kisah Abraham dimengerti dalam latar belakang ini, menjadi jelas bahwa karya Allah justru tampak di sini: perpindahan Abraham dan keluarganya yang didorong oleh alasan sosio-ekonomis ternyata adalah awal sejarah penyelamatan. Dalam pengertian ini, yang penting bukannya bahwa Abraham dan keluarganya berpindah tempat tinggal melainkan mereka ditutun oleh Allah memasuki tanah Kanaan.

 

Agama para Bapa Bangsa

Sesuai dengan kebiasaan di kalangan suku seminomad pada zaman itu, agama Abraham, Ishak dan Yakub serta keturunannya ditandai oleh hubungan erat dan personal dengan Allah mereka. Allah dipandang sebagai Tuhan dan Pelindung mereka. Mereka bukan monoteis dalam arti modern, tetapi dalam praktek keagamaan mereka mengarahkan seluruh perhatian dan kebaktian kepada Tuhan Pelindung keluarga dan suku mereka. Kepala keluarga mewakili keluarga dan suku dalam hubungan dengan Allah, terutama melalui ibadah persembahan korban. Nama umum Tuhan  adalah EL (=Allah). Keturunan mereka menaruh kepercayaan kepada ALLAH yang telah memanggil Abraham, melindungi dia dan keturunannya, dan memberikan janji-janji kepadanya.


Kisah-kisah mengenai Abraham dan Ishak berpusat pada wilayah Kanaan Selatan, sedangkan cerita-cerita mengenai Yakub berpusat pada wilayah Kanaan Tengah, daerah Sikhem dan Betel.

 

Perkembangan Kitab Suci pada periode ini                     

Dari seluruh periode ini tidak ada suatu bagian pun dalam bentuk tulisan yang tersimpan dalam Kitab Suci. Namun kita sungguh dapat berbicara mengenai Kitab Suci pada periode ini, karena kisah yang sekarang tersimpan dalam Kej 12-36 memang berasal dari periode bapa Bangsa, dan diteruskan secara lisan turun temurun sampai masa kerajaan Israel. Penerusan kisah-kisah itu terjadi pada saat di mana mereka berkumpul dalam keluarga atau pada waktu ibadah. Tentu saja tidak semua hal dikisahkan, mereka memilih bagian-bagian yang relevan bagi keturunan.

Oleh karena kisah tersebut disampaikan secara lisan selama berabad-abad, tidak mengherankan kalau cerita yang beredar pada abad ke 10 seb. Mas cukup berbeda bila dibandingkan dengan ceita asli yang beredar pada abad 18 seb. Mas.

 

b   Tahap Keturunan Yakub di Mesir dan Keluar dari Mesir: Lahirnya umat Allah (1600 - 1225 seb. Mas).

Kisah tahap ini dalam Kitab Suci diceritakan dalam Kej 37-50, Kel 1-20, dan kitab Bilangan. Tokoh utama dalam tahap ini adalah Yusuf, Musa (dan Harun).

Menurut Kej 37-50 keturunan Yakub berpindah ke Mesir karena kelaparan yang menimpa Kanaan. Di sana salah seorang keturunannya yang bernama Yusuf menjadi orang kedua sesudah Firaun. Yusuf tampil sebagai penyelamat saudara-saudaranya. Keturunan Yakub ke Mesir ini terjadi pada waktu Mesir dikuasai oleh wangsa Hiksos yang mengizinkan suku-suku Semit untuk tinggal di Mesir. Penguasa Hiksos ini menguasai Mesir sejak tahun 1725-1525 seb.Mas. Bangsa Hiksos ini berasal daro wolayah Siria-Palestina. Dalam keadaan seperti itu tidak mustahil seorang Ibrani dari Palestina, misalnya Yusuf dapat mencapai kedudukan yang tinggi di Mesir serta memberikan perlindungan dan jaminan kepada sanak saudaranya.

Sekitar tahun 1575 seb Mas wangsa Hiksos diusir dari Mesir oleh raja asli Mesir. Bersama wangsa Hiksos pergi juga beberapa suku Semit (tidak mustahil termasuk sejumlah keturunan Yakub) karena ikut diusir. Dalam kitab Keluaran ada petunjuk tentang pengusiran dan juga tentang pelarian. Sementara itu dalam kitab Bilangan ada daftar nama tempat yang dilewati Bani Israel, yang sebagian menunjuk jalan sulit lewat padang gurun (Sinai dan Selatan), dan sebagian lain menunjuk jalan yang resmi dan mudah lewat utara. Mungkin pengusiran dan jalan lewat utara adalah sisa tradisi dari kelompok yang ikut diusir bersama dengan orang Hiksos.


Pada pariode selanjutnya, orang Semit itu menetap di Palestina Selatan. Kelompok Semit lain yang juga  termasuk keturunan Yakub masih tinggal di Mesir. Merekalah yang dijadikan budak oleh Firaun, terutama pada masa Firaun (raja) Ramses II (1304-1238 seb. Mas), nasib mereka semakin memburuk (Kel 1) sehingga mereka putus harapan. Keadaan putus harapan inilah yang diungkapkan kepada Allah Abraham, Ishak dan Yakub (Kel 2:23-25).

Dalam keadaan itulah tampil Musa (nama Mesir) yang menurut Kitab Suci menerima pendidikan tinggi di Mesir., dipanggil Allah di gunung Sinai untuk membebaskan kawan-kawannya dari perbudakan Mesir. Pada kesempatan itu diwahyukan nama Allah yang baru, yakni YAHWE (Kel 3). Nama Yahwe berasal dari kata kerja Ibrani hayah, yang berarti ada, tetapi dengan nada berada, hadir secara aktif. Dengan pertolongan Yahwe, Musa berhasil melarikan diri dengan sejumlah bekas budak keturunan Yakub. Cukup sulit menentukan kelompok mana yang ikut dalam pelarian di bawah pimpinan Musa, kemungkinan suku Efraim, Manasye dan Lewi. Tidak lama sesudah melarikan diri, seluruh kelompok itu masuk ke dalam perangkap tanpa jalan keluar, di depan mereka terbentang laut Teberau, di belakang mereka tentara Mesir. Keputusasaan dan pembebasan itu dikisahkan dalam Kel 14. Hanya saja kisah penyebrangan ini sekarang sudah dalam bentuk yang berlapis-lapis. Menurut cerita yang paling tua, misalnya bagian tengah ay 21 dan awal ay 25 ujung Laut Teberau itu dikeringkan menjadi semacam rawa-rawa oleh angin keras dari timur dalam kombinasi dengan pasang surut, sehingga pada pagi hari mereka dapat menyebrangi laut dan bebas dari para pengejar mereka. Oleh Musa dan bangsa Israel hal itu diartikan sebagai karya Yahwe yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (bdk Kel 14:31)

Tentang lamanya Israel di mesir tidak dapat dipastikan. Menurut Kel 12:40 Israel di Mesir 430 tahun, menurut Kej 15:13, 400 tahun. Sedangkan Kej 15:16. Selama empat keturunan artinya 4 kali 40 tahun atau 160 tahun.

Dari laut Teberau bangsa Israel di bawah pimpinan Musa pergi ke Gunung Sinai. Di situ mereka dikaruniai suatu pengalaman religius yang sangat mendalam oleh Allah. Yahwe menyatakan kehendak-Nya untuk mengadakan perjanjian dengan suatu bangsa, yaitu bangsa Israel yang barusaja dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Bangsa Israel menjadi bangsa kesayangan-Nya. Dan perjanjian itu terjadi dengan perantaraan Musa. Dan dengan ini lahirkan bangsa Israel menjadi umat pilihan Allah (Kel 19-24). Isi perjanjian itu sendiri dapat dibaca dalam Kel 19. 

Menurut Kitab Suci lama pengembaraan Israel di gurun adalah 40 tahun atau satu generasi. Sebagian besar masa ini mereka tinggal di sekitar oasis Kadesy-Barnea, lebih kurang 90 km di sebelah selatan kita Bersyeba. Dalam cerita dikemukakan kesulitan yang timbul bagi bangsa yang sedang dalam perjalanan ini, yaitu kekurangan air dan makanan. Tahap ini berkahir ketika bangsa Israel tiba di Moab.


Perkembangan Kitab Suci :

Selain sejumlah kisah tentang para Bapa Bangsa yang diteruskan turun temurun secara lisan, periode ini muncul sejumlah cerita tentang perbudakan di Mesir, Musa, pembebasan dari Mesir dan peristiwa Sinai yang juga secara lisan diteruskan. Bisa jadi dalam waktu yang tidak terlalu lama kisah pembebasan dari Mesir mendapat tempat dalam naskah ibadah yang dipakai dalam pesta tahunan Paskah yang memperingati pembebasan tersebut.

Mungkin sekali  10 perintah Allah (sebagai bagian dari suatu naskah perjanjian) dalam rumus yang pendek (“Janganlah” + kata kerja seperti kita temukan dalam Kel 20:13-15) dan seju,lah peraturan yang sekarang tersimpan dalam Kel 20:22-23:19 sudah mulai dituliskan. Di samping beberapa peraturan yang sekarang tersimpan dalam Kel 20:22-23:19.

 

c.   Pendudukan Kanaan dan Pembentukan 12 Suku Israel (1225 - 1030 seb. Mas)

Kisah pendudukan atau perebutan tanah Kanaan dan pembentukan 12 suku Israel ini dikisahkan dalam kitab Yosua dan Hakim-hakim.

Sesudah Musa wafat, kepemimpinannya digantikan oleh Yosua. Pada waktu ini mereka sudah sampai di Moab. Di bawah pimpinan Yosua, bangsa Israel masuk ke dalam wilayah Kanaan. Mereka berhasil menduduki daerah pegunungan di Palestina Tengah. Dari sana kadang-kadang mereka menyerang beberapa kota Kanaan. Waktu itu sebagian besar orang Kanaan mendiami wilayah barat Palestina dan lembah subur Galilea Selatan. Wilayah Kanaan lainnya tidak begitu padat penduduknya, sehingga mudah direbut oleh kelompok Yosua. Pada waktu Yosua masuk ternyata sudah ada sejumlah suku Semit lain di Palestina Selatan dan Utara. Sebagian dari mereka adalah kelompok yang meninggalkan Mesir sebelumnya. Akan tetapi juga ada yang datang dari Mesopotamia Utara dan menetap di Palestina, mereka ini tidak pernah pergi ke Mesir.

Sekitar tahun 1200 seb. Mas, Yosua dapat mengumpulkan sejumlah wakil dari suku-suku Semit di kota Sikhem dan membentuk suatu persekutuan politik atas dasar religius. Untuk itu suku-suku tadi bersedia menerima agama kelompok Yosua, yakni menganut Yahwe yang membebaskan Bani Israel dari Mesir dan mengadakan perjanjian dengan mereka di gunung Sinai. Di Sikhem itulah perjanjian Sinai diperbaharui, artinya diperluas sehingga mencakup kelompok-kelompok baru (bdk Yos 24).

Sekitar tahun 1200 seb. Mas, di Palestina juga ada bangsa Filistin yang menempati barat daya Palestina. Dengan demikian, sekitar tahun 1200 seb. Mas di Palesina dapat digambarkan sebagai berikut:

1)    Orang Filistin menempati wilayah barat daya.


2)    Orang Kanaan tinggal dalam beberapa wilayah, terutama wilayah Barat dan di Galilea Selatan.

3)    Orang Israel yang merupakan persekutuan suku Semit tersebar di pegunungan Yehuda, Palestina Tengah, Galilea Utara dan wilayah-wilayah kosong di antara penduduk Kanaan.

 

Perkembangan sebagai bangsa dan penguasaan tanah

1)    Kelompok Yosua sesungguhnya hanya terdiri dari beberapa ribu orang dari suku Efraim, Manasye dan Lewi. Kelompok ini menjadi inti dan lama kelamaan berafiliasi dengan suku semit lain, seperti Benyamin dan Yehuda. Perkembangan ini terjadi selama dua abad (1200-1000 seb. Mas). Lama-lama kelamaan orang mulai mengenal sebagai orang Israel, bukan hanya sebagai orang suku Benyamin atau orang Yehuda. Suku-suku semit itulah akhirnya menjadi satu persekutuan dari duabelas suku. Hal ini terjadi terutama pada masa Daud.

2)    Kelompok Yosua yang memasuki Palestina sekitar tahun 1225 seb. Mas menetap di Palestina Tengah dan mereka mulai mengambil alih pertanian sebagai mata pencaharian yang baru. Perluasan tanah terjadi secara damai dengan menduduki sedikit demi sedikit wilayah yang sebelumnya hampir tanpa penghuni, yaitu daerah pegunungan. Di samping cara damai, ada juga perluasan yang terjadi dengan kekuatan militer.  Perluasan tanah akan semakin luas pada masa Kerajaan, terlebih pada masa Daud dan Salomo.

 

Periode Hakim-hakim.

Pada periode ini, keadaan Palestina sama sekali tidak stabil. Ke12 suku Israel hidup di desa-desa kecil, miskin dan lemah. Di situ mereka menetap dan mulai hidup sebagai petani. Banyak gangguan dan kesulitan yang mereka alami dari orang-orang Kanaan dan suku lain (terutama Filistin). Mereka belum mempunyai kota-kota yang kuat sebagai perlindungan. Di samping itu kesatuan politik dan militer antar suku juga belum ada, masing-masing suku dipimpin oleh pemimpin yang dalam Kitab Suci disebut Hakim-Hakim. Mereka adalah orang-orang yang membereskan segala sesuatu baik hubungan dengan musuh melalui fungsi sebagai pemimpin militer, maupun dalam hubungan dengan suku-suku Israel sendiri, bahkan juga dalam kaitan masalah keagamaan. Hakim-Hakim yang terkenal antara lain: Gideon, Debora, Barak, Yefta dan Simson. Kekuasaan dan karya mereka umumnya terbatas pada satu atau beberapa suku saja. Meskipun demikian, persekutuan yang diadakan Yosua di Sikhem terus bertambah erat selama periode yang kacay ini. Selanjutnya, sedikit demi sedikit muncul suatu kesatuan yang lebih kuas atas dasar agama yang sama.

 


Perkembangan dalam Bidang Agama

Agama yang dianut kelompok Yosua yang memasuki tanah Kanaan masih miskin dan sederhana. Namun di dalamnya terdapat dasar yang akan menjadi landasan perkembangan selanjutnya, yaitu pembabasan dari perbudakan Mesir dan Perjanjian Sinai. Kedua peristiwa itu ini merupakan inti dan pegangan utama dalam hal agama. Selama dua abad berikutnya terjadi proses pengayaan dan pemurnian yang terjadi terus menerus, akhirnya pada zaman Daud dan Salomo, kita sudah dapat berbicara mengenai agama Israel sebagai suatu agama yang lengkap.

Agama yang dianut suku-suku Israel dapat kita sebut dengan sebutan Agama Yahwisme (sebelum nantinya menjadi agama Yahudi).  Hanya saja Yahwe adalah Allah yang baru bagi suku-suku Israel yang lebih dulu sampai di Palestina. Bahkan bagi suku-suku Israel yang mengalami pembebasan dari Mesir dan perjanjian Sinaipun, peranan Yahwe masih belum jelas. Memang Yahwe telah memperkenalkan diri sebagaii Allah Penyelamat dan Panglima yang dapat diandalkan. Akan tetapi, timbul pertanyaan apakah Yahwe itu juga Allah yang menjamin dan memberikan kesuburan kepada tanah, ternak dan manusia? Ketia Bani Israel masuk ke negeri Kanaan, mereka yang sampai saat itu hidup sebagai semi-nomad, menjadi petani. Teknik pertanian diambil asli dari orang-orang Kanaan. Dan bersamaan dengan pengambilalihan teknik itu ada godaan untuk mengambil alih sistem agama kesuburan yang dianut oleh orang Kanaan yang menyembah Baal dan Asterte. Oleh karena itu pada bangsa Israel terjadi sinkretisme, di samping berbakti kepada Yahwe, Israel juga berbaksi kepada dewa-dewi kesuburan. Praktek ini akan terus terjadi sampai zaman para nabi.

 

Perkembangan Kitab Suci

Kelompok Yosua membawa sejumlah cerita yang diwariskan kepada mereka ke Kanaan, khususnya cerita mengenai leluhur (Abraham Ishak, Yakub dan anak-anaknya), mengenai pembebadsan dari Mesir dan Perjanjian Sinai. Pengalaman-pengalaman perebutan wilayah di Kanaan menjadi bahan cerita yang baru. Setiap suku membawa serta sederetan cerota-cerita mengenai leluhur dan mengenai perebutan tanah Kanaan.  Demikianlah sedikit demi sedikit muncul suatu kisah yang tidak hanya menyimpan kenangan akan masa lampau, tetapi juga mencerminkan kesatuan bangsa Israel sampai pada masa para Hakim.

Sampai periode ini sudah ada koleksi cerita lisan dari dua tahap sebelumnya yang diteruskan secara turun temurun. Di samping itu ditambahkan pula cerita lisan tentang perebutan Kanaan dan perbuatan masyur Hakim-Hakim.


Sejumlah hukum yang sekarang tersimpan dalam kitab Keluaran dan Ulangan, yakni hukum yang mengatur hidup di desa-desa dan masalah yang berhubungan dengan hidup baru sebagai petani berasal dari periode Hakim-hakim ini. Di samping itu pada masa ini juga ditentukan peraturan-peraturan dan hukum mengenai kewajiban religius dan mengenai kehidupan sosial ekonomis, yang mula-mula secara lisan sebelum akhirnya dibukukan.

 

4.2.2.   Periode Kerajaan (1030 - 586 seb. Mas)

Bagi sejarah Israel periode ini adalah yang paling kaya, karena dalam periode ini Israel tampil sebagai bangsa yang terlibat dalam sejarah dunia. Periode ini juga ditandai dengan perutusan nabi-nabi besar yang dengan tajam melihat dan mengamati tanda-tanda jaman dan menafsirkannya dalam terang iman. Periode ini dalam Kitab Suci dikisahkan dalam kitab-kitab: 1,2 Samuel, 1,2 Raja-raja dan 1,2 Tawarikh.

a.   Peralihan dari sistem hakim-hakim ke sistem kerajaan (1030 - 1010 seb. Mas)

Pada akhir periode Hakim-hakim tampil seorang tokoh Samuel. Ia adalah hakim terakhir dan terbesar. Samuel pulalah yang mempersiapkan dan mendampingi peralihan dari sistem hakim-hakim ke sistem kerajaan. Menurut tradisi ia berkarya sebagai petugas ibadah (imam) di Silo, sebagai nabi dan pemimpin suku-suku (hakim) dalam perang melawan Filistin. Melawan bangsa Filistin ini Israel tidak berdaya, karena kesatuan dan militernya  kurang kuat.

Keadaan ini mendorong suku-suku Israel untuk memikirkan dan menerima pemerintahan dalam bentuk yang baru, yaitu kerajaan. Pada mulanya ada banyak perlawanan terhadap sistem baru ini atas dasar religius yang berpandangan raja adalah Yahwe sendiri. Mengubah struktur pemerintahan dipandang sebagai tanda kurang percaya kepada kepemimpinan Tuhan. Namun ancaman Filisitin menuntun Samuel dan mendorong Israel untuk memulai sistem baru, yaitu kerajaan. Raja pertama adalah Saul (1030-1010 seb. Mas). Kemenangan permulaan Saul atas bangsa Amon dan Filistin agak mengurangi tekanan. Akan tetapi karena sistemnya berbeda sekali dengan jaman para Hakim, peralihan ini tidak mudah. Maka di bawah Saul belum semua suku sungguh-sungguh menerima dia sebagai raja, terutama di Palestina Utara dan Selatan. Praktis kekuasaan raja Saul adalah Palestina tengah.

 

b.   Jaman satu kerajaan: Daud dan Salomo (1010 - 931 seb. Mas)

Perselisihan antara Saul dan Samuel dan antara Saul dengan Daud mewarnai akhir masa pemerintahan Saul. Daud adalah seorang perwira Daud yang istimewa. Namun menurut Kitab Suci Saul sangat membenci Daud.


Sekitar tahun 1010 seb. Mas Saul dikalahkan oleh orang Filistin, bahkan Saul dan putranya yang bernama Yonatan tewas dalam peperangan itu. Daud langsung menjadi raja di Hebron dan menjadi raja atas suku Yehuda. Sedangkan di Utara mengangkat Isyboset putra Saul menjadi raja, tetapi keadaan ini hanya berlangsung 7 tahun, kemudian Isyboset dibunuh dan Daud menjadi raja seluruh suku Israel.

Dengan cara yang mahir Daud berhasil membentuk kerajan besar: seluruh wilayah Palestina (termasuk daerah Filistin) dipersatukan menjadi kerajaan inti, sedangkan negara-negara sekitar (Aram, Amon, Moab, Edom) ditaklukkan. Luas wilayah kekuasaan Daud mulai dari Teluk Araba sampai kota Hmos dan dari sungai Efrat sampai laut Tengah. Kerajaan seluas itu dapat terjadi karena pada saat itu kekuasaan Mesir sangat mundur, sedangkan Asyur belum bangkit. Di samping itu Daud tidak hanya berhasil  dalam bidang militer, tetapi juga dalam bidang religius. Ia menjadikan Yerusalem (wilayah yang tidak termasuk daerah salah satu suku) sebagai Ibu kota dan menempatkan Tabut Perjanjian di Yerusalem. Dengan demikian Yerusalem menjadi pusat politik sekaligus agama. Dengan cara itu juga Daud memperkuat poisisi agama Yahwisme sebagai agama nasional dan melawan segala kecenderungan sinkretisme dan agama kesuburan Kanaan.

Periode terakhir pemerintahan Daud ditandai oleh berbagai kesulitan yang berasal dari lingkungan keluarga Daud sendiri. Hal ini dikisahkan dalam 2 Sam 9 - 1 Raj 2. Pemberontakan Absalon (2 Sam 15-19) dan Seba (2 Sam 20) memperlihatkan bahwa kesatuan kerajaan pada periode Daud masih agak labil dan mudah digoncangkan. Hal ini terjadi karena beberapa suku utara sulit bersatu dengan suku besar Yehuda.

Menurut Kitab Suci, Daud termasuk salah satu tokoh Perjanjian Lama yang paling terkenal, dialah yang akhirnya selalu menjadi pedoman untuk raja-raja yang lain. Bahkan Mesiaspun dinubuatkan berasal dari keturunan Daud. Kelemahan Daud yang lain adalah karena cintanya kepada Betsyeba begitu besar, sehingga ia tega membunuh suaminya. Namun Daud adalah juga orang yang tahu mendengarkan suara Tuhan. Dia bertobat.

Melalui pertarungan yang sengit di antara anak-anak Daud, akhirnya Salomo yang lahir dari Betsyeba dan mendapat dukungan dari Nabi Natan menjadi penggantinya. Salomo tidak mewarisi bakat ayahnya di bidang militer, akan tetapi dalam bidang kebudayaan ia menjadi raja terbesar dalam seluruh sejarah bangsa Israel. Kerajaan  besar yang menjadi warisan ayahnya dipertahankan dengan perjanjian-perjanjian politik, yang lazimnya diperkuat oleh perkawinan dengan putri kerajaan yang bersangkutan. Salomo mengatur kerajaan inti menjadi 12 propinsi. Pengaturan ini melawan dan mendobrak kekuasaan serta wilayah suku yang tradisional, sebab dengan sistem baru ini menggunakan sistem pegawai dan bukan pemimpin-pemimpin suku, titik berat kekuasaan semakin pindah dari daerah ke ibu kota.


Yerusalem dibangun menjadi kota yang paling megah, dan ia  mendirikan Bait Allah yang menjadi pusat hidup religius umat Israel. Usaha pembangunan dan gaya hidup mewah di istana raja menelan biaya yang amat besar (bdk 1 Raj 4:21-28). Untuk menutupi biaya tinggi itu ia memebankan pajak tinggi dan kerja paksa kepada rakyat, di samping upeti dari negara-negara tetangga.

Dalam mengurusi negara, Salomo dibantu oleh staf yang terdidik di suatu sekolah khusus di Yerusalem. Sekolah pegawai atau sekolah kebijaksanaan itu akan berpengaruh besar dalam perkembangan intelektual dan sastra di Israel pada abad-abad selanjutnya.

Begitulah dalam waktu beberapa puluh tahun saja, Israel berkembang dari suatu persekutuan suku-suku tani menjadi suatu kerajaan yang besar, kaya dan modern. Akibatnya di bidang agama timbul banyak kegoncangan dan kesulitan karena banyak pegangan tradisional rupanya tidak sesuai dengan gaya hidup baru. Salomo menunjukkan ikatannya dengan Yahwe melalui kenisah atau Bait Allah yang dibangunnya, akan tetapi, ia mulai menimbulkan banyak pertanyaan ketika Yerusalem juga dibangun kuil-kuil untuk ibadat dewa-dewi dari istri-istri asingnya. Dengan demikian, muncul sinkretisme yang mengancam Yahwisme sejak Israel mulai menjadi bangsa yang menetap.

Perkembangan Kitab Suci pada periode ini:

1)    Munculnya teolog yang disebut Yahwist (disebut Tradisi Yahwist atau disingkat Y/J). Disebut Yahwist, karena menyebut Allah dengan sebutan Yahwe.

Pada masa ini muncul seorang atau beberapa orang teologi yang mengumpulkan cerita mengenai sejarah keselamatan nenek moyang, mulai dari awal mula dunia, manusia jatuh dalam dosa, Abraham sampai dengan wafatnya Musa dari tradisi lisan yang ada. Dari banyak cerita dipilih bagian-bagian yang dipandang relevan untuk situai bangsa Israel abad 10. Cerita itu meliputi: penciptaan manusia, manusia jatuh dalam dosa dan akibatnya, Abraham, Yakub, Yusuf, pembebasan dari Mesir, Sinai dan perjalanan di gurun.

2)    Riwayat Penggantian Daud (2 Sam 9-20; 1 Raj 1-2). Banyak ahli memandang bab tersebut ditulis oleh saksi mata pada masa pemerintahan Salomo untuk menjelaskan bagaimana Salomo dapat menggantikan ayahnya secara sah, walaupun ia bukan anak sulung.

3)    Mazmur. Sejak Israel sebagai kelompok mulai mengadakan ibadah dan merayakan pesta religius, terciptalah lagu-lagu rohani yang mengungkapkan pujian, keluhan, permohonan dan kepercayaan mereka. Kumpulan lagu-lagu itulah yang sekarang terhimpun dalam kitab Mazmur. Hanya saja kita sulit untuk menentukan mazmur mana saja yang ditulis pada masa Daud dan Salomo.

4)    Kumpulan Hukum. Dengan dibentuknya kerajaan, maka diperlukan peraturan yang kuat dan ketat atau undang-undang. Agaknya hukum-hukum yang merupakan penerapan konkret dari peraturan perjanjian dalam hidup sehari-hari dikumpulkan pada periode Daud-Salomo ini.

 


c.   Jaman Dua Kerajaan: Israel dan Yehuda (931 - 586 seb. Mas)

1)    Pecahnya Kerajaan

Setelah Salomo wafat, anaknya yang bernama Rehabeam menggantikannya. Oleh suku-suku Israel di Palestina Utara dan Tengah, raja baru itu diminta untuk meringankan beban pajak dan kerja paksa yang dulu ditetapkan oleh Raja Salomo. Permintaan ini ditolak oleh Rehabeam. Sebagai reaksi atas penolakan itu, maka suku-suku Israel bagian tengah dan utara memisahkan diri dari kerajaan Rehabeam dan mengangkat Yerobeam sebagai raja. Dengan demikian sejak tahun 931 kerajaan Israel terpecah menjadi dua bagian

Meskipun sejak masa Hakim-hakim persatuan suku-suku Israel berkembang, namun persatuan itu belum mempersatukan seluruh suku dalam arti yang sesungguhnya. Hanya karena kemahiran militer dan politik Raja Daud dan Salomolah kesatuan itu dapat diusahakan. Itulah sebabnya ketika terjadi perselisihan, suku-suku itu kembali terpecah.

 

 

 

 

KERAJAAN SELATAN

 

KERAJAAN UTARA

 

Nama

 

Kerajaan Yuda/Yehuda

 

Kerajaan Israel

 

Ibu Kota

 

Yerusalem

 

Samaria

 

Wilayah

 

Suku Yehuda dan Sebagian Benyamin

kecil dan miskin

 

10 suku yang lain

 

lebih besar dan kaya

 

Pemerintahan

 

Pemerintahan stabil (1 wangsa: yaitu dinasti Daud

 

Pemerintahan labil (9 wangsa berturut-turut)

 

Pengaruh Kanaan

 

Pengaruh unsur-unsur Kanaan tidak begitu besar

 

Pengaruh unsur-unsur kanaan (kebudayaan dan agama) kuat

 

Pusat perhatian religius

 

Sion dan perjanjian Yahwe dengan Daud (2 Sam 7)

 

tradisi Perjanjian Sinai

 

Tempat Ibadat

 

Bait Allah di Yerusalem

 

Betel dan Dan

 

Akhir pemerintahan

 

586 seb. Mas dibuang ke Babilon (dan kembali)

 

721 seb. Mas dibuang ke Asyur. (Dan tidak kembali)

 

Nabi-nabi yang berkarya

 

Yesaya, Mikha, Nahum, Habakuk, Yeremia dsb

 

Elia, Elisa, Amos, Hosea

 

Selama periode 2 abad hubungan kedua kerajaan itu kerap kali sulit: ada perang dingin dan perang sungguh-sungguh. Kadang-kadang Kitab Suci berbicara tentang keadaan damai, tetapi hampir selalu berarti Kerajaan Utara menguasai Kerajaan Selatan.

 


2)    Kerajaan Israel

Raja Yerobeam mencoba membentuk suatu negara yang kuat yang dapat bertahan melawan ancaman dari Yerusalem. Dalam waktu singkat banyak hal yang harus diurus, seperti ibu kota kerajaan, pegawai kerajaan, militer dan sebagainya, sehingga pada periode ini kerajaan utara dalam keadaan sulit.

Untuk menghindari rakyatnya beribadat ke Yerusalem, maka Yerobeam mendirikan tempat suci di Betel dan Dan. Masing-masing tempat ibadat dilengkapi dengan patung lembu emas sebagai tahta bagi Yahwe, sama seperti Yerusalem kedua patung Kerub di atas Tabut Perjanjian sebagai tahta Yahwe. Hanya saja patung lembu emas ini menyebab-kan terjadinya sinkretisme atau bahkan baalisme (penyembahan dewa Baal), karena Baal lazin digambarkan sebagai lembu jantan. Dan dalam kenyataan memang akhirnya kerajaan utara acap kali jatuh pada penyembahan berhala.

Beberapa raja yangpenting di kerajaan Utara ialah: Omri, dialah yang membangun samaria menjadi ibu kota Israel. Ahab, raja ini menjerumuskan Israel kepada penyembahan berhala yaitu kepada dewa Baal. Yerobeam II, pada masa raja ini, Israel mengalami kemakmuran ekonomi, sayangnya kemakmuran ekonomi ini hanya dinikmati kalangan atas, sementara rakyat menderita. Dengan demikian pada masa ini ditandai oleh penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakadilan. Dan di bidang keagamaan ditandai dengan ibadat yang kosong dan penuh penyembahan berhala.

Akhir Kerajaan Utara pada awalnya ditandai oleh perebutan kekuasaan. Di samping itu Kerajaan Asyur di Mesopotamia menjadi ancaman nyata bagi kerajaan Israel. Dan pada tahun 731 seb. Mas kerajaan Israel jatuh ke tangan Asyur. Kemudian pada tahun 724 seb. Mas, kerajaan Israel memberontak melawan Asyur dengan tidak mau membayar upeti dan akhirnya pada tahun 721 seb. Mas kerajaan Israel dihancurkan oleh Asyur dan sebagian rakyatnya khususnya masyarakat lapsan atas di buang ke Mesopotamia. Sebaliknya raja Asyur mendatangkan orang-orang dari Mesopotamia  untuk tinggal di kota-kota Samaria. Dari percampuran penduduk inilah di kemudian hari orang Samaria dianggap tidak asli Yahudi lagi dan juga dianggap sebagai kaum bidaah. Mereka inilah yang selanjutnya disebut orang-orang Samaria. Bahkan pada jaman Yesus orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria (Yoh 4:9).

Pada jaman ini tampil pula nabi-nabi, antara lain:


a)    Elia    : Nabi ini berkarya pada masa pemerintahan Ahab (875-853) di mana pada saat ini penyembahan berhala kepada Baal begitu meraja rela, maka Allah mengutus Elia untuk  mencoba dengan sekuat tenaga membela kemurnian agama Israel, bahwa penyembahan hanya kepada Yahwe saja. Nabi Elia menyatakan bahwa:

­       Yahwelah Allah Israel, juga di bidang kesuburan, bukaan Baal (1 Raj 17-28)

­       Yahwelah yang berkuasa atas hidup dan mati, bukan Baal (2 Raj 1)

­       Raja Isreael tidak boleh memerintah dengan gaya Kanaan (1 Rak 21) yaitu menjadi raja dengan kekuasaan sewenang-wenang.

b)    Elisa   : Melanjutkan karya Elia, di samping itu nabi ini juga terlibat dalam keputusan-keputusan penting (2 Raj 2-10).

c)    Amos : Nabi ini muncul sekitar tahun 760 seb Mas. Pada zaman ini ini, Israel mengalami kemakmuran, tetapi sekaligus muncul korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakadilan serta ibadat yang tanpa isi. Nabi dengan sekuat tenaga mencoba membela keadilan dan mengecam segala bentuk ketidakadilan serta ibadat yang kosong. Dengan jelas dan tajam Amos memperlihatkan segala kecurangan dan kemunafikan dalam hidup sosial dan religius, khususnya golongan atas. Amos bertugas sebagai nabi tidak lama, mungkin hanya tiga bulan.

d)   Hosea  Nabi cinta kasih. Nabi ioni berkarya sekitar tahun 758 seb. Mas. Pada jaman ini, Israel sama sekali tidak mengenal Allahnya. Israel telah mengejar dan menemukan kekasih lain yakni Baal. Maka nabi mewartakan bahwa Yahwe adalah Allah yang setia.

 

Perkembangan Kitab Suci pada masa ini:

a)    Munculnya tradisi Elohist

Tradisi ini disebut Elohist, karean menyebut Tuhan dengan sebutan Elohim (Allah), dan disingkat E. Tradisi ini mencoba merenungkan dan menuliskan peristiwa bapa-bapa bangsa dan tradisi Israel ke Mesir dan keluar dari Mesir.

b)   Elisa dan Elisa dua tokoh yang sangat menonjol pada abad ke 9 seb. Mas. Pewartaan mereka tidak tersimpan, tetapi kisah dan legenda mengenai dirinya tersimpan dalam suatu cerita yang kini sebagian kisah itu dapat ditemukan di akhir 1 Raj dan awal 2 Raj.

Pewartaan para nabi “penulis” yaitu Amos dan Hosea, sudah sebagian mulai dituliskan oleh para muridnya. Hanya saja sulit ditentukan kapan pewartaan nabi itu ditulis untuk pertama kalinya.

c)   Kumpulan hukum: Ulangan


Di kerajaan Utara perhatian terhadap tradisi Sinai sangat kuat, sehingga dihasilkan kumpulan catatan perjanjian dan hukum. Kumpulan ini dilandaskan pada upacara pembaharuan perjanjian berkala di Sikhem dan dikembangkan di suku-suku Utara. Kumpulan ini pada tahun 722 dibawa ke Yerusalem dan mendapat bentuk yang definitip pada jaman raja Hizkia (716-687 seb. Mas). Kumpulan itu kurang lebih sama dengan Ul 5-28 sekarang.

d)    Mazmur

Pada periode inipun disusun sejumlah mazmur, baik di kerajaan Utara maupun di Selatan.

 

3)    Kerajaan Yehuda

a)   Sebelum keruntuhan Kerajaan Israel.

         Kerajaan Yuda meliputi dua suku (Yehuda dan Benyamin), dari segi tanah kerajaan Yuda mendapat bagian yang kurang subur, akan tetapi kerajaan ini hidup dekat Bait Allah. Hal inilah merupakan faktor penting dalam mempertahankan iman mereka kepada Tuhan Penyelamat. Meskipun Yuda sering jatuh pada penyembahan berhala (khususnya pada pemerintahan Rehabeam dan Atalya), namun bebarapa kali Yuda juga mendapat raja-raja yang saleh (antara lain: Asa, Yosafat, Yosia). Yehuda juga mengalami kemakmuran, khususnya pada masa pemerintahan Uzia (767 - 740 seb. Mas) dan Yotam (740-734 seb.Mas).

Sejak abad ke 8 seb. Mas kekuasaan Asyur mulai menanjak dan menunjukkan tanda-tanda yang sangat membahayakan bagi kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Hal ini terjadi mulai pemerintahan Tiglat Pileser III (745-727 seb Mas). Tahun 740 dia mengadakan ekspansi ke barat dan menghancurkan kerajaan-kerajaan di situ smpai ke perbatasan Israel. Tahun 734 dia sekali lagi ekspansi ke barat untuk mengalahkan kerajaan-kerajaan yang berbatasan dengan laut Tengah. Melihat ancaman besar ini segara saja raja Israel dan raja Aram bersepakat untuk mengadakan koalisi melawan Asyur dan mengajak Ahas raja Yehuda untuk masuk dalam koalisi tersebut. Undangan ini ditolak oleh Ahas. Maka majulah dua raja itu untuk memerangi Ahas. Karena sadar bahwa dia tidak kuat melawan dua raja itu, Ahas minta bantuan Asyur. Permintaan ini dengan sukarela diterima, bukan karena dia bermaksud baik untuk menolong, tetapi memang sudah termasuk dalam rencana memerangi kedua kerajaan itu. Ahas harus membayar mahal pertolongan Asyur ini, karena Yehuda menjadi taklukan dan harus membayar upeti.


Pada periode ini muncul dua nabi di Yehuda, yaitu Nabi Yesaya (740-700 seb Mas) dan nabi Mikha (745-697 seb Mas). Kedua nabi ini diutus Allah untuk mewartakan sikap tobat terhadap Allah. Dari pewartaan mereka menjadi jelas, bahwa hidup keagamaan serta keadilan sosial kerap kali amat menyedihkan. Yesaya, nabi yang berasal dari kalangan atas ini sangat menekankan kekudusan Yahwe, dosa Israel dan sikap iman. Sedangkan Mikha menuntut kasih setia Israel terhadap Yahwe sebagai sikap yang dituntut dalam perjanjian. Ia juga mengecam kejahatan dan ketidakadilan sosial yang menghancurkan hubungan baik antara sesama anggota bangsa terpilih. Nabi mengecam kalangan/lapisan atas yang menindas rakyat kecil atau lapisan bawah. Atas nama Tuhan nabi Mikha menyampaikan protes yang sangat tajam dan ia meramalkan hukum yang amat berat.

 

b)   Sejarah runtuhnya Kerajaan Yuda/Yehuda

Sejarah Timur Tengah setelah Tiglet Pileser III berkuasa semakin panas. Raja Hizkia harus membayar mahal kesalahan ayahnya. Raja yang saleh ini terus menerus berusaha untuk melepaskan diri dari pengaruh Asyur, tetapi makin lama makin sulit karena pengganti-pengganti Tiglat Pileser III termasuk raja-raja perkasa. Percobaan untuk memberontak pada tahun 705 harus dibayar mahal. Sebagian kerajaan dihancurkan oleh raja Asyur, Sargon II. Yerusalem luput dari kehancuran hanya telah Hizkia membayar upeti yang besar. Setelah kematiannya pengaruh kekafiran di bawah pemerintahan anaknya Manasye tidak dapat dielakkan lagi.Namun demikian ia mewariskan Yehuda kepada anaknya Raja Amon dalam keadaan yang relatif makmur. Hanya saja Kitab Suci menilai raja Manasye sebagai raja yang paling jelek, karena Kitab Suci mengukur seorang raja dari sudut kesetiaan pada perjanjian.

Yosia (640-609 seb Mas) menjadi raja ketika masih berumur 8 tahun. Selama 10 tahun ia berada di bawah beberapa tokoh politik dan imam sebagai wali. Ia dididik untuk menjadi raja seperti Daud. Maka pada waktu ia mulai memerintah secara efektif sekitar tahun 625 seb Mas dan kebetulan kekuasaan Asyur sedang lemah, maka ia menggunakan kesempatan itu untuk memperluas wilayah kerajaannya dan memeulihkan agama nenek moyang, yakni penyembahan kepada Yahwe secara murni. Maka segala bentuk sinkretisme dan praktek agama Asyur dilarang dan dihapus. Raja Yosia mengadakan pembaharuan berdasarkan naskah yang ditemukan di Bait Allah. Naskah itu kurang lebih sama dengan Ul 5-28. Maka para ahli menyebut pembaharuan deuteronomistis, karena pembaharuan itu didasarkan pada kitab Ulangan.

Raja Yosia yang dipuji oleh Kitab Suci, akhirnya tewas dalam pertempuran melawan raja Mesir, ia digantikan oleh anaknya, Yoyakim (609-598 seb Mas). Hanya saja Yoyakim menghentikan pembaharuan yang dilakukan oleh ayahnya.


Sejarah kerajaan Yehuda selama 20 tahun terakhir sebelum kehancurannya diwarnai oleh perbuatan dan tindakan bodoh yang dilakukan para raja di Yerusalem.  Sekitar tahun 612 seb Mas Ayur dihancurkan oleh Babel dan pada tahun 604 seb mas Babel telah menguasai wilayah Siria Palestina. Pada tahun 600 Raja Yoyakim memberintak melawan Babel. Dan Pada tahun 597 Yoyakim meminggal dan Yuda menyerah kepada Babel. Akibatnya sebagian besar kalangan atas (militer, pegawai, imam dan tukang di buang ke Babel. Yoyakim diganti anaknya Yayakon yang menyerahkan diri kepafa Babel. Selanjutnya Babel mengangkat Zedekia sebagai pengganti Yoyakin. Zedekia adalah raja yang lemah dan ragu-ragu. Atas hasutan  Mesir, ia berani memberontak melawan Babel pada tahun 589 seb Mas. Dengan cepat Raja Nebukadnezar mengatasi pemberontakan ini. Sesudah itu kota Yerusalem dikepung dan pada tahun 586 dihancurkan secara total. Dalam perang ini banyak sekali yang tewas. Di samping itu kalangan atas yang masih tersisa dibuang ke Babel.

Nabi-nabi yang berkarya pada masa ini ialah: Nahum, Habakuk, Zefanya dan Yeremia. Nabi Yeremia inilah yang menyaksikan bangsanya dibuang ke Babilon. Salah satu pewartaannya yang terkenal adalah Perjanjian Baru (Yer 31:31-34).

 

-     Perkembangan Kitab Suci pada masa ini.

­       Pewartaan Nabi: Yesaya, Mikha, Nahium Hakakuk dan sebagainya oleh para murid-muridnya mulai ditulis.

­       Penyatuan tradisi Y dan E, dengan berpedoman pada tradisi Y. Kerajaan Utara dihancurkan pada tahun 721 seb. Mas. Pada waktu itu sekumpulan Naskah dari tradisi E dibawa lari ke selatan. Kemudian pada masa raja Hizkia, seorang redaktur menyatukan tradisi Y dan E menjadi satu kisah YE. Dalam menyusun naskah baru itu redaktur menggunadakan tradisi Y sebagai pedoman, sedangkan E hanya digunakan untuk melengkapi tradisi Y.

­       Tradisi Deuteronomist (kelompok cendekiawan) mulai menyusun karya raksasa tentang sejarah bangsa Israel sejak zaman Musa sampai zaman raja Yosia. Sebagai tolok ukur untuk menilai semua tokoh dan peristiwa dipergunakan Naskah Ul 5-28. Itulah sebabnya kelompok ini disebut kelompok deuteronomis (Deuteronomiun adalah nama Latin dari kitab Ulangan). Kelompok ini juga melengkapi kitab Ulangan abab 1-4 dan 29-34 sebagai pendahuluan dari kitab sejarah yang dalam Kitab Suci teridir dari kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, 1-2 Sam dan 1-2 Raj dalam edisi yang pertama. Penyusunan kitab-kitab ini akan diteruskan pada waktu pembuangan Babel.


­       Mazmur, Amsal dan kisah Yusuf. Ada beberapa Mazmur yang berasal dari periode ini. Para guru kebijaksanaan mulai mengumpulkan amsal dan pepatah yang kini tersimpan dalam kitab Amsal. Karya lain adalah saduran kembali kisan Yusuf yang sekarang terdapat dalam Kej 37-50 dengan menyatukan karya Y dan E.

 

4.2.3.   Periode Pembuangan (586 - 538 seb. Mas)

Situasi Yehuda

Periode ini merupakan titik balik sejarah Israel. Secara lahiriah Israel kembali ke titik awal sejarahnya, yakni perhambaan. Tetapi secara batiniah diperbaharui dengan belajar menemukan hal-hal batin dari imannya terutama berjumpa kembali dengan Tuhan dan rencara keselamatan-Nya.

Kemalangan yang menimpa kerajaan Yehuda pada tahun 589-586 seb. Mas sungguh-sungguh mengubah keadaan. Yerusalem dan semua kota lain di Yehuda dihancurkan oleh Nebukadnezar, raja Babel. Lapisan atas bangsa Yehuda dibuang ke Babel, yang tinggal hanya kaum kecil dan miskin.

Secara yuridis Yehuda digabungkan dengan propinsi Samaria. Pada awal periode ini keadaan Yehuda sangat menyedihkan. Kehidupan agak membaik setelah beberapa lama, terutama setelah beberapa orang buangan berhasil meloloskan diri ke Mesir, kemudian kembali ke Yehuda dan mengatur kehidupan baru. Hanya karena jumlah mereka sangat kecil, maka pembangunan yang dilakukan menjadi sangat lamban dan  kurang berarti.

 

Kehidupan orang buangan di Babel

Orang-orang Yehuda mengalami dua kali pembuangan, yaitu pada tahun 597 dan 586 seb. Mas. Seluruh jumlah orang buangan antara 20.000 sampai 30.000 orang, yang termasuk golongan atas (pegawai, militer, imam, tukang). Kedua pembuangan itu membawa akibat buruk yang sangat hebat bagi bangsa Yehuda. Pembuangan itu dimaksudkan untuk melumpuhkan suatu bangsa, sehingga tidak dapat memberontak lagi.


Rupanya, para buangan dari Yehuda tidak diperlakukan sebagai tahanan perang yang dikurung. Mereka diperbolehkan mengatur hidupnya sendiri di wilayah yang diberikan kepadanya, khususnya dalam kehidupan agama dan hidup sehari-hari. Mereka hanya tidak diberi kebebasan dalam bidang politik. Mereka bekerja sebagai tukang, pedagang, petani bahkan ada yang sebagai pegawai, sehingga secara sosio ekonomis mereka cukup berhasil. Maka tidak mengherankan kalau sesudah beberapa puluh tahun, beberapa orang buangan berhasil memperoleh kedudukan yang cukup kuat dan terpandang di Babel. Pada tahun 561 seb. Mas Raja Yoyakim termasuk kelompok orang buangan pertama (tahun 597 seb Mas) direhabilisasi. Rehabilitasi ini juga menyatakan kebijakan manusiawi penguasa Babel terhadap orang Yehuda.

Banyak orang Yehuda di pembuangan dengan cepat menyesuaikan diri dengan situasi Babel. Namun sebagian besar tetap menolak berasimilisasi dengan penduduk setempat karena ingin tetap mempertahankan keaslian dan kekhasannya sebagai orang Yahuda. Mereka inilah yang selalu merindukan untuk kembali ke tanah air.

 

c.    Kehidupan Religius

Pembuangan ke Babel ini secara religius sungguh menghilangkan tiga pegangan sebagai pemenuhan janji-janji Allah, yaitu:

1)    Mereka dibuang dari tanah airnya, hal ini merupakan pengalaman yang bertolak belakang dengan pengalaman pemenuhan janji kepada bapa-bapa bangsa mengenai tanah.

2)    Tidak ada lagi keturunan Daud yang menjadi raja di Yerusalem. Ini bertentangan dengan nubuat Natan yang terdapat dalam 2 Sam 7

3)    Bait Allah tempat kediaman Yahwe ditengah umat hancur. Ini berarti Yahwe meninggalkan umat-Nya.

Maka muncullah sikap-sikap sebagai berikut sebagai reaksi atas pembuangan itu:

1)    Penghancuran Yehuda dipandang sebagai hukuman yang ditimpakan oleh dewa-dewi asli Kanaan, yaitu Baal, karena bangsa Israel telah merebut tanah miliknya. Kelompok ini cenderung untuk kembali berbakti kepada Baal.

2)    Pandangan lain adalah bahwa Yahwe telah dikalahkan oleh dewa Babel. Pandangan ini didasarkan bahwa jika terjadi perang, maka yang perang bukan hanya tentara tetapi juga para dewa-dewi dan alah masing-masing negara. Karena Israel kalah melawan Babel, maka mereka menganggap Yahwe telah kalah melawan dewa-dewi Babel. Sikap seperti ini terdapat dalam diri orang yang tinggal di wilayah Yehuda yang dikuasai Babel.

3)    Sikap ketiga adalah kelompok terbesar yang mengartikan pembuangan tahun 586 seb Mas sebagai kata terakhir dalam dialog antara Yahwe dengan bangsa terpilih. Tahun 721 seb Mas adalah kehancuran kerajaan Israel sebagai tanda peringatan terakhir dari Yahwe supaya Israel bertobat dan setia pada perjanjiannya. Nyatanya Israel tidak setia dan mengingkari perjanjiannya dengan Yahwe, akibatnya mereka dihukum. Kini mereka ditolak oleh Yahwe dan dibuang. Akibatnya mereka berada dalam keadaan putus asa. Di tengah segala keputusasaan itulah tampil tokoh-tokoh yang memberi harapan akan masa depan yang lebih baik.


Ketiga sikap di atas sudah cukup menjadi alasan yang menyebabkan kehancuran bangsa Israel sebagai bangsa. Keistimewaannya sebagai bangsa yang menyembah Yahwe, mulai luntur. Pada hal ciri khas ini amat penting, supaya sebagai bangsa tidak hancur atau hilang seperti yang terjadi dengan bangsa: Edom, Moab, Amon dsb. Dalam situasi seperti itulah Allah mengutus Yehezkiel untuk membuka mata orang-orang Yahuda dan menyadarkan mereka bahwa mereka sudah lama tidak setia kepada Yahwe, Allah yng mengikat perjanjian dengan mereka.

 

d.     Tokoh-tokoh yang tampil adalah:

1)    Nabi Yehezkiel. Nabi ini mewartakan karya keselamatan Allah yang akan datang. Tuhan adalah Allah yang tidak menghendaki kematian orang berdosa, tetapi supaya bertobat dan hidup. Nabi ini juga mewartakan bahwa dialog Yahwe dengan umat-Nya belum berakhir, dan karena itu masih ada masa depan. Harapan akan masa depan inilah yang menjadi alasan mengapa bangsa Yehuda tidak pu8nah sebagai bangsa. Nabi ini amat berjasa bagi lanjutan, pembaharuan dan penyucian umat Yehuda yang terbuang.

2)    Nabi Deutero Yesaya. Nabi ini tidak diketahui namanya, tetapi karena pewartaannya disatukan dengan kitab Yesaya yang sekarang kita temukan dalam Yes 40-55, maka disebut Yesaya kedua (Deutero-Yesaya). Nabi ini mewartakan penghiburan dan pengharapan besar. Tuhan akan membebaskan umat-Nya dari perhambaan di Babel. Israel akan mengalami keluaran baru. Masa hukuman akan segera berakhir, masa keselamatan sudah di ambang pintu. Tuhan akan menyatakan diri-Nya sebagai Raja segala raja dan Tuhan sebala bangsa. Pewartaannya yang paling terkenal adalah tentang Hamba Tuhan yang menderita (Yes 52:13-53:12).

3)    Sejarahwan Deuteronomist. Mereka adalah sekelompok orang awam yang saleh dan beribadat. Disebut Deuteronomist karena teologinya dijiwai oleh kotbah–kotbah yang terdapat dalam kitab Ulangan, khususnya 5-28. Mereka inilah yang merampungkan tulisannya tentang sejarah Israel yang telah dimulainya. Dalam tulisannya itu mereka mencoba menjawab pertanyaan mengapa Israel dibuang. Menurut mereka ada tiga sebab, yaitu: Pertama: karena Israel telah meninggalkan Tuhan dan menyembah dewa-dewi; Kedua: Israel tidak mau mendengarkan seruan Tuhan yang disampaikan para Nabi; Ketiga: Yerusalem kota Allah telah menjadi bejat, karena penuh dengan penyembahan berhala. Sejarahwan inilah yang menuliskan kitab-kitab sejarah: Yosua, Hakim-hakim, 1,2 Samuel dan 1,2 Raja-raja.


4)    Para Imam. Mereka merefleksikan sejarah awal Israel dalam konteks sejarah dunia dan dari sudut iman. Israel di pembuangan adalah Israel yang kehilangan identitasnya sebagai bangsa, karena mereka telah kehilangan raja, tanah dan Bait Suci. Untuk itu Israel memerlukan identitas baru. Identitas mereka, menurut para imam adalah sunat. Sunat sebagai tanda perjanjian dengan Allah. Di samping sunat tanda lain adalah sabat. Sabat adalah hari istirahat yang telah dikuduskan Allah sejak penciptaan.

 

d.    Perkembangan Kitab Suci

1)    Kisah sejarah karya Deuteronomist yang sudah dikerjakan pada masa pemerintahan raja Yosia, selama pembuangan dilengkapi dengan informasi mengenai Raja Yosia dan sesudahnya serta akhir Kerajaan Yuda dan pembuangan ke Babel.

2)    Kitab Ratapan. Kitab ini disusun tidak lama setelah kehancuran kota Yerusalem.

3)    Nabi-nabi. Tulisan-tulisan tentang pewartaan para Nabi sebelum pembuangan dibawa ke pembuangan dan dilengkapi. Oleh karena itu pada akhir masa pembuangan kitab Nabi: Amos, Hosea, Mikha, Yesaya (1-39), Nahum, Zefanya, Yeremia, Habakuk sudah mempunyai bentuk yang hampir final.

4)    Mazmur. Sekurang-kurang ada satu mazmur yang ditulis pada masa ini yaitu mazmur 137.

5)    Tulisan Para Imam (Priesterkodeks). Pada masa ini disusun karya besar yang melngkapi Tradisi Y dan E. Bahkan menurut para ahli tradisi P inilah yang menggabungkan tradisi-tradisi yang akhirnya menjadi Pentateukh seperti yang sekarang kita miliki. Tradisi P sendiri memiliki cerita, misalnya kisah penciptaan Kej 1:1-2:4a, akan tetapi yang paling banyak adalah hukum.

 

4.2.4.   Periode Pembaharuan/Sesudah Pembuangan (538 - 332 seb. Mas)

a.   Kembali dari Pembuangan dan masalah-masalahnya.

Sekitar tahun 550 seb Mas muncul kekuatan baru dari Persia dan dengan cepat memperluas wilayah kerajaannya. Pada tahun 539, raja Koresy dari Persia mengalahkan Babel, sehingga Babel menjadi daerah jajahannya. Kebijakan Koresy ialah memberikan otonomi seluas-luasnya dalam hal kebudayaan dan agama kepada bangsa jajahannya. Pada tahun 538 seb Mas, ia mengeluarkan izin resmi bagi orang-orang Yahudi untuk kembali ke Palestina dan membangun kembali Bait Allah yang telah hancur (bdk 2 Taw 36:22-23)

Ternyata izin yang diberikan oleh raja Koresy kepada orang buangan untuk pulang ke Yehuda tidak digunakan oleh semua. Ada kelompok yang memanfaatkan izin ini untuk kembali ke Yehuda, tetapi ada juga yang tidak mau pulang karena keadaan sosial ekonomis mereka di Babel sudah baik.

Kelompok pertama yang pulang terdiri dari orang-orang yang tidak begitu berhasil dan tidak dapat maju di wilayah pembuangan. Kelompok lain pulang karena sangat dipengaruhi oleh pewartaan Yeremia, Yehezkiel dan terutama Deutero Yesaya mengenai masa keselamatan yang akan datang sesudah pembuangan di Babel. 


Hal-hal penting yang terjadi setelah orang buangan kembali adalah sebagai berikut:

1)    Kesukaran dan krisis

Orang-orang Israel yang baru pulang dari pembuangan sesungguhnya memiliki semangat yang besar. Tetapi mereka menjadi agak putus asa dan kecewa, karena banyak menghadapi kesulitan dan tantangan. Keadaan di Yehuda tidak seperti yang mereka bayangkan. Segala-galanya rusak, penduduk hanya sedikit dan miskin. Nabi Trito Yesaya mencoba memberikan pengharapan dan keberanian kepada orang-orang yang kembali dari pembuangan.

2)    Pembangunan Bait Suci

Mereka yang kembali dari pembuangan mencoba membangun kembali Bait Suci.pekerjaan ini tidak berjalan lancar. Hal ini disebabkan adanya pertentangan kepentingan antara orang yang kembali dari pembuangan dengan yang tidak dibuang. Orang yang tidak ikut pembuangan lebih memikirkan kepentingan mereka sendiri daripada membangun Bait Suci. Di samping itu juga ada perlawanan dari orang-orang Samaria yang ingin ikut membangun Bait Suci. Orang-orang Samaria dianggap tidak asli Yahudi lagi maka dilarang ikut serta membangun Bait Suci, akibatnya terjadi perlawanan. Dengan dukungan Nabi Hagai dan Zakharia serta dengan susah payah akhirnya Bait Suci dapat dibangun kembali dan diselesaikan pada tahun 515 seb Mas.

Adanya perselisihan

Sejak awal sudah timbul perselisihan antara kelompok orang yang pulang dari pembuangan dengan kelompok yang tidak dibuang serta dengan orang-orang Samaria. Orang-orang yang kembali dari pembuangan itu ternyata memiliki penghayatan religius yang berbeda dengan mereka yang tetap tinggal dan lebih-lebih dengan orang Samaria. Kelompok orang yang pulang dari pembuangan itu memandang diri sebagai “sisa Israel”, yaitu kelanjutan sah bangsa terpilih yang lama. Hanya mereka yang boleh membangun kenisah. Kedua kelompok lain (yang tidak dibuang dan orang Samaria) dipandang hina dan tidak pantas untuk tugas luhur: membangun Bait Allah. Dengan demikian menimbulkan kesulitan hubungan, lebih-lebih dengan orang Samaria tidak pernah baik lagi. Itulah sebabnya di kemudian hari orang-orang Samaria membangun kenisah mereka sendiri di atas gunung Gerizim pada abad 4 seb. Mas.

b.    Pembaharuan Ezra dan Nehemia


Pada tahun 515 seb Mas Bait Suci sudah ditahbiskan. Situasi negeri Yehuda tetap menyedihkan. Ibu kota tidak memiliki tembok perlindungan, penduduk tidak merasa aman. Mereka sering diganggu oleh orang-orang Samaria dan bangsa-bangsa tetangga. Untuk membereskan keadaan maka Nehemia minta diangkat menjadi gubernur di Yerusalem. Ia adalah seorang Yahudi yang bekerja sebagai pejabat tinggi di istana raja Persia. Berkat kedudukannya yang tinggi inilah ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga Yehuda menjadi aman, tidak ada ganggungan lagi. Hal ini berlangsung pada tahun 445-433 seb Mas. Keberhasilan di bidang kemanaan dan materi tidak disertai dengan keberhasilan dalam bidang keagamaan, sehingga pada tahun 430 seb Mas Nehemia kembali lagi bersama dengan seorang ahli kitab bernama Ezra. Dengan bantuan Ezra pembaharuan agama dapat dijalankan. Ezra menjadikan Hukum Musa (Taurat Musa) sebagai hukum sipil untuk semua orang Yahudi yang dilakukan pada hari raya pondok daun. Dengan ini lahirlah Yudaisme. Istilah Yudaisme atau agama Yahudi pertama-tama dijumpai dalam 2 Mak 2:21. Yudaisme adalah suatu agama baru yang lahir dari pangkuan Israel. Pusat hidup Yudaisme ialah Taurat Musa dan Ibadat yang berpusat di Bait Allah. Mereka menekankan ciri-ciri mereka dalam tanda-tanda lahiriah seperti sunat, ketaatan kepada peraturan hari Sabat, peraturan mengenai makanan, puasa dan waktu-waktu doa. Ciri-ciri itu menjadikan bangsa Yahudi di yehuda sangat berbeda dibandingkan dengan semua bangsa lain.

 

c.    Perkembangan Kitab Suci

1)    Hukum Taurat atau Pentateukh.

Kitab Ulangan yang aslinya menjadi satu dengan kitab sejarah karya deuteronomist, akhirnya digabungkan dengan empat kitab yaitu Kejadian, Keluaran, Imamat dan Bilangan. Dengan demikian kelima kitab ini telah memperoleh bentuknya yang definitip.

2)    Kitab-kitab Sejarah karya Deiteronomist ( Yosua, Hakim-hakim, 1,2 Samuel dan 1,2 Raja-raja) juga sudah final.

3)    Nabi-nabi

Penulisan dan pengumpulan pewartaan para nabi yang dimulai pada masa sebelum dan semasa pembuangan masih terus dilanjutkan, bahkan sebagian besar kitab-kitab para nabi hampir final.

4)    Kitab Sastra Kebijaksanaan yang selesai pada masa ini antara lain:

­       Amsal telah mendapat bentuknya yang definitip

­       Kidung Agung yang berisi lagu-lagu cinta dikarang dalam bahasa puisi yang indah,

­       Kitab Ayub merupakan kitab yang isi dan mutu sastranya sangat tinggi, sehingga dipandang sebagai salah satu karya terbaik sastra universal.

­       Kitab Pengkotbah merupakan semacam buku pegangan bagi pembinaan sikap kritis di kalangan kaum muda..


5)    Mazmur. Sudah dikatakan bahwa ibadah di kenisah yang baru diatur dengan sangat ketat. Salah satu akibatnya ialah mulai ditetapkan apa yang boleh digunakan dalam ibadat, termasuk lagu atau mazmur. Dari ratusan mazmur yang tersusun mulai tahun 1200-300 seb Mas terpilih 150 mazmur yang diterima sebagai kumpulan resmi, seperti yang kita miliki.

6)    Kitab Tawarikh, Ezra dan Nehemia.

Sekitar tahun 400 seb Mas , seorang Lewi yang disebut Ahli tarikh menyusun karya besar mengenai sejarah Daud sampai zaman Ezra dan Nehemia. Keseluruhan kisah ini didahului daftar silsilah dari Adam sampai Daud. Dengan memanfaatkan Pentateukh dan kitab sejarah sebagai sumber utama, pengarang menyusun karya ini sebagai suatu buku renungan, bukan pertama-tama buku sejarah. Dua pokok yang diperhatian oleh buku ini ialah:

­       Kenisah di Yerusalem adalah satu-satunya tempat ibadat yang sah

­       Wangsa Daud telah dipilih Tuhan sebagai satu-satunya wangsa yang sah untuk memerintah umat-Nya.

 

4.2.5    Periode Yudaisme (332 - 62/50 seb. Mas).

a.   Tampilnya Alexander Agung.

Sesuatu yang baru terjadi dengan munculnya Alexander Agung sebagai Raja Makedonia pada tahun 334 seb Mas. Ia mampu mengalahkan seluruh dunia Timur Tengah. Yudaisme dapat dikatakan memasuki suatu politik yang baru. Kekuasaan dari Timur berakhir dan mulai sekarang digantikan oleh kekuasaan dari Barat. Kekusaan ini dengn kebudayaan yang tinggi dan pandangan hidupnya yang berbeda secara bertahap mulai mengubah wajah Timur Tengah, karena pada masa ini mulailah pengaruh kebudayaan Yunani. Raja Alexander Agung meninggal pada tahun 323 seb Mas pada waktu usia 32 tahun tanpa meninggalkan pewaris kerajaan. Oleh sebab itu, kerajaan raksasa itu dibagi-bagi di antara para panglimanya yang kuat. Dari tahun 323-200 seb Mas Yehuda berada di bawah penguasa Ptolomeus dari Mesir. Raja-raja Ptolomeus pada mulanya bersikap hati-hati dan bijaksana terhadap bangsa Yahudi. Yehuda tetap dibiarkan menikmati otonomi terbatas, di bawah pimpinan imam agung.

 

b.    Penindasan agama oleh Antiokhus IV Epifanes dan Pemberokan Makabe.

Kendati Alexander Agung sudah meninggal, helenisme berkembang terus sampai kira-kira seperampat abad sesudahnya. Bahasa Yunani mulai dipakai di mana-mana. Kebudayaan Helenis dengan keunggulan dalam bidang ilmu dan seni membuat bangsa-bangsa Timur Tengah teresona, termasuk lapisan atas bangsa Yahudi, sehingga tidak heran jika di kalangan atas bangsa Yahudi mengikuti budaya helenis.


Pada tahun 200 seb Mas Raja Antiokhus III mengalahkan raja Ptolomeus V dan mencaplok Palestina. Selama 25 tahun pertama pemerintahannya raja ini tetap memberikan otonomis terbatas kepada Yehuda, di bawah pimpinan imam agung. Hanya saja sejak tampilnya Alexander Agung henenisme terus berkembang. Bahasa Yunani mulai dipakai di mana-mana. Kebudayaan helenis dengan keunggulan dalam bidang ilmu dan seni membuat bangsa-bangsa di Timur Tengah terpesona. Tidak terkecuali bangsa Yahudi, khususnya kalangan atas.

Politik pengyunanian mencapai puncaknya pada masa Antiokhus IV Epifanes menjadi raja. Ia naik tahta pada tahun 175 seb Mas dan memerintah sampai dengan tahun 164 seb Mas.  Raja ini ingin mempersatukan kerajaannya dengan mewajibkan agama dan kebudayaan yang sama, yaitu agama dan kebudayaan Yunani. Di Yehuda raja ini mengangkat imam agung yang mampu membayar tinggi kepadanya. Akibatnya pada masa ini muncul beberapa imam agung yang sebenarnya adalah orang-orang yang meninggalkan agama Yahudi, hanya karena dia mampu membayar mahal. Pengyunanian ini di Yehuda mendapat dukungan dari kalangan atas. Pada tahun 168 seb Mas ia mendirikan mezbah bagi mahadewa Zeus di Bait Allah. Tahun berikutnya, kebaktian kepada dewa-dewi helenis diwajibkan dan praktek agama Yahudi dilarang. Pada waktu meletuslah pemberontakan yang dipimpin oleh imam Matatias, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Yudas (166-160). Yudas diberi julukan Makabe karena tindakannya yang keras (dari kata bahasa Aram maqqaba yang berarti palu). Yudas Makabe didukung oleh ribuan petani yang setia kepada agama Yahudi. Pada tahun 164 seb Mas ia dapat memaksa raja Antiokhus V (yang baru saja naik tahta menggantikan ayahnya) untuk menyetujui pengambilalihan Yerusalem oleh orang-orang Yahudi yang setia, sehingga kenisah dapat ditahirkan kembali.

Perang melawan penindasan agama ini berlangsung sampai tahun 142, di bawah pimpinan Yudas dan kedua saudaranya yaitu Yonatan (160-143 seb Mas) dan Simon (142-134). Sedikit demi sedikit saudara-saudara Makabe memperoleh kedudukan yang semakin kuat. Pada tahun 142 kemerdekaan Yehuda diakui oleh Raja Siria dan keturunan Simon Makabe menjadi pemimpin di bidang religius.

 

c.    Munculnya Partai-Partai Politik Kegamaan.

Pada abad ke2 seb Mas muncul tiga golongan dalam bangsa Yahudi, yaitu Farisi, Saduki dan Eseni. 

­       Farisi berarti “terpisah”. Kelompok ini terdiri dari orang-orang awam yang berpegang mutlak pada Taurat dan tafsiran-tafsiran lisah yang dilakukan oleh para ahli Taurat sejak zaman Ezra.

­       Saduki, nama ini berasal dari nama diri Zadok, imam agung pada zaman Daud. Kelompok Saduki terdiri dari para imam kelas atas dan keluarga bangsawan dan kaya. Dalam hal agama mereka berpegang teguh hanya pada Hukum Taurat yang tertulis.


­       Esesi merupakan kelompok yang berasal dari kaum imam yang pada sekitar tahun 150 seb Mas mengundurkan diri dari kehidupan bermasyarakat ke daerah tepi Laut Mati uamh sepi.

Pada dasarnya, dapat dikatakan bahwa yang membedakan kelompok nyang satu dengan kelompok yang lain ialah sikap mereka terhadap Hukum Taurat. Sebagian besar peraturan dan hukum yang ada dalam Taurat berasal dari masa lampau, sehingga banyak yang tidak cocok dengan kehidupan abad ke 2. Kelompok Saduki tidak mau mengakui kenyataan ini, mereka tetap berpegang teguh pada Taurat sebagaimana tertulis. Mereka menolak segala macam tafsiran yang mencoba menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Kelompok Eseni melarikan diri dari masyarakat dan hidup di Qumran, suatu tempat sunyi di padang gurun Laut Mati. Hidup mereka mirip dengan hidup para leluhur. Hanya kelompok Farisi yang terbuka terhadap tuntutan zaman. Melalui penafsiran khusus, mereka menyesuaikan Taurat dengan situasi dan tuntutan yang baru. Mereka melakukan karena yakin bahwa Allah bermaksud agar Taurat berlaku untuk segama zaman.

 

d.    Perkembangan Kitab Suci pada periode ini.

1)    Daniel, Ester dan Yudit

Penganiayaan yang dilakukan Antiokhus IV Epifanes terhadap bangsa Yahudi dan perang Makabe yang merupakan reaksi atas pemaksaan agama menjadi latar belakang penulisan ketiga kitab tersebut. Kitab-kitab itu ditulis dengan tujuan untuk menghibur dan memperkuat semangat perjuangan bagi Allah dan bagi tradisi nenek moyang.

2)   Tobit

Bangsa Yahudi sessudah pembuangan adalah bangsa yang hidup di diaspora. Untuk menolong dan membangkitkan semangat mereka dalam menghayati imannya di diaspora ditulislah kitab Tobit. Kitab ini mengajarkan bahwa ada penderitaan orang saleh, namun akan ada ganjaran jika ia setia kepada Allah.

3)    1,2 Makabe

Dua kitab ini tidak berhubungan satu dengan yang lain. Di dalamnya digambarkan latar belakang sejarah abad ke 2 seb Mas dan perjuangan saudara-saudara Makabe melawan penindasan agama. 1 Mak menekankan peranan penting saudara-saudara Makabe, sesang 2 Mak meluhurkan karya agung Allah dalam seluruh perjuangan bangsa Yahudi.

4)    Yesus bin Sirakh dan Kebijaksanaan Salomo.


Sebelum tahun 200 seb Mas pengaruh helenisme sudah terasa, itulah sebabnya seorang bijaksana menuliskan kitab Sirakh dan Kebijaksanaan Salomo untuk membendung pengaruh helenisme.Putra Sirakh menyusun buku yang merangkum unsur-unsur berharga dari Taurat, kitab-kitab sejarah dan kitab para nabi utntuk melindungi kawan-kawan sebangsa dari bujukan filsafat dan budaya helenis. Sekitar abad pertengahan abad pertama sebelum Masehi, seorang menulis buku kebijaksanaan, yang kemudian diberi nama Kebijaksanaan Salomo.

Tobit dan Barukh

Pada abad 2 seb Mas ditulis satu novel pendek mengenai seorang Israel yang saleh bernama Tobit, yang susudah tahun 721 seb Mas ia dibuang di Asyur.

Pada abad yang sama diterbitkan suatu buku kecil di bawah nama Barukh, sekretaris nabi Yeremia.

Pada abad-abad terakhir periode Perjanjian Lama, para pengarang senang memakai nama tokoh besar yang hidup pada masa lampau sebagai nama samaran. Dapat disebut misalnya nama-nama seperti Yunus, Daniel, Tobit, Salomo, Barukh, Henokh, Anraham. Dengan menunggunakan nama-nama besar itu, pengarang memberikan wibawa yang lebih besar pula pada tulisannya.

Dari segi kanonisasi dapat dikatakan bahwa pada akhir periode Perjanjian Lama, menurut keyakinan orang Yahudi di Palestina, yang dianggap Kitab Suci adalah:

­       Taurat

­       Kitab Nabi-nabi

­       Kitab Sejarah Deuteronomis

­       Dan beberapa tulisan lain terutama kitab Mazmur.

 BAB   III

PENGANTAR PENTATEUKH

 

1.              Pendahuluan

1.1._      Nama dan isi

a.     Nama

Tradisi Yahudi menyebut kelima kitab Perjanjian Lama Kitab Taurat, Hukum Taurat Musa atau Kelima Kitab Musa. Kata “taurat” memiliki banyak arti, antara lain: hukum, pengajaraan, nasihat dsb. Nama Taurat diberikan mungkin karena pengajaran dan hukum yang terkandung di dalamnya. Sedangkan Musa dihubungkan dengan kitab-kitab ini karena dia dianggap sebagai pemberi dan perantara hukum yang diterima Israel. Pada permulaan istilah-istilah itu mungkin dipakai untuk menunjukkan kumpulan-kumpulan hukum yang terdapat di dalamnya (bdk 2 Raj 14:6; Yos 1:8). Namun dalam Mat 5:17 dan Mrk 12:26 “hukum” dikenakan untuk seluruh kitab.

Tradisi Kristen menyebut kelima kitab pertama Perjanjian Lama dengan Pentateukh artinya kitab yang terdiri dari lima gulungan (Penta=lima; teukh=gulungan). Disebut gulungan karena dahulu kitab-kitab tersebut berbentuk gulungan yang dijahit dengan kulit (Yer 36:2). Panjang jahitan yang sekarang dikenal 7.5 meter, sedangkan lebarnya 26 cm. Kitab gulungan itu biasanya disimpan dalam bejana supaya tahan lama

 

b.     Garis Besar

Pentateukh menceritakan awal mula dunia dan awal mula Israel sebaga umat Allah yakni mulai dari panggilan Abraham, pengungsian ke Mesir, pembebasan dai Mesir, perjalanan di padang gurun sampai kedatangan mereka di ambang pintu tanah terjanji, yakni daratan Moab di sebelah timur sungai Yordan. Seluruh cerita ini didahului oleh suatu cerita tentang penciptaan dunia dan manusia, manusia jatuh dalam dosa sampai perpecahan antar umat manusia.

1)    Kej 1 - 11  Sejarah Awali: Cerita tentang penciptaan dunia dan manusia, manusia jatuh dalam dosa dan akibatnya dan berakhir dengan perpecahan antar umat manusia.

2)    Kej 12-36  Tradisi tentang Bapa-bapa Bangsa

a)     Kej 12-25  Tradisi tentang Abraham

b)    Kej 25-26  Tradisi tentang Ishak

c)     Kej 27-36  Tradisi tentang Yakub

3)    Kej 37 - 50      Israel ke Mesir (Tradisi tentang Yusuf)

a)    Kej 37. 39- 49.50 Cerita tentang Yusuf

b)    Kej 38      Cerita tentang Yehuda

c)    Kej 49 Wasiat Yakub


4)    Kel 1 - 15:21 Israel keluar dari Mesir (Pembebasan)

a)    Kel 1-2     Penindasan orang Israel dan kelahiran Musa

b)    Kel 2-4; 6-7 Cerita tentang panggilan dan perutusan Musa

c)     Kel 5; 7-11   Cerita tentang Musa dan Firaun (10 tulah)

d)   Kel 13:1-15:21 Cerita tentang pembebasan dari Mesir (Penyeberangan)

5)    Kel 15:22 - Bil 10:10  Tradisi Sinai

a)    Kel 1:22-18:27 Cerita tentang perjalanan ke Sinai

b)    Kel 19-24   Perjanjian Sinai

c)    Kel 32- 34  Cerita tentang pelanggaran Sinai dan pembaharuan

d)    Kel 35-40 Pelaksanaan peraturan ibadat

e)    Iam 1-7 Peraturan tentang kurban

f)    Im 8-10 Cerita tentang pentahbisan Imam-imam pertama

g)    Im 11-15 Peraturan-peraturan tentang haram dan tidak haram

h)    Im 16 Ritual hari raya perdamaian (Yom Kippur)

i)    Im 17-26   Kitab hukum kekudusan

j)    Im 27   peraturan-peraturan tentang nazar

k)   Bil 1:1-10:10 Persiapan sebelum meninggalkan Sinai, pendaftaran (sensus) pertama, statuta para Lewi, peraturan tentang kenaziran dan lain-lain.

6)   Bil 10:11-36:13    Dari Sinai ke Moab

a)    Bil 10:11-20:13 dari Sinai ke Kadesy

10:11-12:16     Cerita tentang perlawanan dan pemberontakan orang Israel

Bil 13-14         Cerita tentang pengintaian Kanaan dari selatan

Bil 15              Aneka perintah

Bil 16-17         Cerita tentang pemberontakan Korah, Batam dan Abiram

Bil 18-19         Hak dan kewajiban Imam dan lewi serta peraturan tentang pentairan.

Bil 20:1-13      Cerita tentang pertengkaran Israel dengan Musa.

b)    Bil 20:14-21:35   dari Kadesy ke Moab: Perang melawan Edom, Moab, dan Og

c)    Bil 22-36  Israel di Moab

Bil 22-24         Cerita tentang Bileam

Bil 25              Cerita tentang penyembahan berhala di Baal Peor

Bil 26              pendaftaran (sensus) kedua

Bil 27-30         Tuntutan kelima anak perempuan Zelafehad untuk mendapat hak waris. Pengangkatan Yosua sebagai pengganti Musa dan aneka peraturan tentang kurban dan nazar.


Bil 31              Cerita tentang peperangan melawan Median

Bil 32              Cerita tentang pembagian daerah seberang Timur sungai Yordan

Bil 33-36         daftar tempat-tempat persinggahan orang Israel dari Mesir ke Moab

7)    Ul 1-34      Kotbah Musa di Moab, diakhiri dengan cerita tentang akhir hidup Musa.

a)    Ul 1:1-4:43    Kotbah pertama, suatu tinjauan sejarah

b)    Ul 4:44-11:32 Kotbah kedua

c)    Ul 12-26         Kitab hukum Deuteronomi

d)    Ul 27        Peintah mengenai perayaan perjanjian yang harus dilakukan di Sikhem.

e)    Ul 28        berkat dan kutuk

f)     Ul 29         Kotbah ketiga: perjanjian Moab

g)    Ul 30-34    Karya-karya terakhr Musa dan wafatnya.

 

c.     Isi

Kelima kitab Musa menyajikan sebuah kisah yang mencakup jangka waktu antara awal mula alam semesta sampai dengan awal bangsa Israel yang sedang berkumpul di perbatasan Palestina. Bangsa Israel mempersiapkan diri untuk memasuki airnya yang dianggap sebagai karunia Tuhan yang diberikan-Nya oleh karena setia kepada janji-Nya. Artinya rencana Tuhan yang sejak awal mula sudah ada dan pelaksanaannya bertahap-tahap dipersiapkan.

Memang kelima kitab Musa disusun jauh kemudian dari kejadian-kejadian yang dikisahkan. Tetapi para penyusun karya itu telah memikirkan dan merenungkan masa yang lampau. Dalam terang kepercayaan mereka melihat bahwa seluruh sejarah awal memang berjalan menurut rencana, yaitu rencana Allah yang mempersiapkan dan menciptakan umat-Nya. Para penyusun memahami dan dalam karyanya memperlihatkan bahwa apa saja yangterjadi dahulu tidak terjadi serba kebetulan, tetapi dipimpin ke arah tertentu oleh Allah yang dipuja umat Israel.


Semuanya itu diperlihatkan dalam Pentateukh, supaya berdasarkan sejarah dahulu, umat Allah semakin menemukan pegangan dan pedoman bagi sejarah selanjutnya. Sebab kelima kitab Pentateukh dipersatukan dalam satu kesatuan  waktu umat Israel kembali berdiri pada awal tahap sejarah yang baru, yaitu sewaktu umat Allah seolah-olah mesti mulai kembali, setelah dalam pembuangan ke babel telah mengalami kehancuran total, kegagalan dalam sejarah yang belum juga mewujudkan rencana Allah. Justru dengan merenungkan masa lampau, umat Israel dalam kepercayaannya yakin bahwa Allah yang sama tetap membimbing dan mau menyelamatkan umat-Nya yang bertobat dan kini mulai menempuh tahap baru dalam sejarahnya.

Maka para penyusun Pentateukh menceriterakan tentang sejarah awal yang dipimpin oleh Allah dan menghasilkan umat Allah yang sebentar lagi akan menduduki tanah airnya untuk memulai tahap sejarahnya yang berakhir dalam pembuangan. Para penyusun Pentateukh ini ingin menasihati umat di zamanya supaya mereka jangan mengulang sejarah kegagalan umat sebelumnya. Hendaknya mereka kembali ke awalnya dulu, lantas berpedoman pada awal itu kembali mulai mewujudkan diri sebagai umat Allah yang bahagia.

 

 1.2      PERSOALAN-PERSOALAN PENTATEUKH

a.   Pentateukh dan Musa

Seperti telah diuraikan di atas, tradisi Yahudi menyebut Pentateukh dengan sebutan “Hukum Musa atau Taurat Musa”. Disebut Taurat Musa karena Musa dianggap sebagai pemberi dan perantara hukum yang diberikan Tuhan (bdk Ezr 7:6). Para pengarang Perjanjian Baru pun menganggap bahwa Taurat baik bagian-bagian hukum maupun juga bagian cerita-ceritanya disampaikan oleh Musa ( Mat 19:7-9; Kis 5:21; Yoh 5:46-47).


Berabad-abad Gereja meneruskan tradisi ini yaitu bahwa Pentateukh berasal dari Musa. Baru menjelang abad ke 17 mulai diadakan penyelidikan atau studi kritis terhadap Pentateukh. Sejak saat itu Pentateukh menjadi bahan yang paling diperbatkan. Pentateukh sendiri sama sekali tidak mengisyaratkan bahwa Musa adalah pengarangnya. Memang ada teks-teks yang menyebutkan bahwa Musa diperintahkan Tuhan untuk menulis, mengambil inisiatif sendiri untuk menulis atau menyampaikan kotbah. Namun ada tempat yang menunjukkan bahwa kesatuan itu tidak berasal dari Musa tetapi dari zaman sesudahnya. Misalnya cukup sering pencerita menunjukkan letak suatu tempat dengan menyatakan “yang letaknya di seberang sungai Yordan”. “Setelah mereka sampai ke Goren-Haatad, yang di seberang sungai Yordan, maka mereka mengadakan di situ ratapan yang sangat sedih dan riuh; dan Yusuf mengadakan perkabungan tujuh hari lamanya karena ayahnya itu. Ketika penduduk negeri itu, orang-orang Kanaan......................... Itulah sebabnya tempat itu dinamai Abel Mizraim, yang letaknya di seberang sungai Yordan” (Kej 50:10-11). Kata seberang sungai Yordan di sini jelas dimaksudkan sebelah Timur Sungai Yordan. Dengan demikian pengarang berbicara dari tepi barat sungai Yordan. Jika Musa adalah penulisnya, pasti Musa tidak menyatakan hal itu karena dia tidak pernah menginjakkan kakinya di tanah perjanjian. Musa sudah wafat di Moab. Bacalah juga Bil 22:1; Ul 1:5 dsb. Contoh lain adalah kisah tentang wafat Musa dalam Ul 34:1-12. Dalam bagian ini antara lain dikatakan “Lalu matilah Musa, hamba Tuhan itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman Tuhan........... dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini (Ul 34:5-6). Musa pasti tidak akan menuliskan bagaimana ia mati. Bagian ini jelas karang oleh orang lain dan tidak berada di Moab.

 

b.   Teks-teks paralel

Tidak jarang dalam Pentateukh terdapat teks-teks yang dikisahkan atau ditulis dua kali. Dua kisah tersebut seringkali terdapat perbedaan yang mencolok, sehingga tidak mungkin ditulis oleh satu orang. Misalnya:

­       Kisah penciptaan dikisahkan dua kali, yaitu Kej 1:1-2:4a dengan Kej 2:4b-25. Di dalam Kej 1:1-2:4a, manusia diciptakan yang paling akhir, sedangkan dalam Kej 2:4b-25 manusia diciptakan yang pertama. Pada kisah pertama dipakai kata “Allah” sedangkan pada kisah kedua dipakai kata “Tuhan’ dan masih ada perbedaan lain menyangkut mengenai gagasan atau pandangan.

­       Kisah pengusiran Hagar dikisahkan dua kali, yakni dalam Kej 16:1-16 dengan Kej 21:8-21. Dalam kisah yang pertama Hagar melarikan diri meninggalkan Abraham karena tidak tahan ditindas. Hagar melarikan diri sebelum anaknya lahir. Sedangkan dalam kisah kedua hagar diusir atas permintaan Sara dan hal ini terjadi setelah Ismael dan Ishak lahir.

­       Sepuluh firman Allah ditulis dua kali yaitu dalam Kel 20 dan Ul 5. Dua perintah Allah ini perbedaan yang mencolok terdapat pada motivasi perintah “kuduskanlah hari sabat”. Dalam Kel 20 perintah kuduskanlah hari sabat dikaitkan dengan penciptaan, sedangkan dalam Ul 5 dikaitkan dengan keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Jelaslah bahwa motivasi perintah tersebut berasal dari zaman yang berbeda. Di samping itu pada perintah yang terakhir juga terdapat perbedaan dalam urutannya.

­       dan sebagainya.

Kenyataan literer ini meminta suatu keterangan. Tidak mungkin semua itu berasal dari satu orang atau satu pengarang saja. Banyak penelitian menunjukkan Pentateukh tidak hanya dikarang oleh satu orang saja. Menurut para ahli, Pentateukh berasal dari beberapa tradisi baik lisan maupun tertulis.

 

1.3.      TRADISI-TRADISI DALAM PENTATEUKH

a.   Tradisi lisan dan penulisan


Berabad-abad suku Israel menyampaikan tradisi tentang bapa-bapa bangsa, pembebasan dari Mesir, Perjanjian Sinai, Perjalanan dari Sinai melalui gurun ke tanah terjanji dan perebutan tanah Kanaan hampir melulu disampaikan secara lisan. Hanya beberapa bagian penting mulai dituliskan. Kemungkinan besar cerita tentang pembebasan dari Mesir mendapat tepat dalam naskah ibadah yang dipakai dalam pesta tahunan Paskah yang memperingati peristiwa pembebasan tersebut. Demikian juga, ada beberapa bagian yang sangat tua dalam madah pujian yang kini terdapat dalam kel 15, terutama ayat 21. Di samping itu mungkin sekali sudah terdapat tulisan tentang 10 perintah dalam rumusan yang pendek. Namun yang jelas pada mulanya tradisi disampaikan dalam bentuk cerita secara lisan, baru sedikit demi sedikit tuliskan. Pada mulanya bahan yang dipakai untuk menulis adalah dari baru atau Loh batu. Baru dikemudian hari memakai kulit dan papirus.

 

b.   Tradisi-tradisi yang menyusun Pentateukh

a.     Tradisi Yahwist (Y)

Pada masa pemerintahan raja Salomo mulai ada kesibukan besar dalam karya kesusasteraan. Pada masa ini seorang atau sekelompok orang terpelajar mengumpulkan ratusan cerita mengenai sejarah keselamatan nenak moyang, mulai dari Abraham sampai dengan wafatnya Musa.  Cerita-cerita itu mereka pilih dan kemudian disusun kembali menjadi suatu kisah panjang mulai dari Abraham, Yakub, Yusuf, pembebasan dari Mesir, Sinai, Perjalanan di padang gurun. Keseluruhan ini diberi pengantar tentang penciptaan manusia dan jatuhnya manusia dalam dosa dan dosa yang semakin berkembang. Pengantar ini merupakan titik tolak dan latar belakang bagi panggilan Abraham dan kisah selanjutnya. Tradisi yang mengumpulkan, mengolah dan menuliskan kisah ini dewasa ini disebut tradisi Yahwist atau Yahwista (disingkat Y).

Ciri khas adri tradisi ini adalah sebagai berikut:

«   Untuk menyebut nama Allah hampir selalu dipakai nama “Yahwe” (TUHAN). Itulah sebabnya tradisi ini diberi nama tradisi Yahwist atau Yahwista.

«   Kerap menggunakan gambaran atau menggambarkan TUHAN sebagai seorang manusia atau sering disebut Antropomorfisme (TUHAN digambarkan sebagai manusia). Gambaran ini dipakai untuk menunjukkan bahwa Yahwe dekat dengan orang-orang pilihan-Nya.

«   Gaya ceriteranya menarik,, ceritanya indah, penuh variasi terasa dekat dengan rakyat. Dialog-dialognya tidak jarang menciptakan rasa ketegangan.

«   Universalisme (perhatian terhadap bangsa-bangsa lain) agak kuat.

Kisah tradisi Y ini belum sungguh-sungguh berbentuk suatu kisah, melainkan lebih merupakan suatu deretan cerita-cerita pendek di sekitar beberapa tokoh dan peristiwa penting. Tradisi ini terutama terdapat dalam kitab Kejadian, Keluaran dan Bilangan.


Bahan kisah berasal dari tradisi baik yang lisan maupun tertulis. Pemikiran pokok tradisi ini ialah bagaimana Yahwe berkarya dalam sejarah dan mengarahkan manusia kepada tujuan hidupnya. Pengarahan itu sejak awal penciptaan terlaksana dengan segala masalahnya: awal dunia, dosa, keselamatan dan sebagainya.

 

b.     Tradisi Elohist (E)

Di Kerajaan Utara (Kerajaan Israel) sekitar abad ke 9 dan 8 seb. Mas ada sekelompok teolog anomin yang juga mengerjakan cerita sejarah keselamatan mulai dari Abraham sampai wafatnya Musa. Kelompok ini oleh para ahli diberi nama Elohis (disingkat E). Disebut Elohis karena tidak pernah memakai nama Yahwe dalam kisah sebelum zaman Musa, melainkan memakai nama Elohim (Allah). Berbeda dengan tradisi Yahwist yang memiliki awal mula dunia, tradisi ini tidak memiliki cerita awal mula dunia.

Beberapa ciri tradisi E adalah sebagai berikut:

«   Sebelum pewahyuan diri Allah pada Musa di padang gurun Horeb E selalu memakai kata “Elohim” (Allah) untuk menyebut Tuhan.

«   Gaya bahasanya tidak begitu menarik dan spontan, melainkan lebih berbentuk pengajaran dan menggurui.

«   Nasionalisme agak kuat, sehingga perhatian bagi bangsa-bangsa lain agak hampir tidak ada.

«   Tuhan tidak digambarkan sebagai manusia, tetapi sebagai Allah yang agung yang tinggal di surga. Allah menghubungi manusia dengan perantara yaitu malaikat, mimpi dan suara.

«   Salah satu reaksi yang paling umum berhadapan dengan Allah yang agung ialah takut.

«   Dalam bagian bapa-bapa bangsa diberi perhatian khusus pada peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah Palestina tengah dan Utara (wilayah Kerajaan Utara).

«   Pusat seluruh kisah adalah Perjanjian Sinai: kesetiaan pada perjanjian adalah jaminan keselamatan, penolakan terhadap tuntutan perjanjian akan membawa kutuk dan kehancuran.

Kisah tradisi ini mulai dengan Abraham, Bapa-bapa Israel, Pembebasan, Sinai sampai wafatnya Musa.

Tulisan-tulisan tradisi ini sekarang terdapat dalam kitab: Kejadian, Keluaran dan Bilangan (yang sudah tergabung dengan tradisi lain).

 

c.     Penggabungan Y dan E


Kerajaan Utara (Israel) dihancurkan oleh Asyur pada tahun 721 seb. Mas. Pada waktu itu ada sekumpulan naskah yang dibawa dari Kerajaan Utara ke Yerusalem. Di antara naskah itu adalah hasil karya tradisi E. Naskah E sangat mirip dengan naskah dari tradisi Y. banyak ceritera yang sama atau mirip mengenai tokoh dan peristiwa yang sama. Biarpun harus harus diakui bahwa terdapat perbedaan antara Y dan E. Oleh seorang redaktur kedua tradisi tersebut digabung menjadi satu kisah YE. Hal ini mungkin terjadi pada pemerintahan raja Hizkia (716-687 seb. Mas). Pegangan utama dalam menggabungkan kedua naskah itu adalah tradisi Y, sedangkan E hanya digunakan untuk melengkapi naskah Y. Cerita yang tidak ada dalam Y atau detail penting yang hanya terdapat dalam E dimasukkan ke dalam naskah baru YE. Sesudah persatuan itu naskah asli Y dan E tidak dipakai dan disalin lagi, sehingga lama kelamaan hilang. Bagi kita sekarang sesungguhnya sulit sekali untuk menemukan perikop atau sisa-sisa perikop E dalam teks Kitab Suci yang kita miliki sekarang.

 

d.     Tradisi Deuteronomi (D)

Tradisi ketiga yang membentuk Pentateukh  terdapat dalam seluruh kitab Ulangan, kecuali Ul 31:19-22; 32:1-43; 33:1-29; 32:48-52. Dalam kitab ini banyak terdapat kotbah-kotbah. Kotbah-kotbah ini adalah uraian atau tafsiran dari taurat. Gaya bahasanya sangat menyentuh hati manusia.  Tradisi ini sangat menekankan cinta kasih Allah pada Israel yang dibuktikan dengan pernyataan diri-Nya pada mereka di gunung Sinai dan pemenuhan janji-janji yang disampaikan dengan sumpah kepada nenek moyang mereka. Cinta kasih itu haruslah dijawab dengan cinta kasih pula. Hal lain yang ditekankan adalah kesetiaan pada perjanjian, jika setia akan selamat, tetapi jika tidak akan terkutuk.


Pada sekitar tahun 622 seb. Mas pada waktu sedang berlangsung pembaharuan agama ditemukan naskah kuno tentang perjanjian Sinai yang isinya kurang lebih sama dengan Ul 5-28. Naskah itu kelihatnya merupakan penafsiran kembali hukum-hukum dan peristiwa-peristiwa yang telah ada. Maka kemudian naskah itu diberi nama Deuteronomium. Berdasar atas cita-cita dari Ul 5-28, kemudian sekelompok cendekiawan menyusun sejarah Israel mulai dari zaman Musa sampai zaman raja Yosia. Hal ini terjadi menjelang pembuangan dan diteruskan pada waktu Israel berada di pembuangan Babilon. Sebagai tolok ukur untuk menilai semua tokoh dan peristiwa dipakai naskah Ul 5-28. Karya sejarah yang mereka tulis disebut Kisah Sejarah Deuteronomis. Kitab Ulangan 5-28 dilengkapi dengan bab 1-4 dan 29-34 dijadikan pengantar kisah yang dalam Kitab Suci sekarang disebut kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-raja. Karya mereka selesai pada waktu mereka di pembuangan Babilon. Di kemudian hari yaitu sesudah pembuangan  Kitab Ulangan dipisahkan dengan kitab karya D lainnya dan disatukan dengan kitab Pentateukh yang lain.

 

e.     Tradisi Para Imam/Priesterkodeks (P)

Pada masa pembungan mulai disusun karya besar lain yang akan dikerjakan dan dilengkapi terus sampai akhir abad ke 5 seb. Mas. Tulisan ini disusun antara lain karena setelah kenisah Yerusalem dihancurkan oleh Babilon dan banyak orang Israel dibuang ke Babilon, sistem pendidikan calon-calon imam dan petugas kenisah menjadi macet. Jika sebelum pembuangan pendidikan itu dilakukan melalui praktek sehari-hari di kenisah, sekarang setelah Bait Allah dihancurkan sistem itu tidak dapat berjalan. Oleh karena itu para imam harus mencari cara dan sarana yang lain untuk meneruskan pengetahuan yang mutlak perlu yang berhubungan dengan ibadat yang sah. Dengan alasan itulah maka sekelompok para imam menuliskan tradisi yang kemudian menjadi bagian dari Pentetukh. Tradisi ini disingkat P (singkatan dari Priesterkodeks).

Karya tradisi ini menggambarkan sejarah umat manusia sejak penciptaan sampai zaman Abraham, dan diteruskan sampai Musa wafat. Meskipun isi pokoknya sama dengan kisah Y dan E, namun sifatnya agak berbeda. Penciptaan dan zaman Abraham dihubungkan dengan daftar silsilah dan kisah Air Bah. Selanjutkan dalam karya P ini, bentuk sastra silsilah akan berperan besar.

Namun karya terbesar tradisi P adalah cerita dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan ibadat dan adat-istiadat religius.

Beberapa ciri tradisi P:

«   Gaya bahasanya seringkali panjang lebar dan tidak menarik, mirip dengan bahasa nabi Yehezkiel, yang juga seorang imam dan tinggal di pembuangan.

«   Perhatian pada daftar silsilah, angka-angka, umur pelaku. Maka tidak heran jika tradisi ini selalu menyisipkan silsilah atau umur pelaku atau angka-angka ke dalam cerita yang sudah ada.

«   Tekanan besar pada segala sesuatu yang berhubungan dengan kesucian dan ketahiran kultis.

«   Perhatian besar bagi hal-hal yang berhubungan dengan ibadah dan imamat.

«   Segala bentuk antropomorfisme dihindari; sebaiknya transendensi Allah ditekankan; Allah hanya dapat didekati dengan perantaraan pada imam.


«   Nama Yahwe tidak dipakai dalam bagian kisah yang menceriterakan sejarah sebelum Musa, melainkan memakai nama Elohim.

Subangan Tradisi P dalam Pentateukh adalah:

a)   Mereka menambahkan catatan-catatn tentang umur seseorang pada waktu peristiwa itu terjadi pada cerita-cerita yang telah ada.

b)   Tradisi P ditandai oleh kegemaran akan daftar keturunan atau genealogi, misalnya: Kej 5:1-28; Kej 10:1-7; Kej 25-26 dan sebagainya.

d)    Tradisi P juga mempunyai cerita sendiri (biarpun tidak banyak). Namun ceritanya mengandung unsur memberikan latar belakang sejarah kepada hukum yang ada, misalnya Kisah penciptaan dalam Kej 1:1-2:4a ada unsur mengapa perlu menguduskan hari Sabat. Perjanjian Allah dengan Nuh tentang apa yang haram bagi manusia (Kej 9:4) dan perjanjian Abraham tentang sunat (Kej 17).

e)     Sumbangan P yang paling utama adalah kumpulan hukum-hukum dan peraturan yang hampir semua dimasukkan dalam konteks perjanjian Sinai.

Karya tradisi ini terdapat dalam semua kitab yang termasuk ke dalam Pentateukh, dan yang terbanyak adalah dalam kitab Imamat. Seluruh kitab ini adalah buah karya tradisi P.

 

f.      Penyatuan JE dengan D dan P.

Pada masa pembuangan kisah sejarah Deutronomis (Ulangan, Yosua, Hakim-hakim, 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-raja) sudah memperoleh bentuk yang definitif. Selama abad pertama sesudah pembungan Pentateukh (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan) juga memperoleh bentuk yang definitif. Y dan E dipersatukan menjadi YE pada masa raja Hizkia. Sesudah pembungan, kelompok imam menyelesaikan penulisan tradisi P. Pada waktu itu mereka melepaskan bagian pertama kisah sejarah Deuteronomis yaitu kitab Ulangan dan mempersatukan dengan YE dan P. Akhirnya terbentuk naskah besar yang merupakan persatuan dari YE, D dan P. Karya itu selesai sebelum tahun 400 seb. Mas. Kesatuan YEDP ini dibuat agar periode Abraham-Musa dibedakan dan sedikit banyak dipisahkan dari sejarah selanjutnya, sebagai bagian yang normatif dan menentukan dalam sejarah Israel. Kesatuan YEDP itu dibagi dalam lima bagian yang sekarang kita kenal dengan nama Kejadian (Genesis), Keluaran (Eksodus), Bilangan (Numeri), Imamat (Levitikus) dan Ulangan (Deuteronomium).

 

 

 

 


2.              KITAB KEJADIAN (GENESIS)

Kitab pertama Pentateukh ialah kitab Kejadian, yang bercerita mengenai awal mula dunia dan awal mula bangsa Israel (asal usul bangsa Israel).

Bagian pertama kitab ini (Kej 1-11) berisi kisah-kisah mengenai penciptaan dunia dan manusia, dosa manusia pertama, air bah yang menghancurkan manusia yang berdosa. Selanjutnya keturunan Nuh memenuhi dunia lagi. Sederetan genealogi (silsilah). Dan akhirnya perpecahan umat manusia dalam kisah Menara Babel. Bagian Kedua (Kej 12-15) menceritakanAbraham nenek moyang bangsa Israel.  Bagian ketiga (Kej 26-36) berisi kisah mengenai Anak Abraham Ishak dan Yakub, anak Ishak yang juga bernama Israel. Bagian keempat (Kej 37-50) berisi kisah mengenai Yusuf dan saudara-saudaranya. Yusuf yang dijual ke Mesir oleh saudara-saudaranya malahan menjadi perdana Menteri Firaun di Mesir.

 

2.1.      Kisah awal mula (Kej 1-11)

Kisah-kisah yang terdapat pada bagian ini dapat digambarkan sebagai berikut::

Yahwis (Y)                                                     Para Imam (P)

·                Penciptaan alam semesta (Kej 1:1-2:4a)

·       Penciptaan manusia (Kej 2:4b-25)

·       Manusia Pertama jatuh dalam dosa

(Kej 3:1-24)

·       Kain dan Habil (Kej 4:1-16)

·                Daftar Leluhur (Kej 5)

·       Kisah Raksana (Kej 6:1-4)

·       Air Bah (Kej 6-9)                                      *          Air Bah (Kej 6-9)

·       Daftar Para Bangsa (Kej 10)

·       Menara Babel (Kej 11:1-9)

·                Daftar Leluhur (Kej 11:10-20)

 

Kisah awal mula ini menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:

·       kebaikan ciptaan dan berkah Allah bagi manusia;

·       sejarah manusia diwarnai dosa dan terus yang berkembang biak atau bertambah-tambah;

·       hukuman Allah yang besar adalah air bah


·       pembaharuan ciptaan adalah berkah bagi Nuh

·       dosa tetap merajalela seperti dalam menara Babel, di mana manusia terpecah belah karena perbedaan bahasa.

Penciptaan, dosa, air bah dan perpecahan umat manusia merupakan kisah utama dalam bagian pertama kitab Kejadian. Dalam mengisahkan penciptaan Kitab Suci tdak memakai uraian ilmiah, melainkan cerita yang sebagian diambil dari kisah-kisah mitologis mengenai asal usul duna dan umat manusia yang lazim di wilayah Timur Tengah, Kemudian kisah-kisah itu disesuaikan dengan iman bangsa Israel kepada Yahwe yang satu, yang telah menyatakan diri kepada umat-Nya. Yang diimani Israel bukanlah allah-allah , tetapi Allah yang menjadikan langit dan bumi dengan firman-Nya.

Kisah-kisah itu ditempatkan pada awal Kitab Suci untuk menunjukkan bahwa itulah awal mula sejarah penyelamatan, yang pelaksanaannya akan dikisahkan pada bagian selanjutnya. Kisah asal usul manusia yang diceitakan dalam kitab kejadian harus ditempatkan dalam seluruh sejarah umat Allah dan campur tangan Allah dalam sejarah itu yang melputi kasih ilahi, dosa, hukuman dan janji akan pembebasan.

Kisah Kej 1-11 tentu bukan sejarah dalam arti kata dewasa ini.  Kisah-kisah itu sulit sekali dibuktikan kenyataan faktanya, baik dari ilmu bumi-alam (geologi) maupun ilmu manusia (antropologi). Kisah seperti dikatakan di atas lebih merupakan cerita rakyat, yang menegaskan bagaimana semesta alam seharusnya ada. Memang bagi tradisi tersebut masa lampau adalah masa keemasan, yang harus direnungkan dengan penuh kerinduan dan kebanggaan. Sastra seperti itu yang lazim disebut mite.  Dalam mite yang penting ialah terumusnya hubungan Yang Ilahi dalam sejarahnya. Tema-tema serta motif-motif yang digunakan dalam mite berupa simbol-simbol yang yang diambil dari alam (peristiwa penting, pahlawan suku, siklus kehidupan, matahari dsb) dan yang dihargai di masa lampau.

Gereja mengajarkan bahwa kisah-kisah yang terdapat dalam Kej 1-11 diceritakan dalam Kitab Suci untuk menyatakan kepada kita bahwa Allah menciptakan langit dan bumi; bahwa Ia menciptakan manusia menurut gambar dan kesamaan dengan diri-Nya. Manusia ditempatkan dalam hubungan yang dekat dengan diri-Nya, tetapi kemudian berdosa dan menjauhkan diri dari diri-Nya. Meskipun demikian Allah memberikan janji penyelamatan kepada manusia. Melalui cerita-cerita itu diperlihatkan bahwa manusia semakin menjauhkan diri dari Allah dan bahwa sejarah umat manusia sebenarnya sejarah kemalangan yang disebabkan oleh dosa manusia. Namun demkian Allah tidak membiarkan manusia yang berdosa itu hidup sengsara, ia selalu akan menolong dan menyelamatkannya.


Kej 1-11 memperlihatkan bahwa rencana Allah tidak berubah, Allah tetap peduli akan manusia. Yang menjauhkan diri dari pada-Nya dengan mengusahakan kebahagiaan. Manusia pertama yang telah jatuh dalam dosa diberinya pakaian dan janji keselamatan. Kain yang membunuh adiknya diusir, namun dilindungi. Keluarga Nuh diselamatkan dari air bah. Kisah air bah ini sekaligus juga memperlihatkan akibat dari dosa, keadilan serta belas kasih Allah terhadap orang berdosa.

 

2.2.      Abraham (Kej 12-25)

Kisah tentang Abraham Ishak dan Yakub yang merupakan bagian-bagian terpenting kitab kejadian, mungkin pada mulanya adalah kisah yang diwariskan secara lisan dan turun temurun sebelum akhirnya dibukukan seperti sekarang.

Menurut Kej 12, Allah memanggil Abraham. Ia diminta meninggalkan tanah air dan sanak keluarganya di Haran, Mesopotamia ke suatu negeri yang akan ditunjukkan oleh Allah kepadanya. Kepada Abraham, Allah menjadikan keturunan yang besar, tanah dan Abraham akan menjadi berkat. Abraham menanggapi panggilan Allah dengan keyakinan bahwa Allah akan menepati janji-Nya, jika ia taat dan percaya kepada kehendak Allah. Keyakinan, ketaatan dan penyerahan diri ini dalam Kitab Suci disebut iman.

Sikap iman Abraham ini benar-benar teruji dalam berbagai macam peristiwa dan cobaan. Ituah sebabnya iman Abraham ini menjadi contoh bagi orang Yahudi, Kristen dan Islam. Maka seringkali Abraham disebut Bapa orang beriman.

Prakarsa janji berasal dari Allah dan janji itu diberikan atas dasar belas kasih Allah. janji itu diberikan tanpa jasa Abraham. Yang dituntut dari pihak Abraham adalah iman. Yang dijanjikan kepada Abraham adalah tanah air yang baru yang belum pernah ia lihat, keturunan yang banyak, sehingga akan menjadi bangsa yang besar dan akhirnya memiliki tanah terjanji.

Dalam hal ini Abraham dihadapkan pada kesulitan yang rupanya tdak dapat diatasi, Sara istrinya mandul dan mereka sudah tua. Bagamana mungkin mereka akan memiliki anak? Akan tetapi Abraham tetap percaya, sehingga akhirnya hal yang tak mungkin itu, terjadi juga. Sara yang mandul akhirnya melahirkan Ishak, anak terjanji. Namun sekali lagi Abraham diuji, Allah minta kepadanya untuk mengorbankan Ishak (Kej 22). Dan Abraham lulus dalam cobaan ini, ia bersedia mengorbankan anaknya. Dan Allah menghentikan usaha Abraham yang siap mengorbankan Ishak. Allah berkenan pada iman dan ketaatan Abraham. Dan sebagai ganti Ishak, Abraham mengorbankan seekor domba.


Demikianlah Abraham tampil sebagai manusia teladan yang taat kepada Allah dan melayani sesama.

Seluruh kisah Abraham sebetulnya hendak menekankan dua hal berikut:

­                Allah menyampaikan janji kepada Abraham dan janji itu mau diperkembangkan dalam Pentateukh. Tetapi janji tersebut diwahyukan selama kehidupan Abraham. Maka Allah memilih dan memberkati Abraham.

Janji kepada Abraham dihubungkan dengan keturunan dan tanah, suatu perjanjian resmi yang diikat dengan Allah. Dalam Kej 12 dan 15 dikisahkan perjanjian resmi tersebut. Dalam Kej 17 perjanjian itu dilukiskan dengan menggunakan rumusan perjanjian/kontrak yang lazim pada waktu itu.

Untuk menekankan tema perjanjian ini, janji diwartakan dalam Kej 12:2-3. Maksud janji ini luas sekali. Abraham akan menjadi suku (bangsa) yang besar, wilayahnya luas, berperan sebagai berkah bagi banyak orang.

­                Abraham pilihan Allah itu ternyata adalah orang yang setia dan taat kepada kehendak Allah. ia adalah orang yang sungguh-sungguh beriman (menyerahkan diri sepenuhnya) kepada Allah.

Janji Allah hanya terpenuhi bila Abraham setia. Secara singkat hal ini dirumuskan dalam Kej 15:6. Dalam Kej 12-15 ini dilukiskan tokoh Abraham sebagai tokoh yang beriman dan setia. Namun demikian Abraham bukanlah tokoh tanpa cela. Dalam kej12 dan 20 dilukiskan bagaimana ia menyerahkan Sara, dan mengambil resiko janji Allah akan keturunan. Tambahan lagi dalam Kej 16 dikisahkan bahwa Abraham mengambil perempuan lain untuk menjamin adanya keturunan, meskipun tidak berdasar janji. Kendati Abraham bukan orang yang tanpa cela, namun kesetiaannya digarisbawahi oleh penulis.

Kisah-kisah penting dari kisah Abraham:

­                                           Kej 12:1-9 Panggilan Abraham

­                                           Kej 1:1-20 Allah membaharui janji, ikatan janji baru.

­                                           Kej 17:1-27           Sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham

­                                           Kej 18:16-33         Doa syafaat Abraham untuk Sodom

­                                           Kej 22:1-19           Kepercayaqan Abraham diuji

 

2.3.      Ishak dan Yakub (Kej 26-36)


Kisah tentang Ishak dalam kitab kejadian sangat sedikit dan tergabung dalam kisah Abraham dan Yakub. Untuk itu pembahasan mengenai Ishak selalu dikaitkan dengan kisah Abraham (berkatan dengan kelahiran, pengorbanan dan perkawinan) dan kisah Yakub (berkaitan dengan hari tua Ishak). Kisah tentang Yakub dalam dibagi ke dalam empat bagian yaitu:

­       Cerita-cerita tentang pertikaian Yakub dan Esau ( Kej 25:19-34; 27:1-45; 32:1-33:17):

·       Pergulatan kembar dalam rahim (Kej 25:19-28)

·       Pergulatan tentang hak anak sulung (Kej 25:29-34)

·       Perebutan berkat orang tua (Kej 27:1-45)

·       Berdamai sebagai saudara (Kej 32:3-21; 33:1-17)

­       Cerita-cerita tentang pertikaian antara Yakub dan Laban (Kej 29:1-31:55)

·       Yakub perlu memperoleh istri dari keluarga Laban (Kej 27:46-28:9)

·       Yakub ditipu tetapi tetap beruntung (Kej 29:1-30:24)

·       Yakub menipu Laban (30:25-43)

·       Yakub melarikan diri dari Laban (Kej 31:25-32:3)

·       Yakub dan Laban berdamai (31:25-32:3)

­       Cerita-cerita tentang Yakub dalam hubungannya dengan tempat suci Betel dan Sikhem (Kej 28:10-22; 33:18-20; 35:1-15)

­       Cerita tentang Yakub diubah namanya menjadi Israel (Kej 32:22-32; 35:9-13). Yakub diubah namanya menjad Israel dalam pergumulan dengan Allah di Yabbok dalam perjalanan pulang ke Kanaan.

Beberapa kisah di atas dilatar belakang oleh hal-hal berikut:

­       perseteruan gembala dengan pemburu (Yakub dan Esau)

­       etiologi tempat-tempat suci (Betel dan Sikhem)

­       mimpi-mimpi tentang dunia gaib (theophania)

­       etiologi suatu suku (Keturunan Esau) sekaligus ejekan terhadap lawan .

Yakub adalah bapa bangsa Israel secara langsung, dia adalah bapa keduabelas suku yang membentuk Israel sebagai umat Allah. Keduabelas anak Yakub tidak berasal dari satu ibu, juga kedudukan empat wanita (istri-istri Yakub) tidak sama. Ada dua budak (Bilha dan Zilpa), ada Rahel yang lebih dicintai dan Lea yang kurang dicintai. Kisah ini mau menyampaikan pesan bahwa kedua belas suku Israel itu memiliki asal usul sejarah yang berbeda-beda sebelum menjadi satu umat.


Satu hal lagi yang perlu dicatat yakni tentang watak Yakub. Tampak sekali dari cerita-cerita di atas bahwa Yakub adalah seorang yang licik, lihai, penipu, suka mencari keuntungan diri sendiri dan tahu memperhitungkan kelemahan orang lain. Memang tepat dia diberi nama Yakub karena dua kali telah menipu Esau (Kej 27:36). Namun Allah telah memilih orang yang lemah dan berdosa ini menjadi bapa bangsa Israel. Melalui pengalaman kesesakan Yakub dibersihkan, karena memang masih ada benih yang baik dalam dirinya. Itulah sebabnya ia setelah bergumul dengan Allah diubah namanya menjadi Israel.

 

2.4.      Yusuf (Kej 37-50)

Yakub yang juga disebut Israel (=orang yang telah melihat Allah atau pejuang Allah ada yang mengartikan Allah yang berperang) adalah ayah dari dua belas anak: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon, Dan, Naftali, Gad, Aser, Yusuf dan Benyamin. Dari mereka inilah lahir 12 suku Israel. Bagian terakhr kitab kejadian bercerita mengenai mereka ini, khususnya Yusuf dan mengisahkan bagaimana Israel (Yakub) dan anak-anaknya pindah dan tinggal di Mesir.

Kej 37 mulai menceritakan kisah Yusuf dan saudara-saudaranya. Karena iri, mereka menjual Yusuf kepada pedagang yang membawanya ke Mesir. Kisah ini dilanjutkan dalam Kej 39-47. Akhirnya Yusuf diangkat menjadi penguasa di Mesir. Karena bencana kelaparan saudara-saudara Yusuf terpaksa pergi ke Mesir untuk mencari makan (membeli gandum). Yusuf mengenali mereka, tetapi mereka tidak mengenali Yusuf. Melalui kisah yang berliku-liku akhirnya Yusuf menyatakan diri kepada mereka dan mengundang mereka untuk tinggal di Mesir,bersama Yakub, bapanya. Dengan demikian Yakub bertemu kembali dengan anaknya yang dianggap sudah lama mati.

Dari kisah ini adalah beberapa hal yang mau disampaikan yaitu:

­       Kehilangan dan penemuan kembali, kejahatan dan pengampunan, pengasingan dan rekonsiliasi.

­       Kisah Yusuf mengungkapkan dengan jelas sekali tema dasar dari seluruh kisah leluhur. Lewat jatuh bangun, kegagalan dan keberhasilan, suka dan duka, Allah mengarahkan jalan peristiwa kehidupan ini sehingga akhirnya janji-Nya terpenuhi. Allah mengatasi segala hambatan, entah itu kuasa raja, halangan tetangga bangsa, kekuatan alam ataupun kegagalan pribadi.


­       Kisah ini juga menjelaskan bagaimana Allah secara ajaib mengurus semua begitu rupa, sehingga keturunan Yakub menetap di Mesir. Umat Israel di kemudian hari memang tahu bahwa Allah telah menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir dan ini merupakan kejadian yang sangat penting. Allah tentu saja mempersiapkan kejadian penting ini. Bagian terakhir kitab Kejadian mempersiapkan kisah yang tercantum dalam kitab Keluaran.

Bab-bab terakhir kitab Kejadian (48-50) menceritakan pemberian berkat oleh Yakub atas diri anak-anaknya dan anak-anak Yusuf yaitu Manasye dan Efraim. Kematian serta penguburan Yakub juga diceritakan pada bagian ini. Dengan demikian kitab Kejadian berakhir. Anak-anak Israel berada di Mesir, yang bukan merupakan tempat yang seharusnya bagi mereka.

 

3.              Kitab Keluaran

3.1.      Pengantar

Kitab Keluaran merupakan titik tolak sejarah iman dan bangsa Israel yang sesungguhnya. Sebelum pengalaman pembebasan dari Mesir ini, tradisi yang ada lebih merupakan tradisi suku atau klan dalam suatu suku. Sesudah pengalaman pembebasan tersebut, perkembangan kehidupan bangsa dan iman terukir dalam rumusan pengalaman terhadap Allah yang setia memenuhi janji-Nya. Semenjak peristiwa pembebasan itulah menjadi jelas dua hal berikut:

1.     Allah  yang satu disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub menjadi Allah bangsa

2.     Bangsa yang satu ini yakin akan pilihan Allah, baik dalam suka maupun dalam duka. Peristiwa sejarah lalu menjadi cermin yang cemerlang akan karya agung Allah bagi suatu bangsa.

Pembebasan dari Mesir erat hubungannya dengan kisah pengembaraan di padang gurun, perjanjian di Sinai dan perebutan tanah terjanji. Tindakan Allah membebaskan umat-Nya menjadi motif yang mendorong bangsa Israel untuk mengikat perjanjian dengan Allah. Pembebasan itu dilihat sebagai tanda kasih dan kekuatan Allah yang pantas dipercaya dan dihormati. Namun kemerdekaan sendiri belum utuh bila tidak dilengkapi dengan pengalaman perjalanan di padang gurun, perjanjian Sinai dan perebutan tanah terjanji, yang menjadi ajang konkrit perjuangan kemerdekaan tersebut.

 

 

3.2.      Kisah/cerita


Dari tahun 1700 seb Mas sampai sekitar tahun 1500 seb mas, Mesir diperintah oleh dinasti asing, yaitu dinasti Hyksos. Selama masa itu banyak “orang asing” masuk ke negeri itu untuk mengadu untung. Salah satunya adalah keturunan Abraham, Ishak dan Yakub. Kisah Yusuf dalam bagian terakhir kitab kejadian menceritakan bagaimana mereka ini menjadi kaya dan berkuasa. Ketika penguasa asing ini diusir, orang-orang asing yang tinggal di Mesir dijadikan budak.

Peristiwa keluaran bagi umat  Israel dipahami sebagai tindakan Allah yang paling penting sebab dengan tindakan itu Allah mendasarkan bangsa Israel sebagai umat pilihan-Nya. Kejadian ini juga merupakan tahapan pertama dan paling penting dalam pelaksanaan janji Tuhan kepada nenek Moyang, bahkan kepada seluruh umat manusia. Peristiwa ini setiap tahun diperingati dalam perayaan Paskah. Melalui perayaan ini Israel tetap insaf akan kejadian itu, yang dengan jalan itu Allah tetap hadir. Dari kejadian itu umat Israel terus dapat mengambil inspirasinya dan membina semangat baru. Khususnya dalam keadaan gawat dan kemelut, kenangan akan keluaran memberikan kekuatan, menjadi pendorong untuk bertahan dan bangkit untuk mulai kembali.

Kisah-kisah yang terdapat kitab Keluaran dapat dikelompokkan sbb:

­                                           Kel 1                     Situasi bangsa Isrel di Mesir sebagai budak.

­                                           Kel 2-4                  Kelahiran dan panggilan serta perutusan Musa

­                                           Kel 5-11                Musa dan Firaun:

­       Kel 12:1-15:21 Perjalanan: Penyebarangan yang mengagumkan

­                                           Kel 17-18              Perjalanan di Gurun

­                                           Kel 19-20              Perjanjian Sinai

Berikut ini akan diuraikan satu demi satu.

a.     Bangsa Israel menjadi budak (Kel 1)

Kisah pembebasan diawali perkembangan umat Israel menjadi suatu bangsa yang mengagumkan. Kemudian  munculnya Firaun yang tidak mengenal Yusuf. Firaun inilah yang kemudian menindas dan menganiaya bangsa Israel, menjadikannya sebagai budak dengan kerja  rodi, namun bangsa Israel tetap berkembang dengan pesat. Maka penghancurkan kehidupan umat Israel dilakukan dengan membuat peraturan bahwa setiap bayi yang lahir laki-laki harus dibunuh. Dalam situasi seperti itulah bangsa Israel berteriak memohon pertolongan kepada Yahwe.

 

b.        Panggilan dan Tugas Perutusan Musa (Kel 1-4)


Dalam kel 2-4 tampillah Musa yang hampir menjadi korban penindasan, tetapi dapat diselamatkan. Bahkan dididik di Istana raja Mesir. Nama Musa sungguh-sungguh berlatar belakang Mesir seperti Firaun Tutmoses, Raamoses. Tokoh Musa ditampilkan sebagai tokoh bermutu, karena kelahirannya yang istimewa dan pendidikannya yang tinggi di kerajaan Mesir, sekaligus juga berasal dari lingkungan Yahudi. Kemudian Musa bentrok dengan pejabat-pejabat Mesir, lalu terpaksa melarikandiri ke Median. Maksud cerita masa muda Musa ialah memperlihatkan bahwa oleh Allah Musa dipilih dan disiapkan untuk menunaikan tugas panggilannya sesuai dengan rencana Tuhan. Musa juga digambarkan sebagai orang yang dapat mengobarkan semangat bangsanya sehingga dapat mengatasi kesulitan-kesulitan besar. Musa juga seorang nabi penyambung lidah Allah dan mengartikan kejadian-kejadian sebagai tindakan penyelamatan Tuhan. Di gurun Musa mengalami kehadiran Tuhan dan menjadi yakin bahwa ia mesti kembali ke Mesir untuk membebaskan bangsanya.

Kepada Musa juga Allah telah menyatakan nama-Nya: EHYEH ASYER EHYEH (AKU ADALAH AKU). Nama itu tidak lain dari pada Diri Allah sendiri yang menyatakan diri kepada manusia. Maksud nama itu ialah Allah yang ada senantiasa hadir, menolong, melindungi dan menyelamatkan (umat-Nya).Dari sinilah kemudian dikenal nama YAHWE.

Bagi kitab Keluaran panggilan Musa menampilkan maksud sebagai berikut:

­       Musa dipanggil Yahwe untuk menjadi alat penyelamatan Allah,

­       ia harus diterima oleh sesama bangsa (Israel),

­       ia juga harus mempunyai wibawa di hadapan Firaun

­       Musa juga dihadadapi secara kritis, bahkan dengan kecurigaan.

Kisah panggilan Musa merupakan renungan akan tugas besar menanggapi perutusan Allah bagi suatu bangsa.

 

c.    Musa dan Firaun (Kel :5:1-13:16)


Kel 5:2 merumuskan perjuangan berat yang harus dihadapi oleh Musa. Musa berjuang dengan mengagumkan 1) atas nama Allah dan 2) menundukkan Firaun yang menjadi keras hati terhadap karya Allah. Perjuangan ini dikisahkan dalam 10 tulah (air menjadi darah; katak, nyamuk, lalat, sampar ternak, bisul/barah, hujan es, belalang, gelap gulita dan kematian anak sulung). Tulah-tulah itu menjadi tanda karya Allah lewat gejala alam yang megejutkan (9 tulah) dan kematian anak sulung sebagai pukulan yang melumpuhkan masa depan. Hal yang istimewa di dalam kisah ini ialah bahwa Allah berkarya melaksanakan rencana-Nya secara pasti, sehingga karya itu bisa dipahami oleh orang lain.  Di samping itu kisah tulah-tulah itu juga merupakan gambaran pertempuran antara kekuatan Yahwe dengan kekuatan dewa dewi Mesir, untuk membela umat-Nya yang dipilih. Bencana alam bisa menjadi tanda bahwa Allah berkarya, kuat kuasanya mengagumkan dan membuat orang percaya. Kuat Kuasa itu bukan hanya merusak, melainkan juga membangun kehidupan.

 

d.   Kisah Penyeberangan yang mengagumkan (Kel 13:17-15:21)

Kalau diamati bentuknya, kisah penyeberangan ini mempunyai dua bentuk, satu prosa (Kel 14) dan satu puisi (Kel 15), keduanya melukiskan karya Allah yang membimbing bangsa Israel ke alam kemerdekaan dan perjuangan. Allah menciptakan bangsa baru, diambil dari lingkungan perbudakan, dan ditempatkan dalam tanah terjanji untuk menjadi bangsa pilihan-Nya.

Kel 14:15-31 berbicara tentang penyeberangan yang dibimbing oleh awan ajaib. Berkat adanya angin timur, Israel bisa menyeberang dengan aman. Bebas dari serbuan lawan. Bantuan alam menjadikan penyebrangan itu berjalan lancar.

Kel 15:1-18 berlatar belakang ibadat untuk menunjukkan karya Allah yang mengagumkan, yaitu ditenggelamkannya bala kekuatan Mesir oleh kekuatan Allah. Allah menjadi pahlawan dan pejuang bagi bangsa pilihan-Nya.

Kel 15:1-21 juga merupakan kidung kemenangan bagi Allah yang telah menyelamatkan umat pilihan-Nya. Ini merupakan nyanyian paling tua yang terdapat dalam Kitab Suci, dan dapat dikatakan sebagaui asal usul kitab Mazmur.

 

e.   Perjalanan di padang Gurun (Kel 16-18)

Pada bagian berikut (Kel 16-18) menceritakan perjalanan bangsa Israel melewati Gurun Sinai. Dalam perjalanan itu mereka mengeluh dan bersungut-sungut terhadap Musa dan terhadap Tuhan, karena tidak mempunyai makanan dan air. Maka dari itu ada beberapa peristiwa yang memberi warna dalam kisah ini, yaitu:

­       kenangan lama di Mesir menimbulkan sungut-sungut

­       kebutuhan air sebagai kebutuhan hidup sehari-hari

­       kekurangan santapan harian / makanan

­       perjuangan menghadapi suku-suku, terutama suku Amalek


­       akhirnya pengaturan hidup bersama dengan para hakim, yang di kemudian hari menjadi pola kehidupan bersama Israel dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Semuanya ini menyadarkan Israel akan peranan Yahwe dalam sejarah perjalanan bangsa, dan keterbatasan mereka sendiri untuk melaksanakan panggilan ilahi. Dengan demikian mereka semakin disadarkan pada kenyataan bahwa Allah yang menyelenggarakan hidup ni secara menakjubkan. Allah terus menerus memenuhi kebutuhan mereka dengan manna dari atas dan dengan air dari batu karang. Meskipun demikian mereka tidak belajar mempercayakan diri kepada-Nya. Mereka diserang oleh musuh, tetapi Allah memberikan kepada mereka kemenangan, berkat doa Musa.

 

f.    Perjanjian Sinai (Kel 19-20; 24; 34)

Akhirnya bangsa Israel sampai ke Gunung Sinai. Di tempat itu Allah menampakkan diri dalam guntur dan kilat. Kel 19-24 berisi perjanjian yang diadakan Allah dengan bangsa Israel. Hal-hal yang disampaikan Tuhan adalah sebagai berikut:

­       Tuhan mengingatkan Israelakan karya keselamatan yang telah dikerjakan-Nya bag mereka: Israel telah dibebaskan dari perbudakan Mesir, dituntun dengan penuh kuasa dan kepastian melalui padang gurun sampai di Sinai, itulah karya cinta kasih Allah kepada mereka.

­       Bukan Israel yang pertama-tama mencintai Tuhan, tetapi Tuhanlah yang pertama-tama mencintai mereka. Maka Tuhan meminta satu hal dari Israel yakni mendengarkan firman-Nya dan berpegang pada janji-Nya.

­       Jika Israel mau mendengarkan firman-Nya dan melaksanakan hukum-Nya maka mereka akan menjadi umat kesayangan-Nya, milik-Nya yang istimewa. Israel akan menjadi bangsa bagi Tuhan kerajaan imam dan bangsa yang kudus, artinya akan menjadi umat yuang dekat dengan Allah yang membawa korban persembahan yang sejati dan menjadi perantara antara Allah dan umat manusia demi pengudusan bangsa-bangsa.


­       Israel menerima perjanjian itu. Biarpun ternyata dengan sangat cepat mereka menjadi tidak setia. Mereka meninggalkan ibadah kepada Yahwe dan mulai menyembah patung anak lembu mas. Di atas gunung Musa berdoa agar Allah mengurungkan murka-Nya, dan dengan demikian umat terbebas dari kehancuran yang seharusnya mereka alami. Allah memperlihatkan kepada Musa secercah kemulian-Nya dan menyatakan bahwa diri-Nya adalah “Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (Kel 34:6).

Dengan perjanjian ini lahirkan Israel sebagai suatu bangsa. Yang sebelumnya bukan umat, sekarang menjadi umat Allah. Dari awal hingga akhir, ini semua adalah karya Allah. Lebih daripada itu, janji dan pilihan   Allah berlaku untuk selama-lamanya. Di lain pihak perjanjian itu berlaku hanya kalau dan bangsa  Israel mentaati syarat-syaratnya.

 

3.3.      Hukum

Bagian kedua dari kitab keluaran berisi tentang hukum. Untuk memperlihatkan bahwa hubungan antara Allah dan Israel yang diikat dalam perjanjian Sinai dirumuskan dalam hukum. Allah menetapkan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus dipatuhi oleh umat: kewajiban terhadap diri-Nya dan kewajiban mereka satu terhadap yang lain.

 

a.     Kel 20:1-17     Kesepuluh Firman

Kesepuluh perintah yang terdapat dalam Kel 20 merupakan bentuk hukum yang asli. Hukum-hukum itu dirumuskan dengan pola perjanjian yang biasa dibuat antara raja-raja besar dengan raja-raja taklukan/bawahannya. Pertama-tama dinyatakan nama dan gelar raja besar dan kesetiaan rakyat kepadanya: “Akulah Tuhan Allahmu yang membawa engkau keluar dari Mesir, dari tempat perbudakan” (Kel 20:2) selanjutkan dikemukakan keharusan-keharusan pokok yang harus dipenuhi Israel terhadap Allah dan satu sama lain.

Sepuluh perintah adalah landasan yang menjadi sumber bag bagitu banyak hukum yang lain dalam Perjanjian Lama.

 

b.    Kel 20:22-23:33   Kitab Hukum Perjanjian

Kitab hukum perjanjian memuat berbagai hal namun tidak menyangkut seluruh persoalan hidup. Dilihat dari sudut bentuknya, kitab hukum perjanjian terdiri dari aneka bentuk hukum yaitu:


­       Hukum Kasusistik (apabila ....., maka ... bdk Kel 21:1-11). Hukum kasusistik biasanya dibuka dengan kata “apabila”. Anak kalimat ini bisanya disebut protatis. Dalam protatis soal dikemukakan dalam bentuk ketiga. Seduah protatis menyusul apodosis yang biasanya dibika dengan kata “maka”. Dalam apodosis diberikan kesimpulan tentang apa yang harus dibuat atau tentang hukuman. Soal atau kasus tambahan biasanya dibuka dengan kata “jika” (bdk Kel 21:1-11)

­       Hukuman mati: Siapa yang ......... maka haruslah ia dihukum mati (Kel 21:12.15-17)

­       Larangan: janganlah ................ (Kel 23:10-17)

­       Perintah: haruslah engkau ........ (Kel 23:10-12)

Larangan dan perintah merupakan hukum apodistik yaitu: tidak disinggung konsekuensi perbuatan apabila hukum tidak ditaati atau dilanggar. Perintah atau larangan disampaikan dalam diri kedua.

Kitab hukum ini merupakan sisipan dalam konteks perjanjian Sinai. Dengan ini dimaksudkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari bangsa Israel harus mewujudkan perintah dalam semangat perjanjian Sinai.

 

c.    Kel 24:12-31:18   Peraturan-peraturan tentang ibadat, khususnya menyangkut mengenai aturan tempat suci (kemah pertemuan) dan perkakasnya.

d.    Kel 34:10-27        Hukum dari pengukuhan perjanjian dipulihkan

e.    Kel 35-40             Didirikan kemah suci dan Pelaksanaan peraturan-peraturan tentang ibadat yang diberikan. Kemah suci itulah sebagai tanda kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Dan di kemah itulah mereka malaksanakan ibadatnya.

 

4.              Kitab Imamat

4.1.      Pengantar

Kitab ketiga dari Pentateukh ialah Kitab Imamat (Levicitus). Nama dalam bahasa Indonesia itu sangat cocok. Sebab bagian terbesar kitab ini mengenai para imam umat Israel, tugas dan kewajiban-kewajibannya. Kaum Lewi, yaitu para pembantu imam-imam, tidak tampil dalam kitab Imamat ini. Selebihnya seluruh kitab ini berasal dari tradisi P (para Imam). Meskipun lama sesudah Musa barulah disusun, namun dalam Pentateukh kitab Imamat langsung melanjutkan kitab Keluaran. Dipikirkan bahwa isi kitab inidiumumkan waktu orang-orang Israel tinggal di gunung Sinai.

 

 


4.2.      Isi kitab Imamat

Kitab Imamat berisi terutama hukum Imamat. Hukum itu mengatur perilaku imam yang melayani ibadat kenisah dengan amat tertib. Ibadat kurban dan persembahan yang diperlukan dalam perayaan besar bangsa, hanya bisa didatangkan dari lingkungan para peternak besar atau petani unggul. Susunan kitab Imamat adalah sebagai berikut:

­                                  Im 1-7       Rituale tentang kurban-kurban persembahan

­                                  Im 8-10     Cerita tentang pentahbisan imam-imam pertama

­                                  Im 11-15   Peraturan-peraturan tentang tahir dan najis

­                                  Im 16         Riuale hari raya perdamaian (Yom Kippur)

­                                  Im 17-26   Kitab Hukum Kekudusan

­                                  Im 27         Peraturan-peraturan tentang nazar

Sebagian besar bahan dalam Im merangkum peraturan akan perilaku dalam ibadat. Im 1-7 melukiskan berbagai bentuk korban, lalu disusul Im 8-10 yang berbicara tentang peneguhan pejabat kurban, yakni para Imam. Dalam Im 11-15 dibahas hal-hal yang tahir dan najis disusul dengan ibadat silih dalam Im 16. Menyusul kemudian kitab hukum kekudusan (yang akan kita bahas secara khusus) dan diakhiri dengan peraturan tentang Nazar.

Tema utama kitab Imamat adalah ibadah. Di dalamnya digambarkan ibadah ilahi yang harus dilaksanakan oleh Harun dan para imam keturunannya. Ibadah umat harus dilaksanakan secara benar artinya sesuai dengan kehendak Allah. Diberikan peraturan-peraturan rinci mengenai binatang korban dan persembahan yang lain; mengenai pengudusan imam; mengenai kebersihan ritual dan mengenai perayaan tahunan hari Pendamaian.

Kitab imamat yang berisi hukum-hukum yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan imamat dan ibadah Israel, mengandung pesan bagi kita. Sebagaimana dikatakan dalam Ibr 9, Yesus adalah Imam Agung yang sejati dan abadi. Ia telah memasuki tempat yang kudus di surga. Kemah yang didirikan oleh Musa hanyalah gambaran dari tepat kudus di surga ini. Ia telah menghadap hadiran Allah, dengan membawa darah untuk meneguhkan perjanjian baru antara Allah dengan umat manusia. Darah yang dibawa bukan darah hewan korban, tetapi darah-Nya sendiri yang ditumpahkan di salib. Persembahan yang dilakukan-Nya adalah satu kali untuk selama-lamanya. Darah Kristus menghapus dosa-dosa kita dan menjadikan kita kudus.

 

4.3.      Kitab Hukum Kekudusan.


Dalam Im 17-26 diberi nama Kitab Hukum Kekudusan berdasarkan gagasan yang terdapat dalam Im 19:2: Hendaklah kamu kudus, sebab Aku Tuhan Allahmu kudus.

Susunannya adalah sebagai berikut:

­                         17        Tentang pemusatan tempat penyembelihan korban

­                         18        Tentang kekudusan hubungan seksual: larangan hubungan yang tidak teratur dengan motif keagamaan.

­                         19        Dekalog dan tentang kudusnya hubungan dengan sesama

­                         20        Hukuman tertentu tentang dosa-dosa melawan kekudusan seksual

­                         21-22   Tentang kudusnya imam dan kebaktian korban

­                         23        Tentang hari-hari raya sebagai waktu kudus

­                         24        Peraturan tentang minyak untuk lampu dan roti sajian

­                         25        Tentang tahun sabat dan tahun Yobel

­                         26        Berkat dan kutuk

Di belakang hukum ini tersirat pengalaman akan Allah yang kudus, artinya bahwa Allah adalah sama sekali lain dari manusia. Segala sesuatu yang dikaitkan dengan Allah, termasuk para imam dan tempat ibadah, turut serta dalam kesucian-Nya dan dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan dipersembahkan melulu bagi Allah.

Umat yang dipilih oleh Allah bagi diri-Nya adalah juga umat yang kudus. Mereka disendirikan dari bangsa-bangsa lain dan menjadi milik Allah. Ini berarti cara hidup umat harus mencerminkan kekudusan Allah. Umat Israel harus menjawab kasih karunia Allah yang kudus dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan taat kepada-Nya.

 

5.              Kitab Bilangan

5.1.      Pengantar

Kitab keempat dalam Pentateukh adalah Kitab Bilangan. Diberi nama Bilangan karena dalam kitab ini diadakan dua kali sensus atau pendaftaran umat Israel, yaitu pada awal dan akhir kitab. Maka disajikan sejumlah angka, yaitu jumlah orang-orang Israel, menurut suku dan keluarga.

Kitab Bilangan adalah kitab yang paling tidak karuan dari semua kitab Pentateukh. Macam-macam bahan dicampuradukkan tidak berurutan. Kitab Bilangan nampaknya semacam wadah yang menampung bahan-bahan yang oleh penyusun Pentateukh tidak dapat ditempatkan dalam rangka kitab Keluaran atau Imamat.

 

 


5.2.      Isi

Kitab Bilangan menceritakan kisah tinggalnya umat Israel di padang gurun selama 40 tahun, sejak keluar dari Mesir sampai mereka masuk ke tanah terjanji. Kecuali itu ada juga bagian yang berisi hukum yang tersebar di seluruh buku. Masa 40 tahun itu adalah masa “pengembaraan”, meskipun sebenarnya sebagian besar waktu itu dilewatkan di sekitar oasis Kadesh yang terletak di bagian timur laut Semenanjung Sinai. Kehidupan selama 40 tahun itu digambarkan sebagai masa yang berat, masa ketika umat Israel merasa tidak puas dan kurang percaya kepada Allah. Biarpun Allah selalu dekat dengan umat-Nya.

Dalam pengembaraan mereka, orang-orang Israel membawa semacam kotak dari kayu yang berisi loh batu yang bertuliskan kesepuluh perintah Allah. Kotak itu disebut peti perjanjian, dan dianggap sebagai tahta Allah di dunia ini. Di manapun mereka berkemah, mereka mendirikan tabernakel atau kemah pertemuan dengan Allah. Di situ mereka beribadah kepada Allah, yang hadir di antara mereka dan memancarkan kemulian-Nya.

Allah memperhatikan umat-Nya. Kalau mereka mancabut kemah, Allah berjalan mendahului mereka, menunjukkan jalan dengan awan pada siang hari dan api pada malam hari. Ia terus menerus menjaga umat Israel dengan memberi mereka makan dan air. Kalau mereka harus berperang melawan musuh, Allah menyertai mereka dalam peperangan itu -- tentu saja kalau mereka setia dan percaya kepada Allah.

Secara garis besar isi kitab Bilangan adalah sebagai berikut:

a.    Bil 1:1-10:10  Persiapanpersiapan sebelum meninggalkan Sinai: pendaftaran (sensus) pertama, statuta para Lewi, peraturan-peraturan tentang kenaziran dan lain-lain.

Pendaftaran umat dalam bab 1 disebut nama dan jumlah anggota suku. Angka yang disajikan terlalu dibesar-besarkan dengan maksud: memperlihatkan bahwa janji kepada nenek moyang mengenai jumlah besar keturunan mereka sudah terlaksana.

b.    Bil 10:11-20:13    Dari Sinai ke Kadesy: cerita tentang perlawanan dan pemberontakan orang Israel; cerita tentang pengintaian Kanaan dari selatan; aneka perintah; cerita tentang pemberontakan Korah, Datam dan Abiram; peraturan tentang pentahran dan cerita pertengkaran Israel dengan Musa

c.    Bil 20:14-21:35    dari Kadesy ke Moab: peperangan-peperangan melawan Edom, Moab, Sihon dan Og.


d.    Bil 22-36        Israel di Moab: cerita tentang Bileam; cerita tentang penyembahan berhala di Baal Peor; pendaftaran (sensus) yang kedua; tuntutan kelima anak perempuan Zelafehad untuk mendapat hak waris: Musa diperintah naik ke Gunung Abarim; pengangkatan Yosua sebagai pengganti Musa; aneka peratran tentang kurban dan nazar; cerita peperangan melawan Median; cerita pembagian tanah daerah seberang Timur sungai Yordan dan daftar tempat-tempat peringgahan orang Israel dari Mesir - Moab.

Dalam bagian ini ada cerita tentang Bileam (Bil 22-24). Bileam adalah seorang tukang sihir dan bukan orang Israel. Cerita ini dapat disebut bagian inti dari kitab Bilangan. Yang penting dari cerita Bilem ini adalah nubuat dan ramalan yang terpaksa disampaikan Bileam, yaitu: masa depan umat Israel. Maksud cerita ini adalah mengungkapkan keyakinan bahwa kedudukan dan seluruh sejarah bangsa Israel direncanakan Tuhan dan terlaksana menurut bimbingan-Nya.

Peristiwa dalam Keluaran menekankan kesabaran Yahwe terhadap umat pilihan-Nya. Yahwe selalu memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan dalam Bilangan menekankan bagaimana umat terus menerus menjadi umat yang memberontak, dan akhirnya menyebabkan Yahwe menghukum mereka. Tetapi setiap kali Musa memohon dan membela umat, maka Yahwe melunakkan kemurkaan-Nya, dan menarik kembali hukuman yang akan ditimpakan kepada umat-Nya.

Di dalam Kitab Bilangan juga tercantum berbagai hukum dan aturan serta tata upacara ibadat. Hampir semua hukum dan aturan itu bersangkutan dengan ibadat umat Allah. Hukum-hukum itu dimasukkan ke dalam kitab Bilangan karena belum termasuk di keluaran dan Imamat. Kebanyakan hukum dan aturan berasal dari zaman belakangan dalam sejarah Israel.

 

6.              Kitab Ulangan

6.1.      Pengantar

Kitab Ulangan kecuali 31:1-8.14-30; 32:1-34:12 tidak melanjutkan kisah yang tercantum dalam keempat kitab Pentateukh. Sebaliknya kitab Ulangan mengulang banyak bahan, baik yang berupa cerita maupun yang berupa hukum yang sudah ada di kitab-kitab lain. Namun demikian kitab Ulangan tidak menyalin begitu saja, melainkan menafsirkan kembali dan menyesuaikan dengan situasi. Itulah sebabnya kitab kelima dari Pentateukh ini disebut Ulangan (Deuteronomium=hukum yang kedua)


Perbedaan yang paling mencolok antara kitab Ulangan dan keempat kitab lain dari Pentateukh ialah kitab Ulangan tidak berupa kisah melainkan wejangan. Menurut gambaran kitab Ulangan pada akhir perjalanan bangsa Israel di gurun, tepatnya di Moab, perbatasan dengan negeri yang dijanjikan, Musa menyampaikan wejangan-wejangan terakhir kepada bangsa Israel.

 

6.2.      Isi dan tema kitab Ulangan

Tiga puluh bab pertama kitab Ulangan berupa pidato-pidato Musa yang ditujukan kepada umatnya, ketika mereka bersiap-siap untuk masuk ke tanah terjanji. Musa mengingatkan mereka akan pengalaman-pengalaman di padang gurun dan khususnya pengalaman akan perjanjian yang diikat oleh Allah dengan mereka (Ul 1-11). Selanjutnya menyusul penegasan kembali hukum, yang disebut Kode Deuteronomistik. Kode ini mencerminkan ajaran para nabi. Mereka ini selama zaman kerajaan, tak henti-hentinya mengingatkan raja dan seluruh umat agar mereka dengan sepenuh hati berpegang pada Allah yang benar dan berusaha untuk memurnikan agamanya dari pengaruh buruk penyembahan berhala (Ul 12-26). Kitab ini ditutup dengan kata-kata Musa yang terakhir (Ul 27-33) dan kisah kematiannya. Musa diperkenankan melihat tanah yang dijanjikan tetapi tidak diizinkan memasukinya (Ul 34). Secara agak rinci, garis besar kitab Ulangan adalah sebagai berikut:

a.     Ul 1:1-4:43     Kotbah pertama Musa, suatu tinjauan sejarah

b.     Ul 4:40-11:32 Kotbah kedua

c.     Ul 12-26          Kitab Hukum Deuteronomi

d.     Ul 27               Perintah mengenai perayaan perjanjian yang harus dilakukan di Sikhem

e.     Ul 28               Berkat dan kutuk

f.      Ul 29-30          Kotbah ketiga: perjanjian Moab

g.     Ul 31-34          Karya-karya terakhir Musa: Yosua sebagai penggani Musa; perlunya pembacaan taurat setiap tujuh tahun; nyanyian Musa; Berkat Musa kepada suku-suku Israel dan kematian Musa.


Kisah yang tercantum di sini (Ul 31-34) mengenai akhir hidup Musa, sebenarnya suatu tambahan pada kitab Ulangan dan melanjutkan kitab Bilangan. Dalam bagian ini ada Nyanyian Musa dan berkat Musa. Nyanyian Musa (Ul 32) sebenarnya mengungkapkan sekali lagi apa yang menjiwai seluruh kitab. Allah mengasihi umat-Nya dan kasih itu sepanjang sejarah menyatakan diri dalam tindakan. Tetapi umat suka berontak dan tidak setia kepada Tuhan. Namun Tuhan tidak melupakan umat-Nya dan terus melindunginya, walaupun menghukum dengan keras.

Berkat Musa (Ul 33) sesungguhnya serangkaian nubuat mengenai suku-suku Israel dan masa depannya. Musa berbicara tentang nabi suku-suku Israel nanti. Dengan jalan itu kitab Ulangan menekankan bahwa Tuhan sendiri memimpin dan memberkati umatNya. Rencana kebahagiaan Tuhan pasti terlaksana. Maka apa yang pada kenyataannya terjadi sekarang, yaitu pembuangan ke Babel, tidak perlu menakutkan umat atau membuatnya putus asa. Tuhan mempunyai rencana kebahagiaan umat dan umat selalu di tangan Tuhan yang mengusahakan kebaikannya.

Tema utama kitab Ulangan adalah kasih Allah kepada umat-Nya. Yang membuat Allah memilih Israel dan menjadikannya milik-Nya adalah kasih-Nya. Kasih-Nya sangat besar, bahkan Allah adalah Allah yang cemburu dan tidak memperbolehkan Israel memiliki allah-allah lain. Kasih Allah yang dialami umat Israel menuntut balasan, yaitu umat harus setia kepada perjanjiannya dengan mentaati hukum-hukum-Nya. Itulah sebabnya dalam kitab Ulangan tercantum kumpulan hukum yang mengatur hidup umat, mulai dari aturan tentang ibadat sampai tentang kehidupan sehari-hari.

Dalam kitab Ulangan ada semacam “perintah dasar”. Perintah ini terdapat dalam Ul 6:4-5: Dengarlah hai orang Israel, Tuhan itu Allah kita. Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Yesus (Mrk 12:29-30) mengutip perintah dasar itu. Kasih Allah mesti dibalas kasih umat. Semua hukum dan perintah lain hanya memerincikan perintah dasar itu. Melalui pelaksanaan hukum dan perintah itulah kasih balasan itu meresap dalam hidup sehari-hari. Tidak ada sesuatupun yang terluput dari kasih itu. Tanpa hukum dan perintah itu kasih itu tidak menjadi nyata, tidak jadi diamalkan. Kasih tanpa perintah tinggal pesaraan hati belaka tanpa akibat dan pengaruh.


Tema penting lain ialah perjanjian dan kewajiban Israel untuk setia kepada perjanjian itu. Kesetiaan atau ketidaksetiaan kepada perjanjian mempunyai akibat tersendiri bagi Israel. Umat berdiri di persimpangan jalan: kalau mereka tetap setia kepada Allah dan perjanjian-Nya, Ia akan memberkati mereka. Mereka akan memperoleh tanah yang akan diserahkan Allah kepada mereka. Mereka akan hidup damai dan berkelimpahan. Kalau tidak, mereka akan menerima hukuman Allah dan akan diasingkan dari tanah air mereka, meskipun kesempatan untuk kembali dan bertobat tidak tertutup bagi mereka (Ul 29-30).

 

6.3.      Kitab Hukum Deuteronomi 12-26.

Dalam kitab Ulangan terdapat bagian yang dapat disebut kitab Hukum Deuteronomi. Dalam konteks Pentateukh sekarang kitab hukum Deuteronomi diberikan Musa di Moab, sebelum Israel memasuki tanah terjanji. Kitab hukum ini mempunyai cukup banyak teks hukum yang sama dengan kitab hukum perjanjian. Namun dilihat dari isinya jelas bahwa kitab hukum ini berasal dari zaman yang berbeda. Perbedaan keduanya terutama terletak dalam gayanya, sehingga memberi bentuk dan ciri tersendiri.

Contoh tentang tempat penampungan bagi yang membunuh tidak sengaja. Dalam kitab hukum Perjanjian Allah akan menunjukkan suatu tenpat sebagai kota pelindung (Kel 21:12-14). Sedangkan dalam kitab hukum Deuteronomi Israel harus mengkhususkan tiga kita sebagai kota pelindung bagi mereka yang membunuh secara tidak sengaja (Ul 19:1-13).

Apabila kita membaca kitab hukum Deuteronomi secara keseluruhan kita langsung merasa suatu gaya yang hangat yang berbicara kepada manusia dan menyentuh daya refleksi dan hatinya. Dasar dan tujuan hukum kerap diberikan. Di sini kita juga sering berhadapan dengan hukum yang telah dikotbahkan atau dikatekesekan.

Kitab hukum ini kemungkinan berasal dari zaman raja Yosia yakni menjelang akhir abad ke7 seb Mas. Ada hukum seperti hukum tentang raja (Ul 17:14-20) dan tentang kenabian (Ul 18:9-22), jelas menunjukkan berasal dari zaman kerajaan. Menurut 2 Raj 22 pada tahun 18 pemerintahan Yosia ditemukan di Bait Suci Yerusalem sebuah kitab yang disebut kita Taurat, tergerak oleh isi kitab ini raja dan seluruh umatnya mengadakan perjanjian di hadapan Tuhan untuk mentaati perkataan yang terkandung di dalamnya. Raja Yosia kemudian mengadakan pembaharuan agama. Tindakan pembaharuan ini mempunyai persamaan dengan ketetapan-ketetapan dalam kitab hukum Deuteronomi seperti pemusatan ibadat di Yerusalem, penghancuran petak-petal pelacuran bakti dan berhala serta mezbah yang dipakai untuk menghormati dewa matahari. Jelaslah bahwa kitab hukum Deuteronomi ini sebenarnya berasal dari zaman kejaraan.

Apa sebabnya meskipun kitab hukum ini berasal dari zaman kerajaan, tetapi dimasukkan dalam Pentateukh dan seolah-olah diberikan oleh Musa. Sebab Israel mau memberikan kewibawaan yang tertinggi kepada kitab ini. Musa adalah pemberi dan perantara hukum-hukum yang diterima Israel.


Banyak hukum-hukum dari kitab hukum ini yang masih relevan untuk kita sekarang, antara lain: sikap terhadap orang lemah dan miskin (Ul 15:1-11). Keadilan dalam pengadilan (Ul 16:18-20), tolong menolong (Ul 22:1-4), bunga uang (Ul 23:19-20) dan sebagainya.

Baiklah di sini diperhatikan apa yang disebut Ius Talionis (Hukum pembalasan dengan perbuatan yang seimbang). Hukum ini diungkapkan dengan kata-kata berikut: nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan (Ul 19:21). Hukum ini dikenal di dunia Timur Tengah Purba. Hukum ini dirumuskan pertama-tama untuk para Hakim sebagai suatu pegangan hukum dalam menjatuhkan hukuman secara adil. Hukuman atas yang bersalah harus setimpal dengan kesalahan yang diperbuatnya. Dengan demikian prinsip hukum ini adalah prinsip keadilan, untuk menghindari orang membalas dengan sewenang-wenang atau dihukum dengan tidak adil. Kristus menyempurnakan prinsip keadilan ini dengan prinsip kasih, yaitu tidak membalas dendam (Mat 5:38-42)

 

PERTANYAAN LATIHAN:

1.              Buatlah ringkasan, tentang tradisi-tradisi yang menyusun atau menuliskan Pentateukh!

2.              Pesan apa yang mau disampaikan oleh Allah kepada kita, apabila kita membaca Kej 1-11 ?

3.              Jelaskan apa maksud ungkapan: Abraham adalah Bapa orang beriman !

4.              Jelaskan tentang tiga tokoh berikut:

a.     Yakub

b.     Yusup

c.     Musa

5.              Mengapa pembebasan Israel dari Mesir begitu penting bagi umat Israel?

6.              Jelaskan makna perjanjian Sinai bagi kehidupan bangsa Israel menurut Kel 19-24 !

7.              Buatlah perbandingan Kel 20 dan Ul 5 tentang 10 firman Allah, jelaskan persamaan dan perbedaannya. Samakah 10 firman Allah itu dengan 10 firman Allah menurut tradisi Katolik, jelaskanlah!

8.              Manakah tempat hukum bagi orang beragama ?

9.              Pengalaman manakah yang dianggap penting dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun selama 40 tahun?

10.           Apa nilai kitab Imamat dan Ulangan bagi kita dewasa ini?


BAB    IV

KITAB-KITAB SEJARAH

 

1.              Pendahuluan

Sesudah Pentateukh dalam Alkitab Perjanjian Lama terdapat serangkaian kitab yang  mengisahkan dan menyoroti hal-ihwal umat Israel di masa lalu. Serangkaian kitab ini kita sebut kitab-kitab sejarah. Hanya saja kitab-kitab sejarah ini jangan dinilai sebagai “buku ilmu sejarah”. Para penulis kitab sejarah ini pertama-tama tidak bermaksud untuk melaporkan kejadian-kejadian nyata sebagaimana terjadi. Kitab-kitab ini berciri religius: mau mewartakan iman umat Israel, tegasnya Allah yang diimani umat Israel dan hubungan timbal balik antara umat Israel dengan Allah. Maksud penyusun ialah membina iman generasi berikutnya mereka dapat belajar dari sejarah sebelumnya, sehingga mereka tidak membuat kesalahan yang sama dalam relasinya dengan Allah.

Para penyusun mengumpulkan bahan-bahan dari tradisi, baik yang lisan maupun yang tertulis yang menyoroti iman umat Israel di masa lampau, supaya di masa mendatang diteruskan dan bahkan ditingkatkan. Mereka kurang peduli akan bobot informatif tradisi-tradisi tersebut. Akibatnya ialah terkumpullah bahan-bahan yang bermacam-macam bobot informatifnya. Ada bagian-bagian yang bersifat legenda dan cerita-cerita rakyat, tetapi juga ada bagian-bagian yang berasal dari arsip kerajaan, Bait Allah, tempat suci lainnya tentang sejarah nyata.

Cerita-cerita itu biasanya berfokuskan pada tokoh-tokoh pemimpin (raja dsb) dan bukanlah rakyat. Hal ini disebabkan karena pemimpin dianggap semacam pemribadian rakyat/bangsa dan hal ihwal tokoh itu sebenarnya hal ihwal bangsa itu sendiri. Para penyusun kemudian mengolah bahan-bahan itu untuk disesuaikan dengan maksud dan tujuan penulisannya.

Pendeknya kitab-kitab sejarah itu sebenarnya katekese naratip. Dan dengan pendekatan itulah kitab-kitab itu perlu dibaca dan dipahami. Maka orang tidak usah lagi terlalu merepotkan diri dengan bobot informatip dan historisnya.

Kitab-kitab sejarah dapat dibagi berdasarkan teologi dan sifat-sifatnya atas empat kelompok sebagai berikut:

a.       Kitab-kitab sejarah karya Deuteronomist (Yosua, Hakim-hakim, 1,2 Samuel dan 1,2 Raja-raja)

b.       Kitab-kitab sejarah karya ahli Tarikh (1,2 Tawarikh, Ezra dan Nehemia)


c.       Kitab-kitab hikayat pengharapan (Rut, Tobit, Yudit dan Ester)

d.       Kitab-kitab Makabe (1,2 Makabe)

 

2.              Kitab-kitab Sejarah Karya Deuteronomist

2.1.      Siapakah Deuteronomist

Kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, 1,2 Samuel dan 1,2 Raja-raja adalah kitab-kitab sejarah karya Deuteronomist. Keenam kitab ini merupakan satu kesatuan, karena ditulis oleh satu kelompok dan pengarang yang sama. Orang-orang yang namanya tidak diketahui, tetapi mendapat sebutan Deuteronomist, karena di dalam teologinya mereka sangat dijiwai dan dipengaruhi oleh Kitab Ulangan (Deuteronomium) yang pertama (bab 5-28). Mereka ini merupakan kelompok yang hidup di zaman pembuangan di Babilon. Mereka adalah sekelompok orang yang kurang terkenal, tetapi saleh dan beribadat. Para penulis ini mempunyai gaya bahasa dan pandangan teologi yang khusus.

 

2.2.      Garis Besar Kitab-kitab Sejarah Deuteronomist

a.       Yos 1-12            Sejarah pendudukan tanah Kanaan

b.       Yos 13-21          Sejarah pembagian tanah Kanaan ke dalam kedua belas suku Israel.

c.       Hak 1 - 2            Situasi pendudukan tanah Kanaan

d.       Hak 3 - 21          Sejarah para Hakim

e.       1 Sam 1 - 7         Sejarah Samuel sebagai hakim terakhir.

f.        1 Sam 8 - 12       Sejarah peralihan dari zaman para Hakim ke zaman kerajaan

g.       1 Sam 13 - 15     Saul

h.       1 Sam 16-2 Sam 5     Daud

i.        2 Sam 6 - 1 Raj 2       Sejarah pergantian tahta kerajaan Daud kepada Salomo

j.        1 Raj 3 - 11         Salomo

k.       1 Raj 12 - 14      Terpecahnya kerajaan menjadi dua bagian

l.        1 Raj 15 - 22      Sejarah nabi-nabi awal

m.     2 Raj 3 - 17         Sejarah Israel sampai runtuhnya kerajaan Utara di tangan Asyur

n.       2 Raj 18 - 25      Sejarah kerajaan Yuda sampai dengan keruntuhan yang disebabkan oleh ekspansi dari Babel dan pembuangan ke Babilon.

 


2.3.      Maksud dan Tujuan Penulisan

Pertanyaan pokok, kapan suatu bangsa mulai menulis sejarah? Penulisan sejarah pertama-tama muncul dari kesadaran yang timbul dari tiga unsur berikut:

a.       Kalau orang melihat bahwa peristiwa-peristiwa pada masa lampau bukanlah peristiwa-peristiwa yang berdiri sendiri atau yang terpisah satu sama lain, melainkan saling berhubungan, yaitu hubungan sebab akibat.

b.       Karena orang melihat dan menginsyafi bahwa peristiwa masa lampau dalam arti tertentu dapat mempengaruhi hidup sekarang.

c.       Orang menarik pertanggungjawaban untuk masa kini dari keinsyafan akan masa lampau dan mengarahkan untuk masa depan.

Oleh karena itu penulisan sejarah tidak pernah merupakan suatu penyajian yang menyeluruh yang sempurna dari segala yang terjadi pada masa lampau. Penulisan sejarah tidak pernah lepas dari penafsiran, karena sejarah merupakan ilmu yang bersifat menerangkan. Demikian halnya dengan para Deuteronomist yang mencoba menuliskan sejarah Israel.

Para Deuteronomist menulis sejarah Israel pada masa pembuangan Babiblon (586-538 seb. Mas), alasan penulisannya karena mereka melihat arti sejarah bagi orang-orang pada zaman pembuangan dan sesudahnya. Hal tersebut penting sebab pertanyaan pokok mereka dalam pembuangan ialah “mengapa Israel dibuang”? Mengapa kejaraan Israel dan Yuda hancur? Penulis menanyakan hal tersebut, karena mereka melihat banyak orang Israel mulai menyangsikan kemahakuasaan Allah. Kesangsian itu timbul karena Israel menyadari dirinya sebagai bangsa pilihan Allah? Jika mereka adalah bangsa pilihan Allah, mengapa meteka dibuang. Sebab dengan dibuang berarti mereka kembali ke titik awal sejarahnya yaitu perbudakan. Melalui penulisan sejarah inilah para Deuteronomist mau menjawab pertanyaan itu. Secara ringkas jawaban atas pertanyaan itu adalah:

a.       Karena tidak ada pemusatan ibadat pada satu sempat. Dalam 1 Raj 12-14, pemisahan 10 suku di Utara dan dua di Selatan di mana Yerobeam (raja Israel) mendirikan tempat ibadat di Betel dan Dan. Pada hal menurut penulis, pemusatan ibadat itu amat penting. Pusat ibadat adalah Bait Allah di Yerusalem. Itulah sebabnya penulis melihat peristiwa pendirian tempat ibadat di Betel dan Dan merupakan “dosa asal” Yerobeam dan Israel yang menyebabkan keruntuan kerajaannya.


b.       Yerusalem adalah kota Allah, tetapi Yerusalem sendiri telah menjadi bejat oleh politik dan tindak tanduk para rajanya, mulai dari Salomo yang mengawini putri-putri luar Israel, yang mengakibatkan tercemarnya agama Israel. Demikian pula raja-raja selanjutnya sebagian besar tidak menjadi semakin baik, malahan semakin mencemarkan agama Israel.

c.       Israel bertegar hati tidak mau mendengarkan seruan Allah melalui para nabi-Nya. Pada hal Allah tetap setia pada janji-Nya, Allah tetap memperhatikan Israel. Allah selalu mengundang Israel untuk setia pada perjanjiannya. Melalui para nabi-Nya Allah memperingatkan, menolong dan membimbingnya. Namun dalam kenyataan sejarah, Israel tidak mau mendengarkan seruan Allah yang disampaikan oleh nabi-nabi-Nya.

Dengan kata lain inti dari dosa Israel adalah: meninggalkan Tuhan dengan tidak mendengarkan firman-Nya, tidak taat kepada Allah, tidak mau mendengarkan seruan para nabi, ibadatnya hampa , bahkan mereka menyembah allah-allah lain.

Dengan menulis sejarah, para Deutronomist mau menolong orang-orang yang hidup di pembuangan dan sesudahnya, supaya mereka dapat belajar dari sejarah dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pembuangan di Babel harus dilihat sebagai hukuman Tuhan yang bermaksud untuk memanggil Israel supaya bertobat dan kembali kepada Tuhan. Untuk generasi sekarang yang ada di pembuangan hendaknya menemukan kembali masa depannya dengan bertobat secara konkret, yaitu dengan merenungkan sabda Allah yang telah disampaikan para nabi-Nya, menjalankan ibadat secara benar dan setia pada perjanjian yang telah diucapkannya. Dengan pertobatan ini Israel masih memiliki masa depan.

Dalam menuliskan sejarahnya, para Deuteronomist menentukan beberapa titik yang menentukan dalam sejarahnya, yaitu:

a.       Masuknya Israel ke tanah terjanji (Kanaan) merupakan peralihan dari hidup mengembara ke kehidupan yang menetap. Kini Israel telah memiliki tanah sebagai hadiah pemberian Tuhan. Israel tidak lagi sebagai bangsa pengembara.

b.       Zaman para Hakim merupakan refleksi: siklus tentang dosa dan pengampunan. Dosa mengakibatkan hukuman, hukuman menjadikan orang menyesali perbuatannya, penyesalan itu menjadikan mereka bertobat, dan dengan bertobat Tuhan mengampuni dan menolong mereka, namun sesudah ditolong mereka kembali lagi berbuat dosa.


c.       Peralihan dari zaman Hakim ke Kerajaan. Bagi Deuteronomist sistem kerajaan sebenarnya kurang disukai, sebab Raja mereka satu-satunya adalah Yahwe sendiri. Untuk itu Deuteronomis menunjukkan manakah kedudukan seorang raja Israel.

d.       Zaman Kerajaan: Saul - Daud - Salomo. Bagi Deuteronomist Saul adalah raja yang gagal karena tidak mau mengakui kedudukannya sebagai raja Israel di bawah pimpinan Raja yang sesungguhnya yaitu Yahwe. Daud digambarkan sebagai raja ideal dengan segala kelemahannya. Namun semua raja diukur dengan ukuran Raja Daud. Sedangkan Salomo yang pada mulanya adalah raja yang setia, namun pada masa akhir pemerintahannya Salomo jatuh dalam penyembahan berhala oleh karena istri-istri asingnya. Mulai dari Salomolah keruntuhan kerajaan Israel, karena Salomo mencemarkan agama Israel.

e.       Perpecahan kerajaan menjadi dua merupakan hukuman yang pertama atas dosa-dosa Salomo.

f.        Runtuhnya Kerajaan Israel (Utara). Kerajaan Israel mengalami keruntuhan lebih dahulu, karena kerajaan Israel bagi Deuteronomist jauh lebih besar dosanya. Mereka memisahkan diri dari keturunan Daud dan para rajanya tidak lagi mengindahkan kedudukannya dengan menyalahgunakan kekuasaannya. Maka kerajaan Israel dibuang ke Asyur dan tidak dipulihkan kembali.

g.       Runtuhnya kerajaan Yuda. Kerajaan Yuda jauh lebih lama dibandingkan kerajaan Israel. Kerajaan Yuda/Yehuda tetap dipimpin oleh keturunan Daud dan selalu berada dekat Bait Allah di Yerusalem. Namun demikian sebagian rajanya juga bertundak sewenang-wenang dengan menyalahgunakan kekuadsaannya serta tidak mau mendengarkan seruan pada nabi, maka Yehuda pun tidak luput dari hukuman. Yehuda akhirnya dihukum oleh Yahwe, dibuang ke Babilon.

 

2.4.      Kitab Yosua

Kitab ini disebut Yosua karena dialah tokoh utama kitab ini. Isi kitab ini melanjutkan kisah yang tercantum dalam Pentateukh, khususnya kitab Bilangan (dan Ulangan) yang berhenti setelah bangsa Israel sampai di perbatasan negeri Palestina, Moab. Yosua diangkat menjadi pengganti Musa.

Kitab ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a.       Yos 1-12     menceritakan persiapan perebutan tanah Kanaan dan masuknya suku-suku Israel ke tanah Kanaan.

b.       Yos 13-21   menceritakan bagaimana Yosua membagi tanah yang baru ditaklukkan kepada suku-suku Israel.


c.       Yos 22-24   menceritakan akhir kepemimpinan Yosua, pidato perpisahan dengan bangsanya dan pembaharuan perjanjian di Sikhem.

Bagian terakhir ini adalah inti atau puncak seluruh kitab. Allah telah menunjukkan kesetiaan-Nya dengan memberikan tanah air kepada umat-Nya, sesuai dengan janji yang pernah diucapkan-Nya. Sekarang umat menyatakan dengan meriah bahwa mereka adalah milik Allah.

 

Untuk memahami kitab Yosua dengan baik, maka akan disajikan empat  hal, yaitu:

a.       Kenyataan

Seperti dalam garis besar sejarah Israel telah dikatakan bahwa sebenarnya keduabelas suku Israel tidak bersama-sama memasuki tanah terjanji. Perebutan itu memakan waktu yang lama. Beberapa suku malah tidak pernah ke negeri Mesir atau mengembara di gurun. Ada yang memasuki lewat selatan, tengah, bahkan utara. Suku-suku itu memasuki tanah Kanaan secara sendiri-sendiri dan secara berangsur-angsur. Salah satu di antaranya adalah suku Efraim, dipimpin oleh Yosua. Perlahan-lahan suku-suku itu menetap. Kadang-kadang setelah mereka menetap pindah lagi karena kalah perang. Lain kali mereka kembali berhasil merebut tanah musuh dan mendiaminya. Mula-mula mereka mendiami daerah pegunungan yang masih kosong.

Di Kanaan sendiri sebenarnya telah menetap beberapa suku asli dan suku-suku lain yang tidak ada hubungan dengan suku Israel. Suku-suku Israel yang memasuki Kanaan menetap di luar wilayah suku-suku yang telah ada lebih dahulu. Hanya saja kadang-kadang terjadi perang perebutan tanah. Kadang suku-suku Israel menang, kadang dikalahkan. Baik kebudayaan maupun persenjataan suku-suku Israel kalah dengan kebudayaan dan persenjataan suku-suku asli Suku-suku Israel sendiri pada masa ini masih hidup sendiri-sendiri,  meskipun menganut agama yang sama. Mereka baru bersatu pada masa Daud..

 

b.       Kisah yang ada dalam kitab Yosua


Kisah yang disajikan kitab Yosua berbeda sekali dengan kenyataan. Menurut kitab Yosua, kedua belas suku Israel serentak masuk ke negeri yang dijanjikan. Bahkan suku-suku yang sudah menetap di wilayah seberang Sungai Yordan ikut serta. Jadi bukan suku-suku Israel, melainkan umat Allah menduduki tanah yang dijanjikan. Dalam perang suci mereka mengalahkan semua musuh. Semua penduduk asli ditumpas sesuai dengan hukum perang suci, kecuali suku Gibeon yang menaklukan diri.

Kisah tersebut disusun dengan bantuan berbagai cerita dan unsur-unsur lain. Cerita itu dikumpulkan dari ingatan kabar akan kejadian di zaman mereka memasuki tanah terjanji dicampur dengan cerita rakyat yang mau menerangkan nama tempat atau hal lain. Kemudian hal itu dituliskan menjadi kesatuan. Semua bahan itu dikaitkan dengan satu tokoh, yaitu Yosua. Yosua itu pengganti Musa, orang pilihan Tuhan, ia melaksanakan perintah dan rencana yang telah Tuhan sampaikan melalui Musa.

Setelah mereka berhasil merebut tanah terjanji Tuhan sendiri melalui Yosua dan imam Eleazar membagi-bagikan negeri kepada keduabelas suku. Dengan demikian diberi jaminan bahwa setiap suku berhak mendiami daerah tertentu.

 

c.       Pesan yang mau disampaikan.

Kisah tersebut memang ada maksudnya. Apa yang mau ditegaskan ialah:

1)    Tanah terjanji, sebenarnya milik Tuhan yang dikaruniakan kepada bangsa Israel. Bukan Israel yang merebut tanah airnya, melainkan Tuhan yang mengambil milik-Nya dan memberikan kepada umat pilihan-Nya. Dengan jalan itu Tuhan melaksanakan janji-Nya kepada nenek moyang mereka. Tangan Tuhan ini amat terasa dalam kisah perebutan kota Yerikho (Bacalah Yos 2-6) dan kota Ai (bacalah Yos 7-8).

2)    Demikian juga pembagian tanah kepada keduabelas suku mau ditekankan bahwa bukan usaha masing-masing suku yang berhak atas suatu wilayah. Mereka bersama-sama mendapat seluruh negeri. Kemudian Tuhan menurut kehendak-Nya sendiri memberi masing-masing suku bagiannya sebagai karunia belaka.

3)    Cerita perjanjian yang terdapat pada akhir kitab ini mau menekankan bahwa perebutan tanah terjanji merupakan pelaksanaan perjanjian Tuhan dengan umat-Nya. Dalam perebutan itu Tuhan melimpahkan karunia-Nya kepada umat pilihan-Nya. Tetapi umat mesti menanggapi kasih karunia Tuhan itu dengan kesetiaan dan ketaatan.  

d.       Arti kitab Yosua bagi kita.


Kitab Yosua biasanya dianggap memberikan gambaran mengenai Kristus dan karya penyelamatan-Nya. Yosua berarti “Yahwe menyelamatkan”. Nama Yesus mempunyai arti yang sama. Yusuf diberitahu untuk memberi nama Yesus kepada anak yang akan dilahirkan oleh Maria, “karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat 1:21). Yesus adalah Penyelamat kita. Sebagaimana Yosua memimpin umatnya ke tanah terjanji, demikian juga Yesus memimpin umat Allah ke tanah terjanji yang sesungguhnya, yaitu surga.

 

2.5.      Kitab Hakim-hakim

Kitab ini disebut kitab hakim-hakim karena bercerita tentang tokoh-tokoh yang disebut Hakim. Kata hakim di sini lebih dimaksudkan pemimpin militer dan sipil. Hakim-hakim adalah para pemimpin perang yang dipanggil oleh Allah untuk menyelamatkan umat-Nya dari musuh. Kitab ini melanjutkan kisah yang tercantum dalam kitab Yosua. Di dalamnya terdapat enam hakim besar dan enam hakim kecil. Hakim besar: Otniel, Ehud, Debora (Barak), Gideon, Jefta dan Simson. Hakim Kecil: Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon. Mereka disebut Hakim besar karena ceritanya agak panjang dan panjang. Sedangkan yang disebut Hakim Kecil karena ceritanya hanya singkat sekali. Dengan demikian sebutan Hakim besar dan Hakim kecil di sini semata-mata didasarkan pada panjang pendeknya cerita mengenai Hakim tersebut.

Sejarah yang diceritakan dalam kitab Hakim-Hakim meliputi jangka waktu kurang lebih 150 tahun, sejak tahun 1200 sampai 1050 sebelum masehi.

a.    Situasi zaman para Hakim

Situasi orang Israel di zaman para Hakim kacau balau. Hal ini disebabkan karena mereka baru saja menetap di negeri yang baru dan kerap mendapat serangan dari penduduk asli. Mereka belum mempunyai pemimpin yang mempersatukan seluruh suku atau pemerintahan pusat yang mengatur kehidupan seluruh suku. Masing-masing suku berjalan sendiri-sendiri. Memang pada masa ini secara perlahan-lahan ada usaha membangun kesatuan bangsa. Suku-suku Israel mengelompokkan diri menjadi dua kelompok: suku-suku Utara di bawah kepemimpinan suku Yusuf dan suku-suku selatan di bawah kepemimpinan suku Yehuda. Yang mempersatukan mereka pada masa itu bukanlah pemerintahan, melainkan iman yang sama, yaitu iman akan Yahwe. Di samping itu mereka juga masih sulit menyesuaikan diri dari bangsa pengembara menjadi bangsa yang menetap dengan hidup bertani.


Kekacauan ini menyangkut juga tata masyarakat, tata susila dan agama. Menjelang akhir zaman para hakim, keadaan mereka bertambah parah. Hal ini disebabkan oleh orang-orang Filistin yang mulai menyerang mereka (Hak 13-16). Orang-orang Filistin inilah yang pada zaman para Hakim tidak dapat dikalahkan sehingga hampir semua suku Israel ditaklukkan oleh orang Filistin.

Di samping situasi di atas pada masa awal di Kanaan, Israel dihadapkan pada godaan untuk memeluk agama Kanaan. Sebenarnya dapat dikatakan godaan ini disebabkan oleh kebudayaan Kanaan yang lebih tinggi dan cara hidup mereka yang menetap; sedangkan orang-orang Israel baru saja hidup mengembara di gurun, dengan sendirinya mereka juga mengambil alih teknik pengolahan tanah dari orang Kanaan, termasuk upacaranya. Dengan demikian ada kecenderungan untuk mengambil alih agama mereka dan meninggalkan Yahwe atau paling sedikit mencampurkannya antara ibadat kepada Yahwe dengan kepada Baal. Dengan demikian bahaya mereka di samping musuh adalah penyembahan berhala penduduk Kanaan.

 

b.    Kitabnya

Kitab Hakim-hakim sebenarnya berisi semacam kumpulan kisah atau cerita pendek mengenai pahlawan-pahlawan salah satu suku Israel yang disebut Hakim. Cerita-cerita itu dipersatukan oleh bagian pendahuluan Hak 1:1-3:6 dan penutup 17-21.

Cerita itu mempunyai ciri kerakyatan, misalnya cerita tentang Simson. Dalam cerita-cerita itu terpelihara ingatan akan tokoh-tokoh yang berjasa bagi suatu suku dan memikat daya khayal rakyat. Mereka digambarkan sebagai pahlawan yang dengan senjata dan iman akan Yahwe mengalahkan musuh.

Mula-mula cerita itu jelas beredar di masing-masing suku, baru sesudah Israel membentuk satu bangsa cerita-cerita itu dikumpulkan dan dirangkaian menjadi satu kesatuan dan ditambah beberapa fatatan mengenai tokoh-tokoh lain. Dengan jalan itu yang tadinya pahlawan suku menjadi pahlawan nasional.

 

c.    Pesannya.


Penyusun kitab Hakim-hakim berhasil membuat kumpulan cerita pendek menjadi sejarah penyelamatan Allah. Pahlawan salah satu suku dianggap pahlawan nasional dan menjadi penyelamat umat Allah yang sedang dalam cengkeraman musuh. Hakim-hakim adalah utusan Allah yang dilengkapi dengan daya ilahi untuk menunaikan tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Tindakan mereka tidak hanya untuk satu suku, melainkan untuk seluruh umat. Melalui Hakim-hakim itu Tuhan berulangkali menyelamatkan umat-Nya

Allah memberikan tanah kepada Israel sesuai dengan janji-Nya, akan tetapi kalau mereka tidak setia kepada perjanjian mereka akan dihukum (kalah perang dan menjadi taklukan), akan tetapi jika mereka bertobat, Allah akan menolong mereka dengan mengutus seorang Hakim yang akan mengalahkan musuh-musuh mereka. Dalam kitab Hakim-hakim diperlihatkan siklus berikut: Dosa menyebabkan hukuman (kalah perang dan menjadi taklukan), hukuman menjadikan mereka bertobat (mereka menyesal dan memohon ampun kepada Tuhan), dengan bertobat Tuhan mengampuni dan menolong (dengan mengutus seorang Hakim yang dapat mengalahkan musuh), sesudah mereka ditolong mereka kembali berdosa, demikian seterusnya. Dengan demikian semua kisah mempunya pola sebagai berikut: Israel meninggalkan Allah. Akibatnya Allah membiarkan musuh-musuh mengalahkan dan menindas mereka. Kemudian Israel bertobat dan kembali kepada Allah. Karena itu Allah mengangkat seorang hakim sebagai pembebas. Namun Israel ternyata adalah umat yang bebal. Tidak lama setelah diselamatkan ia akan jatuh lagi.

 

d.    Artinya bagi kita.

Tema kitab Hakim-hakim juga dapat bermakna bagi kehidupan Gereja maupun orang kristiani. Kitapun selalu berada dalam bahaya untuk “menyembah berhala”; artinya menempatkan sesuatu di atas Allah yang sesungguhnya. Kalau kita jatuh, Allah akan menarik kita untuk bertobat dan kembali kepada-Nya dengan berbagai macam cara (bacalah 1 Kor 10:11-13).

  

2.6.      Kitab Samuel

Kitab Samuel terdiri dari dua kitab, yaitu 1 dan 2 Samuel. Kitab ini melanjutkan kisah kitab Hakim-hakim.

Pada pokoknya kitab Samuel mengisahkan terbentuknya kerajaan Israel yang baru berhasil sepenuhnya pada masa Raja Daud. Daudlah yang menjadi tokoh utama kitab Samuel. Dalam dialah cita-cita umat Israel tentang seorang raja sebulat-bulatnya terpenuhi. Daud dijadikan pola Raja Penyelamat di masa mendatang.

a.    Samuel


Dalam 1 Sam 1-7 dilukiskan keadaan kacau balau umat Israel menjadi semakin parah. Orang-orang Filistin menaklukkan mereka dan mereka tidak berdaya. Bahkan tempat suci umat Israel dihancurkan. Dalam keadaan yang gawat itu tampillah Samuel. Dialah tokoh peralihan dari zaman Hakim-hakim ke zaman kerajaan. Samuel adalah seorang Hakim, namun Samuel lebih daripada seorang Hakim, ia juga seorang Nabi pelihat. Ia mengalahkan musuh dengan bersenjatakan doa. Ia pun seorang imam yang mempersembahkan korban secara teratur.

 

b.    Saul, raja pertama yang Gagal

Dalam situasi yang agak kacau itu umat Israel menuntut Samuel supaya mengangkat seorang raja. Samuel sebenarnya tidak setuju dengan tuntutan umat untuk mengangkat seorang raja. Israel tidak harus menjadi sama seperti bangsa-bangsa lain. Israel sudah memiliki raja, yaitu Yahwe sendiri. Kalau mereka mengangkat seorang raja sebagaimana mereka kehendaki berarti mereka menolak kedudukan Yahwe sebagai raja mereka. Di samping itu Samuel juga menyatakan bahwa seorang raja akan menjadi beban berat bagi rakyat, karena ia akan mengharuskan orang untuk masuk ketentaraan dan membayar upeti. Namun ternyata rakyat tidak mundur dari tuntutan itu.

Akhirnya Allah sendiri menyuruh Samuel untuk mengabulkan tuntutan rakyat dan mengangkat seorang raja. Saul dipilih dan diurapi oleh Samuel.  Hal ini dikisahkan dalam 1 Sam 8-15. Pada mulanya Allah berkenan kepada Saul. Saul mempimpin bangsa Israel dengan baik, mengalahkan musuh-musuhnya. Namun akhirnya Saul tidak lagi berkenan bagi Allah. Dan justru kesalahan Saul adalah ia mau menjadi raja seperti raja bangsa-bangsa lain. Saul diangkat menjadi raja oleh Allah sendiri, tetapi ia bertindak sewenang-wenang (lih 1 Sam 14).  Melalui cerita ini penyusun mengajar kepada umat dan khususnya kepada raja-raja, manakah kedudukan raja yang sesungguhnya. Seorang raja umat Allah hanya abdi Raja yang sebenarnya, yaitu Yahwe sendiri. Ia dipilih dan diangkat oleh Tuhan untuk memerintah dan membimbing umat sesuai dengan kehendak Tuhan. Kuasa selalu menjadi godaan bagi mereka yang memegangnya. Kitab ini mengingatkan para penguasa bahwa penguasa tidak pernah mempunyai kekuasaan mutlak. Kuasanya selalu terikat pada kehendak Tuhan satu-satunya Penguasa alam semesta.

 

 


c.    Daud

Melalui cerita dalam 1 Sam 16 - 2 Sam 8 penyusun mau memperlihatkan bahwa Daud sungguh-sungguh orang pilihan Tuhan. Ia diurapi menjadi raja oleh Samuel sebagai wakil Tuhan dan terus dilindungi terhadap musuh-musuhnya dan diselamatkan dari macam-macam bahaya. Begitulah tersingkap bahwa Tuhan benar-benar menghendaki bahwa Daud menjadi raja umat Allah.

Sedangkan dalam 2 Sam 9-20 diperlihatkan kisah tentang keluarga Daud yang menyedihkan. Antara anak-anak Daud ada persaingan, ada kemesuman, ada bunuh membunuh. Bahkan ada anak Daud (Absalon) mencoba menyingkirkan Daud dari tahta kerajaan. Tidak jarang Daud nampaknya seorang yang memang saleh, tetapi lemah, kurang tegas dan dapat dipermainkan oleh anak-anaknya. Dengan ini penyusun mau memperlihatkan bahwa Daud, raja yang berbudi luhur, toh memiliki kelemahan.

Dalam kisah Daud tampillah nabi Natan. Tugas nabi ini mengawasi kekuasaan raja, sehingga memang tidak jarang antara nabi dan raja terjadi ketegangan.

Pada permulaannya Natan mendukung kekuasaan Daud. Bahkan nabi Natan menyampaikan firman Tuhan mengenai keturunan Daud: Tuhan menjanjikan keturunan Daud tetap akan menjadi raja. Perjanjian Tuhan dengan umat-Nya sekarang diperincikan menjadi perjanjian Tuhan dengan keturunan Daud. Raja diberi tugas untuk menjaga perjanjian itu. Nubuat Natan itu menjadi titik tolak pengharapan umat Israel akan raja Penyelamat di masa mendatang dan disebut Mesias.

Pada kisah selanjutnya nabi mengecam raja karena raja menyalahgunakan kekuasaannya, terbawa oleh nafsu birahinya, ia berzinah dengan istri panglimanya yang setia dan bahwa secara kotor membunuhnya. Natan disuruh Tuhan untuk menegur dan mengancam hukuman yang setimpal. Akhirnya Natan menginsyafkan Daud dengan perumpamaan, yang membuat Daud menjadi sadar akan kejahatannya. Daud menerima baik teguran itu dan bertobat. Daud menyesali dosa-dosanya dan bertobat.

Menurut pandangan penulis, Daud menjadi contoh atau teladan bagi raja-raja lain. Mereka pun harus insyaf bahwa pemakaian kekuasaannya terus menerus diawasi Tuhan melalui para nabi-Nya. Raja seharusnya menyesali penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaannya itu lalu memperbaiki diri.

Kedua kitab Samuel ini disusun dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain adalah:


-      catatan-catatan peristiwa (kronik),

-      kisah-kisah mengenai Samuel yang diteruskan secara turun temurun (tradisi),

-      dan cerita-cerita rakyat mengenai kepahlawanan Daud.

Sumber-sumber itu kadang-kadang mengetengahkan pandangan yang berbeda bahkan berlawanan, misalnya mengenai Kerajaan. Ada sumber yang setuju dengan sistem kerajaan, sementara sumber lain tidak setuju dengan sistem tersebut.

Kedua kitab Samuel sebagaimana yang kita miliki sekarang ditulis dengan maksud untuk menunjukkan bahwa Allah telah menegakkan kerajaan dinasti Daud untuk selama-lamanya. Oleh karena itu puncak kedua kitab ini ialah 2 Sam 7: melalui nabi Natan Tuhan menyatakan bahwa sebagai karunia atas kesetiaannya, keluarga dan kerajaan Daud akan kokoh untuk selama-lamanya. Janji Allah ini (sebagaimana janji Allah yang lain) tidak pernah ditarik lagi. Meskipun demikian tidak berarti bahwa anak-anak daud akan dibiarkan begitu saja. Kalau mereka bersalah, mereka akan dihukum dan dibimbing untuk kembali ke jalan yang benar.

Janji ini bagi kita orang kristen terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Yesus adalah keturunan Daud, sebagaimana tampak dalam silsilah yang terdapat dalam Mat 1:1-17. Kepada Maria, malaikat mengaruniakan tahta Daud leluhur-Nya (Luk 1:32-33). Yesuspun lahir di Kota Daud yaitu kota Betlehem (Mat 1:18-25; bdk Mrk 10:47-48).

 

2.7.      Kitab Raja-raja

a.    Sejarah Keagamaan

Kitab raja‑raja sebenarnya memuat kisah mengenai kegagalan sistem kerajaan dan bangsa Israel. Dalarn 1 Raj 1‑11  dikisahkan pemerintahan dan karya Salomo, pengganti Daud sesuai dengan janji Tuhan. Perhatian khusus pada bagian ini adalah pembangunan Bait Allah. 1 Raj 12 - 2 Raj 17 berupa kisah perpecahan kerajaan dan kisah masing-masing kerajaan yang disusun secara sejajar, sampai dengan jatuhnya kerajaan utara. 2 Raj 18-27 menceritakan tentang raja-raja terakhir kerajaan Yuda/Yehuda dan jatuhnya Yerusalem serta pembungan ke Babilonia. Kitab ini ditulis pada masa pembuangan di Babilon. Hanya saja sejarah yang ditulis pertama-tama adalah  sejarah keagamaan: yang mau menyingkapkan rencana dan tindakan Tuhan dalam kejadian‑kejadian sejarah Israel.  Mereka tidak pertama-tama mau melapor apa yang sesungguhnya terjadi.


Oleh karena demikian maksudnya maka para penyusun kitab Raja-raja memilih bahan-bahan yang berkaitan dengan rencana Tuhan itu. Jadi bukan apa yang dari segi politik atau militer paling penting, melainkan apa yang penting dari sudut agama.

Pandangan para penyusun sama dengan pandangan yang terungkap dalam kitab Ulangan. Berdasarkan padangan itu semua kejadian dan raja dinilai, dikutuk atau dipuji. Dasar penilaiannya ialah kesetiaan kepada Tuhan dan perjanjian Tuhan dengan umat-Nya, sesuai dengan pandangan kitab Ulangan. Dan ukuran yang dipakai tidak lain kecuali raja Daud, raja yang unggul yang sepenuh-penuhnya mewujudkan raja umat Allah sebagaimana dicita-citakan.

 

b.    Salomo: Raja yang semarak tetapi hampa

Salomo ternyata seorang pilihan dan terkasih Tuhan. la seorang raja yang saleh, bijaksana, seniman dan pembangun. la memperkokoh kerajaan Daud menjadi setingkat dengan raja‑raja besar di zamannya. Ialah yang membangun Bait Allah dengan segala kelengkapannya. Bait Allah yang bersemarak itu berdiamlah Tuhan di tengah‑tengah umat‑Nya. Salomo mewujudkan janji Tuhan kepada Daud: Kerajaan mantap, rakyat yang makmur dan sejahtera di bawah naungan Tuhan.

Namun penvusun kitab ini juga mencatat bahwa menjelang akhir pemerintahannya Salomo menghadapi berbagai kesulitan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Penyusun kitab ini menjelaskan mengapa Salomo mengalami kesulitan. Ternyata karena Raja tidak setia kepada Tuhan dan kepada kedudukannya sebagai raja umat Allah. Salomo mau main politik tanpa peduli akan Tuhan. Dengan maksud memperkokoh kedudukan dan kuasanya Salomo memperistri banyak puteri raja asing. la pun tidak berkeberatan istri‑istrinya membangun kuil‑kuil untuk dewa‑dewinya. Bahkan raja sendiri memuja dewa‑dewi itu.  Ketidaksetiaan tidak dapat tidak dihukum Tuhan, meskipun Salomo masih juga dikasihi Tuhan demi Daud. Dengan demikian menjadi nyata bahwa semarak raja Salomo sebenarnya hampa dan kosong.

 

c.    Raja-raja selanjutnya: Kemerosotan yang menjadi-jadi

Setelah Salomo wafat, kerajaan terpecah menjadi dua. Inilah hukuman terhadap Salomo sebagaimana dinubuatkan seorang utusan Tuhan.


Bagian utara memisahkan diri dari keturunan Daud dan mengangkat raja Yerobeam yang bukan dari keturunan Daud. Raja Israel (Utara) mendirikan kuil‑kuilnya sendiri. Inilah dosa asal kerajaan Israel yang tidak dapat diampuni. Ketidaksetiaan inilah menyebabkan semua raja Kerajaan utara dikutuk dalam kitab ini. Situasi pemerintahan kerajaan utara tidak mantap, seringkali terjadi kudeta. Memang dalam kenyataan ada beberapa raja yang cakap, tetapi hal ini tidak diperhatikan oleh pengarang. Di mata pengarang raja‑raja utara telah bertindak semaunya dan memperkosa hak anggota umat Allah. Maka wajarlah bila kerajaan itu musnah diserbu oleh Asyur dan sebaian besar dibuang ke Asyur (721 seb Mas) dan tidak pernah dipulihkan lagi.

Sejarah kerajaan Yuda di selatan umumnya juga sejarah kemerosotan dan ketidaksetiaan. Namun dalam pandangan penyusun kemerosotan itu tidak separah kerajaan utara, karena tetap diperintah oleh keturunan Daud. Biarpun demikian beberapa raja dikutuk oleh penyusun karena tidak setia dan menyembah dewa‑dewi. Hanya raja Hizkia dan Yosia yang dipuji, sebab serupa dengan Daud dalam kesetiaannya.

Oleh karena banyak raja Yuda yang tidak setia, maka kerajaan inipun dihukum Tuhan, biarpun tidak akan hancur, karena bagi mereka tetap ada masa depan. Di mana Tuhan akan memulihkan keturunan Daud sebagai raja atas umat‑Nya

 

d.    Sinar Harapan

Kitab raja‑raja tidak hanya menyoroti kemerosotan din kemunduran saja, tetapi juga memperlihatkan bahwa ketidaksetiaan umat tidak menggagalkan rencana dan kesetiaan Tuhan. Dalam situasi tersebut Tuhan senantiasa membimbing din mengusahakan keselamatan umat‑Nya. Hal ini nampak dalam:

1)     Pembaharuan‑pembahatuan beruntun

Kemerosotan agama dan susila kerajaan Yudal/Yehuda tidak mutlak, karena sewaktu‑waktu kemerosotan itu dibendung dan dikendalikan oleh pembaharuan yang diinspirasikanan Tuhan. Dalam pandangan penyusun pembaharuan‑pembaharuam di masa lampau merupakan pendahuluan bagi pembaharuan yang dinantikan di masa mendatang. Seluruh kitab ini memang dimaksudkan sebagal landasan pembaharuan. yang diharapkan sesudah pembuangan. Kegagalan‑kegagalan di masa lampau hendaknya menjadi pelajaran di masa mendatang. Pembaharuan‑pembaharuan ini terutama dilakukan oleh raja Hizkia (2 Raj 18) den raja Yosia (2 Raj 22:23).

2)    Para nabi


Bukti yang paling jelas bahwa Tuhan tidak meninggalkan umatNya ialah para nabi. Mulai nabi Natan sampai di masa pembuangan selalu ada nabi. Mereka diutus T'uhan untuk memperingatkan  umat, khususnya para raja, supaya bertobat dan menjadi setia pada perjanjian serta mengakui kedudukannya sebagai raja umat Allah. Para nabi itu merupakan suara Tuhan perjanjian dan suara hati umat perjanjian. Mereka tentu saja mengancamkan hukuman, tetapi sekaligus menyatakan bahwa Tuhan tetap setia dan bahwa ada masa depan. Nabi‑nabi itu antara lain: (a) di Kerajaan Utama: Elia, Elisa, Amos dan Hosea; (b) di Kerajaan Selatan: Yesaya, Mikha, Nahum, Habakuk, dan Yeremia.  Para nabi ini senantiasa berjuang menentang kekafiran umat Allah den membela kemurnian agama Tuhan.

 

e.    Allah memurnikan umat-Nya

Bencana kehancuran bangsa  menimbulkan masalah iman yang sangat besar bagi Israel. Tampak Allah telah menarik kembali janji-Nya, atau tidak mampu mewujudkannya. Ia telah menjanjikan suatu negeri bagi umat-Nya, tetapi ternyata mereka dibuang dari negeri itu. Ia telah berjanji bahwa tahta Daud tidak akan diambil dari wangsanya, tetapi ternyata raja ikut dibuang. Apakah ini berarti bahwa segala-galanya telah berakhir?

Dengan pegangan kitab Ulangan, penulis kitab Raja-raja memandang sejarah bangsanya sebagai sejarah pengadilan yang dilakukan oleh Allah terhadap bangsa Israel dan raja-rajanya, karena mereka tidak setia kepada perjanjiannya. Menurut penulis, para raja dan pemimpin lainnya terus menerus melanggar hukum Allah, khususnya penyembahan berhala, meskipun sudah berulangkali diperingatkan.

Dengan demikian penulis mau mengatakan bahwa bukan Allah yang meninggalkan umat-Nya, melainkan umat-Nya yang meninggalkan Allah. Mereka menerima hukuman (dibuang) karena telah berdosa. Hukuman bukan berarti penolakan Allah, melainkan dimaksudkan untuk membawa mereka kembali kepada diri-Nya. Ini adalah hukuman untuk menurnikan mereka.

Bagaimana dengan janji-Nya kepada Daud? Dalam hal inipun Allah tidak menarik janji-Nya. Janji itu akan diwujudkan secara penuh di masa depan. Bagi kita orang Kristen, janji itu sepenuhnya terpenuhi dalam diri Yesus Kristus, Tuhan dan Penyelamat kita.


Kitab Raja-raja juga dapat menjadi pelajaran bagi kita. Kemakmuran dan kesejahteraan dapat membuat orang buta. Orang lalu begitu percaya kepada diri sendiri dan melupakan Allah. Kalau demikian satu-satunya yang masih dapat mengajar kita mengenai kehidupan adalah kegagalan.

 

3.         Pengantar Kitab-kitab Sejarah Karya Ahli Tarikh

Dengan kitab Tawarikh mulailah rangkaian kitab-kitab sejarah yang kedua. Rangkaian ini sebenarnya hanya satu karya yang meliputi: kitab Tawarikh, Ezra dan Nehemia.

 

3.1.      Kitab Tawarikh

Judul kitab ini Tawarikh, menerjemahkan judul Ibraninya. Dalam Judul Yunani-Latin: Paralipimena. Judul Ibrani berarti kisah kejadian-kejadian di masa yang lampau. Orang yang menulis kisah semacam itu dalam bahasa Arab-Indonesia disebut Muwarikh/Ahli Tarikh.

Kitab Tawarikh (bersama Ezra dan Nehemia) menceriterakan kembali dan melanjutkan kisah yang sudah tercantum dalam kitab Samuel dan Raja-raja. Bahkan para penyusun menghubungkan kisahnya dengan awal umat manusia melalui silsilah (1 Taw 1-9). Daftar keturunan mulai dari Adam, lalu melalui Abraham dan suku Yehuda sampai kepada Daud serta keturunannya.

Penulis menyelesaikan karyanya di zaman sesudah pembuangan, sekitar tahun 400 seb Mas. Tetapi di kemudian hari karyanya masih juga disadur dan ditambah. Kitab Tawarikh baru lengkap seperti yang kita miliki sekarang sekitar pertengahan abad kedua seb Mas.

 

a.    Latar Belakang Sejarah

­       Di zaman penulisan kitab Taw bangsa Israel tercakup negara Persia dan kemudian Yunani. Sekembaalinya dari pembuangan mereka tidak mendapat kemerdekaan politik, tetapi idiizinkan menangani urusan intern menurut adat istiadatnya sendiri, sebagaimana tercantum dalam kitab Musa. Rasa keagamaan cukup tajam dan hangat, tetapi rasa kebangsaan agak melemah. Dalam keadaan itu bangsa Israel semakin menekankan segi keagamaan yang berpusatkan pada ibadat yang diselenggarakan di Bait Allah yang baru saja dibangun kembali.


­       Mereka yang kembali dari pembuangan mencakup suku Yehuda dan sebagian kecil suku Benyamin, sejumlah imam dan orang-orang Lewi. Kalangan rohaniwan tidak hanya menyelenggarakan ibadat, tetapi sekaligus berperan sebagai satu-satunya wibawa pada umat sehubungan dengan urusan intern. Mereka yang kembali dari pembuangan yakin bahwa mereka adalah “sisa umat Allah yang sejati”.

Begitulah umat Israel di zaman itu agak menyendiri di tengah bangsa-bangsa dan kerajaan asing. Tudak banyak hubungan dengan bangsa lain, meskipun tetangga. Mereka taat agama, rajin menetapi hukum Taurat dan dengan kesalehan mendalam merayakan ibadat dalam Bait Allah di Yerusalem.

 

b.    Isi, Maksud dan Tujuan

Dalam situasi itu umat Israel, khususnya kalangan rohaniwan meninjau kembali sejarah dahulu. Dengan bersumberkan kitab Pentateukh, kitab-kitab Sejarah karya Deuteronomist, sumber lain dan situasi bangsa Israel yang baru kembali dari pembuangan yang mencita-citakan kemerdekaan mereka menyusun kitab Tawarikh.

­       Menemukan kembali cita-cita bangsa Israel sebagai bangsa pilihan. Penyusun memberi perhatian istimewa kepada segala sesuatu yang bersangkutan dengan Bait Allah, ibadat dan petugas-petugasnya

­       Kedua kitab Tawarikh berisi kisah-kisah yang terjadi pada tahap sejarah yang sama dengan kitab Samuel dan Raja-raja. Meskipun demikian, harus dikatakan bahwa kitab Tawarikh mempunyai cakrawala yang berbeda. Kitab ini menceritakan sejarah masa lampau dengan maksud untuk menunjukkan bahwa panggilan Israel yang sejati adalah menjadi umat imami atau umat yang kudus, yang berpusatkan pada ibadat.

­       Tokoh paling penting dalam kitab tawarikh adalah Daud. Hanya saja Daud tidak ditampilkan sebagai pahlawan perang atau negarawan yang unggul, melainkan sebagai pelandas dan pengatur ibadat yang diselenggarakan di Yerusalem. Sebab dalam dialah yang memindahkan Tabut Perjanjian ke sana dan mulai ibadat di seikitarnya.


­       Para penyusun menekankan dan membesar-besarkan peranan Daud.  Daud menjadi raja yang mewujudkan seluruh cita-cita penulis. Itulah sebabnya dalam kitab Tawarikh segala keburukan Daud dihilangkan, sebaiknya Daud tampil sebagai: 1) pengatur seluruh ibadat secara terinci dan lengkap dengan segala petugas-petugasnya; 2) Daud lah yang secara saksama merencanakan dan menyiapkan pembangunan Bait Allah, Salomo hanya pelaksana rencana dan perintah Daud; 3) perjanjian Tuhan dengan Daud menjadi perjanjian inti dan menjadi perjanjian Tuhan dengan umat-Nya.

­       Umat Israel sejati menurut penulis ialah orang Yehuda. Benyamin dan Lewi yang kembali dari pembuangan. Maka penulis sama sekali tidak berbicara tentang kerajaan Utara. Sebaliknya raja-raja Yehuda (kerajaan selatan) dikisahkan secara rinci, terutama raja-raja yang melaksanakan pembaharuan keagamaan (Hizkia dan Yosia).

­       Dengan jalan demikian para penyusun menulis sejarah kudus, artinyaa kisah-kisah yang berkaitan dengan barang kudus, Bait Allah dan para petugasnyanya.

 

c.    Pesan yang mau disampikan

­       Jalannya sejarah menurut kitab tawarikh ditentukan oleh hukum pembalasan. Kesetiaan kepada Tuhan mendapat berkat dan ketidaksetiaan mendapat hukuman (bdk 2 Taw 33). Penonjolan hukum pembalasan sebagai penentu jalannya sejarah memang ada maksudnya, yaitu memberikan nasihat kepada orang sezamannya: Kalau mereka menantikan masa depan yang bahagia seperti zaman Daud, maka hendaklah mereka setia kepada Tuhan dan dengan teliti menyelenggarakan ibadat, umat harus percara bahwa Tuhan memulihkan zaman kebahagiaan itu.

­       Kitab Tawarikh juga mencita-citakan umat yang setia kepada Tuhan, umat yang kudus yang rajin beribadat, terpimpin oleh raja keturunan Daud yang serupa dengan moyangnya. Yang penting bukan kekuasaan politik dan militer melainkan ibadat yang menjadi unsur inti umat Allah. Jelaslah bahwa cita-cita kitab Tawarikh berdekatan dengan pikiran Perjanjian Baru. Raja umat Allah yang baru ialah Kristus dan umat Allah yang baru pun bukan suatu bangsa yang berdaulat dan berkuasa di tengah-tengah negara-negara di dunia. Umat Kristus ialah bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, yang dalam ibadatnya mewartakan perbuatan-perbuatan besar Allah.

 

3.2.      Kitab Ezra dan Nehemia

a.       Pendahuluan


Kitab Ezra dan Nehemia mula-mula hanya satu karangan dan ditulis oleh orang yang sama, yang menulis kitab Tawarikh. Kemudian dalam terjemahan di Indonesia dipisahkan. Kitab ini isinya melanjutkan kisah yang termaktub dalam kitab Tawarikh. Kisah yang tercantum di dalamnya mengenai hal ihwal umat Israel yang kembali dari pembuangan di Babel. Maka kitab ini mencakup janga waktu antara tahun 538 - 400 seb. Mas.

Biarpun Ezr dan Neh dengan Taw satu karya, namun ada perbedaan. Kitab Taw meninjau kembali masa lampau sesuai dengan cita-cita penulis untuk masa depan. Sedangkan Ezr dan Neh mengenai situasi bangsa Israel setelah mereka kembali dari pembuangan.

 

b.       Isi Kitab

Penulis mengambil kisahnya dari memoar-memoar yang dituliskan oleh Ezra dan Nehemia. Hanya saja memoar-memoar itu dimanfaatkan penulis untuk maksud religius atau keagamaan.

Ezra adalah seorang Yahudi, imam dan ahli kitab yang oleh raja Persia ditugaskan untuk mengatur masyarakat Yahudi di Palestina yang kacau balau, sesudah oleh raja Persia, Koresy orang-orang Yahudi diizinkan pulang ke Palestina dan membangun kembali Bait Allah. Mereka yang kembali dari pembuangan tidak hanya mendapat perlawanan dari penduduk Samaria dan pejabat negeri. Orang-orang Samaria ingin ikut membangun Bait Allah, tetapi ditolak oleh orang Yahudi, sehingga pembangunan Bait Allah dihentikan dan baru dibangun kembali pada masa Nabi Hagai. Juga adanya kawin campur dan semangat mereka sendiri padam dan kendor, sehingga terjadi kekacauan.Karena itu raja Persia, Artahsastra (yang mengganti Koresy) mengirim Ezra untuk menertibkan masyarakat Yahudi. 

Dari Persia Ezra membawa Taurat Musa dan menjadikan Taurat Musa sebagai hukum negara. Dalam upacara besar-besaran Taurat Musa diumumkan kepada segenap umat dan diterima sebagai tata hukumnya. Diambilnya beberapa tindakan tegas, antara lain perkawinan campur para rohaniwan diceraikan dan semua peranakan dikeluarkan dari umat. Orang-orang Yahudi sedapat-dapatnya mencegah diri bergaul dengan orang bukan Yahudi.


Di samping Ezra, ada Nehemia. Nehemia sebenarnya adalah pejabat tinggi istana raja Persia. Ia mendapat laporan tentang keadaan kaum sebangsanya di Palestina yang menyedihkan. Atas permintaannya sendiri Nehemia sebagai kuasa raja diutus ke Palestina. Ia berkarya dari tahun 495 - 443 seb Mas.

Pada tahun 495 seb Mas, Nehemia tampil dengan tugas menertibkan orang-orang Yahudi di Palestina. Ia berhasil mengendalikan perlawanan baik dari pihak Samaria dan pejabat-pejabat negeri maupun dari pihak orang sebangsa. Ia mengambil tindakan tegas dan keras untuk membereskan berbagai keburukan, antara lain mencegah perkawinan campur dan membuat bahasa Ibrani menjadi bahasa Nasional. Tindakan yang paling penting ialah mendirikan kembali tembok-tembok Yerusalem dan mengumpulkan penduduk kota secukupnya. Begitulah Nehemia membangkitkan kembali semangat nasional dan tata masyarakat yang sehat.

Para penyusun Ezr dan Neh menjadikan dua tokoh tersebut tampil bersamaan dan bekerja sama dalam pembangunan bangsa Israel di Palestina. Pada hal sebenarnya kedua tokoh itu susul menyusul.

Para penyusun Ezr dan Neh, di samping menggunakan memoar-memoar Ezra dan Nehemia juga menggunakan dokumen-dokumen lain untuk menyusun sejarah pemulihan umat Allah sehabis masa pembuangan

 

c.       Pesan

Ezra dan Nehemia berhasil menggembleng suatu umat yang baru, dari masyarakat Yahudi yang kacau balau menjadi masyarakat yang tertib dan bersatu.

­       Umat yang dibentuk Ezra dan Nehemia ialah umat yang memiliki kesadaran yang mendalam akan kedosaannya (Ezr 9; Neh 9), sehingga mereka mengakui segala dosa dan bertobat.

­       Umat yang insyaf itu adalah umat pilihan Tuhan, suatu umat yang kudus. Kesadaran itu mengakibatkan bahwa umat Israel di zaman Ezra dan Nehemia menjauhkan diri dari bangsa-bangsa lain dan berusaha mempertahankan kemurnian bangsa.

­       Umat Yahudi yang terbentuk Ezra dan Nehemia mewujudkan perkataan Yesus mengenai pengikut-pengikut-Nya: Kamu memang di dunia, tetapi tidak termasuk dunia. Dengan demikian situasi itu menghasilkan gaya hidup yang khusus.


­       Umat israel pada tahap ini memandang dirinya sebagai bangsa yang suci dan imami, “suatu kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (Kel 19:6). Gambaran ini akhirnya diterapkan bagi Gereja (bdk 1 Ptr 2:9). Sekarang “Israel” berarti seluruh umat yang terdiri dari orang-orang yang setiap kepada allah, yang mencakup baik orang-orang yang kembali dari pembuangan ke Palestina maupun mereka yang hidup di diaspora.

 

4.              Pengantar Kitab-kitab Hikayat Pengharapan

4.1.      Pendahuluan

Kitab Rut, Tobit, Yudit dan Ester semacam roman atau novel, hanya saja kitab‑kitab ini mempunyai ciri keagamaan dan mau mengemukakan kebenaran dan pikiran keagamaan. Dari keempat kitab tersebut dua di antaranya (Tobit dan Yudit) termasuk kitab‑kitab yang dikelompokkan ke dalam Deuteronakonika. Sedangkan kitab Rut ditempatkan sesudah kitab Hakim‑hakim dan Ester menvusul kitab Ezra dan Nehemia.

Ditinjau dari seni sastra, kitab Rut, Tobit, Yudit dan Ester merupakan karya yang unggul. Ceriteranya tersusun dengan baik lancar dan cukup tegang. Ciri keagamaan keempat kitab ini menyolok. Kitab‑kitab ini dimaksudkan untuk membina umat Allah dan memberi hati dalam kesusahan hidup. Membaca kitab‑kitab itu orang merasa terhibur dan dipertebal iman kepercayaannya kepada Allah yang menolong orang yang menderita dan tertindas.

Semua kitab ini tampaknya berisi kisah sejarah. Namun sebenarnya kitab-kitab ini lebih baik disebut roman sejarah yang dipakai oleh para pengarang untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan atau moral. Pesan itu cocok bagi orang-orang yahudi yang hidup sesudah pembuangan.

 

4.2.      Kitab Rut

Kitab ini sebagaimana kita miliki sekarang, berasal dari zaman sesudah pembunagan. Biarpun kisahnya tentang zaman Israel sebelum zaman kerajaan (zaman hakim-hakim). Tokoh utama kitab ini adalah seorang wanita, yaitu Rut.

a.    Isi kitabnya: Kisah yang mengharukan hati


Kitab ini berceritera mengenai seorang wanita yang bersama suaminya dan kedua anak laki‑lakinya terpaksa mengungsi ke luar negeri, yaitu Moab karena Israel mengalami paceklik. Di sini Naomi (nama wanita itu) kehilangan suami dan kedua anak laki‑lakinya. Miliknya di tanah air sudah hilang juga dan tidak ada keturunan. Kedua anaknya sebelum meninggal memang beristrikan perempuan Moab, tetapi belum mempunyai keturunan. Akhirnya Naomi memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, Betlehem. Kedua menantunya (bekas istri anak‑anak Naomi), mau ikut serta. Tetapi Naomi mendesak supaya kembali ke rumah saja, mencari suami yang baru. Tetapi Rut (salah seorang menantunya) nekad dan tetap ikut serta dengan Naomi ke Betlehem. Rut rela mengorbankan tanah airnya, familinya dan juga agamanya. Di Betlehem rupanya Rut pergi memungut jelai di ladang seorang saudara Naomi. Menurut adat ia wajib membeli tanah milik suami Naomi. Selebihnya ia wajib memperistri janda kerabat nya, jika ada keturunan. Anak pertama yang lahir menjadi anak dan waris orang yang meninggal tanpa anak itu. Naomi mengurusnya begitu, sehingga Boas ingat akan kewajibannya sebagai famili. Boas ternyata tidak menolak melaksanakan kewajibannya itu, setelah seorang kerabat lain tidak mau. Maka Boas memperistri Rut dan mendapat seorang anak laki‑laki. Anak itu oleh Naomi diangkat menjadi cucu suaminya dan anak puteranya bekas suami Rut. Pada cerita ini kemudian masih ditambah daftar keturunan Daud. Rut wanita Moab menjadi moyang raja Daud dan moyang Mesias kelak.

 

b.    Pesan: Kesetiakawanan yang diberkati

Maksud cerita tentang Naomi, Rut dan Boas ialah ingin mencamkan dalam hati pembaca dan pendengar bahwa kesetiaan kepada kaum kerabat diberkati Tuhan. Selebihnya Tuhan ternyata pelindung prang malang. Naomi setia pada suaminya dan karenanya berusaha menjamin keturunan baginya, yang akhirnya berhasil juga. Rut setia pada mertuanya dan bekas suaminya ia bahkan bersedia mengorbankan segala sesuatunya untuk mengikuti mertuanya yang malang. Di samping itu kitab ini juga mau mengajarkan bahwa keselamatan itu tidak hanya untuk orang Yahudi saja, melainkan menyangkut seluruh bangsa (Universal).

Jika di kemudian hari orang Yahudi mengutuk perkawinan campur dengan bangsa bukan Yahudi, maka kisah Rut mengingatkan bahwa perkawinan campur tidak selalu menjadi celaka. Raja Daud sendiri berasal dari perkawinan campur yang melibatkan seorang wanita “kafir”. Dengan demikian kitab ini dimaksudkan untuk melawan kecenderungan yang berkembang di lingkungan orang-orang Yahudi sesudah pembuangan, yaitu semakin tertutup sikapnya terhadap orang-orang bukan Yahudi. Khususnya mereka ini menolak perkawinan campur dengan orang-orang bukan Yahudi (bdk Ezr 9-10).


Begitulah kitab Rut tetap mengingatkan bahwa kesetia‑kawanan antar manusia tidak hanya disukai Tuhan, tetapi akhirnya diberikati dan diganjar dengan limpahnya.

 

4.3.      KTTAB TOBIT

Yudaisme sesudah pembuangan menghasilkan kitab yang jenisnya tidak terlalu jelas, yaitu Tobit, Yudit dan Ester (yang kita kelompokkan – bersama dengan Rut– dalam kelompok kitab hikayat pengharapan).

a.    Isi kitabnya Tuhan melindungi orang takwa

Kitab ini berupa riwayat hidup yang menyajikan sebuah drama keluarga dengan akhir yang bahagia. Drama itu dipentaskan di antara orang‑orang Yahudi dalam pembuangan di negeri Asvur, di kola Niniwe. Pelaku utamanya seorang Yahudi yang saleh dan bijaksana. Namanya Tobit. Pelaku kedua adalah anak laki‑laki Tobit yang bernama Tobia, pelaku ketiga ialah seorang puteri yang bernama Sara, cantik dan baik hati tetapi yang tertimpa kemalangan karena dirinya dirasuki oleh roh jahat. Di samping itu masih ada pelaku lain vaitu Malaekat bernama Rafael.

Dahulu Tobit seorang pegawai tinggi istana dan hidup bahagia, la berbuat banyak jasa kepada kaum sebangsa di pembuangan. Karma hal itu Tobit dipecat din menjadi buruan polisi Negara. Namun ia tetap berbuat jasa dengan mempertaruhkan hidupnya. Akhimya ia menjadi buta. Di tempat lain Sara, putri yang cantik, mengalami kesialan, sudah tujuh kali ia bersuami, tetapi tiap‑tiap kali suaminya dibunuh roh jahat pada malam pertama perkawinannya. Sara dicaci maki sebagai perempuan yang yang kerasukan suangi/setan. la sudah putus asa dan mau menggantung diri.

Tobit menasihati Tobia, dan mengirimnya ke daerah Media untuk mengambil uang yang pernah dititipkan di situ. Dalam perjalanannya tanpa sepengetahuannya, Tobia ditemani oleh Malaekat Tuhan. Malaekat itu mengajar kepadanya obat‑obat sakti dari ikan yang dapat mengusir roh‑roh jahat dan menyembuhkan mata yang buta Malaekat itu pun memberitahu Tobia tentang puteri pamannya, yaitu sara yang mesti menjadi istrinya


Setibanya di Media Tobia serta temannya menginap pada paman Tobia. Tobia meminang Sara puteri pamannya. Dengan jujur pamannya memberitahu Tobia mengenai nasib sial yang menimpa tujuh colon suami Sara dahulu. Tetapi Tobia nekad. Waktu Tobia dan Sara tidur bersama‑sama pamannya sudah menggali kubur, karena yakin bahwa Tobia juga dibunuh roh jahat. Tetapi ternyata paginya diketahui tidak terjadi apa‑apa dengan Tobia, sebab Tobia sudah mengusir roh jahat itu dengan obatnya pemberian malaikat. Lantas selama tujuh hari ada pesta pernikahan.

Tobia beserta istri dengan  membawa banyak barang kembali kepada ayahnya. Istri Tobit sudah menyangka Tobia mati diperjalanan. Dengan obat saksinya Tobia dapat  menyembuhkan mata ayahnya. Kegembiraan meluap‑luap. Teman seperjalanan Tobia memperkenalkan diri sebagai Malaekat Tuhan yang diutus untuk mengabulkan doa Tobit dan Sara.  Kisah ditutup dengan doa syukur yang dipanjatkan Tobit.

 

b.    Pesannya: Doa orang bijaksana dikabulkan Tuhan

Semangat keagamaan dan takwa menijiwai seluruh kitab ini Semua pelakunya tampil sebagai orang yang saleh. Kitab Tobit penuh dengan doa yang dipanjatkan pelaku‑pelaku, terutama Tobit dan Sara. Seluruh kisah memang bermaksud memperlihatkan bahwa tanpa pamrih dari orang takwa pasti dikabulkan Tuhan. meskipun Tuhan dapat menempuh jalan berliku‑liku dan menguji orang saleh. Dan

kesetiaan kepada keluarga dan bangsa sebagaimana yang dikehendaki Tuhan tentu saja mendapat ganjarannya.

Semangat keagamaan itu disertai kelakuan yang sepadan. Dalam kitab ini terdapat banyak nasihat dan petuah yang menggambarkan hidup orang takwa yang bijak, kasih kepada sesama saudara, termasuk mereka yang sudah meninggal. Perkawinan secara murni dianjurkan sebagai cita‑cita orang saleh. Hubungan orang tua dengan anak dan sebaliknya mesti selaras. Mereka saling menghormati dan menghargai dan jujur satu sama lain. Kitab ini menjadi cermin keluarga bahagia yang diberkati Tuhan keluarga adalah sel masyarakat. maka keluarga yang beribadat, setia kepada Tuhan, saling menyayangi dan membantu membuat masyarakat pun akan menjadi masyarakat yang bersatu padu.

 

4.4.      KTTAB YUDIT

a.    Isi Kitab: Perempuan yang berikat pinggang kekuatan


Kitab Yudit bercerita mengenai seorang janda yang seorang diri dan dengan tangannya sendiri mengalahkan Holofernes, panglima raja Nebukadnezar. Yudit seorang janda yang cantik dan takwa di kola Betulia. Kota berbenteng itu menjaga jalan masuk ke Yerusalem, pusat dan jantung umat Israel yang baru saja kembali dari pembuangan. Holofernes seorang militer yang sombong dan angkuh, jalang dan galak. Dengan pasukan besar‑besaran ia bertugas menaklukkan seluruh bumi kepada Nebukadnezar yang mesti dipuja sebagai dewa tertinggi. Satu‑satunya bangsa yang akhimya masih menentang ialah bangsa Yahudi. Tentara Holofernes akhirnya mengepung benteng terakhir bagi Yerusalem, Betulia. Penduduknya yang kelaparan dan kehausan sudah mau menyerah. Dalam situasi itulah tampil Yudit. la menawarkan diri untuk mengalahkan Holofernes. Dengan kecantikannya Yudit membujuk dan merangsang nafsu birahi Holofernes. Tetapi sebelum terjadi apa‑apa. Yudit di malam hari memenggal kepala Holofernes yang mabuk. Kepalanya dibawa Yudit ke Betulia. Menurut siasat Yudit kemudian penduduk kota  menyerang tentara Holofernes yang akhirnya tentara itu lari tunggang langgang dan banyak yang ditewaskan. Akhirnya penduduk kota betulia mengarak Yudit berpawai diantar ke Yerusalem untuk bersyukur kepada Allah.

 

b.    Pesannya: Umat Allah mengalahkan musuh Tuhan

Kitab Yudit tidak menceriterakan suatu kejadian nyata. Kisah ini lebih‑lebih mengenai masa depan daripada masa yang lampau. Yudit (artinya perempuan Yahudi) melambangkan umat Allah yang takwa dan setia pada Tuhan serta hukum‑Nya. Holofernes dan Nebukadnezar melambangkan kuasa jahat yang memusuhi Allah serta umatNya. Umat Allah yang nampaknya kecil tidak berdaya, tetapi di belakang umat itu berdirilah Tuhannya yang Mahakuasa. Kitab ini menandaskan bahwa kekuatan hanya ada pada Tuhan, sebab Tuhan adalah Allah orang hina dina, penolong orang kecil, pembantu yang lemah, pelindung orang yang kehilangan akal dan penyelamat orang yang tanpa harapan. Umat kecil yang tidak berdaya, tetapi setia kepada Tuhan dapat bertahan malah mampu mengalahkan kuasa jahat.

Kitab Yudit ditulis untuk umat Allah yang merasa terhimpit, dianiaya, lemah dan tidak mampu. Kepercayaan yang terungkap dalam kisah ini memberi hati. Sarana dan alat manusiawi yang paling ampuh pun tidak dapat mengalahkan umat yang terhimpit. Sebab Tuhan jauh lebih kuat dan kuasa dari musuh dan seteru manapun.

 

5.         KITAB ESTER

Ada dua versi kitab Ester. Versi yang lebih panjang aslinya berbahasa Yunani dan versi yang lebih pendek berbahasa Ibrani. Latar belakang kitab ini adalah kehidupan orang-orang Yahudi di bawah kekuasaan kerajaan Persia.

a.    Kitabnya: Membuang undi


Kitab Ester mementaskan lakon di negeri Persia, di ibu kola yaitu Susa, di istana raja Permaisuri yang keras kepala dipecat. Dicarikan penggantinya dan akhimya Ester menjadi permaisuri raja Ahasyweros. Paman dan pengasuh Ester dahulu ialah Moderkhai. Orang Yahudi itu pernah menyelamatkan negara dengan melaporkan persekongkolan. Tetapi jasanya itu terlupakan. Perdana Menterinya yang bernama Haman membenci Moderkhai yang atas dasar agamanya tidak mau bersujud kepada Haman. Perdana Menteri itu sebenarnya membenci semua orang Yahudi. Dengan liciknya ia mendapat kuasa dari raja untuk membinasakan semua orang Yahudi. Dibuang undi untuk menetapkan hari yang baik. Lantas keluarlah penetapan raja bahwa pada tanggal yang telah ditentukan semua orang boleh membunuh orang Yahudi dan merampas harta milik mereka.

Sementara itu Moderkhai mendapat tahu tentang rencana itu. la mengajak dan mendesak Ester supaya turun tangan dan menggagalkan rencana Haman. Dengan cemas, takut dan mempertaruhkan nyawanya Ester mendekati raja. Dalam pada itu Haman sudah menegakkan tiang tinggi untuk menggantung Moderkhai. Tetapi kebetulan raja mendapat informasi bahwa Moderkhai pernah menyelamatkan negara. Lalu Haman disuruh menghormati Moderkhai dan berdamai dengannya di kota. Ester akhirnya berhasil meyakinkan raja bahwa perdana menterinya hanya merugikan raja dengan rencana pembunuhan.

Selebihnya raja berkesan bahwa Haman yang sebenarnya minta belaskasihan mau memperkosa permaisuri. Lantas Haman dihukum mati dan digantung pada tiang gantungan yang ditegakkannya bagi Moderkhai. Moderkhai menjadi penggantinya sebagai perdana menteri. Kemudian sebagai perdana menteri yang baru Moderkhai mengeeluarkan penetapan raja yang baru. Orang Yahudi di seluruh negeri diizinkan membunuh semua orang Persia yang pernah memusuhi mereka.

 

b.    Pesannya: kekerasan menelorkan kekerasan

Latar belakang kitab ini mungkin adalah situasi orang Yahudi di perantauan yang dibenci, dikejar‑kejar dan secara masal dibunuh oleh orang pribumi.  Dengan latar belakang inilah kitab Ester mau memberi kekuatan kepada umat Allah yang terancam justru karena mereka adalah umat Allah terpilih. Kitab ini mengetengahkan gagasan bahwa Allah melindungi umat pilihan-Nya, hal ini nampak dalam doa Ester untuk mohon bantuan dan iman serta harapannya kepada Allah (Est 4).


Apa yang dikemukakan oleh kitab ini ialah: kekerasan dan kebencian menelorkan kebencian dan kekerasan. Dan itu khususnya jika kebencian dan kekerasan itu hanya berdasarkan perbedaan bangsa dan kebudayaan. Haman serta pendukungnya benci kepada Moderkhai serta bangsanya. Ini dilampiaskan melalui kekerasan. Hasilnya ialah kebencian dan kekerasan. Tetapi sejarah sendiri membuktikannya. Siapa menghunus pedang akan binasa oleh pedang. Ini ajaran kitab Ester yang dewasa ini perlu diingat baik‑baik. Kebencian dan kekerasan hanya dapat menelorkan kebencian dan kekerasan.

Kitab Ester dengan demikian juga mau mengajarkan bahwa Alleh melindungi umat yang dipilih-Nya. Gagasan ini ditekankan dalam versi yang panjang, yang memuat doa Ester untuk mohon bantuan dan iman seeta harapannya kepada Allah, yang termuat dalam bab 4. Gagalnya rancangan Haman dan keberhasilan pengantaraan yang dilakukan Ester setiap tahun dirayakan dalam pesta Purim. Pada pesta ini kitab Ester dibacakan.

 

5.              Pengantar Kitab-kitab Makabe

Kedua kitab Makabe ini tidak termasuk dalam daftar Kitab Suci Ibrani, tetapi oleh Gereja Katolik diterima sebagai Kitab Suci (masuk kelompok Deuterokanonika), sedangkan Gereja-Gereja Reformasi tidak menerimanya.  Tokoh utama kedua kitab ini ialah Yudas yang bergelar Makabe.

Kedua kitab ini sesungguhnya dua karya yang berdiri sendiri-sendiri. Jadi 2 Makabe tidak melanjutkan 1 Makabe. Kedua kitab ini mengisahkan perang kemerdekaan yang dilancarkan orang-orang Yahudi pada tahun 167-138 seb Mas. Kitab 1 Makabe meliputi seluruh jangka waktu itu. Sedangkan 2 Makabe hanya bercerita tentang perjuangan yangdipimpin oleh Yudas Makabe dengan hal ihwal yang mendahului perang itu.

 

5.1.      Latar Belakang Sejarah

Kerajaan Persia runtuh sekitar tahun 332 seb Mas, setelah dikalahkan oleh Alexander Agung dari Makedania. Ketika Alexander Agung meninggal, wilayah kekuasaannya yang sangat luas terpecah dan dibagi-bagi di antara para jendralnya. Mesir menjadi wilayah sendiri dan yang lain adalah Siria dan Mesopotamia. Dengan demikian Palestina sekali lagi menjadi rebutan antara penguasa di wilayah utara dan selatan. Pada mulanya Palestina masuk ke wlayah Mesir, tetapi pada tahun 198 seb Mas wilayah ini digabungkan dengan Siria.


Pengaruh kemenangan Alexander Agung adalah tersebar luasnya bahasa, kebudayaan dan bahkan agama Yunani. Di bawah raja-raja Mesir dan Siria, kebudayaan Yunani masuk ke Palestina. Sebagian orang Yahudi, khususnya kalangan atas dengan senang hati menerima gaya hidup Yunani. Namun kebudayaan ini ditolak oleh orang-orang yang berpegang teguh pada hukum Allah dan agama Yahudi.

Pada tahun 167 seb Mas, raja Antiokhus IV Epifanes dari Siria memutuskan untuk memaksanakan kebudayaan dan agama Yunani bagi orang Yahudi demi kesatuan wilayah kekuasaannya. Banyak orang Yahudi yang memilih mati daripada meninggalkan iman mereka. Karena penganiayaan ini, akhirnya pecahlah pemberontakan yang dipimpin oleh anak-anak imam Matatias, yang dikenal sebagai saudara-saudara Makabe, julukan yang diberikan kepada anak tertua yang bernama Yudas Makabe (=palu). Pemberontakan ini boleh dikatakan berhasil. Pada tahun 164 seb Mas, kenisah direbut kembali dan disucikan kembali.peristiwa ini setiap tahun diperingati oleh orang-orang Yahudi dalam pesta Hanukah. Yudas sendiri tewas dalam peretempuran. Namun kepemimpinan segera diambil alih berturut-turut oleh saudara-saudaranya yaitu Yonatan dan Simon. Pemberontakan ini akhirnya menjadi perang kemerdekaan. Akhirnya orang-orang Yahudi dapat menjadi bangsa yang merdeka kembali, sekurang-kurangnya untuk beberapa waktu.

Kitab Makabe yang pertama ditulis sekitar tahun 100 seb Mas oleh seorang Yahudi Palestina dalam bahasa Ibrani, namun naskah ini kemudian hilang, yang ada hanya terjemahan dalam bahasa Yunani. Sedangkan kitab Makabe yang kedua ditulis langsung dalam bahasa Yunani. Penulisnya adalah seorang Yahudi di kota Alexandria di Negeri Mesir.

 

5.2.      Kitab 1 Makabe

a.    Isi kitab


1 Makabe menceritakan masuknya agama kafir dan awal penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi, yang memuncak pada tindakan yang menajiskan Bait Allah. Selanjutnya Matatias melancarkan pemberontakan (1 Mak 2). 1 Mak 3-9 mengisahkan perjuangan yang dipimpin oleh Yudas Makabe, yang puncaknya adalah pentahiran dan pentahbisan Bait Allah (1 Mak 4:36-61). Yonatan, saudara Yudas memperoleh konsesi dari raja-raja Siria dan Mesir, termasuk kedudukan imam besar (1 Mak 10-12). Kemerdekaan bangsa Yahudi ketika itu dijamin oleh Sparta dan Roma. Karena itu Simon dapat menggalang hasil-hasil yang dicapai Yudas dan Yonatan serta kedudukannya sendiri sebagai penguasa, sampai akhirnya ia terbunuh pada tahun 134 seb Mas (1 Mak 13-16).

 

b.    Pesan kitab 1 Makabe

Walaupun penulis 1 Mak dengan panjang lebar menceritakan peperangan dan percaturan politik, namun tujuan utamanya ialah mengisahkan sejarah keagamaan. Kemalangan yang menimpa bangsanya diartikan penulis sebagai hukuman atas dosa; kemenangan para pejuang Yahudi selalu dihubungkan dengan Allah yang terus menerus mendampingi mereka. Tuhan adalah Allah yang setia kepada umat-Nya dan senantiasa melindungi umat-Nya dari pengaruh kuasa jahat. Imanlah yang menjadi taruhan dalam bentrokan dengan pengaruh kebudayaan Yunani. Dalam seluruh kitab ini dapat kita rasakan adanya keyakinan yang sangat kuat akan penyelenggaraan ilahi yang menuntun jalannya peristiwa-peristiwa.

 

5.3.      Kitab 2 Makabe

Meskipun namanya 2 Makabe, tetapi sebenarnya isinya seperti sudah dikatakan di atas, tidak mmelanjutkan 1 Makabe. 2 Makabe adalah suatu kitab yang berdiri sendiri dan ditulis oleh orang lain dalam bahasa Yunani.

a.    Isi Kitab

2 Makabe menguisahkan periode sejarah yang berakhir sebelum kematian Yudas. Dalam kadar tertentu 1 dan 2 Mak menceritakan hal yang sama, tetapi dalam 2 Mak terdapat sejumlah informasi yang tidak terdapat dalam 1 Mak. Misalnya dalam 2 Mak lebih jelas diceritakan bahwa banyak orang Yahudi yang dengan senang hati bahkan dengan bersemangat menerima adat-istiadat dan pandangan-pandangan Yunani.

Meskipun demikian pendekatan dan nada yang terasa dalam 2 Mak berbeda kalau dibandingkan dengan 1 Mak. Dalam 2 Mak pengarang bermaksud menumbuhkan simpati orang-orang Yahudi Alexandria bagi perjuangan saudara-saudara mereka di tanah suci. Dalam 2 Mak campur tangan ilahi ditunjukkan dengan secara lebih jelas dan seringkali disertai dengan penampakan-penampakan

 

b.    Pesan 2 Makabe


Tujuan pengarang 2 Mak adalah mengajar dan membina. Melalui cerita-cerita mengenai perang kemerdekaan yang dipimpin oleh Yudas Makabe didukung oleh penampakan surgawi ditunjukkan bahwa Allahlah yang turun tangan dan mengatur jalannya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Penganiayaan yang dialami oleh orang Yahudi diartikan penulis sebagai bukti belas kasih Tuhan yang mau memperbaiki umat-Nya sebelum dosanya memuncak tak tersembuhkan.

Maksud dan tujuan penulis adalah membangkitkan semangat persatuan orang-orang Yahudi kepada hal ihwal Bait Allah yang merupakan pusat hidup keagamaan menurut hukum Taurat. Itulah sebabnya pusat perhatian 2 Mak ialah Bait Allah sebagai pusat Yudaisme dan sasaran kebencian orang-orang kafir.

 

c.   Ajaran 2 Makabe berkaitan dengan kehidupan setelah kematian.

2 Makabe memuat keyakinan yang jauh lebih jelas mengenai kehidupan sesudah kematian dibandingkan dengan tulisan-tulisan Perjanjian Lama lainnya. Hal ini nampak:

1)    Membenarkan kepercayaan bahwa orang-orang mati akan dibangkitkan (2 Mak 7:9; 14:46).

2)    Bahwa orang akan mendapat balasan di alam baka, yaitu hukuman atau pahala. (2 Mak 6:26)

3)    Roh-roh orang yang meninggal dapat didoakan (2 Mak 12:28-45). Adalah baik dan mulia kalau orang-orang yang masih hidup di dunia ini berdoa dan mempersembahkan korban bagi orang-orang yang sudah meninggal agar mereka dibebaskan dari dosa-dosa mereka.

4)    Jara para martir untuk mereka yang hidup. Orang-orang yang mati sebagai martir untuk mempertahankan iman mereka,layak menerima kehidupan abadi. Nilai kemartiran dengan sangat bagus dikemukakan dalam kisah mengenai Eleazar (2 Mak 6:18-31) dan mengenai tujuh orang bersaudara (7:1-42).

5)    Perlunya pengantaraan orang kudus (2 Mak 15:12-16). Orang-orang kudus, seperti misalnya Yeremia, berdoa di hadiran Allah bagi orang-orang yang masih hidup dan dapat membantu mereka.

 

 

Pernyataan Latihan

1.              Bacalah kitab Yosua, siapakah tokoh Yosua menurut anda?

2.              Pesan apa yang mau disampaikan kitab Hakim-hakim bagi kita sekarang?


3.              Bentuk penyembahan berhala apa saja yang dilakukan oleh manusia dewasa ini, jelaskanlah !

4.              Daud termasuk seorang kudus yang agung,. Bagaimana pendapat anda mengenai pernyataan ini?

5.              Bagaimana Allah melaksanakan janji-Nya kepada Daud?

6.              Apa yang dapat kita pelajari dari Tokoh Salomo?

7.              Dari kitab raja-raja kita dapat belajar bahwa jika para penguasa menyalahgunaan kekuasaannya, maka yang terjadi adalah ketidakadilan dan penderitaan bagi rakyat, bagaimanakah penilaian anda tentang para penguasa di Indonesia?

8.              Bagaimanalkah situasi bangsa Yahudi yang kembali dari pembuangan? Bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri?

9.              Jelaskan bahwa cita-cita jemaat yang kudus dari kitab Tawarikh, terpenuhi sepenuhnya dalam diri Yesus Kristus?

10.           Buatlah suatu cerita berdasar atas kitab Tobit, untuk anak usia sekolah Dasar (1-2 dua halaman).

11.           Pesan apa bagi kita sekarang yang dapat kita petik dari kitab Rut, Tobit, Yudit dan Ester.

12.           Bacalah kitab 1 dan 2 Makabe, dalam hal mana kedua kitab itu sama dan dalam hal mana saja kedua kitab itu berbeda?

13.           Apakah dewasa ini masih ada pemaksaan Agama? Bagaimana pendapat anda tentang hal tersebut?

14.           Bacalah teks-teks yang disebutkan dalam ajaran 2 Makabe berkaitan dengan kehidupan sesudah kematian, kemudian buatlah ringkasannya.

 

BAB    V

KITAB KEBIJAKSANAAN DAN NYANYIAN

 

1.              PENGANTAR UMUM

1.1._      Pendahuluan

­         Kitab-kitab yang termasuk kelompok kitab-kitab kebijaksanaan dan nyanyian serta urutannya.

Tradisi Kristen menggolongkan kitab-kitab: Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo dan Yesus bin Sirakh ke dalam satu kelompok dan menyebutkan kitab-kitab Kebijaksanaan dan Didaktik. Namun pengelompokan ini kurang tepat, karena kitab Mazmur hanya memiliki sejumlah kecil mazmur yang disebut mazmur-mazmur pengajaran. Maka dari itu kitab Mazmur dan Kidung Agung lebih tepat dikelompokkan tersendiri, yakni kelompok Nyanyian. Itulah sebabnya dalam bab  ini, ketujuh kitab di atas dimasukkan ke dalam kelompok Kebijaksanaan dan Nyanyian.

Kitab-kitab ini diurutkan oleh tradisi Kristen sesuai dengan dugaan siapakah pengarangnya. Ayub ditempatkan sebagai yang pertama dalam kelompok ini karena dianggap paling tua dan ditulis oleh Musa, menyusul Mazmur yang dianggap berasal dari raja Daud; lalu Amsal, Pengkotbah, Kidung Agung dan Kebijaksanaan Salomo yang diperkirakan berasal dari raja Salomo, raja yang bijak itu; akhirnya Yesus bin Sirakh yang diberi nama menurut nama pengarangnya.

 

b.    Tema Pokok

Tema pokok kitab-kitab Kebijaksanaan ialah hidup dan seni hidup. Di dalam kitab-kitab ini Israel mengungkapkan pandangannya mengenai hidup, bagaimana menghayati hidup ini dan pergulatannya dengan persoalan dan pertanyaan hidup dalam sejarah pergolakan yang panjang itu.

Dalam kitab-kitab Kebijaksanaan kita hampir tidak menemukan tema-tema khas keagamaan Israel, seperti: panggilan dan pilihan, perjanjian dan sebagainya. Yang menjadi perhatian kitab-kitab Kebijaksanaan ialah hidup yang nyata ini yang dapat dialami dan dihayati setiap orang. Namun di beberapa tempat cukup jelas terasa bahwa Israel telah merefleksikan hidup ini dari sumber imannya kepada Tuhan yang telah menyatakan diri-Nya kepada mereka dalam sejarah.


Tema kitab-kitab Nyanyian jauh lebih luas, bukan saja kenyataan hidup sehari-hari bahkan teutama tema-tema khas keagamaan Israel seperti panggilan, pilihan, perjanjian, karya Tuhan dalam sejarah, ibadat dan sebagainya.

 

 

1.2._      Puisi Ibrani

a.    Puisi dan Irama

 

Israel telah mengungkapkan hasil pengamatan dan refleksi atas hidup dalam bentuk puisi. Puisi adalah suatu fenomena bahasa dan pengungkapan yang tidak mudah didefinisikan. Puisi adalah seruan hati manusia yang dituangkan bukan saja dalam bahasa yang indah, pengungkapan yang kuat dan pengamatan yang tajam, tetapi juga yang menggerakkan pendengar atau pembaca dalam seluruh daya kemampuian insaninya untuk ikut serta dalam pengamatan dan pengalaman penyair.

Salah satu sarana puisi ialah irama. Puisi Ibrami mengenal irama tekanan kata dan irama arti. Yang paling penting bagi kita ialah mengenal apa yang dimaksud dengan irama arti itu.

 

b.    Irama Puisi Ibrani

Pada umumnya setiap ayat puisi Ibrani terdiri dari dua baris atau seringkali sampai tiga baris. Istilah yang sering dipakai untuk baris ialah kolon. Jadi kesatuan irama yang terdiri dari dua baris disebut bikola, sedangkan yang terdiri dari tiga baris  disebut trikola. Tidak pernah ada irama arti yang lebih dari tiga baris. Jadi apabila dalam satu ayat terdapat empat baris, maka itu berarti ayat itu terdiri dari dua bikola atau satu trikola dengan kemungkinan bahwa baris yang terakhir termasuk irama arti dari ayat yang berikutnya.

Kita sekarang bertanya, apakah yang dimaksud dengan irama itu atau di mana terletak orama baris-baris itu. Iramanya terletak dalam keseimbangan atau kesejajaran arti antar kedua atau ketiga baris itu yang membentuk suatu kesatuan irama. Untuk mudahnya kita lihat dulu irama arti bikola. Irama arti bikola dibentuk melalui beberapa cara berikut:

­       Melalui Paralelisme yang sinonim (searti), artinya gagasan dalam kolon yang pertama diulang dengan kata-kata lain dalam kolon yang kedua.


Misalnya:

Buanglah mulut serong dari padamu

Jauhkan bibir dolak-dalik dari padamu (Ams 4:24)

Di sini buanglah mulut serong = jauhkan bibir dolak-dalik

Dapatkah engkau memahami hakekat Allah,

menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa (Ayb 11:7)

Bacalah:  Mzm 49:2

­       Melalui paralelisme yang antitetis, artinya gagasan dalam kolon yang kedua mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan kolon yang pertama.

Misalnya:

Tangan yang lamban membuat miskin

Tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya (Ams 10:4)

Di sini, tangan yang lamban bertentangan dengan tangan yang rajin, membuat miskin bertentangan dengan menjadikan kaya.

Si pemarah membangkitkan pertengkaran

Tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan (Ams 15:8)

Bacalah: Ams 14:28

­       Melalui paralelisme yang sintetis, artinya gagasan dalam kolon yang pertama dilanjutkan atau dilengkapi dalam kolon yang kedua.

Misalnya:

Semangatku patah, umurku telah habis,

Dan bagiku tersedia kuburan (Ayb 17:1)

Hidup dan mati dikuasai lidah,

Siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya (Ams 18:21)

­       Melalui perbandingan, artinya menunjukkan persamaan antara dua hal; suatu kebenaran diperjelas melalui perbandingan.

Misalnya:

Seperti cuka bagi gigi dan asap bagi mata

Demikian si pemalas bagi orang yang menyuruhnya (Ams 10:26)

Seperti pintu berputar pada engselnya,

Demikian si pemalas di tenmpat tidurnya (Ams 26:14)

Bacalah: Ams 25:14


Di atas telah dikatakan bahwa trikola cukup kerap dijumpai dalam puisi ibrani. Paralelisme yang terutama dijumpai di sini ialah paralelisme yang sinonim atau searti.

Misalnya:

Sesungguhnya, orang itu hamil dengan kejahatan,

Ia mengandung kelaliman,

Dan melahirkan dusta (Mzm 7:15)

Engkau telah menghardik bangsa-bangsa,

Telah membinasakan orang-orang fasik;

Nama mereka telah Kauhapuskan untuk seterusnya dan selama-lamanya.

Bacalah: Mzm 100:1b-2; 7:6; 62:11

Mengapa Israel mengungkapkan puisinya melalui paralelisme? Di samping karena hal itu adalah sesuatu yang merupakan ciri kesusasteraan Timut Tengah Purba, juga untuk menunjukkan kepada kita bahwa Israel tidak puas dengan mengungkapkan pengalamannya atas kenyataan ini hanya satu kali. Mengungkapkan hal yang sama dua bahkan tiga kali menunjukkan bahwa Israel mau menyatakan sesuatu secara lebih mendalam dan tandas.

 

2.              KITAB-KITAB KEBIJAKSANAAN

2.1.      Kebijaksanaan adalah Suatu Fenomena Insani

­         Kebijaksanaan adalah suatu fenomena insani dan tidak terbatas hanya pada Israel. Di mana ada suatu kelompok manusia hidup bersama-sama di sana lahirlah kebijaksanaan, artinya pandangan mengenai hidup dan bagaimana harus menghayati hidup ini. Ada cukup banyak kesaksian Kitab Suci bahwa kebijaksanaan itu terdapat di segala bangsa. Bacalah 1 Raj 4:29-31.

­         Kebijaksanaan itu lahir dari pengalaman hidup bersama yang lama dan dari berpikir tentang hidup. Pengalaman bersama yang berlangsung berabad-abad melahirkan cara hidup dan berpikir tertentu. Pengalaman bersama itu terikat kepada lingkungan geografis dan nasib sejarah yang sama. Perbedaan dan kekhususan suatu suku bangsa ditentukan oleh kedua faktor tersebut, sedang persamaannya dengan suku bangsa lain disebabkan oleh persamaan dalam hakikat kemanusiaan kita.


Kebijaksanaan suatu bangsa dituangkan dalam aneka ragam bentuk, antara lain: peribahasa, pantun, amsal, nyanyian, gurindam dan sebagainya. Ungkapan-ungkapan kebijaksanaan dalam bentuk amsal, pantun, gurindam biasanya diteruskan turun temurun tanpa menjadi basi. Hal itu disebabkan karena mereka mengungkapkan kebenaran dari pengalaman hidup sehari-hari. Namun amsal, pantun dan gunrindam itu akan kehilangan daya kekuatannya apabila dirasa tidak cocok dengan persoalan hidup dan situasi hidup yang baru. Ungkapan biar lambat asal selamat diganti cepat tepat.

c.    Kebijaksanaan itu berkembang sejauh berkembangnya manusia itu sendiri melalui pengalaman hidup dan daya kemampuannya untuk memikirkan hidup ini. Israel sebagaimana kita ketahui dari Alkitab telah melewati suatu perjalanan sejarah yang panjang, penuh tantangan dan pergolakan.

 

2.2.      Kebijaksanaan Rakyat

a.    Peribahasa

Di atas telah dikatakan bahwa di mana ada sekelompok manusia hidup bersama di sana lahir kebijaksanaan. Melalui pengalaman yang berulang-ulang dan pertukaran pengalaman yang serupa timbullah ucapan-ucapan dan peribahasa. Adanya kebijaksanaan rakyat tersebut di mana pengalaman masih berbentuk ucapan dan pribahasa dan belum diberi bentuk amsal yang berirama dijumpai di sana sini dalam Kitab Suci. Beberapa contoh:

Ketika Daud menerangkan kepada Saul mengapa dia telah membiarkan hidup meskipun dia mempunyai kesempatan untuk membunuhnya, Daud antara lain mengucapkan peribahasa ................... seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan... (1 Sam 24:14). Daud tidak membunuh Saul bukan saja karena Saul itu raja yang diurapi Tuhan, tetapi karena dia juga mengingat peribahasa yang mengatakan bahwa barang siapa mencelakakan orang jahat dia akan ditimpa kemalangan.


Benhadad, raja Aram, musuh Israel mengirim utusan kepada Ahab menuntut istri-istri, anak-anak serta emas dan peraknya. Ahab menolak. Lalu Benhadad mengancam akan menghancurkan Samaria, ibu kota kerajaan Israel. Atas tantangan itu Ahab menjawab: Orang yang baru menyandang pedang janganlah memegahkan diri seperti orang yang sudah menanggalkannya (1 Raj 20:11). Peribahasa ini mau mengatakan bahwa waktu untuk memegahkan diri adalah sesudah menang perang bukan sebelumnya.

 

b.    Amsal

Di samping peribahasa yang tidak berirama kebijaksanaan rakyat mengenal pula amsal yang berirama. Bahasa Ibrani dari amsal ialah masal, artinya persamaan. Kata itu kemudian digunakan pula dalam arti ucapan perbandingan yang berirama dan akhirnya amsal pada umumnya

Di dalam Kitab Suci, kita masih dapat menemukan beberapa amsal yang berasal dari pengalaman rakyat atau kebijaksanaan rakyat di Israel, misalnya:

Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya,

tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya (Ams 10:1)

Seperti anting-anting emas di cungur babi,

demikianlah perempuan cantik yang tidak susila (Ams 11:25)

Orang miskin berbicara dengan memohon-mohn

tetapi orang kaya menjawab dengan kasar (Ams 18:23).

 

c.    Teka-teki

Teka-teki merupakan suatu bentuk kebijaksanaan rakyat yang terdapat pada semua bangsa. Teka-teki merupakan ucapan yang gelap. Contoh Alkitabiah yang paling terkenal ialah teka-teki Simson (Hak 14:10-18). Untuk menyerangkan ketiga puluh pengiringnya pada pesta pernikahannya Simson mengemukakan teka-teki berhadiah berikut:

Dari yang makan keluar makanan

dari yang kuat keluar manisan (Hak 14:14)

Jawaban teka-teki Simson ini terdapat pada Hak 14:18.

Raja Salomo dikatakan pandai dalam memecahkan teka-teki (lih 1 Raj 10:1-3). Ams 23:29-30; Sir 22:14; Kid 8:5 mungkin aslinya bekas pertanyaan-pertanyaan teka-teki.

 

d.    Fabel


Kebijaksanaan rakyat  kerap mengungkapkan kebenaran-kebenaran kenyataan melalui fabel. Fabel adalah cerita yang diambil dari dunia binatang atau tumbuh-tumbuhan dan melalui cerita itu kebenaran-kebenaran hidup yang kita alami tetapi yang kerap sangat mudah tidak kita perhatian diungkapkan dengan lebih kuat dan tandas. Contoh-contoh Alkitabiah yang terkenal juga karena mempunyai unsur lucu ialah fabel Bileam dengan keledainya (Bil 22:21-35) dan fabel Yotam (Hak 9:7-15).

 

2.3.      Ayub

a.     Krisis iman dalam pembuangan di Babel dan tema kitab Ayub

Pembuangan Israel di Babel merupakan suatu kejadian yang secara hebat menggoncangkan iman umat Israel. Israel kembali ke titik awal sejarahnya. Umat Allah yang menderita terutama mereka yang merasa dihukum tanpa kesalahannya sendiri mulai meragukan keadilan dan jalan Allah. Dengan penuh nada sindiran mereka berkata: "Orang tua makan buah mentah, yang menjadi ngilu ialah gigi anak‑anaknya" (Yeh 18:2). Dalam kata sindiran ini terdapat keyakinan bahwa mereka tidak bersalah dan telah menderita hukuman bukan alas kesalahannya sendiri, tetapi alas kesalahan orang tua. Hukuman Tuhan atau penderitaan orang‑orang yang tidak bersalah dianggap tidak adil. Krisis iman umat di pembuangan ini kiranya cukup mendalam. Dan dalam konteks krisis iman inilah kiranya lahir kitab Ayub.

Pada abad ke 5 atau ke 4 seb Mas, seorang penyair anonim yang amat berbakat ingin mengungkapkan pandangan kritis terhadap keterangan “mudah” dari pada guru kebijaksanaan mengenai hubungan mutlak antara tindakan manusia dan nasibnya. Para guru telah merumuskan masalah itu dalam ajaran mereka tentang pembalasan selama manusia hidup di dunia ini. Orang yang sehat, usia lanjut, kaya adalah orang yang terberkati, orang yang benar di mata Tuhan. Sementara yang sakit-sakitan, miskin, tidak dapat melahirkan adalah orang yang terkutuk, atau orang berdosa. Pandangan seperti inilah yang dipertanyakan oleh kitab Ayub. Itulah sebabnya maka Kitab ini secara tradisional merefleksikan persoalan penderitaan manusia dengan bertitik tolak dari penderitaan orang saleh dalam diri tokoh legendaris Ayub.

 

b.     Isi dan susunan kitab Ayub


Kitab Ayub dibuka dengan suatu ceritera mengenai seorang Ayub yang sangat kaya, saleh dan jujur (1‑2). Di luar pengetahuan Ayub terjadi suatu musyawarah surgawi di mana Iblis menantang Allah dan mendapat ijin untuk menguji kesalehan Ayub dengan penderitaan. Kemudian iblis mendatangkan malapelata kepada keluarga Ayub. Malapetaka‑malapetaka yang menimpa Ayub tidak membuat Ayub mengutuk Tuhan, namun dalam segalanya milik Ayub tetap setia kepada Tuhan (1:21). Akan tetapi Iblis masih melanjutkan usahanya untuk menguji kesetiaan Ayub kepada Tuhan. Penderitaan kali ini amat berat sebab mulai dari telapak kaki sampai ujung kepala Ayub sakit dan mengeluarkan bau busuk (2:7). Melihat hal itu Istrinya mendesak Ayub supaya mengutuk Allah. Namun dengan tegas Avub menolak godaan ini dan ia tetap setia kepada Allah (2:10). Mendengar penderitaan Ayub ini datanglah ketiga sahabat Ayub yaitu Elifas, Bildad dan Zofar untuk menghiburnya Namun mereka tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun selama hari perkabungan itu.

Setelah lewat hari perkabungan, Ayub mulai memecahkan kesunyian pertemuan ini (bab 3). Dan betapa berbeda Ayub yang berbicara di sini daripada Avub yang ada dalam prolog (1‑2). Dia mengutuki hari kelahirannya dan bertanya mengapa terang diberikan kepada seorang yang menderita? Lebih baik jika tidak dilahirkan sama sekali.

Mendengar keluh kesah dan pernyrataan Ayub yang sudah mendekati hujatan itu timbul suatu dialog yang seru antara Ayub dengan ketiga kawannya yang mencari dan memberi keterangan mengenai kesengsaraan manusia dan bagaimana menghayatinya (4‑27). Dialog ini dapat dibagi menjadi tiga babak 4‑14; 15‑21; dan 22‑27. Dialog ini ditutup dengan puisi mengenai kebijaksanaan yang tak terselami (28) dan monolog (pembicaraan sendiri) Ayub mengenai hidupnya sampai sekarang dan pembelaannya mengenai ketidakbersalahannya (29‑31).

Tiba‑tiba dalam 32‑37 muncullah seorang tokoh baru, Elihu yang sama sekali tidak disebut dalam prolog (pembukaan). Dia menyampaikan empat wejangan bagi Ayub dan ketiga sahabat Ayub. Dia mempersalahkan Ayub karena "menganggap diri benar" dan "lebih benar daripada Allah", sedang ketiga sahabatnya juga dipersalahkan karena mereka mempersalahkan Ayub meskipun tidak dapat memberikan bukti tentang kejahatan Avub.


Berulang‑ulang kali dalam dialog Ayub berkeluh kesah dan memobon kepada Allah supaya mempertanggungjawabkan perbuatannya mengapa Dia mengirimkan penderitaan kepadanya padahal dia tidak bersalah. Akhirnva Tuhan memecahkan kesunyian penderitaan Ayub. Tuhan menjawabnva di dalam badai (38:1‑42:6). Jawaban Allah terbagi dalam dua bagian 38 ‑ 39 dan 40 ‑ 41. Dalam bagian pertama Allah tidak langsung mengenai persoalan yang dibicarakan di dalam dialog. Tuhan mengundang Avub untuk melihat keajaiban karyaNya Jawaban ini memberikan dimensi baru kepada Ayub dan sahabat‑sahabatnya. Ayub dimurnikan  gambarannya mengenai Allah. Atas pertemuan ini Ayub tidak menjawab apa‑apa. Sekali lagi Tuhan berbicara kepada Avub dan sekarang ini mengundang dia untuk berbuat seperti Allah. Bukanlah Ayub sampai sekarang berlagak seperti allah kecil? Atas undangan ini Ayub langsung menundukkan kepalanya dan mengakui bahwa sampai sekarang dia mempunyai gambaran yang terlalu manusiawi tentang Allah. Dari dialog yang seru dan keluh kesahnya sampailah Ayub ke suatu penghayatan dan penggambaran baru tentang Allah yang lahir di dalam pertemuannya dengan Allah sendiri.

Menyusul epilog (42:7‑17). Epilog (penutup) ini terbagi dalam dua bagian ayat 7‑9 menyimpulkan dialog dan ayat 10 ‑ 17 melanjutkan dan menyimpulkan prolog. Allah menyalahkan ketiga sahabat Ayub karena tidak berkata benar tentang Allah dan hamba‑Nya Avub. Mereka juga diperintahkan supaya meminta Avub berdoa untuk mereka karena hanya doanya didengarkan Allah. Perintah ini dilaksanakan oleh Ayub. Dan akhirnya, Al1ah memulihkan keadaan Ayub dan mengembalikan kepadanya segala harta miliknva dua kali lipat. Juga keluarganya dipulihkan kembali. Ayub selanjutnya hidup sampai melihat keturunan yang keempat.

 

c.   Pengarang dan karyanya.

Dari kisah di atas dapat kita lihat bahwa ada dua gambaran Ayub, yang pertama seorang Ayub yang saleh, jujur dan sabar seperti tampak dalam prolog dan epilog; yang kedua seorang Ayub yang tidak sabar, pemberontak, yang menyesali hari kelahirannya seperti nampak dalam bab 3 dan dialog-dialog dengan sahabat-sahabatnya. Dari manakah datangnya dua gambaran tersebut.

Ayub yang nampak dalam prolog dan epilog adalah Ayub yang berasal dari cerita rakyat. Berdasar atas cerita rakyat inilah seorang penyair menggubah bab 3-31; 38-41. Dia menampilkan seorang Ayub yang berbeda dalam sikapnya terhadap penderitaan karena latar belakang, persoalan dan tujuannya memang berbeda. Bab 32-37 hampir pasti berasal dari penyair yang lain.

Kitab Ayub termasuk salah satu kesusasteraan dunia karena ketajaman, kekayaan serta keluhuran pikirannya dan karena puisinya yang sangat tinggi mutunya

Bacalah bagian-bagian berikut:

­       Ayb 39:22-28 (lukisannya tentang kuda)

­       Ayb 7:4 (Penderitaan)


­       Ayb 14:7-12 (kematian)

Dengan menampilkan tokoh Ayub, penulis mengemukakan pemikirannya mengenai masalah kejahatan dan penderitaan. Allah Israel adalah Allah yang adil dan mencintai keadilan. Ia mengajukan tuntutan-tuntutan kesusilaan kepada umat-Nya dan akan memberikan ganjaran atau hukuman sesuai dengan kelakuan mereka. Atas dasar paham ini muncul masalah besar: Mengapa orang yang benar menderita. Sedang orang fasik mujur? Itulah kenyataan hidup di dunia ini. Inilah masalah yang digumuli oleh penulis kitab Ayub.

d.    Pesan kitab Ayub

Seperti telah dijelaskan bahwa dalam kitab Ayub terdapat dua wejangan yang disampaikan Tuhan. Masalah yang diperdebatkan Ayub dengan ketiga sahabatnya (yaitu masalah penderitaan orang benar) tidak dipecahkan. Tuhan hanya berbicara tentang kebesaran dan kemuliaan‑Nya Allah dan kebijaksanaan‑Nya adalah suatu rahasia yang tidak dapat diselami manusia. Manusia manapun tidak boleh memberanikan diri untuk mencocokkan Tuhan dengan pemikiran dan gambarannya sendiri. Tuhan tidak mungkin ditangkap sepenuhnya oleh manusia. Maka Ayub dan sahabat‑sahabatnya meski mengalami bahwa pemahaman dan gambarannya tentang Tuhan tidak lengkap dan utuh; mereka harus siap dan sedia meninggalkan pemahaman dan gambaran yang manusiawi itu. Dan justru dalam kesimpulan itulah terletak ajaran pokok seluruh kitab Ayub. Manusia selalu tergoda untuk menciptakan Allah menurut gambar dan rupanya sendiri. la ingin memasukkan Allah ke dalam kerangka manusiawi. Kalau tidal berhasil (dan memang tidak akan pernah berhasil) manusia tergoda untuk mengutuki. menuduh dan menghujat Allah, bahkan rnenyangkal‑Nva. Kitab Ayub menegaskan bahwa pendirian semacam itu adalah bodoh dan durhaka. Pendirian yang tepat ialah: menyerah saja kepada rahasia Tuhan. Sikap sejati ialah sikap yang terakui oleh Ayub ini: ”Tanpa pengertian aku telah berbicara tentang hal‑hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui". Allah tentunya baik dan adil serta penuh cinta kasih. Tetapi Kebaikan, Keadilan dan Cintakasih Allah manusia tidak mampu memahami sepenuhnya.


Kitab Ayub adalah kitab krisis iman seorang yang menderita yang tidak puas dengan jawaban‑jawaban tradisional untuk menghayati penderitaannya. Ayub menderita karena dia tidak tahu mengapa dia harus menderita, Ayub bertanya karena dia tahu bahwa hanya kepada Tuhanlah terdapat jawabannya. Ayub telah menghayati penderitaannya bukan karena ia  telah mengerti, tetapi karena dia telah bertemu dengan Allah dalam pertanyaan dan  penghayatan iman.

 

2.4.      KITAB AMSAL

Kitab ini dikenal dengan nama “Kitab Amsal” atau “Kitab Amsal Salomo”. Nama Indonesia Kitab Amsal menggunakan kata Arab amsal yang berasal dari bahasa Ibrani masyal. Kata Ibrani masyal mempunyai beberapa arti yaitu pepatah, petuah, perumpamaan, teka-teki, ejekan. Kalau menurut tradisi raja Salomo dikaitkan dengan kitab Amsal, maka harus diingat bahwa menurut kitab Raja-raja (1Raj 3-10) Salomo adalah raja yang paling bijaksana yang pernah memerintah Yerusalem. Maka dalam kalangan para penulis sesudahnya ada kecenderungan untuk memakai nama Salomo bagi tulisannya. Sama seperti misalnya Taurat dihubungkan dengan Musa dan Mazmur dihubungkan dengan Raja Daud.

Kitab Amsal dapat dibagi menurut petunjuk obyektif, yakni petunjuk yang termuat dalam teks kitab sendiri, semacam judul (Ams 1:1; 10:1); tetapi juga bentuk literer yang digunakan. Berdasar atas hal tersebut maka kitab Amsal dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berikut:

-     Koleks I      1:1-9:18

Umumnya diterima bahwa kelompok ini merupakan bagian yang paling muda atau ditulis paling akhir dari kitab Amsal.

-     Koleksi II   10:1-22:16

     Kumpulan amsal ini disajikan sebagai amsal Salomo. Melalui banyak pepatah pendek dan padat disampaikan pengalaman, wawasan, petunjuk, pandangan atas kenyataan hidup.

-     Koleksi III  22:17-24:22

Sebagian besar amsal bagian ini terdiri dari dua ayat yang disusun dengan memakai paralelisme sinonim.

-    Koleksi IV          24:23-34

Koleksi kecil ini sangat mirip dengan kumpulan sebelumnya. Dari 24:23 menunjukkan bahwa amsal-amsal ini pernah berdiri sendiri.

-    Koleksi V    25-29

Kumpulan ini merupakan kumpulan Amsal Salomo yang kedua.

-    Koleksi VI           30:1-14       Amsal Agur


-    Koleksi VII 30:15-33 Sejumlah amsal bilangan

-    Koleksi VIII       31:1-9         instruksi Lemuelo, raja Masa

-    Koleksi IX           31:10-31     pujian untuk istri yang cakap.

 

2.4.1.   KITAB AMSAL         1‑ 9

a.  Ciri‑ciri literer

Amsal 1‑ 9 merupakan bagian pertama dan dapat disebut prolog kitab Amsal. Hal itu sudah dapat dilihat dari judulnya.

Ciri yang menonjol dalam amsal ini ialah: wejangan orang bijak. Wejangan ini terdapat 1:8‑19 (nasihat dan peringatan); 2:1‑22 Faedah menuntut hikmat); 3:1‑26; 4:1‑9. 10‑19.20‑27; 5:1‑23; 6:20‑35; 7:1‑27. Wejangan‑wejangan itu selalu dibuka dengan seruan "hai anakku". Orang bijak berbicara terhadap muridnya seperti seorang bapak terhadap anaknya. Di samping wejangan‑wejangan orang bijak ini masih ada bentuk‑bentuk lain yang paling menonjol ialah seruan dan pewartaan kebijaksanaan yang dipribadikan (1:20‑35: 8:1‑36). Prolog ini ditutup dengan undangan kebijaksanaan (9:1‑6) dan perempuan bebal (9:13‑18).

 

b.    Tema dan  tujuan

Tema prolog amsal ini tidak lain daripada pujian serta pengagungan kebijaksanaan itu sendiri (lihat 1:7). Dalam undangan kepada kebijaksanaan itu selalu dikemukakan berkat‑berkat yang akan diperoleh seperti: pengetahuan tentang Tuhan dan perlindungan, pengertian tentang kebenaran, keadilan serta kejujuran, perlindungan dan pergaulan orang jahat (2:12‑15) dan terutama perlindungan dari perempuan jalang (2:16‑19). Menarik bahwa dari sembilan bab ini terdapat tiga wejangan yang panjang tentang menjauhi perempuan jalang (5:1‑23; 6:20.35; 7:1‑27). Mungkin perempuan jalang adalah lambang kebebalan.

Seruan kebijaksanaan dalam 8:1‑36 merupakan puncak dari prolog. Kebijaksanaan mengagungkan kemurnian kata‑katanya (ayat 6‑11 dan hadiahnya terutama kepada para penguasa (ayat 122‑ 16). cinta dan berkatnya (ayat 17‑21) asalnya sebagai yang pertama dari karya Allah (ayat 22‑26), kehadirannya waktu penciptaan (ayat 27‑31) dan sebagai penutupnya mengundang manusia untuk datang kepadanya dan mendengarkan dia (ayat 32‑36).

Berikut ini tema-tema pokok dari Ams 1-9


a.    Peringatan untuk melawan teman-teman yang jahat (1:8-19; 2:12-15; 4:10-19).

Yang dimaksudkan di sini adalah kelompok orang yang dengan kekerasan, penindasan dan pembunuhan berusaha untuk memperkaya diri.

b.    Peringatan melawan perempuan jalang (2:16-22; 5:1-23; 6:20-35; 7:1-27)

c.     Kebijaksanaan ditonjolkan sebagai sesuatu yang sangat berharga (1:20-33; 8:1-36; 9:1-6).

Beberapa unsur digarisbawahi di sini:

­         Kebijaksanaan diperoleh dan dipupuk oleh nasihat dan didikan orang tua dan guru (1:8-9; 4:1-4)

­         Kebijaksanaan menuntun seseorang (kaum muda) kepada pengenalan akan Allah (2:1-8)

­         Kebijaksanaan memelihara dan menjaga seseorang (kaum muda) melawan segala hal  yang mengancam dia (2:10-22; 7:1-5)

­         Hidup dengan hikmat sama dengan hidup bertakwa (3:1-35)

 

2.4.2.   Amsal 10 ‑ 31

a.     Pengumpulan dan refleksi

1)    Kebijaksanaan rakyat yang biasanya diturunkan secara lisan sejak zaman kerajaan mulai dikumpulkan (lihat Ams 25: 1). Kumpulan ini meliputi Ams 10 ‑ 31. Yang menjadi pendatang pertama pengumpulan kebijaksanaan Israel kiranya Salomo.

Untuk apa kebijaksanaan itu dikumpulkan? Mungkin untuk mendidik pejabat‑pejabat kerajaan supaya mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Ada semacam "sekolah kebijaksanaan" di istana dalam periode kerajaan dapatlah diandaikan, karena hal itu terdapat pada bangsa‑bangsa tetangga terutama Mesir. Antara Israel dan Mesir ada hubungan yang kuat (bdk I Raj 3:1). Juga dapat disimpulkan dari jumlah besar amsal-amsal tentang penggunaan lidah dan bicara dengan tepat dalam Ams 10 ‑ 29 (suatu hal yang sangat menentukan "diplomasi') dan amsal‑amsal mengenai raja yang bijak (Ams 16:10‑14; 20:26).

2)      Tidak semua amsal yang terdapat dalam 10 ‑ 31 adalah ungkapan kebijaksanaan rakyat. Sebagian besar adalah hasil refleksi orang bijak atas kebijaksanaan rakyat dan pengalaman hidup, misalnya Ams 22:22-23

 

b.     Apakah hidup itu? Bagaimana harus menghayatinya?


1)      Di atas telah dikatakan bahwa tema pokok kesusasteraan kebijaksanaan ialah mengenai hidup dan seni hidup. Jika ditanyakan manakah pandangan amsal mengenai hidup? Maka hat itu tidak mudah dijawab. Hal ini disebabkan oleh karena kesusasteraan amsal terutama yang tua yakni Ams, 10:1‑22:16 sebagian besar bersifat mencatat dan menyajikan pengalaman hidup tanpa memberikan penilaian. Hal yang sama tampak pula dalam kumpulan amsal Salomo yang terdapat dalam Ams 25 ‑ 29. Dalam kedua kumpulan ini tidak banyak terdapat amsal‑amsal yang berbentuk perintah atau larangan.

Beberapa contoh ungkapan kebijaksanaan:

‑ Yang menunjukkan ketajaman pengamatan Israel (lihat Ams 20 ayat 14; 22:2; 27:20).

- Ketajaman itu tidak jarang menjangkau lebih dalam lagi yakni ke dalam kenyataan hidup batin manusia (lih Ams 14:10; 14:13; 18:14).

2)      Kesusasteraan amsal juga mencatat bahwa kenyataan hidup itu tidak senantiasa seperti apa yang tampak di depan mats kite (lihat Ams 14:12; 16:25; 13:7; 11:24).

Ada lagi kenyataan yang sama ungkapannya tetapi mempunyai arti yang berbeda‑beda seperti halnya berdiam diri (lihat Ams 17:27‑28; 16:30).

3)      Dalam pengamatannya mengenai kenyataan hidup ini Israel pada periode kerajaan juga mencatat bahwa hidup ini mengenal hukum‑hukumnya, baik yang cukup jelas nampak dan diakui umum maupun yang tersembunyi (Lihat 10:4; 12:11).

Segala perbuatan baik akan diganjar dan segala kejahatan akan dihukum di dunia ini. Apa yang ditanam manusia itulah yang ditunai. Hukum hidup ini berulang‑ulang dikatakan dalam Amsal (libel Ams 11:19; 26:27). Namun di dalam hidup ini ada hukumhukum yang tersembunyi danmanusia harus terbuka danmengakui keterbasasan kebijaksanaannya (lih Ams 16:9; 16:33; 20:24; 16:2; 21:2; 21:30‑ 31).

4)    Amsal‑amsal Salomo tidak hanya menyajikan danmencatat kenyataan hidup ini tetapi juga tidak jarang menilai danmemberikan nasihat bagaimana menghayati hidup ini. Ada beberapa care pengungkapan penilaian yang digunakan oleh Amsal, yakni memakai ungkapan “lebih/lebih baik, kekejian bagi Tuhan danberbahagialah" (libel Ams 17:12: 15:17; 18:5 11:1; 17:15).

Demikianlah secara singkat pandangan amsal‑amsal Salomo tentang hidup dan seni hidup. Israel tidak memberikan yang menyeluruh danterpadu mengenai hidup danseni hidup. Hal itu bukanlah tujuan amsal‑amsal ini yang lebih bersifat "kebijaksanaan pengalaman".

 

 


c.    Takut akan Tuhan

Banyak tema seperti pendidikan, keluarga, keadilan, kepribadian yang utuh, menolong orang miskin, kejujuran, kekayaan dan kemiskinan, lidah kesombongan dan lain‑lain yang disajikan oleh amsal-amsal Salomo. Namun di sini akan kita lihat tema 'Takut akan Tuhan" yang kerap disinggung oleh amsal‑amsal (Ams 10:27; 14:27, 15:16.33; 16:6; 19:23 dsb). Pernyataan yang paling indah mengenai apa artinya takut akan Tuhan ini diungkapkan dalam amsal 14:26‑27.

Israel telah mengenal Allah yang memanggil dan mencintainya, juga sebagai Allah yang Kudus dan Agung, kehadiran‑Nya menakutkan (Kej 28:17). Dari sebab itu Israel mempunyai ungkapan "takut akan Tuhan" sebagai jawaban kepada Tuhan yang memanggilnya.

Israel telah berbicara tentang takut akan Tuhan bukan pertama‑lama untuk menekankan sikap hamba dan ketakutan yang rendah, tetapi "sikap hormat dan percaya kepada Tuhan serta taat kepada perintah‑perintah‑Nya".

Takut kepada Tuhan adalah kesalehan hidup yang membawa manusia kepada ketentraman dan perdamaian batin. Amsal 14:26‑27 dapat diungkapkan sebagai berikut: Siapa takut akan Tuhan, dia tidak perlu takut, sebaliknya siapa yang tidak takut akan Tuhan dialah  yang harus  takut.

 

d.     Amsal 22:17 ‑ 24:34 dan 30 ‑ 31

1)      Dalam amsal‑amsal ini hampir seluruhnya berbentuk nasihat yang diberikan seorang ayah kepada anak‑anaknya atau guru kepada muridnya. Yang menarik dalam amsal‑amsal ini ialah semacam nyanyian rakyat dalam bentuk diri pertama.

2)      Tutur kata Agur (30:1‑33) menonjol karma doanya yang indah pada 30:1‑9 yang mengingatkan kita akan doa permohonan "berilah kami rejeki pada hari ini" dalam doa Bapa kami. Di samping itu dalam amsal‑amsal ini terdapat amsal‑amsal bilangan (lih 30:15‑16. 18‑19. 20‑23.24‑28.29‑31). Amsal bilangan mendekati teka teki dan biasanya digunakan bilangan menanjak. Dan kumpulan amsal ini ditutup dengan sajak mengenai Istri teladan dalam Ams 31:10 ‑ 31.

 

e.     Bagaimana membaca Ams 10 ‑ 31


Kumpulan amsal‑amsal ini sukar dibaca karena susunan yang tidak tematis. Di samping itu juga sifat‑sifat amsal itu sendiri yang kerap kali menuntut refleksi dari pembaca untuk menangkap dan mengerti ungkapannya secara tepat. Ada yang mempunyai kebiasaan membaca dengan tenang dan meditatip hanya satu bab sehari. Pembacaan yang tenang dan meditatip kiranya yang paling tepat. Janganlah membaca amsal‑amsal begitu saja karena itu akan melelahkan dan tidak ada artinya Kebenaran‑kebenaran yang terkandung secara mendalam cukup hanyak yang dapat dimengerti melalui penghayatan.

 

2.5. PENGKOTBAH

1.     Kitab yang membingungkan

Dibandingkan dengan Ayub pertanyaan Pengkotbah tentang hidup jauh lebih radikal. Setelah membaca judulnya (1:1) kita langsung dihadapkan dengan suatu pernyataan yang bernada pesimis dan skeptis (1:2). Pernyataan mengenai kesia‑siaan atau sia‑sia akan berulang‑ulang kali jumpai dalam kitab ini. Membaca kitab ini kita dibawa kepada ketidakpastian. Sebab apa yang dikatakan tentang hidup ini seperti terungkap dalam amsal justru ditanyakan dan diuji kembali oleh pengkotbah.

Kitab Pengkotbah yang membingungkan ini juga tidak mudah dibaca karena susunannya sama sekali tidak teratur. Tidak ada perkembangan pikiran yang teratur dan logis, sukar menentukan kapan suatu kesatuan mulai dan kapan berakhir.

Pengkotbah membingungkan juga karena pernyataan-pernyataannya yang kadang-kadang kelihatan seperti bertentangan. Contoh:

Melihat ketidakpastian dari segala sesuatu juga dalam pemenuhan keinginan manusia, Pengkotbah berkata: Sesungguhnya, apakah kelebihan orang berhikmat daripada orang yang bodoh? Apakah kelebihan orang miskin yang tahu berperilaku di hadapan orang? Lebih baik melihat saja daripada menuruti nafsu. Ini pun kesia-siaan dan usaha menjaring angin (Pkb 6:8-9). Namun di tempat lain dia berkata: Siapakah seperti orang berhikmat? Dan siapakah yang mengetahui keterangan setiap perkara? Hikmat manusia menjadikan wajahnya bercahaya dan berubah kekerasan wajahnya (Pkb 8:1)

 

2.     Pengarang dan zamannya

Sesuai dengan judul (1:1) maka kitab ini dalam bahasa aslinya (Ibrani) disebut Qohelet yang berarti seorang yang berbicara atas nama, untuk atau demi jemaat. Qohelet juga dapat berarti orang yang memegang jabatan untuk mengumpulkan, mengetuai dan mengajar jemaat.  Dalam tradisi Yunani kitab ini disebut Ecclesiastes artinya pemimpin jemaat.

Penulis kitab ini memperkenalkan diri sebagai 'Pengkotbah" yang mau mengajar jemaat. Lebih lanjut dia menyebut dirinya anak Daud, yang dimaksud jelas Salomo. Namun sekarang tidak ada seorang pun yang mengakui bahwa kitab ini dikarang Salomo. Nama Salomo dipakai karena dia adalah raja yang bijak dan pelindung serta pendorong pertama kebijaksanaan.

Semua ahli sependapat bahwa kitab ini berasal dari zaman sesudah pembuangan, namun kapan persisnya sukar ditentukan. Kebanyakan menduga bahwa Pengkotbah ditulis dalam abad ketiga.


3.     Tema dan persoalan Pengkotbah

Pertanyaan dasar Pengkotbah kiranya adalah: manakah sesungguhnya situasi atau kondisi manusia itu? Pengkotbah menyelidiki aneka ragam kenyataan hidup seperti: kekayaan dan kerinduan akan kesenangan (2:111; 5:9‑16; 6:1‑12), mencari hikmat dan kebijaksanaan (L12‑18; 7:23‑24; 8:16‑17), pengadilan (3:16‑17), penindasan (4:1‑3), kerja (4:4‑6; 6:7‑9), sendirian (4:7‑8), kebersamaan (4:9‑16) korban, doa nazar (4:17‑5:6) kesalehan dan kefasikan (7:15‑18) perempuan sundal (7:25‑29), masa muda dan hari tua (11:7‑10; 12:1‑8) dan kematian (2:15‑17; 3:18‑22). Dari pengamatan dan penghayatan aneka ragam kenyataan hidup ini Pengkotbah melihat bahwa hidup ini sebenarnya berwajah dua, tidak ada yang mutlak pasti. Maka dari itu orang harus menerima kenyataan hidup ini sebagai yang datang dari Allah. Dari pengamatan pengkotbah melihat bahwa segala sesuatu ada waktunya. Hal itu telah diatur oleh Allah dan oleh sebab itu menjadikannya indah. Alangkah baiknya apabila semua terjadi pada waktunya.

 

4.    Jalan pikiran global

Kalau kita melihat suatu garis besar dari pikiran Pengkotbah, maka kiranya dapat dirumuskan empat pokok:

·       Usaha pokok: dengan segala cara Pengkotbah mencari makna kehidupan manusia.

·       Usaha ini gagal karena: 1) Allah adalah misteri yang tidak dapat dimengerti dan 2) kenyataan adanya kematian.

·       Maka dapat dirumuskan kesimpulan pokok: tujuan dari segala usaha tak tercapai, maka semuanya sia-sia belaka.

·       Namun demikian ada sesuatu seperti kesimpulan praktis 1) Menikmati kesenangan terbatas yang muncul dalam hidup kita; 2) menerima hidup ini sebagai anugerah Tuhan dan 3) bersikap “takut” akan Allah (takwa).

 

5.     Pesan

Pengkotbah tidak tahu apa‑apa tentang hidup baka setelah manusia mati. la belum tahu menahu tentang kebangkitan orang mati. Pendirian kitab pengkotbah mendekati pendirian kitab Ayub. Pengkotbah percaya bahwa Tuhanlah penyelenggara segala sesuatu, meskipun manusia tidak sampai memahaininya. Rahasia Allah itu tidak terjangkau bagi manusia.


Pandangan Kristen memang menembus perbatasan dunia ini. Kita percaya akan hidup kekal dan kebangkitan badan. Tetapi ini hanya kepercayaan kepada T'uhan. Pengalaman dan pengamatan kita tidak berbeda dengan pengalaman dan pengamatan pengkotbah. Dalam hati kita pun dapat timbul pertanyaan: Apa gunanya, apa maksud dan tujuan, makna dan artinya? Sama seperti Pengkotbah kita pun dalam kegelapan hidup hanya dapat berdiri tegak dan bertahan, jika percaya kepada Tuhan yang akan memberi hidup abadi dan membangkitkan kita dari kematian. Kematian itu bagi kita pun nampaknya tetap mengakhiri dan menyia‑nyiakan segala sesuatu. Seluruh hidup yang bersusah payah nampaknya hanya menjaring angin dan mengejar kebahagiaan yang tidak kunjung datang, kecuali bagi manusia yang tetap percaya kepada rahasia Tuhan.

 

2.6. SIRAKH

1.    Pengarang, zaman dan tujuannya

Kitab ini adalah salah satu dari kitab‑kitab yang masuk ke dalam kelompok Deuterokanonika di samping kitab kebijaksanaan Salomo dan kitab‑kitab lainnya. Dengan demikian kitab ini (dan semua kitab yang termasuk dalam kelompok Deuterokanonika) tidak diakui sebagai kitab Suci oleh saudara‑saudara kita Protestan.

Berbeda dengan sebagian besar buku‑buku Kitab Suci lainnya, pengarang kitab ini disebut namanya. Dia adalah Yesus bin Eleazar bin Sirakh (50:27) dan berasal dari Yerusalem. Tradisi Latin menyebut kitab ini Ecclesiasticus.

Pengarangnya adalah seorang yang banyak bepergian. Perjalanannya itu barangkali dimungkinkan oleh kedudukannya sebagai seorang ahli kitab. Yesus bin Sirakh si ahli kitab mencoba menyelidiki Kitab Suci yang dicintainya, mengadakan banyak perjalanan, mengabdi para pembesar dengan nasihat-nasihatnya, mengamati dan merenungkan kenyataan hidup yang dilihatnya dan akhirnya selalu berdoa di tengah kesibukannya.

Kapan kitab ini ditulis dapat ditentukan dengan cukup pasti. Menurut kata pengantar terjemahan kitab ini dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani dilakukan di Mesir oleh cucu Yesus bin Sirakh pada tahun ketiga puluh delapan pemerintahan Euergetes, yang dimaksud adalah Ptolomeus VII (170-117 seb Mas). Jadi mungkin diterjemahkan kurang lebih tahun 132 seb Mas. Kalau demikian Yesus bin Sirakh sendiri mungkin berkarya 50 atau 60 tahun sebelumnya, yakni antara 190-180 seb Mas.


Tujuan kitab ini adalah meluap‑luapkan kebijaksanaan (50:27). Yesus bin Sirakh menulis kitab ini untuk semua orang yang mencari kebijaksanaan, terutama bagi saudara‑saudaranya seiman (orang‑orang Yahudi) yang waktu itu mendapat ancaman pengaruh kebudayaan Yunani. Banyak orang Yahudi terutama kaum mudanya tertarik kepada kebudayaan Yunani. Kebudayaan yunani yang mengagungkan kekuatan daya pikir manusia dan ingin menghilangkan batas-batas ras dan keagamaan, dia memasukkan sinkretisme dalam hidup keagamaan. Maka Yesus bin Sirakh mau menunjukkan kepada mereka bahwa pada Israel, terutama dalam Taurat terdapat kebijaksanaan yang sejati.

 

2.    Isi dan susunannya

Kitab ini adalah hasil refleksi dan meditasi pengarang atas imannya yang kemudian disampaikan kepada sekelompok murid. Secara garis besar kitab ini dapat dibagi atas dua bagian:

Bagian 1:     1‑43         kebijaksanaan Tuhan, kebijaksanaan Israel, kebijaksanaan hidup.

Bagian 2:     44‑50      pujian para nenek moyang.

Apendiks   51

Sirakh berbentuk amsal, amsal-amsal yang mengungkapkan tema yang sama seperti terlalu percaya, bicara, persahabatan dan lain-lain (Sir 5:1-8; 5:9-6:4; 6:5-17). Nasihat dalam bentuk perintah atau larangan cukup menonjol dan kerap diberikan motip.

 

3.     Kebijaksanaan hidup

Bagian pertama kitab ini banyak membicarakan kebijaksanaan hidup, yakni bagaimana harus bertingkah laku dalam menghadapi aneka kenyataan hidup. Banyak tema yang sudah diungkapkan dalam amsal terdapat di sini, namun di sini terdapat tema‑tema baru yang belum disinggung sebelumnya seperti: hidup gandol pada orang kaya (29:21‑28), kesehatan badan 30:14‑25), etiket di meja makan (31:12‑32:13), mimpi (34:1‑8) dokter (38:1‑15), pekerja‑pekerja kasar (38:2434), ahli kitab (38:24. 39:1‑11), rasa malu (41:14-42:8), ayah dan anak gadisnya yang mulai remaja (42:9‑14). Di samping itu perlu dicatat ajaran kitab ini mengenai membalas dendam dan mengampuni sesama (28:1‑7). Pandangannya sudah sangat mendekati doa Bapa Kami.

 

4.     Kebijaksanaan Tuhan, kebijaksanaan Israel


Yesus bin Sirakh menegaskan bahwa kebijaksanaan yang merupakan pemberian Tuhan ada pada Allah untuk selama‑lamanya. Tuhan yang bijak tidak dapat diduga oleh manusia. Kebijaksanaan Allah yang tak terduga itu tampak dalam ciptaan‑Nya (42:15‑43:33) dan keluar dari mulut Yang Mahatinggi (24:3). Kebijaksanaan itu bukan saja keluar tetapi berbicara sebagai manusia dan memuji dirinya (24:1‑22). Kebijaksanaan itu dipersonifikasikan. Kebijaksanaan yang diciptakan Tuhan melalui sabda‑Nya itu hadir pada waktu penciptaan dan bertahta di hadirat Tuhan, mencari suatu tempat istirahat yang istimewa di dunia Dia menemukan tempat itu di Israel. Dan betapa besar berkat yang di bawanya untuk Israel. Pada Israel terdapat kebijaksanaan yang sejati. Lebih lanjut dia mengidentifikasikan kebijaksanaan itu dengan Taurat Musa. Di dalam Taurat terdapat kebijaksanaan Tuhan. Tetapi Taurat yang adalah kebijaksanaan tak akan dikenyam atau diminum, apabila tidak ada takut akan Tuhan yang merupakan awal, kepenuhan, puncak akar kebijaksanaan (Sir 1:14.16.18.20)

Akar kebijaksanaan ialah takut akan Tuhan, namun kebijaksanaan yang terkandung dalam Taurat dan buah‑buahnya yang melimpah tidak mudah diperoleh. Yang mencari akan mendapat percobaan dan tantangan. Dia harus menvangkal diri, tekun, setia dan tahu mendengarkan.

Kebijaksanaan Tuhan juga nampak dalam sejarah keselamatan, dalam tokoh‑tokoh yang agung. Itulah yang dinyanyikan Yesus bin Sirakh dalam puji‑pujian kepada para nenek Moyang.

44:1‑15                       Pengantar

44: 16 ‑ 18                  Henokh dan Nuh

44: 19 ‑ 23                  Bapa-bapa Bangsa (Abraham-Ishak-Yakub)

45: 1 ‑ 5                      Musa

45:6‑22                       Harun

45: 23 ‑ 26                  Penehas bin Eleazar

46:1‑10                       Yosua bin Kaleb

46:11‑12                     Para Hakim

46: 13 ‑ 20                  Samuel

47: 1 ‑ 11                    Natan dan Daud

47: 12 ‑ 25                  Salomo, Rehabeam dan Yerobeam

48:1‑11                       Elia

48: 12 ‑ 16                  Elisa

48: 17 ‑ 25                  Hizkia dan Yesaya

49: 1 ‑ 7                      Yosia dan Yereinia

49: 8 ‑ 9                      Yehezkiel

49: 10                          Keduabelas nabi

49:11‑13                     Zerubabel, Yosua bin Yozadak,Neheinia

49:14 - 16                   Henokh, Yusuf, Sem, Set dan Adam

50:1-21                        Simon bin Onias

50:22 - 24                   Penutup, undangan pujian

Kebijaksanaan itu suatu anugerah dan dapat diperoleh dengan doa. Hal ini belum dikatakan secara jelas oleh kitab ini, namun terkandung dalam lukisannya mengenai Alkitab. Pengarang meninggalkan kita beberapa doa yang indah (22:27‑23:6; 36:1‑17; 42:15‑43:35).

 

5.    Beberapa tema pokok yang memerlukan penjelasan.

a.    Kebijaksanaan dan Takut akan Tuhan


Kadang-kadang para ahli berdiskusi, apakah tema pokok dari kitab Sirakh adalah kebijaksanaan atau takut akan Allah (takwa)? Rupanya yang paling tepat ialah melihat kebijaksanaan sebagai sikap takwa, sehingga pendapat yang paling penting dalam Sir ialah: kebijaksanaan yang disamakan dengan Taurat Musa hanya bisa diperoleh oleh orang yang takut akan Allah dan memelihara perintah-perintah-Nya (Sir 19:20).

b.    Pembalasan

Sirakh tetap mempertahankan ajaran pembalasan di bumi, seakan-akan tidak pernah dikritik secara tajam oleh kitab Ayub dan Pengkotbah, namun demikian ada kemajuan dalam Sirakh, antara lain semacam pandangan psikologis dari hidup manusia. Misalnya ia memberi tempat yang cukup penting kepada penderitaan sebagai saran permunian, mis Sir 2:1; 2:5.

Kalau dilihat dalam jangka panjang, maka Sirakh menjanjikan kepada orang yang saleh: hidup panjang (1:12), kesehatan yang baik (1:18), perkawinan yang bahagia (26:3), kebahagiaan (26:4), sukacita karena anak-anaknya (25:7), dan nama baik yang tahan lama (37:26) dan sebagainya.

c.    Keadilan Sosial

Meskipun Sirakh menjunjung tinggi segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadat, khususnya ibadat di Kenisah, namun kalau ibadat dilakukan oleh orang yang tidak bermoral, maka tidak berguna sama sekali (Sir 34:18-19). Dengan amat jelas ditolak segala bentuk ketidakadilan, sedangkan perhatian bagi kaum lemah dalam masyarakat disamakan dengan ibadat, lihat Sir 34:20-22; 35:1-3.

d.    Wanita

Di seluruh Timur Tengah Kuno, termasuk Israel, sastra kebijaksanaan berasal dari lingkungan yang eksklusif maskulin, baik para guru maupun para murid semua laki-laki. Oleh karena itu perhatian bagi kaum Hawa dan bagi kepentingan mereka hampir tidak pernah muncul.  Dan jika muncul selalu dari sudut pandang laki-laki. Kalau seorang wanita baik, maka yang dipuji ialah suami yang diberi hadiah oleh Tuhan.

Kalau Sirakh cukup kerap menyinggung tema wanita dalam kitabnya dan biasanya dengan nada negatif, misalnya Sir 3:2-6; 7:19.24-26; 9:1-9; 19:2-4. Hal ini tidak perlu disebabkan oleh pengalaman-pengalaman pribadi yang negatif atau suatu sikap anti wanita. Namun demikian ada ayat-ayat yang sangat menyakiti hati kaum wanita, misalnya Sir 42:14 Kejahatan laki-laki lebih baik daripada kebajikan perempuan, dan perempuanlah yang mendatangkan malu dan nista.

 

 

 


2.7. KEBIJAKSANAAN SALOMO

1.    Judul, Isi dan susunan

Dalam tradisi Latin (Vulgata) kitab ini berjudul “kitab Kebijaksanaan”, sedangkan dalam tradisi Yunani (LXX) “Kebijaksanaan Salomo”. Dalam edisi Indonesia digunakan judul tradisi Yunani.

Kitab Kebijaksanaan Salomo, dapat dibagi ke dalam beberapa bagian:

Bagian I       Kebijaksanaan orang benar dianugerahi kebakaan (1:1‑6:21)

­          Undangan untuk mencari kebijaksanaan 1:1‑15

­          Kefasikan membawa maut 1:16‑2:24

­          Kemenangan orang benar 3:1‑5:1

­          Kegelisahan dan penyesalan orang fasik 5:2‑23

­          Undangan untuk mencari kebijaksanaan 6:1‑21

Bagian II      Puji‑pujian kebijaksanaan 6:22 ‑ 11:1

­          Pengantar 6:22‑25

­          Kata‑kata Salomo tentang kebijaksanaan 7:1‑8:21 (Salomo sama dengan orang lain, tetapi berdoa memohon kebijaksanaan dan Allah adalah sumber kebijaksanaan).

Bagian III    Midrasy karya Allah dalam keluaran 11:2‑19:22

­          Pengantar 11:2‑4

­          Alasan 11:5

­          Refleksi tentang hukuman Tuhan 11: 17‑12:22

­          Kehinaan pemujaan berhala 13:1‑15:19

­          Mukjizat 11:15‑16; 12:23‑27; 16:1‑14

­          Hujan es dan manna di gurun 16:15‑29

­          Kegelapan dan tiang awan 17:1‑18:4

­          Kematian anak‑anak sulung Mesir 18:5‑19

­          Laut Merah 19:1‑21

­          Penutup 19:22

Jelaslah dari pembagian di alas bahwa kitab ini mempunyai dua tema, bagian pertama dan kedua bertemakan kebijaksanaan, sedangkan bagian ketiga adalah Midrasy atas keluaran dan perjalanan di gurun

 

2.     Pengarang, zaman, tempat dan tujuan

Kitab ini ditulis oleh seorang Yahudi yang saleh, berkebudayaan Yunani dan diam di Alexandria Mesir antara tahun 100 ‑ 50/30 seb Mas. Kitab ini aslinya ditulis dalam bahasa Yunani dan ditulis di Mesir, tepatnya di Alexandria. Meskipun ditulis langsung dalam bahasa Yunani, pengarangnya adalah seorang Yahudi. Pengarang mengenal Kitab Suci dengan baik dan pasti dalam terjemahan Yunani (LXX).


Dalam konteks pengaruh kebudayaan Yunani yang begitu besar kitab ini ditulis untuk menyadarkan orang Yahudi yang mengalami krisis iman akan warisan imannya. Dia mengundang saudara‑saudara seiman untuk mencari  kebijaksanaan (1: 1-15), hanya pada Tuhan Allah Israel yang adalah sumber kebijaksanaan (9:1-18). Kebijaksanaan merupakan cermin tak bernoda dari karya Allah (7:26) dan telah berkarya dalam sejarah Israel dan menyelamatkannya. Israel mempunyai warisan kebijaksanaan yang besar.

 

3.     Kebijaksanaan orang benar dianugerahi kebakaan 1:1‑6:21

Gagasan pokok dalam bagian ini ialah bahwa hidup orang benar akan dianugerahi kebakaan sedang kefasikan membawa maut (lihat 1:16: 2:23‑24). Dari lukisan mengenai pertentangan orang fasik dan benar ini kita dapat membaca latar belakang kehidupan keagamaan orang Yahudi. Kesengsaraan, kemandulan dan mati sebelum waktunya dari seorang benar bukanlah suatu kutukan (lib 3:9; 4:1; 4:10).

Mengherankan bahwa baru pada akhir perjanjian lama terungkap rahasia pembalasan hidup orang benar dan orang fasik. Ayub dan Pengkotbah telah bergulat dengan persoalan ini, yakni kematian dan hidup sesudah kematian. Sungguh pun mereka tidak mendapat jawaban mereka tetap percaya kepada Allah. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat menggenggam Allah. Allah bebas menyatakan diri‑Nya kapan dan kepada siapa Dia kehendaki. Baru kepada pengarang Kebijaksanaan Salomo (dan kitab Daniel serta Makabe) Allah menyatakan rahasia cinta kasih‑Nya secara lebih penuh.

 

4.      Puji‑pujian kebijaksanaan

Puji‑pujian kebijaksanaan merupakan inti kitab kebijaksanaan. Di sinilah pengarang memberitahukan bagaimana kejadian kebijaksanaan serta rahasianya Pengarang dengan jelas mengidentifikasikan dirinya dengan raja Salomo.

Salomo adalah raja yang terkenal kebijaksanaannya. Namun dia tidak dilahirkan bijak. Dia menjadi bijak karena dan permohonannya yang terus menerus sehingga dia dianugerahi pengertian atau roh kebijaksanaan. Bagi kebijaksanaan merupakan nilai hidup yang tinggi dan baka sifatnya.

Pengarang juga mempersonifikasikan kebijaksanaan, hanya di sini dia mempersonifikasikan kebijaksanaan dengan roh, yakni Roh Allah. Kebijaksanaan itu sifatnya ilahi, maka melihat keilahian kebijaksanaan itu, maka kebijaksanaan itu akan membaharui segala‑galanya dan menjadikan sahabat Allah.


Kebijaksanaan adalah anugerah Allah, manusia bisa terpesona oleh kebakaan yang terkandung di dalamnya. Anugerah yang diberikan kebijaksanaan seperti kesenangan, pengertian dan sebagainya. Namun untuk memperoleh kebijaksanaan manusia harus memohon dengan rendah hati kepada Tuhan

Dengan kebijaksanaan membuat orang mengetahui kehendak Tuhan, sebab kebijaksanaan adalah Roh Allah sendiri. Kebijaksanaan menyelamatkan manusia.

 

5.     Midrasy karya Allah dalam keluaran dan perjajanan di padang gurun

Midrasy adalah suatu bentuk penafsiran Kitab Suci yang umum dipakai oleh para rabi (guru agama orang Yahudi). Penafsiran itu berbentuk penulisan kembali Kitab Suci dan dimaksudkan untuk dipakai dalam homili. Tujuannya untuk membangun iman jemaat dengan menerangkan arti Kitab Suci untuk para pendengarnya

Midrasy dalam bagian ketiga ini ialah mengenai karya Allah kepada Israel dalam keluaran dan perjalanan di padang gurun. Pengarang menafsirkan kembali 10 tulah yang terdapat dalam kitab keluaran.

Dengan meninjau dan mengartikan kembali sejarah itu penulis memperlihatkan bahwa umat Israel adalah suatu umat berhikmat. Umat itu, bangsa yang kudus, mengalahkan bangsa‑bangsa lain. Untuk itu umat Yahudi tidak perlu irihati kepada bangsa lain yang membanggakan kebudayaan dan kebijaksanaannya, sebab umat Israellah yang berhikmat seperti telah terbukti dalam sejarah.

 

3.       KITAB-KITAB NYANYIAN

3.1.    Nyanyian dalam Perjanjian Lama

1.     Pendahuluan

Bangsa Israel juga mengenal dan mencitai nyanyian. Nyanyian-nyanyian ini menyertai aneka ragam peristiwa, pengalaman dan penghayatan hidup mulai dari kelahiran sampai kematian. Karena nyanyian-nyanyian itu menyertai hidup, maka ada aneka ragam jenis nyanyian. Nyanyian‑nyanyian itu tersebar di seluruh Perjanjian Lama: ada yang hanya disebut begitu saja dan ada pula yang disertai teksnya. Namun ada juga buku yang secara khusus hanya memuat nyanyian yakni Mazmur, Kidung Agung dan Ratapan.     .

 

2.    Jenis-jenis nyanyian

a.     Nyanyian kerja

Nyanyian kerja adalah bagian dari kerja. Iramanya membangkitkan semangat kerja dan meringankan jerih payah yang merupakan bagian kerja. Israel menyanyikan nyanyian ini mungkin waktu membajak ladang (bdk Sir 38:25), waktu memetik panen, mengirik dan memeras anggur (Hak 9:27). Perjanjian Lama meninggalkan bagi kita suatu nyanyian kerja yang melukiskan jerih payah dan kegembiraan orang yang menemukan air di bawah pasir. Bacalah Bil 21: 17‑18.


b.     Nyanyian pesta

Kegembiraan yang meluap‑luap dengan nyanyian dan tari‑tarian pasti menyertai panen. Karena itu suka cita di waktu panen menjadi salah satu lambang kegembiraan. Perjamuan orang‑orang kaya dan para penguasa selalu diiringi dengan nyanyian dan musik (Ams 6:5‑6; Sir 32:3‑4). Tentu saja ada cinta pria dan wanita dan pesta perkawinan selalu ada nyanyian cinta. Kita mempunyai satu buku tersendiri untuk itu, yakni Kidung Agung.

 

c.    Nyanyian perang dan kemenangan

Karena Israel kerap berperang dan menghadapi serangan musuh, maka adanya jenis nyanyian ini dapat dimengerti dengan sendirinya. (lihat Kel 15:20; Hak 11:34; 1 Sam 18:7). Bagi orang Israel perang itu suci dan disebut pula perang Tuhan, maka kemenangan tidak bisa dipisahkan dari puji‑pujian kepada Tuhan. Nyanyian kemenangan yang terkenal ialah nyanyian Musa (Kel 15:1‑18) dan nyanyian Debora (Hak 5:1‑31).

 

d.    Nyanyian sindiran

Barangkali Yeh 23:15‑18 aslinya adalah nyanyian sindiran terhadap wanita sundal dan Ams 24:30‑34 nyanyian sindiran terhadap pemalas.

 

e.    Nyanyian ratapan

Nyanyian ini termasuk bagian hakiki dalam kematian. Tugas ratapan kebanyakan diserahkan kepada perempuan‑perempuan peratap (Yer 9:16‑17) yang biasanya mengajarkan lagu‑lagu ratapan itu kepada anak‑anaknya perempuan (Yer 9:19‑21).

      Kita mempunyai satu buku khusus tentang nyanyian ini yaitu kitab Ratapan.

 

f.    Nyanyian‑nyanyian di istana

Di istana terdapat penyanyi‑penyanyi (2 Sam 19:35). Mereka adalah penyanyi‑penyanyi profesional yang barangkali tampil pada pesta-pesta penobatan raja, perkawinan den sebagainya.

 

3.2. Mazmur

3.2.1.    Nama, tempat dan arti mazmur dalam Kanon.

3.2.1.1.       Nama dan tempat dalam kanon Ibrani


Tradisi Yahudi menyebut kitab Mazmur sefer tehillim, artinya kitab nyanyian puji-pujian, atau singkatnya tehillim. Dalam bahasa Arab doa pujian disebut tahlil dan kata ini telah masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia. Nama tehillim dengan jelas menunjukkan bahwa kitab mazmur dipakai sebagai buku nyanyian dan doa dalam ibadat Yahudi.

Sebagai judul buku, istilah nyanyian puji-pujian, secara harafiah tidak seluruhnya tepat, karena selain pujian, kitab Mazmur memuat aneka ragam jenis nyanyian dan doa. Namun perlu juga diperhatikan bahwa unsur pujian tidak jarang terdapat dalam doa permohonan, kepercayaan dan sebagainya. Dalam doa pun sesungguhnya ada pengakuan keagungan Tuhan, suatu pujian kepada Tuhan. Mungkin itulah alasan mengapa kitab ini disebut tehillim.

Tradisi Yahudi menggolongkan Mazmur dalam kelompok Ketubim, artinya kitab-kitab (lain).

 

3.2.1.2.    Nama dan tempat Mazmur dalam kanon Kristen

Oleh Septuaginta (LXX) kitab mazmur disebut Psalmoi, artinya: nyanyian-nyanyian yang biasanya diiringi dengan musik, khususnya kecapi. Kata Psalmos adalah terjemahan dari kata Ibrani mizmor. Kata Indonesia mazmur berasal dari bahasa Arab, artinya tepat sama dengan kata mizmor. Nama yang diberikan oleh Septuaginta ini diambilalih oleh Perjanjian Baru (Luk 20:42; 24:44)dan sejak waktu itu menjadi nama yang lazim dipakai oleh orang Kristen.

Dalam tradisi Kristen, Mazmur digolongkan dalam kelompok “kitab-kitab kebijaksanaan dan nyanyian”. Dalam urutan kelompok, tempatnya sesudah kitab Ayub.

 

3.2.1.3.    Mazmur dan Perjanjian Baru.

Dari kitab-kitab Perjanjian Lama, Mazmur termasuk yang paling banyak dikutip oleh pengarang-pengarang Perjanjian Baru, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada kurang lebih 360 kutipan Perjanjian Lama, dari padanya 112 diambil dari Mazmur. Kutipan-kutipan yang paling banyak terdapat dalam surat-surat St. Paulus, surat kepada orang Ibrani, keempat Injil, Kisah dan Wahyu. Dalam surat-surat St. Paulus, kutipan-kutipan itu diambil untuk lebih menerangkan berbagai aspek dari hidup Kristen, sedangkan dalam surat kepada orang Ibrani, keempat Injil, Kisah dan Wahyu untuk lebih menerangkan misteri Kristus.

 

3.2.2.   Terjadinya Kitab Mazmur

3.2.2.1.    Pembagian dalam panca jilid.

Kitab mazmur tidak dikarang oleh satu orang saja dan proses terjadinya panjang dan rumit. Kita tidak dapat membicarakan hal itu secara detail. Kita mulai dengan kenyataan literer yang peling jelas. Hal pertama yang nampak ialah bahwa kitab ini terbagi atas lima jilid. Jilid itu sebagai berikut:


Jilid     I           : 1 – 41

Jilid     II         : 42 – 72

Jilid     III        : 72 – 89

Jilid     IV        : 90 – 106

Jilid     V         : 107 – 150

Apa dasarnya pembagian dalam lima jilid?

-           Setiap jilid diakhiri dengan suatu doksologi yang terdapat dalam 41:14; 72:18-19; 89:53; 106:48 dan dalam seluruh Mz 150.

-           Keempat doksologi yang pertama awalnya bukanlah dokosologi jilid, tetapi dari masing-masing mazmur yang bersangkutan. Hal ini nampak misalnya dalam doksologi jilid II, masih terdapat kata-kata: “Sekianlah doa-doa Daud bin Isai” (72:20). Kata-kata ini jelas merupakan kesimpulan asli dari suatu kumpulan doa

-           Dari hal-hal yang disebutkan di atas jelaslah bahwa pembagian dalam jilid tidak mempunyai dasar intern. Pembagian ini mungkin hanya merupakan suatu tiruan Pentateukh. Pembagian dalam lima jilid ini kemungkinan besar merupakan tahap terakhir dari suatu proses pembentukan yang panjang dan rumit.

 

3.2.2.2.    Kitab Mazmur terjadi dari kumpulan-kumpulan yang lebih kecil.

Adanya kumpulan-kumpulan yang lebih kecil ini dapat disimpulkan dari terdapatnya mazmur-mazmur yang sama, kesatuan pemakaian nama Allah, susunan mazmur-mazmur yang sejudul dan kesatuan susunan mazmur-mazmur yang sejenis dan sama temanya.

a.         Dalam Mazmur terdapat beberapa mazmur ganda, yakni 14=53 ; 70=40 ; 108 = 57 :8-12+ 60 :7-14. adanya mazmur ganda ini menunjukkan bahwa mereka tidak mungkin dikumpulkan oleh tangan yang sama  dan termasuk dalam kumpulan yang sama.

b.         Mengenai nama yang dipakai untuk Allah terdapat tiga kelompok besar, yakni 1) 2-41, di mana digunakan hampir melulu nama TUHAN (aslinya YAHWEH) ; 2) 42-83, di mana digunakan hampir melulu nama Allah (aslinya ELOHIM) dan 3) 84-150 di mana nama TUHAN/YAHWEH kembali digunakan.

c.         Dalam Mazmur 2-41 (kecuali 2 dan 33 yang memang tidak berjudul), memuat nama Daud sebagai judulnya. Maka kelompok 3-41 biasanya disebut « kumpulan mazmur Daud yang pertama ». Mazmur 2 berada di luar kumpulan ini dan merupakan suatu tambahan kemudian.

d.         Kelompok kedua, yakni 42-83 terdiri dari tiga kumpulan, dengan susunan sebagai berikut :


-           42-49               : kumpulan bani Korah

-           50 ; 73-83        : kumpulan Asaf

-           51-72 (kecuali 66, 67, 71-72) kumpulan mazmur Daud yang kedua.

Dari susunan diatas mengapa Mz 50 dipisahkan dari kumpulan 73-83. mazmur ini telah dilepaskan dari kumpulannya, mungkin karena isinya yang erat hubungannya dengan Mz 51

e.         Kelompok ketiga, yakni 84-150 terdiri atas lebih banyak kumpulan, yaitu sebagai berikut :

-           84,85 ; 87-89   : kumpulan bani korah

-           86 ; 108-110 ; 138-145 : kumpulan mazmur Daud

-           93 ; 95-99 : kumpulan mazmur Tuhan Raja

-           104-106 ; 111-118 ; 146-150 : Kumpulan mazmur Haleluya

            -           120-134 : Kumpulan mazmur ziarah.

 

3.2.2.3.    Proses terjadinya dan kapan selesai pembukuannya.

Ada pertanyaan: kapan dan bagaimana terjadinya masing-masing kumpulan dan bagaimana terjadi pembukuannya sampai selesai? Hal ini sangat sulit dijawab. Ada dua hal yang menyulitkan kita yaitu 1) kebanyakan mazmur tidak dapat ditentukan lagi dengan pasti latar belakang sejarahnya; 2) tidak semua mazmur yang termasuk dalam satu kumpulan, berasal dari periode yang sama.

Kapan pembukuan mazmur selesai, dapat ditentukan dengan agak pasti. Yesus bin Eliezer yang mengarang kitab Sirakh, mungkin antara tahun 190-180 sebelum Masehi, telah mengenal pembagian Perjanjian Lama dalam tiga bagian. Dan mazmur merupakan kelompok pertama yang termasuk dalam Ketubim. Jadi Mazmur mungkin telah dibukukan sebelum permulaan abad 2 sebelum Masehi.

Siapa yang mengerjakan pembukuan ini? Mungkin oleh kelompok “orang bijak”. Hal ini dapat disimpulkan adanya sejumlah mazmur kebijaksanaan dalam kitab ini. Bahkan mereka menempatkan salah satu dari puisi kebijaksanaannya sebagai pembukaan kitab puji-pujian ini (Mz 1).

 

3.2.2.4.    Tujuan dan arti pembukuan kitab Mazmur

Mengapa para bijak membukukan kumpulan-kumpulan mazmur ini? Apa latarbelakangnya? Apa tujuannya?

-           Mulai saat itu setiap nyanyian yang dipakai dalam ibadat harus diambil dari buku Mazmur

-           Mazmur-mazmur itu dikumpulkan untuk menjadi salah satu sumber kebijaksanaan “sekolah kebijaksanaan”

-           Tujuan lain tentu saja, supaya digunakan dalam ibadat.


 

3.2.2.5.    Penomoran Mazmur

Ada dua tradisi penomoran Mazmur, yang satu menurut Kitab Suci Ibrani dan yang lain menurut Septuaginta. Dalam Alkitab terbitan LAI penomoran Mazmur mengikuti penomoran Kitab Suci Ibrani, sedangkan dalam Ibadat Harian (Brefir) penomoran Mazmur mengikuti Septuaginta dan penomoran menurut Kitab Suci Ibrani diletakkan dalam kurung. Untuk lebih jelasnya berikut ini kami sajikan penomoran Mazmur menurut Kitab Suci Ibrani dan Septuaginta

Ibrani                          Septuaginta

1 – 8                            1 – 8

9 – 10                          9 (A dan B)

11 – 113                      10 – 112

114 – 115                    113 (A dan B)

 116                               114 – 115

 117 – 146                     116 – 145

 147                               146 – 147

148 – 150                      148 – 150

 

3.2.3.   Judul-judul Mazmur

3.2.3.1.   Pengantar

Istilah-istilah atau keterangan-keterangan lain yang terdapat pada kepala Mazmur disebut “judul”. Judu;-judul mazmur dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a.         Istilah-istilah yang menunjukkan semacam “jenis” mazmur

b.         Istilah atau keterangan yang menunjukkan penggunaan liturgis mazmur

c.         Istilah atau keterangan mengenai penggunaan musik dan lagu

d.         Judul dengan nama orang

 

3.2.3.2.    Istilah-istilah yang menunjukkan semacam “jenis” mazmur

a.         Nyanyian (aslinya sir): digunakan baik untuk nyanyian rohani maupun profan. Sebagai judul istilah ini biasanya ditemukan bersama dengan istilah mazmur, langdung di depan (48; 66; 83; 108), di belakang (67; 68; 87) atau terpisah oleh keterangan lain (30; 65; 75).

b.         Mazmur (aslinya mizmor) : istilah ini diketemukan 57 kali. Melihat kenyataan ini, kita dapat berkata bahwa kata mazmur mungkin digunakan terutama untuk nyanyian rohani.

c.         Miktam: terdapat sebagai judul pada Mz 16; 56 – 60. kata ini ada yang mengartikan “syair keemasan” ada juga yang mengartikan “doa yang penuh rahasia”.


d.         Nyanyian pengajaran (aslinya maskil): sebagai judul terdapat pada Mz 32; 42; 44; 52-55; 74; 78; 88; 142.

e.         Nyanyian ratapan (aslinya siggayon) terdapat pada mz 7.

f.          Puji-pujian (aslinya tebillim): istilah terdapat pada Mz 145

g.         Doa (aslinya tefilla), istilah ini terdapat pada Mz 17; 86; 90; 102; 142.

h.         Nyanyian Ziarah: terdapat pada Mz 120 – 134.

 

3.2.3.3.    Istilah atau keterangan yang menunjukkan penggunaan liturgis mazmur

a.         Untuk korban syukur: terdapat pada Mz 100.

b.         Untuk mempersembahkan korban peringatan: terdapat pada Mz 38 dan 70

c.         Nyanyian untuk pentahbisan bait suci: terdapat pada Mz 30

d.         Nyanyian untuk hari sabat: terdapat pada Mz 92

 

3.2.3.4.    Istilah atau keterangan mengenai penggunaan musik dan lagu

a.         Dengan permainan kecapi: Mz 4; 6; 54; 55; 67 dan 76. dalam mazmur alat musik kecapi dan gambus kerap dimainkan bersama. Kecapi adalah alat musik yang dapat dibawa dan dimainkan sambil berjalan.

b.         Dengan permainan suling: Mz 5.

c.         Menurut lagu Gitit: Mz 8; 81; 84

d.         Menurut lagu yang kedelapan : Mz 6 ; 12

e.         Menurut lagu Rusa di kala fajar : Mz 22

f.          Menurut lagu Mut-Laben : Mz 9

g.         Menurut lagu Mahalat : Mz 53 ; 88

h.         Menurut lagu Merpati di tempat ( atau di pohon-pohon tarbantin) yang jauh : Mz 56

i.          Menurut lagu Bunga bakung (Mz 45 ; 69

j.          Menurut lagu Bunga bakung kesaksian : Mz 60 ; 80

k.         Menurut lagu jangan memusnahkan : Mz 57; 58; 59; 75

l.          Dengan lagu Amalot Mz 46

m.        Menurut lagu Yedutun: Mz 62; 77

Keterangan No. C s.d M : Pada umumnya keterangan tersebut menunjukkan lagu dan cara menyanyikan mazmur-mazmur yang bersangkutan, yakni menurut lagu-lagu rakyat yang terkenal.

o.      Untuk pemimpin biduan: terdapat sebagai judul pada 55 mazmur.

 

3.2.3.5.   Judul dengan nama orang


Ada 102 mazmur yang dalam judulnya memuat nama orang, dengan perincian sebagai berikut: 73 menyebut nama Daud, 12 Asaf, 11 bani Korah, 2 Salomo (72 dan 127) dan 1 masing-masing Musa (90), heman (88), Etam (89) dan Yedutun (39).

Judul nama dari mazmur tidak menunjukkan bahwa mazmur tersebut tidak selalu berasal dari zaman di mana nama tersebut disebut. Misalnya pada mazmur 18, disebut Mazmur Daud dan di dalamnya disebut Bait Suci, pada hal kita tahu bahwa pada zaman daud belum ada Bait Suci. Jadi mazmur ini pasti ditulis setelah zaman Daud, lalu mengapa dipakai nama Daud.

Daud terkenal sebagai penyanyi (Am 6 :5 ; Sir 47 :8) ; penyair (2 Sam 1 :17) dan pemain musik (1 sam 6 :16-23). Di samping itu Daud adalah pendorong dan pencinta perayaan ibadat (bdk 1 Taw 15-16). Mengingat semua ini tidaklah mengherankan bahwa sejumlah besar mazmur  menyebut nama Daud dalam judulnya. Daud dilihat sebagai bapak rohani penyair-penyair mazmur

 

3.2.3.6.   Istilah-istilah dalam tubuh mazmur

Meskipun tidak termasuk judul, ada dua istilah yang perlu dibicarakan. Istilah itu terdapat dalam tubuh mazmur. Kedua istilah itu adalah sela (aslinya sela) dan  higayon (aslinya higgayon).

Kata “sela” dijumpai dalam 39 mazmur dan  seluruhnya berjumlah 71 kali. Kata ini menurut para ahli tafsir mempunyai arti sebagai berikut: 1) perhentian untuk menaikkan nada lagu atau suara; 2) perhentian untuk mengangkat mata dan mengulang kembali ayat yang bersangkutan; 3) mengulang kembali dari permulaan; 4) tanda aba-aba untuk umat supaya membungkuk dan menyentuh tanah dengan dahinya sebagai tanda hormat, penyembahan dan ketaatan kepada Tuhan.

Kata “higayon” terdapat hanya dalam 9:17 dan bersamaan dengan sela. Kata higayon mempunyai arti “renungan”. Dalam Mz 9:17 kata higayon berarti: saat istirahat untuk renungan dan diringi dengan kecapi.

 

3.2.3.7.   Arti judul dan keterangan lain untuk pengertian mazmur

Dari uraian di atas kita melihat bahwa judul-judul yang terdapat pada kepala mazmur bukanlah suatu pengantar kepada isi mazmur. Antara judul dan mazmur tidak ada hubungan pengertian tentang isi. Walaupun demikian, judul dan keterangan yang lain yang terdapat dalam mazmur, memberikan kepada kita suatu pengertian yang lebih dalam tentang mazmur, yakni: 1) tentang terjadinya; 2) tentang hubungannya dengan liturgi Israel; 3) tentang bagaimana mazmur-mazmur itu dahulu agaknya dibawakan.


Bagaimanma mazmur-mazmur itu harus dibawakan? Dari judul-judul itu jelas bahwa mazmur dan musik, mazmur dan nyanyian, tidak dapat dipisahkan. Sayangnya, mengenai bagaimana mazmur-mazmur itu dahulu dinyanyikan, tidak dapoat diketahui lagi. Sela dan higayon menunjukkan bahwa ada unsur istirahat dalam membawakan mazmur atau untuk meresapkan dan merenungkan ayat-ayat pokok atau untuk bersujud dan menyembah Tuhan.

 

3.2.4.   Jenis-jenis Mazmur

Setiap mazmur mempunyai bentuknya sendiri. Namun apabila kita membanding-bandingkan mazmur-mazmur itu satu sama lain, kita menemukan adanya kelompok, yakni persamaan unsur-unsur antara sejumlah mazmur yang membedakannya dari kelompok lain. Persamaan unsur-unsur itu membantuk apa yang disebut jenis. Kita dapat membedakan atau mengelompokkan jenis-jenis mazmur dalam empat rumpun dan tiga yang daripadanya masing-masing terdiri atas beberapa jenis.

1)         Pujian: terdiri dari tiga jenis, yakni:

a.         Madah

b.         Mazmur Tuhan Raja

c.         Nyanyian-nyanyian Sion

2)         Doa: Terdiri dari tiga jenis, yakni:

a.         Permohonan

b.         Kepercayaan

c.         Ucapan Syukur

3)         Mazmur-mazmur Raja

4)         Pengajaran, terdiri atas, empat jenis, yakni:

a.         Kebijaksanaan

b.         Mazmur sejarah

c.         Mazmur kenabian

d.         Liturgi

 

3.2.4.1.   Madah

Mazmur-mazmur yang termasuk madah ialah: 8; 19; 33; 65; 66:1-12; 100; 103; 104; 111; 113; 114; 117; 135; 136; 145; 146; 147; 148; 149; 150.

Madah mengagungkan Tuhan, Allah Israel, karena:

a.              Kebesaran dan kemuliaan-Nya dalam segala sesuatu yang diciptakan-Nya (8; 19:1-17; 104)

b.              Penampakkan-Nya dalam kekuatan-kekuatan alam yang menakutkan (29)

c.              Keadyasatan karya-karya keselamatan yang dilakukan-Nya kepada Israel, umat pilihan-Nya (33; 100; 111; 114; 135)

d.              Kasih setia-Nya kepada manusia yang pada dan hina (113; 146).


Madah dijiwai oleh perasaan yang sangat mendalam akan keagungan Tuhan. Israel sadar  dia berdiri di hadapan Tuhan yang agung dan dasyat dalam karya-karya-Nya. Dia memuji dan menyembah; dia bergembira dan bersorak-sorai. Karya-karya Tuhan yang agung ini harus diwartakan pula kepada semua bangsa. Nada bahasanya penuh semangat, sehingga hati manusia ikut terangkat pula dalam menaikkannya sebagai doa.

Pada umumnya madah tersusun sebagai berikut:

1.1._      Undangan atau pernyataan maksud pengarang untuk memuji Tuhan sebagai pembukaan: undangan itu ditujukan entah kepada hamba-hamba Tuhan (33:1; 133:1), entah kepada semua bangsa (66:1) kepada diri sendiri (103:1; 104:1) kepada Israel (149:1) dan bahkan kepada semesta alam dan segala yang bernafas (148). Dalam undangan itu kerap disebutkan pula bagaimana Tuhan harus dipuji 33:1-3) dan apa artinya memuji Tuhan (147:1).

1.2._      Motif pujian: ini merupakan unsur pokok. Motif pujian kerap dihubungkan dengan bagian pembukaan dengan kata “sebab atau karena”(33:4; 100:5: 117:2).

1.3._      Penutup: dapat berupa undangan kembali untuk memuji Tuhan (104:35), pengharapan supaya Tuhan tetap dipuji (104:32-33), rumus persembahan (19:15), rumus berkat (29:11), pernyataan kepercayaan dan permohonan (33:20-21).

Latar belakang liturgis dari madah cukup terasa. Dari madah kita dapat sedikit menggambarkan bagaimana gerangan pesta-pesta liturgi Israel dirayakan. Yang jelas ialah bahwa perayaan ini senantiasa disertai dengan nyanyian dan musik. Hanya saja dalam liturgi apakah atau pada kesempatan manakah gerangan mazmur-mazmur madah dinyanyikan? Kemungkinan kesar madah dinyanyikan terutama pada hari-hari raya musim yang kemudian dirayakan sebagai peringatan akan karya-karya besar Tuhan dalam membebaskan Israel dari perbudakan Mesir. Madah mungkin dinyanyikan juga sesudah kemenangan perang.

 

3.2.4.2.   Mazmur-mazmur Tuhan Raja

Mazmur-mazmur yang termasuk jenis pujian atau madah TUHAN RAJA ialah 47; 93; 95; 96; 97; 98; 99. Dalam mazmur-mazmur ini Tuhan dipuji sebagai Raja Israel dan Raja semesta alam. Suatu suasana gembira dan pesta sangat terasa dalam nyanyian-nyanyian ini. Israel dan bangsa-bangsa, bahkan seluruh alam diundang untuk bersorak gembira dan bernyanyi di hadapan Tuhan yang bersemayam di atas tahta. Tuhan Pencipta, Hakim Israel dan Tuhan semua bangsa.

Dalam kesempatan manakah mazmur ini dinyanyikan? Ada beberapa pendapat:


­                Dinyanyikan pada saat Tuhan dilantik menjadi Raja yaitu paeda “hari raya pengumpulan hasil” yang sekaligus merupakan pesta Tahun Baru orang Israel. Tuhan memang selalu menjadi Raja, tetapi hal itu tidak menghalangi Israel untuk merayakan Tuhan kembali menjadi Raja pada hari pergantian tahun.

­                Pendapat lain: mazmur ini dinyanyikan pada hari raya pondok daun (bdk Za 14:16). Pada hari itu juga harus dibacakan Hukum Taurat Tuhan. Pada hari raya pondok daun diadakan suatu perarakan untuk pergi menyembah Tuhan Raja.

­                Ada juga yang berpendapat bahwa mazmur-mazmur Tuhan Raja tidak perlu dikaitkan dengan pesta atau haris raya tertentu. Mazmur Tuhan Raja adalah suatu pernyataan pengharapan akan datangnya kekuasaan kerajaan Tuhan di masa datang.

 

3.2.4.3.   Nyanyian-Nyanyian Sion

Mazmur-mazmur yang termasuk jenis nyanyian Sion, ialah: 46; 48; 76; 84; 87; 122. Istilah “nyanyian Sion” berasal dari Kitab Suci sendiri (137:3).

Nyanyian-nyanyian Sion mengagungkan Tuhan karena pilihan dan perlindungan-Nya atas Yerusalem dan kehadiran-Nya yang menyelamatkan kota itu. Sion adalah kota Allah (46:5) kota Tuhan semesta alam (48:9), kota Raja Besar (48:3), dan kediaman Yang  Mahatinggi (46:5). Di sanalah ada pondok-Nya. Kehadiran Allah dalam kota ini adalah jaminan perlindungan dalam kesusahan, bencana alam dan serangan musuh (46, 47). Ke sanalah semua suku Israel berziarah untuk menyanyikan pujian kepada Tuhan. Tuhan sendirilah yang membangun kota ini.

Berbeda dengan madah, nyanyian-nyanyian Sion tidak dibuka dengan suatu undangan untuk memuji Tuhan. Gantinya terdapat pernyataan-pernyataan pujian kepada Tuhan sebagai yang berdiam di Sion dan perlindungan dari segala marabahaya.

 

3.2.4.4.   Doa Permohonan

­                Mazmur-mazmur jenis permohonan menduduki tempat yang paling besar dari kitab puji-pujian Israel. Jumlahnya kurang lebih sepertiga dari kitab Mazmur.

Jenis permohonan, kepercayaan dan ucapan syukur di sini dimasukkan dalam satu rumpun yang disebut doa. Kata “doa” ini digunakan karena artinya dalam penggunaannya mengandung terutama ketiga unsur ini dengan tekanan pada “permohonan”. Latar belakang ketiga jenis ini sama, yakni penderitaan manusia.


b.         Mazmur-mazmur permohonan dapat dibedakan atas dua kelompok, yakni permohonan perorangan dan permohonan jemaat. Yang termasuk permohonan perorangan ialah: mz: 5; 6; 7; 13; 17; 22; 25; 26; 28; 31; 35; 38; 41-42; 51; 54; 55; 56; 59; 61; 63; 64; 69; 71; 86; 88; 102; 109; 120; 130; 140. Yang termasuk permohonan jemaat  ialah mazmur: 12; 44; 58; 60; 74; 79; 80; 83; 85; 94; 123; 137.

Perbedaan pokok antara kedua kelompok ini ialah bahwa doa  permohonan perorangan menggunakan kata ganti diri pertama tunggal (‘aku”) dan permohonan jemaat kata ganti diri pertama jamak (‘kami”=Israel)

c.         Doa permohonan pada umumnya terdiri dari unsur-unsur berikut:

1)         Seruan pembukaan : dapat bnerbentuk pemanggilan nama Tuhan (3 :2) yang kadang-kadang diulang beberapa kali (5 :2-3 ; 22 :2-3) dan seruan permohonan supaya Tuhan mendengarkan dan mengabulkan doanya, atau lebih tepat keluh kesah dan teriaknya (5 :2-3).

2)         Pemerian penderitaan dan permohonan : keluh kelah dan lukisan penderitaan pemazmur menunjukkan keadaan konkritnya dan latar belakang doa permohonannya.

Dalam doa permohonan perseorangan penderitaan dan beban yang menimpa itu dapat berupa : kesakitan (38 ; 41), beban dosa (51), ditinggalkan Allah (22), berada jauh dari kehadiran ALLAH (42-43), kekhawatiran hari tua (71), pencobaan dan godaan untuk melakukan kejahatan (141), tuduhan palsu (7) difitnah (120), dibenci tanpa alasan (54). Inti permohonan ialah supaya dibebaskan dari penderitaan yang sekarang dialami. Permohonan ini selalu dijiwai atau disertai dengan pernyataan kepercayaan yang mendalam kepada Tuhan sebagai perisai dan pelindung orang yang menderita, sebagai Allah yang selalu mendengarkan orang yang orang yang papa dan hina, Allah yang membenci kefasikan, Allah yang penuh kasih setia dan lain-lain sebagainya.

Penderitaan yang melatarbelakangi doa permohonan jemaat ada bermacam-macam : penindasan atas rakyat kecil (44 ; 60), malapetaka serangan musuh Israel (83), penghinaan dari bangsa lain (123), kehancuran Yerusalem dan bait sucinya (74) dan belum adanya poerdamaian dan keadilan yang diharapkan dalam periode sesudah pembuangan (85).

3)         Penutup : entah berupa suatu pernyataan kepercayaan (5 :12-13), syukur atau  berkat (31 :20), pengakuan bahwa doanya telah didengarkan (6 : 10) dan terutama pujian atau pernyataan niat untuk memuji Tuhan yang terdapat pada sejumlah besar mazmur.


d.         Di atas telah dicatat bahwa sejumlah besar mazmur, terutama permohonan ditutup dengan ucapan syukur atau pujian. Pujian dan syukur dapat lahir dari keyakinan iman yang mendalam bahwa doa permohonan itu pasti didengarkan oleh Tuhan Penyelamat. Dalam perjuangan dan pergulatan iman terdapat kepastian dam kegembiraan iman. Bahwa permohonan kerap tidak dikabulkan seperti apa yang diminta, hal itu tidak perlu membuat seorang yang beriman berkurang imannya. Di dalam ketergantungan dan keyakinan iman akan kebebasan Tuhan untuk memberi, akan lahir pujian dan syukur yang murni.

e.         Kapan, pada kesempatan apa atau di mana doa-doa permohonan ini dinaikkan di hadapan Tuhan ? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus membedakan doa permohonan jemaat dan perorangan.

Hubungan antara doa permohonan jemaat dengan ibadat adalah cukup jelas (bdk 1 Raj 8 :33-40). Pada hari-hari malapetaka biasanya diumumkan suatu hari puasa (Yer 36 :9 ; Yl 1 :14). Seluruh jemaat berkumpul sekitar bait suci atau tempat ibadat untuk berdoa sambil meratap. Ibadat pertobatan ini biasanya dirayakan sehari suntuh. Meratap dan berpuasa adalah tanda-tanda perkabungan dan keterhinaan. Tujuan segala tanda pertobatan ini ialah untuk meredakan murka Tuhan dan memohon belas kasih-Nya. Dalam upacara pertobatan ini Israel menantikan sabda keselamatan dari Allah.

Doa-doa permohonan perorangan menunjukkan ciri-ciri pengalaman penderitaan dan hidup doa yang mendalam. Doa-doa permohonan perseorangan lebih merupakan ungkapan kerohanian perorangan di luar ibadat.

 

3.2.4.5.   Doa kepercayaan

Sangat dekat hubungannya dengan doa permohonan ialah doa kepercayaan. Doa kepercayaan dapat dibagi atas dua kelompok, yakni doa kepercayaan perseorangan : 3 ; 4 ; 11 ; 16 ; 23 ; 27 ; 62 ; 121 ; 131. Doa kepercayaan jemaat : 115 ; 125 ; 129.

Doa kepercayaan adalah ungkapan ketenangan hati, kedamaian jiwa, kegembiraan dan kekuatan iman di tengah segala kesukaran, tantangan dan penderitaan hidup. Penderitaan yang paling banyak disebut dalam doa kepercayaan perseorangan ialah : penindasan. Motif-motif kepercayaan kepada Tuhan Penyelamat diungkapkan terutama melalui gambaran seperti: perisai (3:4), gembalaku (23), warisan dan pialaku (16), gunung batuku dan kota bentengku (62), penjaga dan nauangnmu (121).

Doa kepercayaan tidak mempunyai pola jenis. Meskipun demikian kita harus mengakui bahwa kepercayaan merupakan unsur yang dominan, bahkan di beberapa mazmur satu-satunya unaur (11; 23; 62) .

Doa kepercayaan adalah ungkapan kesalahen di luar ibadat atau doa orang-orang saleh yang rukun di negeri.

 

3.2.4.6.      Doa ucapan syukur


­       Ucapan syukur adalah doa orang atau jemaat yang telah didengarkan permohonannya dan dibebaskan dari penderitaan. Yang termasuk ucapan syukur perorangan ialah Mz: 30; 32; 40:2-12; 92; 116; 138. Yang termasuk ucapan syukur jemaat ialah: 67; 107:1-32; 118; 124.

Doa ucapan syukur perseorangan pada umumnya mempunyai unsur-unsur berikut:

­         Pembukaan: dapat berupa pernyataan maksud pemazmur untuk bersyukur dan memuji Tuhan (30:2), pernyataan tentang sikap batinnya (116:1a), pernyataan tentang indahnya bersyukur kepada Tuhan (92:2-4) dan seruan “berbahagialah” (32:1-2).

­         Bagian Inti: pada umumnya dibuka dengan kata “sebab” yang menunjukkan motif ucapan syukur tersebut (3)2; 92:5). Di dalam motif ucapan syukur tersebut pemazmur mengakui perbuatan-perbuatan yang dikerjakan Tuhan baginya (30:2-4; 66:19). Unsur lain yang kerap dijumpai dalam bagian inti ialah pemeriaan penderitaan, doa permohonannya di dalam penderitaan dan bagaimana Tuhan telah mendengarkannya (30:7-11; 32:3-5). Unsur lain adalah ajakan untuk memuji Tuhan.

­         Penutup: dapat berupa madah pujian kepada Tuhan (30:12-13; 32:11).

Ucapan syukur jemaat tidak mempunyai pola bentuk.

­         Dilihat dari temanya maka doa ucapan syukur perseorangan itu dapat dibedakan atas: doa ucapan syukur seorang yang dibebaskan dari bahaya maut (30; 40), doa yang diampuni dosanya (32), doa seorang yang dibebaskan dari fitnahan (66), doa seorang yang dibebaskan dari peninadasan (92). Sedangkan tema ucapan syukur jemaat ialah pembebasan dari penindasan dan serbuan musuh (118; 124), pembebasan dari aneka ragam penderitaan (107) dan akhirnya hasil panen yang baik (67).

­         Inti ucapan syukur ialah pengakuan akan kebaikan serta kasih setia Tuhan dan ketergantungan manusia daripada-Nya. Gagasan ucapan syukur sangat dekat dengan pujian dan dalam Kitab Suci kata “bersyukur” bahkan beberapakali diketemukan sejajar dengan memuji (30:5; 97:12; 100:4). Namun demikian tetap ada perbedaan antara bersyukur dan memuji. Bersyukur lebih merupakan pengakuan seseorang atas kebaikan dan kasih setia Tuhan yang telah membebaskan, mendengarkan dan menyelamatkan dari suatu penderitaan. Sedangkan memuji lebih merupakan pengagungan jemaat atas kemuliaan dan kebesaran Tuhan dalam karya-karya-Nya seperti dinyatakan dalam alam dan terutama dalam sejarah keselamatan. Meskipun ada perbedaan ini, namun keduanya ada hubungan yang sangat erat. Bersyukur selalu mengandung unsur memuji.


­         Tempat menyanyikan doa ucapan syukur ialah bait suci. Yang berkepentingan, setelah pengabulan doanya, datang ke bait suci disertai oleh kaum kerabatnya dan sahabat-sahabatnya. Di sana dia menepati nazarnya dengan mempersembahkan korban syukur (22:26-27; 54:8). Dalam korban syukur dia menceritakan kepada yang hadir apa yang telah dikerjakan Tuhan baginya (66:16-19) dan mengajak yang hadir untuk memuji Tuhan bersama dengan dia (30). Doa syukur perorangan tidak dilakukan secara diam-diam dan dalam batin, tetapi di depan jemaat, di pelataran rumah Tuhan (116:18-19). Kesetiaan dan keselamatan dari Tuhan haruslah dibicarakan dan diwartakan kepada jemaat yang besar.

 

3.2.4.7.   Mazmur-mazmur raja

Termasuk mazmur-mazmur raja ialah Mz 2 ; 18 ; 20 ; 21 ; 45 ; 72 ; 89 ; 101 ; 110 ; 132. Mazmur-mazmur ini tidak mempunyai pola dan ciri-ciri suatu jenis, karena didinjau dari sudut isinya, latar belakang konkritnya, cukup berbeda-beda. Mereka dikelompokkan dalam, satu jenis hanya karena kesatuan temanya, yakni berbicara tentang raja.

Raja adalah pejabat kerajaan Tuhan. Dari sebab itu dia dapat memohon kepada Tuhan supaya diberi kekuasaan atas semua raja dan penguasa di muka bumi (2:8). Tahta kerajaan Daud adalah tahta Tuhan, Allah yang Mahatinggi. Sebutan umum untuk raja ialah “yang diurapi Tuhan” atau “orang yang Kuurapi” .

Meskipun mazmur-mazmur raja tidak mempunyai pola mjenis, namun ada dua unsur yang cukup banyak terdapat, yakni firman Tuhan kepada raja (2:7-9; 21:9-13; 110:1.3) dan doa untuk raja (20:2-6; 72).

Kapan mazmur-mazmur raja ini dinyanyikan? Karena jenisnya tidak sama maka mazmur-mazmur ini dinyanyikan dalam kesempatan yang berbeda-beda pula, yakni pada hari pemahkotaan raja atau ulang tahun pemahkotaan rtersebut (2; 110), pada ibadah ucapan syukur sesudah memang perang (18; 21), pada hari perkawinan raja (45).

Karena hubungan raja yang erat dengan kerajaan Tuhan dan dengan Sion, maka mazmur-mazmur raja ini harus dilihat dalam hubungan dengan madah “Tuhan raja” dan “nyanyian-nyanyian Sion”. Sesudah pembuangan Israel sesungguihnya sudah tidak memiliki raja lagi, tetapi mengapa mereka tetap mengumpulkan mazmur-mazmur raja? Mazmur-mazmur ini tetap dipertahankan karena mereka memupuk pengharapan Mesianis (bdk 89:20-38).

 

3.2.4.8.    Mazmur-mazmur kebijaksanaan

Yang termasuk kelompok mazmur ini ialah : 1 ; 19 :8-15 ; 34 ; 37 ; 49 ; 73 ; 112 ; 119 ; 127 ; 128 ; 133.


Mazmur-mazmur ini bersifat mengajar atau merenungkan salah satu tema kesayangan kebijaksanaan, seperti arti dan tempat taurat dalam hidup seorang beriman (1: 19:8-15; 119), penderitaan orang benar dan kebahagiaan orang fasik (37; 49), berkat bagi bapak keluiarga yang takut akan Tuhan (112; 127; 128), berkat takut  akan Tuhan (34) dan berkat persaudaraan (133).

Gaya mengajart itu tampak dalam nasihat yang berbentuk larangan dan perintah (37; 49:17-18), sapaan anak-anak (34:12), seruan dengarkanlah aku (34:12).

 

3.2.4.9.   Mazmur-mazmur sejarah

Mz 78 ; 105 ; 106 biasanya disebut mazmur-mazmur sejarah. Mazmur-mazmur ini menceriterakan kembali sejarah karya Tuhan kepada Israel mulai dari pemanggilan dan pemilihan para bapak bangsa (105), pengungsian ke Mesir (105), perbuatan-perbuatan ajaib di tanah Mesir, perjalanan melalui padang gurun sampai ke penyerahan tanah yang dijanjikan (78 ; 105 ; 106).

Tujuan tinjauan sejarah ini ialah untuk  mengajar. Hal ini pada Mz 78 dikatakan secara eksplisit (78:1-4). Mz 105 memang berbentuk madah, namun dengan menceriterakan segala perbuatan ajaib Tuhan dan kesetiaan-Nya kepada janji-janji yang telah diikat-Nya dengan Abraham bermaksud memanggil Israel supaya selalu setia kepada Tuhan.

 

3.2.4.10.   Mazmur-mazmur kenabian

Mz 14=53; 50; 52; 75; 81; 82 dapat disebut mazmur-mazmur kenabian karena gaya dan isinya menyerupai firman malapetaka kenabian. Mazmur-mazmur ini mengandung kata-kata “kecaman” terhadap para penindas (14:-13; 53:2-4; 52:3-6), atas ibadat yang keliru (50:7-13), kesalehan yang palsu (50:16-21) dan kedegilan Israel untuk mendengarkan suara Tuhan (81:12). Di samping unsur kecaman, unsur lain adalah ancaman hukuman (14:5-6; 52:7-9) atau suatu seruan dan panggilan untuk mengubah sikap dan kembali kepada Tuhan (50:14-15; 22).

Mazmur-mazmur kenabian dilihat dari sudut bentuk, mazmur-mazmur ini dapat merupakan kesaksian unsur-unsur suatu liturgi, namun dilihat dari sudut isi, yakni terutama kecaman atas ibadat yang keliru, kesalehan yang palsu dan penindasan kaum yang lemah, mazmur-mazmur ini merupakan kesaksian dari pengaruh pewartaan kenabian.

 

3.2.4.11.   Liturgi

Unsur-unsur upacara dan perayaan liturgi Israel terdapat pada cukup banyak mazmur, namun sukar sekali disimpulkan dari mazmur-mazmur tersebut bagaimana liturgi Israel dirarayakan atau jalannya upacara itu sendiri. Hanya ada dua mazmur yakni 15 ; dan 24 yang sedikit lebih jelas memberikan gambaran bagaimana agaknya liturgi itu dirayakan. Namun gambaran yang kita peroleh di sinipun hanya mengenai liturgi pembukaan.


Kedua mazmur ini terdiri terutama dari unsur pertanyaan (15 :1 ; 24 :3. 8a. 10a) dan jawaban (15:2-5; 24:4-6. 8b. 10b). pertanyaan dan jawaban ini rupanya dilakukan sebelum orang memasuki bait suci. Persyaratan memasuki bait suci itu rupanya disampaikan oleh seorang imam.

 

3.2.4.12.  Mazmur yang sukar dikelompokkan.

Ada sejumlah mazmur yakni: 9-10; 36; 41; 63; 68; 77; 90; 91; 108; 134; 139 yang sukar dimasukkan dalam salah satu jenis atau kelompok yang disebut di atas. Hal ini disebabkan karena susunan dan hubungan unsur-unsurnya tidak jelas (9-10) atau karena tema atau persoalan (36; 41; 63; 68; 77; 90; 91; 139).

 

3.3.       Kidung Agung

1.    Judul dan tema

Dalam bahasa aslinya kitab ini berjudul Syir Hasysyirim, artinya nyanyian yang terindah atau yang paling indah. Untuk itu kata Agung hares dimengerti dalam judul yang diberikan dalam Alkitab.

Menurut tradisi kitab ini ditulis oleh Salomo. Hal ini rupanya didukung oleh sebutan nama Salomo dalam nyanyian 3:6-11. Namun “pengarang” di sini haruslah dilihat dalam arti yang sama seperti halnya Amsal, Pengkotbah dan Kebijaksanaan yang dipersembahkan kepada Salomo. Dari bahasanya kitab ini berasal dari jaman sesudah pembungan.

Tema Kidung Agung adalah cinta, yakni cinta Sexual. Nadanya sangat erotis, tetapi bukan pornografis. Isinya merupakan nyanyian antar dua insan yang saling merindukan untuk bersatu dalam cinta kasih sexual yang sempurna.

 

2.   Susunan

Susunan kitab ini adalah:

1:2 - 4                    Pembukaan

1:5 - 2:7    Nyanyian Cinta I

2:8 - 3:5    Nyanyian Cinta II

3:6 - 5:1    Nyanyian Cinta III

5:2 - 6:3    Nyanyian cinta IV

6:4 - 8:4    Nyanyian Cinta V

8:5 - 7                    Klimaks nyanyian Cinta

8:8 - 14      Beberapa apendiks

­       Kidung Agung ini dibuka (1:2‑4) dengan nyanyian kerinduan si jelita kepada sitampan. Kiranya dia dicintai oleh si tampan  itu yang menjadi rebutan gadis‑gadis. Sitampan tidak hadir.


­       Nyanyian cinta 1: (1:5‑2:7) dibuka dengan kata‑kata si jelita, seolah‑olah merendahkan diri (1:5‑6). Dia bertanya di mana gerangan kekasihnya ada. Dia ingin bertemu dengannya (1:7). Koor wanita mendukung nyanyian ini dengan menyuruh si jelita untuk mencarinya (1:8). Menyusul nyanyian sating memuji antar kedua kekasih (1:9‑ 2:2) Bagi yang mencintai, yang dicintai merupakan yang paling indah. Akhirnya si jelita menyanyikan kegembiraan pertemuan cinta mereka (2:4‑6).

­       Nyanyian Cinta II (2:8‑3:5) seluruhnya merupakan nyanyian si jelita. Dia melukiskan kunjungan kekasihnya yang datang mengundangnya untuk mengadakan tamasya cinta (2:8‑14). Betapa kegembiraan cinta diperoleh dalam tamasya itu yang berlangsung hanya sampai "sebelum angin senja berhembus" (2:15‑17). Tamasya cinta membawa akibat mimpi data bagi si jelita yang ingin mencari kekasihnya, yang sudah tak ada lagi di sampingnya (3:1‑ 4).

­       Nyanyian cinta III (3:6‑5:1) di buka dengan lukisan kedatangan si tampan Salomo yang diiringi enam puluh pahlawan Israel (3:6‑11). Kekasih Pria dilihat sebagai raja. Bagian ini dilakukan oleh puteri‑puteri Yerusalem. Menyusul pujian si tampon yang melukiskan kecantikan kekasihnya (4:1‑11). Kekasihnya adalah taman tertutup danmats air termeterai (4:12‑15). Mendengar kata‑kata pujian itu, maka si jelita melonjak kegembiraannya.

­       Nyanyian cinta IV (5:2‑6:3) dibuka dengan lukisan yang indah mengenai kerinduan cinta si jelita yang di tempat tidurnya melihat seolah-olah kekasihnya datang dan mengundang supaya pintu segera dibukakan. Namun alangkah kecewanya ketika melihat kenyataan bahwa kekasihnya tidak ada setelah pintu dibuka, maka dia segera mencarinya (5:2‑7). Kepada puteri‑puteri Yerusalem memperingatkan apabila menemukan kekasihnya, mereka diminta mengatakan bahwa "sijelita sakit asmara" (5:8). Puteri‑puteri Yerusalem bertanya bagaimana mereka dapat mengenal kekasihnya (5:9). Pertanyaan itu langsung dijawab dengan lukisan ketampanan kekasihnya (5:10‑16). Puteri‑puteri itu bertanya lagi ke arah mana kiranya kekasihnya pergi (6:1). Si Jelita menjawab bahwa kekasihnya sebenamya tidak ke mana-mana, dia ada di sampingnya (6:2‑3).

­       Nyanyian Cinta V (6:4‑8:4) di buka dengan lukisan si tampan tentang kecantikan kekasihnya (6:4‑10). Kerinduan itu didukung oleh yang lain yang mengundang si jelita yang sedang menari supaya berputar (6:13a). Dengan ini si tampon sekali lagi melukiskan kecantikan kekasihnya, danlukisan ini cukup erotis (6:13b ‑ 7:5). Segera ia menyatakan kerinduan untuk menikmati kecantikan itu (7:6‑9a). Kata‑kata ini yang paling erotis dari seluruh Kidung Agung. Kerinduan itu segera dijawab oleh si jelita yang mengundang si tampan untuk mengadakan tamasya cinta (7:9b‑ 13).


­       Klimaks nyanyian cinta ini tendapat dalam 8:(5)6‑7, di mana sijelita memohon supaya ia dimeteraikan dalam hati kekasihnya. Cinta harus tetap dan tak terhapuskan.

3.   Pesan

­       Kidung agung menyanyikan cinta seksual insani, yakni kemurnian, keindahan, keagungan, kegembiraan, kesetiaan dan kekuatan. Kidung Agung menyanyikan semuanya ini dengan bebas, jujur dan murni. Dia menyanyikan dalam konteks cinta sejati. Cinta seksual itu tertanam secara mendalam dalam hati manusia. Pria danwanita saling tertarik oleh keindahan yang lain. Mereka ingin bersatu secara fisik. Cinta yang sejati melihat yang dikasihi sebagai yang paling indah dan karenanya mengecualikan yang lain. Cinta yang sejati tidak main-main dengan banyak kekasih dan mengenal waktu, tidak dibuat-buat. Cinta yang sejati mengatasi segala rintangan dan tidak dapat dibayar dengan harta benda apapun.

­       Kidung Agung juga menjadi bacaan kesayangan para santo, antara lain: St. Bernardus, St. Yohanes dari Salib. Melalui ungkapan-ungkapan kerinduan cinta, mencari yang dicintai, keindahan yang dicintai dan kegembiraan cinta dapat menjadi bahan yang kaya sekali untuk memupuk cinta kepada Tuhan. Oleh karena itu pada umumnya mereka menafsirkan Kidung Agung sebagai perumpamaan atau alegori cinta Tuhan dan Israel atau Kristus dan Gereja-Nya.

 

3.4.      KITAB RATAPAN

1.    Tema dan Latar Belakang Sejarah

Hidup ini tidak melulu nyanyian cinta, apa pula ratapan. Kita Ratapan menyajikan ratapan penyair bukan atas kematian salah seorang kekasihnya tetapi atas kemtian Yerusalem dan Yehuda, yakni keruntuhan/kehancurannya pada tahun 586 seb Mas. Latar belakang ini dapat kita lihat dalam 2:11-12; 4 dan 5, dalam bagian ini kita dapat merasakan bertapa hebatnya penderitaan yang dialami bangsa Israel pada hari-hari kehancuran itu.

 

2.    Susunannya

Kitab ini terdiri dari lima nyanyian:

­       Nyanyian pertama (1:1-22), nyanyian kedua (2:1-22) dan nyanyian keempat (4:1-22) termasuk jenis ratapan

­       Nyanyian ketiga (3:1-66) di samping mengandung unsur ratapan juga unsur kebijaksanaan

­       Nyanyian kelima (5:1-22) adalah suatu doa permohonan.


Suatu hal yang mencolok dalam kitab Ratapan ialah bahwa setiap nyanyian, kecuali yang ketiga, terdiri dari 22 ayat. Namun yang ketiga yang terdiri dari 66 ayat sebenarnya mempunyai angka dasar yang sama, yukni 3 x 22.  Angka 22 menunjukkan jumlah abjad Ibrani.

 

3.    Pesan

­       Ratapan adalah kitab iman bukan suatu nyanyian kesedihan dan keputusasaan atas suatu situasi yang tidak dapat dipulihkan. Berulangkali kita mendengar dalam nyanyian ini bahwa Yerusalem runtuh karena dosa-dosanya (bdk 1:8a.9a). Keruntuhan ini adalah hukuman Tuhan. Babel hanyalah alat Tuhan untuk menghukum dosa-dosa bangsa Israel. Oleh karena itu kitab ini mengajak Israel tidak hanya mengakui dosa-dosanya tetapi juga bertobat dan kembali kepada Tuhan (lih 3:40-42). Para penyair mengajak kembali kepada Tuhan karena masih ada harapan. Harapan itu didasarkan pada kasih setia Tuhan yang mahabesar kepada umat-Nya (3:25.31-33). Hanya saja untuk dapat berbalik kepada Tuhan membutuhkan rahmat Tuhan (5:19-22)

­       Bagi umat yang percaya pasti ada masa depan yang datang dari Tuhan yang tetap setia.

 

PERTANYAAN LATIHAN:

Manakah tema pokok kitab-kitab kebijaksanaan? Tema-tema manakah yang hampir tidak terdapat dalam kitab-kitab ini?

Apakah puisi? Bagaiman Kekhasan puisi Ibrani.

Kerjakanlah Ams 15-16 dan tunjukkanlah bentuk-bentuk paralelismenya

Apa bedanya peribahasa dan Amsal?

Pesan yang mau disampaikan oleh kitab Ayub bagi kita sekarang

Apa artinya ungkapan dalam kitab Amsal “Takut akan Tuhan”?

Bagaimana kesan anda tentang kitab Pengkotbah dan apa pesan kitab tersebut bagi hidup anda sekarang?

Jelaskan latar belakang dan maksud tujuan kitab Sirakh dan Kebijaksanaan Salomo?

Apa pesan kedua kitab (No. 9) tersebut bagi kita sekarang?

Bagaimana proses terjadinya mazmur ?

Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Mazmur!

Bagaimana mendoakan mazmur?

Apakah mazmur masih berguna bagi kita sekarang, jelaskan jawaban anda?

Apa artinya Kidung Agung?

Apa cinta sejati menurut Kidung Agung?

Apa pesan Kidung Agung bagi kita?

Apa pesan kitab ratapan bagi kita dewasa ini?





[1]Istilah Semit diambil dari nama Sem, putera sulung Nuh.