KSPL ini ditulis oleh:
Bpk. Yohanes Sukendar M.Th
BAB
I PENGANTAR UMUM
1.
Pengertian
Kita mulai pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama ini dengan suatu
pertanyaan apakah Alkitab itu? Pertanyaan ini penting sebelum kita mengambil
langkah lebih lanjut untuk mempelajari Kitab Suci. Di bawah ini akan dijelaskan
apa sebenarnya Alkitab itu.
1.1.Alkitab adalah Kitab Suci orang
Kristen
Kata Alkitab berasal dari bahasa Arab dan secara harafiah berarti buku.
Meskipun kata ini bisa berarti “Kitab Suci” dalam pemakaiannya kata ini
digunakan oleh orang Arab khususnya untuk menunjukkan Kitab Suci orang Kristen.
Penganut agama Kristen di dunia Arab biasanya disebut: ahal Alkitab, artinya
umat yang memiliki Kitab Suci. Di
Indonesia kata Alkitab dipakai untuk menyebut nama Kitab Suci orang Kristen
(Katolik dan Protestan).
1.2. Alkitab adalah
suatu buku yang unik
Alkitab adalah suatu buku dan
sebagai buku dapat ditempatkan di antara atau di samping buku-buku yang lain.
Kita dapat membandingkan Alkitab dengan buku-buku lain untuk lebih menyadari
ciri-cirinya yang khas. Kita dapat mengatakan bahwa Alkitab adalah buku
yang unik, keunikan ini nampak:
1.2.1. Judul
Alkitab kita ambil dari bahasa Arab. Barangkali ada gunanya untuk melihat judul
ini dalam bahasa lain. Dalam bahasa Yunani Alkitab disebut Biblia
artinya kitab-kitab (bdk 2 Tim 4:13). Nama ini kemudian dilatinkan dan
kemudian menjadi bentuk tunggal Biblia artinya Kitab. Nama Latin
ini kemudian diambil alih oleh banyak bahasa Eropa lainnya seperti Inggris (Bible),
Belanda (Bijbel), Jerman (Bibel) dan Italia (Bibblia).
Melihat kata Yunaninya jelas bahwa Alkitab sebagai buku sebenarnya tidak
terdiri dari satu buku, tetapi dari banyak “buku”. Kami berikan kata “buku” dalam tanda kutip karena
ada yang tidak dapat disebut buku. Surat-surat Paulus misalnya jelas tidak
dapat disebut buku. Namanya saja surat. Jadi kata “buku” di sini dipakai dalam
arti luas. Jumah buku yang membentuk Alkitab ada 73 buah. Dengan demikian kita dapat menyebut Alkitab
sebagai suatu perpustakaan kecil.
1.2.2. Alkitab kita adalah suatu terjemahan.
Dalam bahasa aslinya, Alkitab sebenarnya ditulis dalam tiga bahasa, yakni
Ibrani, Aram dan Yunani. Bahkan ada buku yang ditulis dalam dua bahasa,
misalnya Ester dalam bahasa Ibrani dan Yunani.
1.2.3
Sebagai
kesatuan atau satu buku Alkitab tidak mencantumkan pengarangnya, namun Alkitab
tidak jatuh atau turun dari langit. Alkitab benar-benar ditulis oleh manusia.
Nama pengarang yang disebut hanya terdapat dalam sejumlah kecil kitab. Sebagian
besar tidak mencantumkan nama pengarangnya. Dari data-data singkat yang
diberikan kita dapat melihat bahwa pengarang-pengarang ini tidak hidup dalam
satu zaman dan juga tidak pada satu tempat atau daerah. Jarak waktu yang
memisahkan pengarang-pengarang ini satu sama lain bisa sampai 10 abad. Lebih-lebih
jarak antara penulis Alkitab dengan kita sekarang.
1.2.4.
Karena ada pengarang, maka dengan sendirinya buku-buku
ini ditulis dalam aneka ragam gaya bahasa. Jenis kesusasteraannya pun ada
bermacam-macam. Ada prosa, puisi, cerita, hukum, pidato, kotbah, surat,
nyanyian, otobiografi dan sebagainya, pendeknya ada suatu kekayaan bentuk dan
jenis kesusasteraan yang luar biasa.
Melihat semuanya itu haruslah kita
akui bahwa Alkitab adalah buku yang unik atau lain daripada yang lain.
Pertanyaan yang sekarang muncul ialah siapakah yang telah mengumpulkan
buku-buku yang beranekaragam ini menjadi satu dan mengapa?
1.3.
Alkitab adalah buku Gereja, buku imannya
Buku yang unik ini ternyata tidak dapat dipisahkan dari Gereja. Alkitab
adalah buku Gereja, buku imannya. Gejalah yang telah mengumpulkan kitab-kitab
yang beranekaragam ini menjadi satu karena dia telah melihat di dalamnya
terkandung kesaksian imannya yang paling otentik.
Alkitab tidak dapat dipisahkan dari Gereja, dari
suatu umat yang percaya. Gereja ada lebih dahulu dari Alkitab. Gereja yang
sekarang adalah pewaris, penerus, dan pengaku Iman yang tidak terputus dari
suatu umat yang menerima dan mengaku bahwa Allah telah menyatakan Diri kepada
mereka. Umat perdana atau Gereja para Rasul
telah mengalami pemyataan diri Allah, kemudian memberi kesaksian, dan
akhirnya menulis pengalaman‑pengalaman dan kesaksian‑kesaksian itu. Latar
belakang, alasan dan tujuan penulisan itu dapat dirumuskan bermacam‑macam.
Bagaimanapun juga mereka yang telah menuliskan itu mau membagikan pengalaman
imannya dan pengalaman iman umat untuk mengundang orang lain masuk dalam
persekutuan iman dengan mereka. Penulisan merupakan bukti dan jaminan yang
sukar dibantah dari segala kebenaran yang disaksikan.
Alkitab kita terima dari Gereja. Gerejalah yang
menyaksikan bahwa buku ini adalah Kitab Sucinya. Tanpa Gereja kita tidak
mungkin mengatakan bahwa buku ini adalah Kitab Suci. Karena Alkitab adalah buku
Gereja, dia mempunyai tempat yang sangat sentral dalam kehidupannya sebagai
hukum dan kaidah tertinggi dari imannya. Alasannya karena Gereja melihat buku
ini sebagai Sabda Allah. Tentang arti Akitab sebagai Sabda Allah akan kita
lihat di bawah.
1.4. Alkitab adalah buku kesaksian tentang
Allah dan jawaban manusia
Alkitab adalah buku Iman Gereja dan hal yang paling mendasar dari pengakuan
iman ini ialah bahwa Allah telah menyatakan diriNya kepada manusia dalam
sejarah. Seluruh Alkitab menyaksikan hal ini. Tetapi Alkitab bukan saja
menyaksikan karya Allah, tetapi juga jawaban manusia baik secara bersama maupun
secara perorangan terhadap karya Allah tersebut. Tidak ada buku yang demikian
menyadarkan kita akan kehadiran Allah dan karya-Nya dalam sejarah daripada
Alkitab.
Ada
baiknya sekarang kita melihat secara lebih luas kesaksian yang diberikan
tentang Allah disini. Alkitab terdiri dari dua bagian besar yaitu Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. Kita melihat kesaksian kedua bagian ini masing‑masing
dan kesatuannya.
Perjanjian
Lama adalah kesaksian tentang karya Allah dalam sejarah Israel. Yang memberi
kesaksian tentang hal ini ialah Israel. Israel menyaksikan bahwa Allah telah
hidup dan bergaul dengan mereka dan sejarahnya yang panjang dan penuh gejolak
itu adalah sejarah Allah. Sejarah ini dimulai dengan janji yang diberikan Allah
kepada nenek moyang mereka yakni untuk memberikan tanah Kanaan kepada mereka
sebagai milik pusaka. Sebelum tanah diberikan, nenek moyang mereka selama
ratusan tahun hidup di Mesir sebagai budak. Tuhan kemudian membebaskan mereka
dari tanah Mesir, menuntun mereka melalui padang gurun, mengadakan perjanjian
dengan mereka di Gunung Sinai dengan menyatakan diri sebagai Allah mereka dan
mereka adalah umat kesayangan‑Nya. Kemudian Tuhan menyerahkan Tanah Kanaan
kepada mereka sebagai milik pusaka. Penyerahan ini terjadi melalui peperangan
tetapi Tuhan selalu membimbing mereka sehingga mereka menang dan dapat
menghidupinya.Sejarah hidup mereka di tanah perjanjian yang berlangsung kurang
lebih 7 abad adalah sejarah yang penuh pergolakan dan tantangan di tengah‑tengah
bangsa lain. Sejarah ini dapat dikatakan sejarah dosa atau ketidaksetiaan
mereka terhadap Allah. Meskipun Tuhan hadir di tengah‑tengah mereka dan terus‑menerus
memperingatkan mereka dengan perantaraan para nabi‑Nya yang menyampaikan firman‑Nya.
Akhirnya karena ketidaksetiaan ini Tuhan menghukum
mereka dengan membuang mereka ke Asyur dan kemudian ke Babel. Pembuangan yang
terakhir ini adalah yang terkenal dan yang paling pahit dalam sejarah mereka
karena mulai scat itu mereka kehilangan identitas mereka sebagai bangsa. Namun
di pembuangan Babel Tuhan tidak
meninggalkan mereka. Dia tetap menyayangi mereka dengan mengirimkan nabi‑nabi‑Nya
untuk menyadarkan mereka akan panggilan‑Nya dan membangkitkan pengharapan
kepada Tuhan penyelamat. Kurang lebih setelah lima puluh tahun berada di
pembuangan, mereka diperkenankan oleh kekuasaan Persia yang waktu itu muncul
menggantikan Babel untuk kembali ke Palestina. Ini juga adalah karya Tuhan.
Mereka boleh mendirikan kembali Bait Suci dan bebas menjalankan kewajiban
agamanya. Masa damai yang berlangsung kurang lebih dua abad ini hampir tidak
meninggalkan suatu kesaksian pun tentang karya Allah bagi mereka. Demikian pula
dua setengah abad terakhir sejarah mereka di bawah tekanan kekuasaan Yunani.
Meskipun mereka tetap percaya bahwa sejarah mereka berada di bawah bimbingan
Tuhan, kesaksian yang menggetarkan tentang karya Allah seperti periode awal
kerajaan dan pembuangan tidak lagi lantang terdengar. Sebagai gantinya kita
lebih banyak mendengar jawaban umat yang mengalami "Persembunyian"
Allah.
Perjanjian
Lama tidak hanya memberikan kesaksian tentang karya-karya Allah. Dia juga
menyaksikan jawaban Israel terhadap karya‑karya tersebut. Salah satu buku yang
memberikan kesaksian yang paling menggetarkan tentang jawaban ini ialah Mazmur.
Sejarah pergaulan Allah dengan Israel dan jawabannya adalah sejarah yang
berlangsung kurang lebih 2000 tahun. Sungguh tidak ternilai kekayaan kesaksian
yang diberikan di sini.
Perjanjian
Baru adalah kesaksian tentang karya Allah dengan umat manusia dalam diri Yesus
Kristus. Seluruh kesaksian Perjanjian Baru ber pusat pada Kristus.
"Setelah pada jaman dahulu Allah berulangkali telah berbagai terra
berbicara kepada nenek moyang kits dengan perantaraan para nabi, maka pada
jaman akhir ini la telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Putera‑Nya."
(Ibr. 1:1‑2a). Dalam Yesus Kristus Allah telah berbicara secara definitif
kapada manusia: "Oleh Dialah Allah telah menjadikan alam semesta. la
adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. la penopang segala yang
ada dengan firman‑Nya yang penuh kuasa. Dan setelah Ia selesai mengadakan
penyucian dosa, la duduk di sebelah kanan yang maha besar, di tempat yang
tinggi, jauh lebih tinggi daripada malaikat‑malaikat, sama seperti nama yang
dikaruniakan kepadaNya jauh lebih indah daripada nama mereka." (Ibr. 1:2b‑4).
Dari Ibrani
1:1‑4 di atas jelaslah bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kesaksian
tentang Allah dalam Perjanjian Lama dan kesaksian Yesus Kristus dalam
Perjanjian Baru. Keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hanya satu
Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Perjanjian Baru juga memberi kesaksian bahwa Tuhan
Yesus memberi perintah kepada para murid‑Nya supaya pergi ke seluruh dunia dan
menjadikan segala bangsa menjadi murid‑Nya dan mempermandikan mereka dalam nama
Bapa, Putera dan Roh Kudus. Para murid juga diperintahkan untuk mengajar semua
orang yang percaya melakukan segala yang diperintahkan (Mat. 28:19‑20). Dan
para murid melaksanakan perintah itu. Di mana‑mana mereka menyaksikan bahwa
Allah begitu mengasihi dunia sehingga Dia telah menganugerahkan Putera‑Nya
sendiri untuk menyelamatkan kita (Yoh. 3:16). Mereka menyaksikan perbuatan dan kata-kata‑Nya dan
terutama bahwa Dia telah disalibkan dan dibangkitkan untuk menebus dosa manusia
dan memberikan mereka kehidupan. Di mana‑mana mereka membentuk umat baru yang
percaya kepada Kristus. Dan Roh Allah selalu menyertai dan menguatkan mereka,
mereka juga menyaksikan bahwa dalam jemaat‑jemaat yang bans didirikan timbul
persoalan‑persoalan iman sehingga mereka terpaksa menulis surat‑surat untuk
meneguhkan dan memperdalam iman mereka pada Kristus. Juga dalam Perjanjian Baru
ada kesaksian tentang jawaban manusia terhadap pemyataan dari Allah dalam
Kristus. Ada macam‑macam jawaban dan hal ini sangat jelas disaksikan dalam
empat Injil. Ada yang ragu‑ragu, yang lain kagum dan percaya kepada‑Nya dan
yang lain lagi kecewa, membantah, meninggalkan Dia dan bahkan menolak‑Nya
dengan menyalibkan Dia. Kesaksian jawaban yang paling mengagumkan dan
menggetarkan diberikan oleh Rasul Agung St. Paulus, Guru para bangsa.
1.5.Alkitab adalah Sabda Allah dalam bahasa
manusia
Alkitab adalah Sabda Allah dalam bahasa
manusia. Kita perlu mengerti pengakuan Iman ini dengan baik karena
kerapkali orang mengalami kesukaran bahkan ragu‑ragu apabila membaca teks‑teks
tertentu dan menanyakan apakah ini Sabda Allah atau tidak. Sebagian besar teks
Kitab Suci berbentuk cerita dan kerapkali orang menjadi bingung dan menanyakan
apa yang disabdakan Allah dalam berita tersebut. Jarang satu teks Kitab Suci
berbicara langsung pada pembaca atau pendengar sekarang.
Alkitab
adalah Sabda Allah, karena Dia memberi kesaksian tentang Allah, tentang karya‑Nya
dan Sabda‑Nya Kesaksian apa yang diberikan tentang Allah dan jenis kesaksian
itu telah kita lihat di atas. Puncak dari kesaksiannya tentang Allah ialah:
tentang Yesus yang adalah Sabda Allah sendiri dalam daging atau kelemahan wujud
manusia (Yoh. 1:1‑18).
Perjanjian
Baru diresapi seluruhnya oleh Sang Sabda ini, oleh pribadi‑Nya, kehadiran dan
Sabda‑Nya. Mendengarkan bacaan‑bacaan Perjanjian Baru membawa pendengar
langsung berkontak dengan Kristus, dengan Allah Bapa‑Nya. Hal yang sama berlaku pula untuk Perjanjian Lama.
Meskipun tidak sama kekuatannya di mana‑mana. Membaca Perjanjian Lama terus‑menerus
membawa kita kontak dengan pikiran dan perasaan Allah, menghadapkan kita dengan
kehadiran‑Nya. Mengapa Kitab Suci bersifat demikian? Pertanyaan ini membawa
kita pada alasan kedua, yakni karena Kitab Suci ditulis atas dorongan, hembusan
dan ilham Roh Kudus. Kita dengarkan kesaksian 2 Ptr. 1:2 "Yang terutama kamu harus ketahui ialah
bahwa nubuat‑nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak
sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi
oleh dorongan Roh Kudus orang‑orang berbicara atas nama Allah". Karena Roh
Allahlah yang menjiwai segala yang disampaikan, maka "Firman Allah itu
hidup dan kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun; la masuk amat
dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi‑sendi dan sumsum. Dia sanggup
membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita" (Ibr. 4:12). Kitab Suci
bukan hanya memberi kesaksian tentang Allah tetapi sanggup mengundang dan
memasuki hati setiap orang yang percaya untuk menjawab Sabda tersebut, bergaul
dengan Allah dan memasuki hidup Allah.
Kitab Suci adalah sabda Allah
dalam bahasa manusia artinya melalui Kitab Suci Allah berbicara dengan manusia
dengan perantaraan manusia yang menulisnya dan dengan cara berbicara (bahasa) manusia.
Dari
keterangan di atas kita sekarang dapat melihat bahwa Kitab Suci adalah Sabda
Allah, Dia adalah tanda dan peringatan yang hidup bahwa sampai hari ini Allah
masih berbicara dengan manusia dan mengundang dia untuk menjawab Sabda‑Nya.
Tuhan hadir dan berbicara melalui pengalaman dan perjuangan manusia yang
disaksikan di dalamnya, melalui sejarah manusia. Kehadiran Allah ini adalah
kehadiran yang hidup. Dia berbicara dan menyatakan diri‑Nya dalam hidup. Sabda
karunianya bukan pertama‑tama kata-kata
untuk dipelajari tetapi untuk dihayati, "Suatu hidup untuk dibagi
bersama, panggilan untuk diikuti dan pengalaman untuk dicoba".
Sabda Allah ini menjadi
pribadi dalam diri Yesus Kristus karena itu la merupakan suatu undangan untuk
suatu pertemuan, pergaulan dan persekutuan hidup, dengan Bapa dan Putra‑Nya
Yesus Kristus dalam persaudaraan Iman.(bdk. 1 Yoh 1:1‑4).
1.6. Alkitab: terdiri dari Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru
Alkitab disebut “Perjanjian” (Perjanjian Lama dan Baru) oleh karena
berisikan “perjanjian Allah dengan manusia”. Dalam Alkitab diceritakan dan
dipikirkan segala sesuatu yang berkaitan dengan perjanjian itu, yaitu Allah dan
manusia, setia dan/atau tidak setia pada perjanjian itu; bagaimana perjanjian
itu terlaksana atau tidak terlaksana.
Kata “perjanjian” dipakai untuk mengatakan bahwa antara
Allah dan manusia terjalin hubungan istimewa, bukan hubungan alamiah saja.
Hubungan yang serupa sekaligus juga berbeda dengan hubungan antara manusia yang
terjalin melalui sebuah perjanjian. Kata asli perjanjian dalam bahasa Ibrani
adalah “berit”yang dalam Perjanjian Lama berarti perjanjian dua pihak yang
tidak sederajat, jadi dibuat menurut pola perjanjian antara raja penakluk dan
raja yang ditaklukkan yang harus membayar upeti. Pihak yang kuat mewajibkan
dirinya melindungi yang lemah; sebagai balasan, pihak yang lemah menyatakan
kesediaan untuk mengabdi (bdk 2 Sam 3:12) kepada yang kuat, disaksikan Tuhan (1
Sam 20:8). Dengan bersumpah, kedua pihak menjamin pelaksanaan kewajiban mereka
masing-masing. Dalam rangka hubungan manusia dengan Allah, maka pihak Allah
akan selalu setia dalam janji-janji-Nya, kesetiaan Allah tidak pernah
tergantung dari ketidaksetiaan manusia. Sedangkan bangsa Israel/manusia
berjanji akan melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Rumusan perjanjian berakhir
dengan berkat-berkat ataupun kutukan yang sepenuh-penuhnya tergantung dari
pelaksanaan perjanjian dalam kenyataan (Kel 19:5.8). Landasan setiap perjanjian
adalah prakarsa Tuhan semata-mata. Manusia tidak boleh lupa sesaat pun, bahwa
melalui perjanjian-perjanjian itu Allah sendirilah yang bertindak.
Sebagai
kesimpulan atas pertanyaan mengenai apa Alkitab itu, perkenankanlah kami
mengutip kata-kata almarhum Paus Paulus VI tentang kitab ini: Alkitab adalah
buku yang berbeda secara radikal dari segala sesuatu yang dihasilkan oleh umat
manusia sesuatu yang jauh‑jauh lebih luhur: Dia adalah Sabda Allah. Alkitab
dapat dikatakan mewujudkan segala sesuatu secara sempurna tujuan yang paling
luhur yang pernah diberikan kepada sesuatu buku: Memasukkan manusia dalam
kontak dengan pencipta !Kadang‑kadang dengan kejernihan suatu cerita, lain kali
dengan kedahsyatan kecaman kenabian, lain kali lagi dengan nyanyian‑nyanyian
dalam bentuk puisi yang terindah. Di mana tercermin dalam segala kekayaan
keanekaannya, kebijaksanaan Ilahi dan psikologi manusia.
Dalam kesemuanya itu Allah mengajar
generasi-generasi yang susul menyusul di dunia ini, menyinarinya dan
menggembirakaannya dengan sabda-Nya.
2.
Pentingnya Studi/Mempelajari Kitab Suci .
2.1. Alkitab adalah buku yang sukar
Kerapkali kita mendengar keluh kesah umat bahwa mereka tidak
mengerti apa yang dibaca. Memang kadang-kadang pembacaan itu dapat menghibur
dan menguatkan iman mereka, tetapi sebagian besar isi Kitab Suci tidak mudah
ditangkap maksudnya. Harus kita akui bahwa Alkitab adalah buku yang sukar,
tidak mudah dicernakan. Kesukaran ini sudah dialamisejak Gereja Para Rasul.
Penulis surat Petrus yang kedua sudah memperingatkan para pendengar di jamannya
untuk tidak menafsirkan Kitab Suci seturut kehendaknya (bdk 2 Ptr 1:20-21).
Tentang surat-surat Paulus dia mengatakan ada hal-hal yang sukar dipahami (2
Ptr 3:16). Sida-sida dari Etiophia yang gemar membaca Kitab Suci mengalami
kesulitan untuk mengerti kitab Yesaya (Kis 8:26-40). Kedua murid dari Emaus
ditegus oleh Yesus sebagai orang bodoh yang sangat lamban hatinya sehingga
tidak mengerti apa yang ditulis oleh para nabi (bdk Luk 24:25). Para pemimpin
agama Yahudi kerap dikecam oleh Yesus karena tidak mengerti Kitab Suci dan
bagaimana harus membacanya (bdk Mat 22:23-24.41-46; Yoh 5:39-40). Jika Alkitab
sudah sukar dimengerti oleh orang-orang pada jaman Yesus hidup dan para Rasul
yang masih berasal dari latar belakang kebudayaan yang sama, apalagi kita.
Mengapa Alkitab itu adalah suatu buku yang sukar?
Pertama Karena ciri sejarah dan pernyataan diri
Allah. Allah telah menyatakan dirinya kepada manusia dari jaman dan tempat
tertentu. Dia berbicara kepada manusia dan dengan cara manusia. Dari sebab itu
bahasa wahyu Allah dengan sendirinya terikat kepada jaman dan kebudayaan di
mana Allah menyatakan diri-Nya. Kebudayaan mereka dalam banyak hal berbeda
dengan kebudayaan kita. Di samping itu jarak waktu yang memisahkan kita dengan
mereka juga amat besar. Sifat kesejarahan ini dipersulit lagi karena Allah
telah menyatakan diri-Nya bukan dalam satu dua tahun tetapi dalam kurun waktu
lebih kurang 2000 tahun, yakni dihitung mulai dari panggilan Abraham yang tidak
diketahui dengan pasti kapan peristiwa besar itu terjadi.
Kedua Karena Alkitab terdiri dari banyak buku,
ditulis oleh banyak orang dalam jaman dan tempat yang berbeda-beda dan dalam
aneka ragam bentuk kesusasteraan. Untuk mendalami Alkitab secara lebih baik
bagaimanapun juga kita harus memiliki rasa kesusasteraan, mengenal bagaimana
bahasa bekerja. Tidak sedikit bagian Kitab Suci yang tertulis dalam bentuk
puisi.
Ketiga Karena isinya yakni tinggi dan dalamnya,
panjang dan lebarnya rahasia Allah dan karya-Nya yang disampaikan kepada kita.
Beberapa surat rasul Paulus misalnya tidak mudah dibaca.
2.2. Keharusan dan Tujuan Ilmu-ilmu Alkitabiah
Mengingat kenyataan‑kenyataan tersebut di atas, maka dibutuhkan
studi dan ilmu‑ilmu Alkitabiah untuk membuka kekayaan rohani yang terkandung di
dalamnya bagi hidup Gereja. Dibutuhkan beberapa cabang ilmu Alkitabiah sesuai
dengan hakekat dan sifat‑sifat Alkitab itu sendiri. Kami berikan di sini satu dua catatan tentang
cabang‑cabang Ilmu Alkitab itu. Aslinya Alkitab itu tertulis dalam bahasa
Ibrani, Aram dan Yunani. Dengan. sendirinya untuk mengertii Alkitab dengan
lebih mendalam dibutuhkan ilmu bahasa dengan segala cabangnya. Betapa indahnva
kalau kita dapat membaca Alkitab dalam bahasa‑bahasa aslinya setiap bahasa
mempunyai sifat dan kekayaan sendiri‑sendiri dan hal ini kerap sukar dialihkan
ke dalam bahasa lain. Bahasa adalah ungkapan pikiran, pengalaman dan perasaan.
Tata bahasanya menunjukkan bentuk pikiran. Satu contoh untuk menunjukkan betapa
pentingnya mengenal bahasa ialah pernyataan nama Allah di Gunung Horep (Kel.
3:14). Dalarn bahasa aslinya berbunyi Ehyeh Esyer Ehyeh artinya secara harafiah
"Saya ada yang Saya ada". Apa
artinya pernyataan ini ?
Karena Tuhan telah berbicara melalui manusia pada jaman dan tempat
tertentu, sangat dibutuhkan geografi dan sejarah Akitabiah. Tanpa kedua
pengetahuan yang mendasar ini kita sukar sekali mengerti banyak dari pernyataan
diri Allah yang dalam bahasanya sangat terikat kepada tempat dan waktu. Juga
karena sejarah dan kebudayaan bangsa‑bangsa di sekitarnya dan di seluruh Timur
Tengah Purba, maka juga sangat dibutuhkan ilmu kebudayaan, keagamaan dan
sejarah bangsa‑bangsa Timur Tengah Purba. Baru dalam latar belakang ini tampak
keunikan Israel dalam hubungannya dengan bangsa‑bangsa lain. Masih ada
pendekatan lain seperti dari sudut sosiologi, dan psikologi.
Semua ilmu cabang di alas membantu kita untuk mengerti Alkitab
dengan lebih baik. Namun dengan itu kita belum mencapai tujuan terakhir segala
karya ilmiah alas Alkitab yakni penafsiran isi dan amanatnya bagi hidup Gereja.
Hal ini dilakukan dalam eksegese dan teologi Alkitabiah. Akan tetapi kedua
cabang ilmu Alkitabiah ini tidak mencapai tujuannya apabila tidak ada cabang‑cabang
ilmu pembantu di alas.
2.3. Keharusan, Tujuan dan Metode ilmu pengantar
Kitab Suci
Kebutuhan akan adanya suatu pengantar ke suatu dokumen tertentu
dirasakan terutama apabila sudah ada jarak waktu yang cukup jauh antara dokumen
tersebut dan pembaca. Bentuk pengantar ada macam‑macam. Ada yang berupa catatan
geografis, sejarah, latar belakang kebudayaan dengan segala aspeknya dan lain
sebagainya. Bagaimanapun juga tujuannya tidaklah lain daripada untuk memudahkan
pembaca mengerti dokumen tersebut.
Kebutuhan akan adanya pengantar sudah dirasakan oleh penerbit buku
Kitab Suci. Perjanjian Lama memuat catatan‑catatan pengantar semacam itu hampir
semua kitab para nabi (mis. Yes.l:l; Yer.l:l‑3: Hos.l:l; Am.l:l) dan dalam
beberapa Mazmur (Mzm. 18:51: 52:56; 57:59-60).
Catalan pendahuluan semacam itu kemudian diperluas sudah sejak
permulaan Gereja. Banyak Bapak Gereja, terutama St. Agustinus dan St.
Hironimus, telah menulis catatan pengantar. Akan tetapi langkah-langkah pertama
ke arah suatu pengantar ilmiah baru muncul pada abad ke 16. Sejak saat itu
pengantar Kitab Suci berkembang menjadi salah satu cabang ilmu Alkitabiah.
Ilmu pengantar Kitab Suci ingin mendekati dan menerangkan Alkitab
secara menyeluruh. Ada cabang‑cabang ilmu Alkitabiah yang mendekati Kitab Suci
dari sudut tertentu yakni sejarah Alkitabiah dan pengantar Kitab Suci. Ilmu
Pengantar Kit.ab Suci dapat merangkum suatu bidang bahan‑bahan yang tidak
terbatas, artinya apa saja yang dianggap perlu dan berguna untuk mengerti
Alkitab secara keseluruhan. Berdasarkan pengalaman masing‑masing ahli yang
tidak jarang dan dalam banyak hal ditentukan oleh para pendengamya dan konteks
kebudayaan dan kemasyarakatannya telah ditulis aneka ragarn bentuk pengantar
Kitab Suci. Secara tradisional para ahli pada umumnya berpendapat bahwa ilmu
pengantar Kitab Suci harus membicarakan tiga persoalan berikut, yakni sejarah
terjadinya Kitab Suci, sejarah terjadinya Kanon dan sejarah teks. Dalam
pengantar ini kita mau mendekati Alkitab sebagai buku sejarah, buku
kesusasteraan dan buku Iman. Itulah ciri‑ciri utama Kitab Suci. Ketiga ciri ini
haruslah dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kitab Suci
adalah kesaksian tentang karya Allah dalam sejarah, yang ditulis oleh manusia,
dan dengan bahasa manusia serta yang menyampaikan kepada kita rahasia Allah
yang tak terduga dan kehendak keselamat.annya bagi kita manusia. Perlu
diperhatikan bahwa ilmu ini namanya "pengantar". Tugasnya ialah seperti
memperkenalkan Kitab ini secara menyeluruh dan cukup mendalam agar para pembaca
melihat, mengerti dan mencintai buku ini.
Pengantar ini dibagi dalam dua bagian pokok, yakni:
a.
Pengantar umum Kitab Suci dengan tekanan pada Perjanjian Lama.
Pengantar Umum hanya membicarakan empat hal yaitu terjadinya kanon
Perjanjian Lama, beberapa bentuk sastra yang penting dalam Perjanjian Lama;
geografi Alkitabiah dan garis besar sejarah Israel.
b.
Pengantar ke masing‑masing bagian Perjanjian Lama yaitu
Pentateukh, Kitab‑kitab Sejarah, Kitab-kitab Kebijaksanaan dan Nyanyian
dan akhirnya Kitab-kitab Kenabian.
2.4. Pentingnya studi Kitab Suci bagi hidup
Gereja
Di atas telah dikatakan bahwa
tujuan terakhir dari segala karya ilmiah atas Kitab Suci ialah mendalami isi
dan amanatnya bagi hidup Gereja. Sekarang dalam bab ini kita mau melihat tempat
studi Alkitab dalam hidup Gereja. Pentingnya studi Alkitab dapat dilihat
dari beberapa sudut:
a.
Dari
tempat Alkitab dalam hidup Gereja
b.
Dari
persoalan‑persoalan yang dihadapi Gereja sekarang dan
c.
Dari
hubungan kita dengan Gereja‑gereja Protestan.
a. Alkitab adalah buku Gereja, buku imannya
Dia adalah Sabda Allah dalam
bahasa manusia. Gereja melihatnya sebagai suci dan ilahi karena di dalamnya
terdapat Sabda Allah. Dari sebab itu, Alkitab, bersama Tradisi, merupakan
"hukum dan kaidah tertinggi dari Iman Gereja."
Alkitab sebagai Sabda Allah
adalah santapan kehidupan Gereja dan Gereja selalu menghormati Alkitab seperti
dia menghormati Tubuh Tuhan. Hal ini tampak jelas sekali dalam Liturgi terutama
dalam Liturgi Ekaristi. Hanya ada satu meja santapan kehidupan Gereja dan meja
itu terdiri dari Sabda Allah dan Tubuh Kristus. Karena Sabda Allah adalah
santapan kehidupan Gereja, Gereja tidak mungkin bertumbuh, berkembang dan
diperbaharui tanpa Sabda Allah.
Karena Alkitab mempunyai
tempat yang begitu vital dalam kehidupan Gereja, maka Alkitab hares terbuka
lebar‑lebar bagi semua prang beriman. Adalah hak setiap prang beriman untuk
memiliki Alkitab dan menerima santapan kehidupan daripadanya. Dari sebab itu,
menjadi kewajiban para Uskup untuk mengajar umat beriman bagaimana menggunakan
buku ini teristimewa Perjanjian Baru dan terutama Injil secara tepat.
Studi Alkitab secara mendalam
disertai doa dituntut secara istimewa dari para Imam, calon Imam, Diakon, Katekis
dan Guru‑guru agama. Tugas utama seorang Katekis ialah mewartakan Sabda Allah baik kepada kaum
beriman maupun yang belum beriman kepada Kristus. Melalui pelayananlah, Sabda
Allah menjadi santapan kehidupan umat. Kitab Suci harus menjadi buku renungan mereka setiap hari agar mereka dapat belajar
"Keunggulan pengenalan akan Kristus melampui segala sesuatu" (Flp.
3:8). Studi Alkitab terutama dalam mempersiapkan khotbah dan pendalaman iman
haruslah dilihat sebagai salah satu tugas pastoral yang utama. Bagi guru agama
sendiri studi Alkitab amat penting. Tugas utama Guru agama adalah menyampaikan
dan mewartakan Sabda 'Iuhan kepada anak didiknya. Untuk itu Guru Agama sendiri
harus mendalami Sabda Tuhan dalam Kitab Suci, hal ini hanya mungkin jika Guru Agama
sendiri dengan tekun mempelajari dan merenungkan Sabda Tuhan.
Studi Alkitab masih mempunyai
fungsi lain bagi hidup Gereja yakni agar Gereja berkembang dan selalu menjadi
lebih dewasa dalam pengertiannya tentang imannya. Studi adalah salah satu jalan
dari perkembangan ini.
b. Salah satu persoalan utama yang
dihadapi Gereja sekarang ialah inkulturasi dan tantangan kemajuan teknologi
modern dengan segala buahnya dan dampaknya. Injil harus meragi seluruh kekayaan
kebudayaan bangsa dan zaman serta menjadi jiwanya. Untuk mencapai maksud ini,
salah satu tugas utama Gereja ialah mendalami kembali Wahyu Ilahi seperti yang
disaksikan oleh Alkitab dan dijelaskan oleh para Bapa Gereja dan Magesterium.
Tanpa studi yang mendalam atas Kitab Suci orang akan kehilangan jalan, arah dan
sarana untuk menjadikan Injil jiwa seluruh kekayaan bangsa dan zaman.
c. Salah satu panggilan utama Gereja
sekarang di tanah‑tanah misi ialah memajukan persatuan dan kesatuan kembali
antara seluruh umat Kristen. Panggilan ini benar‑benar merupakan suatu tugas
Injili (Yoh. 17). Gereja Katolik mengakui bahwa "Cinta serta perhormatan
bahkan seperti ibadah kepada Kitab Suci membuat saudara‑saudara kita tekun dan
rajin mempelajari kitab ini." Jadi dalam Gereja Katolik, dia merupakan
"alat istimewa dalam tangan Allah Yang Maha Kuasa untuk mencapai kesatuan
itu yang ditawarkan Sang Penyelamat kepada semua manusia.
3.
Cara Mengutip Kitab Suci
Kitab Suci sekarang terbagi atas bab-bab dan
ayat-ayat. Pembagian ini tidak asli karena baru dibuat para ahli sekitar tahun
1500 Mas. Tujuannya memudahkan orang mengutip Kitab Suci dan menolong pembaca
untuk menemukannya kembali dalam Alkitab.
Cara
mengutipnya adalah sebagai berikut:
- Kej 5:9 artinya
kitab Kejadian bab 5, ayat 9
- Kej 5:9-20 artinya kitab Kejadian bab 5, ayat 9 - 20
Kej 5:9.11-15 artinya kitab Kejadian bab
5, ayat 9 dilanjutkan ayat 11-15
- Kej 5-6 artinya kitab Kejadian
bab 5 sampai bab 6
- Kej 5:1-6:10 artinya kitab Kejadian bab 5 ayat 1 sampai
bab 6, ayat 10
- Kej 5:4; 7:4 artinya kitab Kejadian bab 5, ayat 4 dan
bab 7, ayat 4
- Kej
5:4; Kel 4:5 artinya kitab Kejadian bab
5, ayat 4 dan kitab Keluaran bab 4, ayat 5.
Kutipan-kutipan
Alkitab dibuat kependekan. Kependekan yang lazim dipakai di Indonesia dan yang disepakati oleh pihak Katolik dan
Protestan adalah sebagai berikut:
* Kej :Kejadian - Rat Ratapan
* Kel: Keluaran - Bar Barukh
* Im: Imamat - Yeh Yehezkiel
* Bil: Bilangan - Dan Daniel
* Ul: Ulangan - Hos Hosea
* Yos: Yosua - Yl Yoel
* Hak: Hakim-hakim - Am Amos
* Rut: Rut - Ob Obaja
* 1 Sam: 1 Samuel - Yun Yunus
* 2 Sam: 2 Samuel - Tob Tobit
* 1 Raj: 1 Raja-raja - Ydt Yudit
* 2 Raj: 2 Raja-raja - Est Ester
* 1 Taw: 1 Tawarikh - 1 Mak 1
Makabe
* 2 Taw: 2 Tawarikh - 2 Mak 2
Makabe
* Ezr: Ezra - Ayb Ayub
* Neh: Nehemia - Mzm Mazmur
* Ams: Amsal - Mi Mikha
* Pkh Pengkotbah - Nah Nahum
* Kid Kidung Agung - Hab Habakuk
* Keb Kebijaksanaan Samolo - Zef Zefanya
* Sir Yesus bin Sirakh - Hag Hagai
* Yes Yesaya - Za Zakharia
* Yer Yeremia - Mal Maleakhi
4.
Bahasa-bahasa
asli Kitab Suci.
Alkitab yang kita miliki adalah sebuah terjemahan yang
dibuat atas dasar Alkitab asli yang ditulis dalam bahasa-bahasa lain. Bahasa-bahasa asli Kitab Suci ada tiga
yaitu Bahasa Ibrani, bahasa Aram dan bahasa Yunani. Perjanjian Baru seluruhnya
ditulis dalam bahasa Yunani.
Sebagian besar Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa
Ibrani. Bahasa ini termasuk rumpun bahasa-bahasa yang disebut “bahasa Semit” yang dipakai bangsa-bangsa yang
berkediaman di kawasan Timur Tengah (kecuali Turki). Bahasa Ibrani cukup
berdekatan dengan bahasa Aram dan Arab. Bahasa Ibrani Kitab Suci ialah bahasa
Ibrani kuno.
Hanya sebagian kecil Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa
Aram, yaitu Ezra (4:8-6:18; 7:12-26) dan sebagian kitab Daniel (2:4b-7:28).
Bahasa Aram serumpun dengan bahasa Ibrani. Bahasa Aram inilah yang dipakai
sebagai bahasa sehari-hari pada zaman Yesus Kristus. Akan tetapi dewasa ini
bahasa Aram tidak dipakai lagi, kecuali oleh beberapa kelompok kecil orang
Kristen di Palestina dan Libanon. Orang Yahudi sendiri dewasa ini menggunakan
bahasa Ibrani. Bahasa Aram aslinya
berasal dari bangsa Aram yang berkediaman di kawasan sungai Efrat dan Tigris
serta negeri Siria. Tetapi sekitar tahun 800 sebelum Masehi bahasa Aram telah
menjadi bahasa internasional, Pada waktu bangsa Israel dibuang, umat Israel
mengganti bahasa Ibrani dengan bahasa Aram, sehingga kemudian menjadi bahasa
sehari-hari.
Hanya dua kitab Perjanjian Lama yang langsung ditulis
dalam bahasa Yunani, yaitu 2 Makabe dan Kebijaksanaan Salomo. Tetapi ada
beberapa kitab yang aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani atau Aram,
diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Dan akhirnya yang terpelihara tinggallah
yang berbahasa Yunani. Kitab-kitab ini adalah Yudit, Tobit, 1 Makabe, Tambahan
kitab Daniel, Tambahan kitab Ester, Sirakh. Aslinya bahasa Yunani berasal dari
negeri Yunani. Tetapi semenjak Alexander Agung (sekitar tahun 330 sebelum
Masehi) merebut seluruh kawasan Timur bahasa Yunani menjadi bahasa
Internasional
BAB II
PENGANTAR
UMUM KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA
1.
Kanon dan Proses Terbentukan Perjanjian
Lama
1.1._
Kanon Kitab Suci
Kata kanon adalah sebuah kata Yunani yang
berasal dari bahasa Ibrani qane yang berarti tongkat lurus atau
tongkat pengukur (bdk Yeh 40:3). Dalam bahasa Yunani kata kanon
digunakan dalam arti kaidah atau patokan (bdk 2 Kor 10:13; Gal
6:6). Sedangkan dalam kaitannya dengan Kitab Suci, kata Kanon diartikan daftar
resmi dari kitab-kitab yang menjadi ukuran, pedoman atau kaidah iman Gereja. Dengan
kata lain kanon berarti daftar kitab-kitab yang diterima Gereja sebagai
Kitab Suci atau kanonik.
1.2. Istilah Perjanjian Lama
Istilah
“Perjanjian Lama” kemungkinan berasal dari St. Paulus (2 Kor 3:14). Istilah ini
mungkin dibentuk berdasarkan pandangan Yeremia (Yer 31:34). Perjanjian Lama
adalah perjanjian yang diikat Tuhan dan umat Israel di Sinai (Kel 19-24).
Sedangkan Perjanjian Baru adalah perjanjian yang diikat Tuhan dengan seluruh
umat manusia dengan Kristus (Luk 22:20). Kata perjanjian dipakai untuk
menunjukkan jalinan istimewa antara Allah dengan manusia.
Sejak
tahun 1975 ketika diterbitkan Alkitab lengkap dalam bahasa Indonesia sebagai
hasil usaha Ekumenis antara sejumlah besar Gereja Protestan dan Gereja Katolik,
kita melihat beberapa perbedaan yang antara lain:
Pada kulit
Kitab Suci yang diterbitkan untuk umat Katolik tertulis “ALKITAB
DEUTEROKANONIKA”. Sedangkan untuk umat Protestan tidak ada tulisan
DEUTEROKANONIKA.
Apabila
kita melihat daftar isinya ternyata juga terdapat perbedaan dalam jumlah buku
yang diterima sebagai kanonik. Umat
Katolik memiliki 46 buku Perjanjian Lama, sedangkan umat Protestan hanya
memiliki 39 buku.
1.3. Kanon
Kitab Suci dalam Agama Yahudi
Mengapa
ada perbedaan jumlah kitab Perjanjian Lama antara Gereja Katolik dengan Gereja
Protestan? Hal ini berkaitan dengan kanonisasi Kitab Suci. Kanon Kitab Suci
Gereja Protestan didasarkan pada kanon Kitab Suci orang Yahudi, sehingga Kitab
Suci Perjanjian Lama Yahudi sama dengan kanon Kitab Suci orang Protestan.
Proses terjadinya kanon Kitab Suci orang Yahudi sangat panjang dan rumit. Hal
ini disebabkan oleh karena Kitab Suci tidak terjadi dalam satu atau dua tahun,
tetapi penulisan Kitab Suci Perjanjian Lama memakan waktu kurang lebih 10 abad.
Kanon Kitab Suci dalam agama Yahudi dibagi
dalam 3 kelompok, yaitu:
a. Kelompok Pertama ialah Taurat (Ibraninya Tora) atau
kitab Taurat Musa yang meliputi: Kejadian, Keluaran, Bilangan, Imamat, dan
Ulangan.
Kitab Taurat termasuk bagian Kitab Suci
agama Yahudi yang pertama-tama dibukukan dan diakui sebagai kanonik. Hal ini mungkin
terjadi pada sekitar abad kelima atau keempat sebelum Masehi.
b. Kelompok Kedua ialah kitab-kitab para Nabi (Ibraninya Nebi’im),
yang meliputi:
a. Nabi-nabi awal: Yosua, Hakim-hakim, 1,2
Samuel, 1,2 Raja-raja
b. Nabi-nabi Kemudian: Yesaya, Yeremia,
Yehezkiel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya,
Hagai, Maleakhi dan Zakaria.
Jadi tidak termasuk dalam kelompok ini
adalah Ratapan dan Daniel. Kelompok ini sudah diterima sebagai Kitab Suci
sebelum permulaan abad kedua sebelum Masehi.
c. Kelompok Ketiga yang disebut Ketubim
artinya Kitab-kitab atau tulisan-tulisan (lain), yang meliputi:
a. Mazmur, Ayub, Amsal (ketiganya disebut
tulisan-tulisan besar.
b. Rut, Kidung Agung, Pengkotbah, Ratapan,
Ester (kelimanya disebut lima gulungan)
c.
Daniel, Ezra, Nehemia, 1,2 Tawarikh.
Jumlah
kitab yang termasuk kelompok ini masih terbuka sampai dengan zaman Kristus dan
abad pertama kekristenan.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dasar
pengurutan dan pengelompokkan kitab-kitab ini ke dalam tiga bagian ialah menurut
waktu pengakuan kitab-kitab itu sebagai kanonik.
1.4. Terjadinya Kanon Perjanjian Lama
Kitab Suci Yesus dan para Rasul adalah
Perjanjian Lama. Pada zaman Gereja Purba belum ada keseragaman jemaat-jemaat
mengenai kanon Kitab Suci. Gereja para Rasul menggunakan Kitab Suci dalam
bahasa Yunani yang disebut Septuaginta (disingkat LXX). Kitab ini bukan
melulu terjemahan Yunani dari Kitab Suci dalam bahasa Ibrani, sebab Septuaginta
memuat lebih banyak kitab daripada yang terdapat dalam kanon Yahudi (Kanon
Yamnia).
Kitab yang terdapat pada Septuaginta
tetapi tidak terdapat dalam kanon Yamnia adalah:
-
Tobit
-
Yesus bin Sirakh
- Yudith
- Mazmur Salomo
- Barukh
- Tambahan kitab Daniel
- Tambahan kitab Ester
- 1,2,3,4, Makabe
- Doa Manaseh
- Surat Yeremia
- Kebijaksanaan Salomo
- 1,2 Esdras.
Perbedaan yang terdapat pada Septuaginta
dengan kanon Yamnia bukan melulu terletak pada banyaknya buku. Ada perbedaan
yang lebih dalam yakni bahwa ada beberapa kitab dalam Septuaginta mencerminkan
pengaruh kebudayaan Yunani atau reaksi terhadap kebudayaan itu.
Sejarah
terjadinya kanon Perjanjian Lama panjang dan rumit. Pada mulanya masing-masing
Gereja setempat (Suriah, Palestina, Asia Kecil, Yunani, Roma dan lain-lain)
mempunyai kitab-kitab “kanonik”nya sendiri-sendiri. Tentu saja ada persamaan
besar antara mereka meskipun ada juga perbedaannya.
Di
bagian Barat dunia kekristenan waktu itu Gereja menggunakan terjemahan Alkitab
dalam bahasa Latin yang disebut Vetus Latina. Terjemahan itu diambil
dari Septuaginta. Pada abad ke 4, diadakan Konsili di Kartago (diberi nama
Konsili Kartago) untuk menetapkan kitab-kitab kanonik untuk Gereja lokalnya.
Kanon ini memuat kitab-kitab yang tidak terdapat dalam kanon Yahudi.
Pada
waktu itu terdapat banyak terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin, tetapi tidak
seragam. Maka pada tahun 382, St. Hirenimus diperintahkan oleh Paus Damasus
untuk menterjemahkan Kitab Suci secara lebih kristis. Terjemahan baru ini
adalah terjemahan langsung dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Latin. Terjemahan
ini pada permulaannya belum banyak yang menggunakannya, namun lama kelamaan
terjemahan St. Hirenimus diterima dan dipakai bersama Vetus Latina. Sejak abad
ke 16 terjemahan St. Hirenimus dengan gabungan beberapa bagian dari Vetus
Latina disebut Vulgata, dan menjadi terjemahan resmi Gereja Katolik.
Kanon
Perjanjian Lama ditetapkan secara definitip oleh Konsili Trente dalam sidangnya
pada tanggal 8 April 1546. Konsili mengambil sikap ini karena orang Protestan
menolak semua kitab yang tidak terdapat dalam kanon Yahudi (Kanon Yamnia).
Konsili memutuskan untuk menerima 46 kitab Perjanjian Lama sebagai kanonik.
Sedangkan Protestan 39 kitab Kanonik Perjanjian Lama. Kitab-kitab yang diakui
sebagai kanonik oleh Gereja Katolik melalui Konsili Trente tetapi ditolak oleh
Gereja Protestan adalah:
Yudith
Tobit
Kitab Barukh
Kebijaksanaan Salomo
Yesus bin Sirakh
1,2 Makabe
Tambahan kitab Ester
Tambahan kitab Daniel
Surat Yeremia.
Catatan: Kesepuluh tambahan ini dihitung
tujuh, karena, Surat Yeremia digabung dengan Barukh (Barukh bab 6). Tambahan
kitab Ester dijadikan satu dengan kitab Ester, tambahan kitab Daniel dijadikan
satu dengan kitab Daniel.
Kitab-kitab ini sejak bada 16 disebut deuterokanonika
artinya kitab-kitab yang diterima kedua sebagai kanon. Sedangkan
kitab-kitab lain disebut Protokanonika artinya kitab-kitab yang
pertama diterima sebagai kanon.
Adapun yang menjadi dasar atau kriteria
penetapan kanon Perjanjian Lama oleh Konsili Trente adalah penggunakan kitab
tersebut secara terus menerus dalam Gereja, baik dalam teologi, ibadat maupun
dalam katekese. Kitab-kitab tersebut menjadi santapan kehidupan Gereja dan
merupakan ungkapan imannya. Penetapan Konsili Trente bersifat definitip artinya
kanon Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Kitab Suci Perjanjian Baru sudah final.
1.5. Pembagian Perjanjian Lama
Urutan dan pengelompokkan kitab-kitab
dalam Septuaginta berbeda dengan yang terdapat dalam kanon Yamnia. Urutan dan
pengelompokkan itu tidak dibuat menurut sejarah terjadinya dan penerimaannya
sebagai kanonik, tetapi menurut jenis kesusasteraan dan isinya.
Berikut ini dapat dilihat secara lengkap
urutan dan pengelompokkan kitab-kitab Perjanjian Lama menurut tradisi Kristen
(Gereja Katolik):
A.
Kelompok Pentateukh
Termasuk kelompok ini adalah: Kejadian
(Genesis); Keluaran (Eksodus); Imamat (Levitikus); Bilangan (Numeri); Ulangan
(Deuteronomium).
Kitab-kitab ini memandang ke masa lampau
ke awal mula dunia dan Israel. Pada umumnya kitab-kitab ini berbentuk
cerita dan hukum.
B.
Kelompok kitab-kitab Sejarah
Termasuk
dalam kelompok ini adalah: Yosua; Hakim-hakim; Rut; 1,2 Samuel, 1,2 Raja-raja;
1,2 Tawarikh; Ezra; Nehemia; Ester; Tobit; Yudith; 1,2 Makabe.
Kitab-kitab
sejarah pada dasarnya menceritakan apa yang lampau yakni karya Allah kepada
bangsa Israel dan reaksi atau bagaimana bangsa Israel menghayati panggilannya.
C. Kelompok kitab-kitab Kebijaksanaan dan
Nyanyian.
Termasuk dalam kelompok ini adalah: Ayub;
Mazmur; Amsal; Pengkotbah; Kidung Agung; Kebijaksanaan Salomo; Yesus bin Sirakh,
Kitab-kitab ini pada dasarnya
merefleksikan hidup ini, yakni bagaimana menghayati hidup secara benar. Jadi
kitab-kitab ini melihat ke arah yang sekarang, mengajar kita bagaimana
menghayati hidup ini, sehingga seringpula disebut kitab didaktis. Hampir
sebagian besar kitab-kitab ini berbentuk puisi.
D.
Kelompok kitab-kitab Kenabian.
Kelompok
ini meliputi: Yesaya; Yeremia; Ratapan; Barukh; Yehezkiel; Daniel; Hosea; Yoel;
Amos; Obaja; Yunus; Mikha; Habakuk; Zefanya; Hagai; Zakharia; Maleakhi; Nahum.
Kitab-kitab
kenabian berbicara tentang karya Allah di masa yang akan datang berdasarkan
kenyataan dan pengalaman yang sekarang dan karya Allah di masa lampau. Pada
umumnya kitab-kitab ini berbentuk puisi.
1.6. Proses Terbentuknya Perjanjian Lama
Kitab
Suci Perjanjian Lama terbentuk melalui proses yang sangat panjang. Sejarah
penyelamatan Allah yang mulai dengan pilihan Allah terhadap Abraham terjadi
pada abad 19/18 seb. Mas. Asal usul Perjanjian Lama, tradisi-tradisi yang
terbentuk di sekitar para bapa bangsa, bermula dari Abraham, manusia yang
dipanggil Allah dan yang menerima janji-janji ilahi untuknya dan keturunannya.
Namun Musalah sang pemimpin dan pemberi hukum yang pada abad ke 13 seb. Mas
menghimpun sekelompok suku-suku pelarian menjadi suatu bangsa, yang mengawali
gerakan religius besar-besaran. Gerakan inilah yang akhirnya menghasilkan
tulisan-tulisan yang ternyata merupakan anugerah Allah kepada umat manusia.
a. Pentateukh atau Taurat Musa yang
mengisahkan awal mula dunia, manusia, samopai terbentuknya bangsa Israel
menjadi suatu bangsa di bawah pimpinan Musa sebenarnya baru terbentuk
sebagaimana yang kita miliki sekarang sekutar abad 6 atau 5 sebelum Masehi.
b. Tulisan-tulisan kenabian mulai dengan nabi
Amos dan Hosea pada abad 8 seb Mas dan ditutup oleh Yoel dan Zakhria (bab 9-14)
pada abad ke 4 seb Mas.
c. Kitab-kitab sejarah meliputi kurun waktu
mulai dengan Yosua sampai 1 Makabe yang ditulis awal abad pertama seb Mas.
d. Abad ke 5 seb Mas merupakan masa yang
sangat subur untuk sastra kebijaksanaan (misalnya Ayub), tetapi gerakan dan
tulisan-tulisan kebijaksanaan sudah mulai pada zaman Salomo sampai abad pertama
sebelum Masehi.
Hal-hal di uraian di atas menunjukkan
bahwa terbentuknya tulisan-tulisan Perjanjian Lama sungguh melewati suatu
proses yang sangat panjang.
Harus
disadari bahwa sebagian besar tulisan-tulisan Perjanjian Lama bukanlah karya
satu orang melainkan karya banyak orang yang berkembang selama berabad-abad.
Semua yang ikut ambil bagian dalam proses penulisan ini memperoleh inspirasi.
Namun kebanyakan dari mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka digerakkan
oleh Allah. Memang dalam pengantar ini kita akan memberikan perhatian khusus
dari sudut “manusia” yang memandang tulisan-tulisan Perjanjian Lama sebagai
endapan kekayaan tradisi suatu bangsa yang berkembang selama berabad-abad. Perjanjian Lama sangat terikat dengan
suatu bangsa, yaitu bangsa Israel.
Sebagian
besar Perjanjian Lama didasarkan pada tradisi lisan: Pentateukh sampai kitab
Samuel dilandaskan pada banyak tradisi lisan yang berkaitan terutama dengan
para bapa bangsa, Musa, Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Daud. Kemuadian litab Raja-raja berdasarkan
tradisi lisan di sekitar Elia dan Elisa. Meskipun tulisan tulisan-tulisan
Perjanjian Lama baru mendapatkan bentuknya yang terakhir pada abad-abad
berikutnya, ini hanya menyangkut penulisan. Tradisi-tradisinya sendiri sudah
mulai jauh sebelum ditulisakan. Jadi tahun penulisan Perjanjian Lama tidak
menunjukkan usia bahan-bahan yang terdapat di dalamnya.
Untuk
lebih jelasnya berikut ini kami berikan skema terjadinya kitab-kitab Perjanjian
Lama ( apa yang dituliskan di sini hanyalah kemungkinan, bukan kepastian):
Abad
seb.Mas
|
Pentateukh/
Taurat Musa
|
Sejarah
|
Nabi-nabi
|
Kebijaksanaan
|
13
|
Musa:
awal proses penulisan pentateukh
|
Yosua:
Tradisi penaklukan
|
|
|
12-11
|
|
Hakim-hakim: tradisi Hakim-hakim, Daud
(1010-970)
|
|
Awal
penulisan Mazmur
|
10
|
Yahwis
terbentuk (Y)
|
Salomo
(970-931) 2 Sam 9-20
1
Raj 1-2 Tradisi
|
|
Awal
sastra kebijaksanaan
|
9
|
Tradisi
Elohis (E) terbentuk
|
Elisa dan Elisa Tradisi yg ada di
belakang 1 Raj 17-2Raj 13;
|
|
Mazmur
|
8
|
Tradisi
Deuteronomis (D) terbentuk
|
Tradsi
Deuteronomis (D)
|
Amos
Hosea
Yesaya
(1-39)
Mikha
|
Mazmur
|
7
|
Raja Hizkia (716-687) Y dan E disatukan
Yosia
(640-609)
Ulangan
5-28
|
Edisi pertama sejarah D, Yosua dan
Raja-raja
|
Zefanya
Nahum
Habakuk
|
Mazmur
|
6
|
Seb.pembuangan
- pembuangan (586-538): Edisi akhir kitab Ulangan
Tradisi
Para Imam (P) tersebntuk sesudah pembuangan
|
Edisi akhir Yosua, Hakim-hakim, Samuel
dan Raja-raja.
|
Yeremia
Yehezkiel
Ratapan
Deutero Yesaya (40-55)
Hagai,
Zakharia 1-8, Trito Yesaya (56-66)
|
|
5
|
Pentateukh
selesai
|
Rut,
Tobit
|
Yesaya
34-35; 24-27
Maleakhi,
Obaja, Yunus
|
Amsal
Ayub
|
4
|
|
Tawarikh,
Ezra, Nehemia
|
Yoel,
Zakharia 9-14
|
Mazmur
selesai’Kidung Agung
|
3
|
|
|
|
Pengkotbah
|
2
|
|
2
Makabe
Ester
|
Barukh
Daniel
|
Sirakh
|
1
|
|
1
Makabe
Yudit
|
|
Kebijaksanaan
|
2.
Beberapa
Bentuk Sastra Penting dalam Perjanjian Lama
Didalam bab pertama sudah disebutkan salah
satu keunikan Alkitab ialah karena Alkitab memiliki berbagai macam bentuk
sastra. Kalau kita mengenal bentuk-bentuk sastra itu dengan baik, kita akan
sangat terbantu dalam memahami tulisan-tulisan Perjanjian Lama. Berikut ini
diberikan keterangan beberapa bentuk sastra yang penting.
2.1. Mite
Menurut Kamus, mite adalah cerita yang
mempunyai latar bekalang sejarah, dipercayai oleh
masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak
mengandung hal-hal ajaib, dan pada umumnya ditokohi oleh dewa.
Sebagai salah satu bentuk sastra mite
mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Berbentuk cerita yang berkaitan dengan
peristiwa yang menurut pengalaman hidup manusia selalu terulang, misalnya
lingkaran musim.
2. Cerita-cerita itu terjadi di luar ruang
dan waktu, seringkali di dunia dewa-dewi.
3. Tokoh-tokoh dalam cerita itu bukan manusia
tetapi bersifat ilahi, meskipun tingkah laku mereka biasanya seperti manusia.
4. Cerita-cerita itu dilakonkan atau
dikisahkan dalam sebuah ibadah di tempat suci. Mereka yakin dengan melakonkan
cerita itu peristiwa yang dikisahkan akan terjadi lagi.
Dari ciri di atas rupanya Perjanjian Lama
tidak terdapat satu mite yang seperti itu. Namun demikian tidak berarti bahwa
tidak ada sastra mite dalam Perjanjian Lama. Kalau kita bicara mite dalam
Perjanjian Lama dimaksudkan cerita-cerita yang mungkin mempunyai asal usul
mitologis, tetapi sudah diubah oleh para penulis Perjanjian Lama sehingga
mengungkapkan teologi Israel. Kej 1-11 penuh dengan cerita-cerita seperti itu.
Dalam arti ini mite dalam Perjanjian Lama mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Bentuknya adalah cerita yang berkaitan
dengan karya Yahwe, Allah Israel yang Mahakuasa.
b. Yang menjadi perhatian cerita-cerita itu
bukan peristiwa-peristiwa di dunia dewa-dewi, tetapi campur tangan Yahwe bagi
umat-Nya.
c. Kiranya cerita-cerita itu juga dipakai
dalam ibadah Israel, hanya saja terutama untuk merayakan dan mensyukuri
karya-karya Allah yang sudah dikerjakan-Nya, bukan untuk menjamin bahwa yang
mereka inginkan akan terjadi.
Contoh mite dengan ciri di atas misalnya
kisah penciptaan dalam Kej 1:1-2:4a antara lain dipakai untuk menjelaskan asal
usul hari Sabat (Kej 2:2 dst).
2.2. Legenda
Legenda menurut Kamus adalah cerita rakyat
pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Ciri-ciri
legenda adalah sebagai berikut:
a.
Berkaitan dengan dunia ini, dengan orang-orang tertentu
yang hidup pada zaman dahulu kala, di tempat yang kadang-kadang dapat dikenal
namanya juga.
b.
Seringkali mempunyai inti historis, meskipun bukan
itulah yang terpenting.
c.
Menjelaskan beberapa segi kehidupan, biasanya dengan
mengisahkan suatu cerita mengenai asal-usulnya; dengan memuji keluhuran
tokoh-tokoh yang saleh atau para pahlawan, legenda meneguhkan keyakinan dan
nilai-nilai yang berlaku.
Seperti halnya mite, legenda kadang-kadang
mempunyai peranan untuk menjelaskan asal usul. Legenda berhubungan dengan
tempat suci menjelaskan mengapa tempat-tempat tertentu dianggap suci. Tempat
suci Betel berhubungan dengan legenda tangga Yakub (Kej 28:10-22). Tiga legenda
yang terdapat dalam Kej 17, Kel 4:24-26 dan Yos 5 berhubungan dengan sunat. Di
samping itu banyak cerita tokoh-tokoh termasuk jenis legenda, misalnya Samuel,
Elia dan sebagainya. Di dalamnya seringkali tercampur unsur-unsur sejarah,
pengajaran moral dan iman.
2.3. Saga
Legenda biasanya merupakan cerita yang
berkaitan dengan tempat suci atau orang, sedangkan saga lebih berkaitan dengan
tempat, nama atau hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan suku. Kisah Sodom
dalam Kej 19 adalah saga yang menjelaskan asal usul mengapa pegunungan di
sekitar laut Mati sangat bergaram dan tandus. Kisah mengenai Kain dan Habel
dalam Kej 4 berkaitan dengan kehidupan suku. Kedua tokog itu adalah wakil dari
dua cara hidup yang berbeda. Habel wakil kehidupan peternak yang hidup setengah
pengembara, sedangkan Kain adalah wakil petani. Persembahan Habel diterima,
persembahan Kain ditolak, ini mencerminkan penolakan Israel terhadap agama yang
dianut suku-suku petani.
2.4. Silsilah
Dalam Perjanjian Lama banyak terdapat
daftar bangsa, kota maupun nama. Di antaranya yang paling penting adalah
silsilah. Silsilah mengungkapkan kesatuan nasional Israel yang sangat mendalam
(Bil 1; 26; 1 Taw 1-9 dan sebagainya).
2.5. Sejarah
Sebagian besar Perjanjian Lama memberi
kesan sebagai kisah sejarah. Ketika zaman kerajaan mulai, muncullah suatu bentuk penulisan yang baru.
Para juru tulis kerajaan membuat catatan-catatan mengenai peristiwa-peristiwa
penting (bdk 1 Raj 11:41 yang berbicara mengenai kitab riwayat Salomo). Tidak
seperti legenda dan saga, kisah sejarah didasarkan pada sumber yang dapat
dipercaya. Tidak berarti bahwa yang dikisahkan adalah laporan murni. Di
dalamnya dapat dimasukkan maksud-maksud pembinaan iman, hidup susila atau yang
lain.
2.6. Hukum
Setiap masyarakat mempunyai hukum yang
berperan untuk mengatur kehidupan bersama-sama sehari-hari, mencegah tinda
kejahatan, melindungi orang lemah dan mencanangkan cita-cita atau nilai-nilai
kehidupan yang diyakini. Pendek kata hukum dapat menunjukkan jati diri suatu
masyarakat. Demikian juga bangsa Israel.
Dalam Perjanjian Lama ada bermacam-macam
hukum: antara lain:
a.
Hukum kasusistik
b.
Hukuman mati
c.
Larangan
d.
Perintah
Kecuali
itu masih ada juga peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas imam, kurban,
bersih-najis dan sebagainya.
2.7. Nyanyian
Dalam
Perjanjian Lama ada bermacam-macam nyanyian:
a.
Nyanyian biasa, yaitu nyanyian-nyanyian yang menyertai
orang Israel kalau mereka panen, pernikahan, kemenangan perang.
b.
Nyanyian ratapan atas kematian
c.
Nyanyian cinta (seluruh Kidung Agung adalah nyanyian
cinta)
d.
Nyanyian Ibadah. Ada beberapa nyanyian yang diambil
dari lingkungan ibadah dalam tulisan para nabi, misalnya Yer 14:7-9. Kumpulan
yang paling lengkap adalah kitab Mazmur. Ada mazmur pujian, ada mazmur syukur,
ada mazmur permohonan dan sebagainya.
2.8. Nubuat
Nubuat
diucapkan oleh orang tertentu. Namun kitab nabi-nabi bukanlah kumpulan
ucapan-ucapan nubuat nabi-nabi yang namanya disebut sebagai penulis kitab itu.
Biasanya nubuat itu pendek dan tidak ditulis ketika diucapkan. Nubuat-nubuat
diingat, diteruskan, dan kemudian dikumpulkan oleh para murid nabi. Kumpulan
itu selanjutnya digubah menjadi buku.
2.9. Apokaliptik
Apokalips
berarti pewahyuan, nama suatu bentuk sastra yang dalam Perjanjian Lama terdapat
pada Dan 7-12 dan Za 9-14. Dengan bentuk sastra ini diceritakan penampakan
berhubungan dengan bencana dan
berakhirnya dunia, dengan maksud untuk meneguhkan orang beriman yang berada
dalam keadaan sangat sulit. Peneguhan itu terutama diberikan dengan menunjukkan
bahwa orang-orang jahat akan dihancurkan dan orang-orang benar akan
diselamatkan. Menurut keyakinan apokaliptik, dunia ini tidak dapat diselamatkan
lagi. Penyelamatan Allah berarti Allah akan menghancurkan dunia ini dan
menciptakan zaman baru serta dunia baru. Bahasa yang dipakai penuh gambaran dan
lambang, yang seringkali sangat kabur dan membingungkan.
2.10. Amsal
Seperti
halnya semua kebudayaan, Israel juga mempunyai peribahasa, pepatah, teka-teki
dan ucapan-ucapan bijak. Di antaranya yang paling penting adalah ucapan yang
menyembunyikan kebijaksanaan hidup yang sangat dalam. Dalam 1 Raj 20:11
dinyatakan kebijaksanaan hidup yang boleh dikatakan bernilai abadi.
Ungkapan-ungkapan kebijasanaan itulah yang termasuk dalam sastra yang disebut
Amsal.
3.
Geografi Tanah Perjanjian
3.1. Keadaan
Tanah dan Pernyataan Diri Allah
Allah telah mewahyukan diri-Nya melalui
sejarah bangsa Israel yang berdiam di suatu negeri yang diberikan-Nya sebagai
suatu hadiah. Bahasa wahyu Allah dalam banyak hal ditentukan oleh geografinya.
Untuk mengerti lebih baik pernyataan diri Allah yang diungkapkan dalam Alkitab,
kita perlu mengenal keadaan tanah tempat asal bangsa Israel berdiam. Di bawah
ini kita akan melihat beberapa pokok yang berhubungan dengan geografi, terutama
yang berhubungan dengan bahasa wahyu.
3.2. Palestina
- Tanah Perjanjian
Tradisi Kristen menyebut tanah perjanjian
dengan nama Palestina. Nama ini sebenarnya berasal dari ahli ilmu bumi
purba dan modern. Tetapi Kitab Suci sendiri tidak pernah menyebut tanah
perjanjian dengan nama itu. Nama yang diberikan Kitab Suci untuk menyebut tanah
perjanjian adalah:
1. Kanaan. Nama ini berasal dari nama Anak
Ham, cucu Nuh (Kej 10:15-18) kemudian menjadi sebutan bagi bangsa dan tanahnya
(Bil 13:29; Yos 5:1) sebutan lain adalah: Negeri orang Kanaan (Kel 3:8; 6:3; Ul
1:7)
2. Negeri yang baik dan luas, suatu negeri
yang berlimpah-limpah susu dan madunya (Kel 3:8)
3. Negeri yang dijanjikan Tuhan (Ul 6:18;
8:1)
3.3. Di
tengah Bulan Sabit yang Subur
Palestina sebenarnya hanya satu bagian
kecil dari suatu daerah yang secara geografis dapat disebut sebagai satu
kesatuan yang meliputi lembah sungai Tigris, Efrat, Litani, dan Yordan. Apabila
ditarik garis dari Tigris sampai ke Yordan bentuknya menyerupai Bulan Sabit.
Termasuk daerah bulan sabit yang subur adalah lembah sungai nil. Pengetahuan
mengenai geografi daerah bulan sabit yang subur ini penting apabila kita
membicarakan panggilan Abraham, pengungsian ke Mesir, pendudukan Palestina dan
pembungan Babel.
Dari catatan tersebut di atas kita dapat
melihat bahwa Palestina sebenarnya terletak di ujung daerah bulan sabit yang
subur dan di antara dua daerah subur yang luas, yakni lembah sungai Efrat dan
Tigris dan Lembah sungai Nil. Perjalanan sejarah Israel dalam banyak hal
ditentukan oleh letak terutama karena terletak di dua lembah yang subur dan
luas itu akan muncul kerajaan-kerajaan yang kuat dan kaya.
3.4. Batas-Batas
tanah Perjanjian
Batas tanah perjanjian sangat sukar
ditentukan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan yang dialami oleh
Israel dalam perjalanan yang cukup panjang.
Batas Timur kemungkinan sungai Yordan,
batas Barat laut Tengah, batas Selatan disebut wadi Mesir dan padang gurun
Negeb (Bil 13). Batas Utara
tidak jelas, biasanya disebut dari Dan sampai Bersyeba. Tanah perjanjian
sebenarnya tidak luas, kurang lebih 13.000 Kilometer persegi. Jarak paling jauh
antara Utara dan Selatan: 235 - 300 Km dan Timur Barat (Lebar) antara 60 - 80
Km. Maka Palestina lebih kecil dari pulai Bali misalnya.
3.5. Geografi Fisik
1. Daerah pantai dengan daratan yang sempit.
Bagian selatan daerah ini lama dikuasai oleh orang Filistin, sedangkan bagian
utaranya kecuali Yafa tidak ada pelabuhan alamiah. Perjanjian Lama jarang menyebut daerah pantai
sebagai tempat pernyataan diri Allah.
2.
Daerah pegunungan:
1.
Di sebelah Utara terletak pegunungan Hermon yang puncak
tertingginya menjulang 2759 m diatas permukaan laut dan selalu ditutupi salju.
2.
Di daerah selatan (Yehuda) daerahnya berbukit-bukit dan
bergunung. Daerah ini kering sekali dan mendekati gurun. Bagian paling selatan,
Negeb, merupakan gurun pasir belaka.
Sejarah
Israel di tanah perjanjian berkisar terutama di daerah pegunungan, karena di
sinilah suku-suku Israel berdiam. Gunung
dan pegunungan dalam sejarah agama memainkan peranan yang besar. Kesaksian
mengenai gunung dan peranannya yang dimainkan dalam bahasa iman Israel terdapat
cukup banyak dalam Kitab Suci, misalnya Mzm 121:1-2; 125:1-2
3. Daerah Galilea dan samaria lebih rata,
sehingga daerah itu tidak terlalu kering.
4.
Daerah
dataran rendah dan lembah sungai Yordan. Di ujung selatan negeri Palestina
terdapat Laut Mati dengan lembah di sekitarnya. Ini merupakan bagian bumi
paling bawah yaitu 384 m di bawah permukaan air laut. Disebut Laut Mati
karena:
1.
Tidak berhubungan dengan laut luas
2.
Kadar garamnya sangat tinggi sehingga tidak ada ikan
yang mampu hidup di dalamnya.
3.
Hawanya sangat panas, sehingga penguapannya sangat
tinggi, maka aliran air dari sungai Yordan dan air hujan dari pegunungan di
sekitarnya tidak menjadi soal, karena segera menguap.
Di
Palestina tidak banyak sungai, satu-satunya sungai yang sungguh penting ialah
sungai Yordan. Sungai ini melintasi seluruh negeri dari sebelah utara sampai
ujung selatan. Sungai Yordan bersumber di pegunungan Hermon dan bermuara ke
Laut Mati. Sungai ini berlikar-lingkar mengalir dalam sebuah lembah tebing dan
arusnya agak deras. Karena tempatnya itu airnya dahulu tidak dapat dimanfaatkan
untuk irigasi. Sungai Yordan membentuk dua danau. Danau Huleh di utara agak
kecil dan baru mulai danau itu sungai mendapat namanya Yordan. Lalu ada danau Galilea,
yang juga disebut danau Kinesaret, Genesaret, Tiberias. Danau ini sejak dahulu
menghasilkan cukup banyak ikan, sehingga penduduk di sekitarnya menjadi
nelayan.
3.6. Iklim
Palesina
pada umumnya beriklim rata-rata antara 2-37 derajat Celsius. Nazaret (0-41
derajat C). Di pegunungan dan dataran tinggi seperti di Yerusalem di musim
dingin benar-benar dingin. Sebaliknya di lembah Yordan, khususnya Laut Mati,
hawanya panas sekali. Hujan pada
umumnya sangat sedikit sekali yaitu berkisar 56 hari dalam satu tahun. Musim panas (Juli-September) sangat
kering, karena tidak turun hujan. Hujan awal yang turun pada bulan Oktober
sampai Nopember dan hujan akhir yang turun dalam bukan Maret-April sangat
penting dan menentukan keberhasilan tanaman (bdk Ul 11:14). Kesuburan Palestina
tergantung dari hujan (Ul 11:10-12), dalam teks tersebut diperlihatkan bahwa
kesubiran Palestina semata-mata dari hujan. Dengan sendirinya mereka melihat
Tuhan sebagai Pemelihara tanah karena hujan tidak dibuat oleh manusia. Musim
kering yang terlalu panjang kerap menimpa Palestina, sehingga menggagalkan
panen dan menimbulkan kelaparan (Kej 12:10; Rut 1:1; 1 Raj 17:1). Hebatnya
malapetaka dan penderitaan yang diakibatkan oleh kekeringan itu dapat kita baca
dalam doa yang terdapat dalam Yoel 1:19-20.
3.7. Flora
dan Fauna
Tanaman yang paling banyak adalah anggur,
zaitun, buah ara dan gandum. Sedangkan hewan yang paling banyak adalah
domba dan kambing.
1.
Zaitun ditanam hampir di seluruh Palestina, daunnya
yangselalu hijau menjadi lambang tenaga
yang hidup dan sedang bertumbuh (bdk Mzm 128:3). Di samping itu pohon ini juga
menjadi lambang orang-orang benar (Mzm 53:10) dan Kebijaksanaan (Sir 24:14.19)
2.
Anggur termasuk tanaman pokok tanah Palestina dan
menjadi lambang kekayaan. Berulangkali Alkitab berbicara tentang pokok anggur
dan kebun anggur yang melambangkan Israel. Air buah anggur menyukakan hati
Allah dan manusia. Anggur adalah lambang cinta dan kebun anggur adalah lambang mempelai wanita
(bdk Kidung Agung).
3. Buah ara. Buah ini kerap disebut bersama
dengan buah anggur. Buah ara oleh Nabi Hosea sebagai lambang Israel (Hos 9:10).
Pohon ara banyak dijumpai di Palestina dan yang disenangi karena memberikan
keteduhan. Ia tumbuh malah di tanah berbatu-batu, asal punya sedikit
kelembaban.
4.
Gandum.
Selain anggur dan minyak, gandum merupakan sumber utama pangan di Palestina.
Gandum ditaburkan di tanah-tanah pada bulan Nopember Desember dan dituai dalam
bulan Mei-Juni. Gandum merupakan bahan ntuk membuat roti selain jelai.
5. Domba
dan Kambing berkelimpahan di padang dan meja-jema makan. Domba juga dipakai
untuk kurban keselamatan (Im 3:1-17), yaitu buah pinggang dan umbau hati yang
dipandang sebagai tempat hidup dan perasaan dibakar untuk Tuhan. Domba biasanya
berwarna putih dan memiliki domba yang banyak adalah tanda kekayaan (1 Sam 16).
Domba termasuk binatang yang disayangi. Berbicara tentang domba dan kambing
tidak dapat dipisahkan dari gembalanya. Hubungan antara gembala dan domba dengan sangat indah dilukiskan dalam
Mazmur 23. Dari sebab itu dalam Kitab Suci gembala kerap kalai dipakai sebagai
lambang Tuhan (Mz 23; Yeh 34) dan para pemimpin, sedangkan domba adalah lambang
Israel dan yang dipimpin.
6. Keledai merupakan sara angkutan dan
termasuk binatang piaraan yang sangat disayangi (1 Sam 9).
7. Kuda termasuk binatang yang mahal yang
digunakan untuk menarik kereta perang.
8. Beruang dan Singa digunakan sebagai
lambang kekerasan musuh dan pemimpin bangsa yang jahat (bdk Am 1:2; Hos 5:34)
9. Anjing biasanya dipakai oleh gembala untuk
melindungi domba. Akan tetapi anjing termasuk binatang yang tidak diperlakukan
dengan baik dan pada umumnya digunakan sebagai kata penghinaan (bdk 1 Sam
17:43).
10.
Babi
bagi orang Israel adalah gambaran kenajisan dan karena itu tidak boleh dimakan
atau dipersembahkan sebagai korban (Im 11:7). Pekerjaan memelihara babi
dipandang sebagai pekerjaan hina, sebab dikaitkan dengan dunia kafir.
Mengenai jenis binatang yang lain dapat
dibaca di Im 11:1-47 dan Ul 14:3-20.
3.8. Penduduk
Penduduk Palestina tidak terlalu padat dan
hidup di kampung-kampung yang biasanya dekat sumber air atau di atas
bukit-bukit. Penduduk yang terbesar ada di Yerusalem dan Samaria. Setiap suku
dapat dikatakan hidup mengikuti iramanya sendiri-sendiri terikat pada tempat
dan terpisah dari yang lain.
3.9. Mengapa
Tuhan memilih Palestina
Dari catatan di atas kiranya dapat dilihat
bahwa Palestina bukanlah negeri yang besar dan kaya raya, meskipun dalam
perjalanan sejarahnya mengalami zaman-zaman yang makmur. Palestina adalah
negeri yang kecil dan tidak kaya, Israel hampir tidak memainkan peranan penting
dalam sejarah politik dunia. Sebaliknya Israel menjadi mangsa
kekuasaan-kekuasaan besar. Pertanyaan yang kerap dikemukakan ialah mengapa
Tuhan memilih Palestina?
Jalan Allah memang tidak terduga (bdk Rom
11:33). Ia kerap memilih yang lemah dan miskin untuk membuat malu yang kuat dan
kaya. Tuhan memilih Palestina barangkali untuk menunjukkan kepada bangsa-bangsa
lain bahwa Dia adalah Tuhan sejarah, yakni Allah yang mengatasi segala
kekuasaan di dunia ini. Tuhan telah memilih Palestina mungkin juga untuk
mendidik umat-Nya mengarahkan pandangannya ke atas di tengah-tengah segala
kesukaran yang mereka alami. Tanahnya yang bergunung-gunung dapat lebih
mudah melindungi mereka dari serangan luar.
4.
GARIS BESAR SEJARAH BANGSA ISRAEL
4.1. Pengantar
Untuk
mengetahui Alkitab dengan lebih mendalam, maka kita perlu mengetahui juga latar
belakang sejarah Israel dan pengalaman iman umat Israel. Karena dalam hal ini
Allah telah menyatakan diri-Nya dan berbicara langsung kepada umat-Nya. Dengan
memahami latar belakang sejarah Israel akan dapat membantu untuk mengerti
maksud Kitab Suci ditulis, karena Kitab Suci ditulis dalam latar belakang
sejarah tertentu.
Sumber
utama yang perlu untuk mempelajari sejarah Israel ialah Perjanjian Lama yang
telah berbicara tentang pengalaman iman umat Israel melalui peristiwa-peristiwa
sejarah yang telah mereka alami. Selain itu juga diperkaya oleh dokumen-dokumen
sejarah Timur Tengah Purba dan penemuan-penemuan arkiologis.
Sejarah
Israel terbagi dalam 5 periode, sebagai berikut:
1.
Periode awal mula (yakni mulai panggilan Abraham sampai
dengan zaman para Hakim 1800/1750 - 1030 sebelum Masehi).
2. Periode kerajaan (mulai pendirian kerajaan
sampai dengan keruntuhan kerajaan Yuda, 1030 - 586 sebelum Masehi).
3.
Periode pembuangan (yakni periode pembuangan di Babel
atau Babilon, 586 - 538 sebelum Masehi).
4.
Periode sesudah pembuangan atau periode pembaharuan
(mulai dari kembalinya orang buangan di Babel ke Palestina sampai dengan
berakhirnya kekuaraan Persia, 538 - 332 sebelum Masehi).
5.
Periode Yudaisme (mulai dari Alexander Agung sampai
dengan akhir Perjanjian Lama, 332 - 62/50 sebelum Masehi).
4.2. Periode-periode sejarah Israel
4.2.1. Periode Awal Mula (1800/1750 - 1030 seb. Mas)
Periode
ini meliputi seluruh jaman ketika Israel masih berada dalam tahap-tahap
pembentukan menjadi suatu bangsa yakni mulai dari panggilan Abraham sampai
dengan zaman para Hakim. Periode ini dapat dibagi dalam beberapa tahap.
a.
Tahap Bapa-bapa Bangsa (1800/1750 - 1600 seb. Mas).
Tahap
bapa-bapa bangsa yaitu Abraham, Ishak dan Yakub ini dikisahkan dalam Kitab Suci
dikisahkan dalam kitab Kejadian 12-36.
Israel
mengenal bapa-bapa bangsa mereka yaitu Abraham, Ishak dan Yakub (Kej 12-36).
Mereka termasuk kelompok besar suku dan keluarga yang antara tahun 200 - 1500
seb. Mas berpindah dari Mesopotamia ke wilayah-wilayah sebelah barat seperti
Siria dan Kanaan. Abraham, Ishak dan Yakub termasuk suku-suku semi nomad, yaitu
suku-suku pengembara. Menurut pendapat para ahli, Abraham sekeluarga
meninggalkan Mesopotamia sekitar tahun 1800/1750 seb. Mas dan menetap di negeri
Kanaan. Dari segi sejarah alasan-alasan sosio ekonomis yang mendorong suku dan
keluarga untuk berpindah. Akan tetapi menurut Kitab Suci Abraham yang berasal
dari Ur, Mesopotamia itu dipanggil Tuhan untuk meninggalkan negerinya dan pergi
ke suatu negeri yang akan ditunjukkan Tuhan kepadanya. Namanya akan masyur dan
dia akan menjadi berkat bagi segala bangsa di bumi (Kej 12:1-3). Abraham
menanggapi panggilan Allah itu dan sejak saat itu mulailah suatu proses
pengenalan akan Allah, selangkah demi selangkah. Pegangan kuat yang diberikan Allah kepada Abraham
adalah tanah air dan keturunan.
Meskipun menurut sejarah Abraham dan
keluarganya berpindah tempat karena alasan-alasan sosial ekonomis, namun
menurut Kej 12, kepindahan Abraham semata-mata karena kehendak atau panggilan
Tuhan. Para pengarang Kitab Suci bermaksud menyatakan karya Allah yang nyata,
meskipun tidak kelihatan, sehingga pembaca dapat melihat atau mendengar Allah
dan karya-Nya. Kalau kisah Abraham dimengerti dalam latar belakang ini, menjadi
jelas bahwa karya Allah justru tampak di sini: perpindahan Abraham dan
keluarganya yang didorong oleh alasan sosio-ekonomis ternyata adalah awal
sejarah penyelamatan. Dalam pengertian ini, yang penting bukannya bahwa Abraham
dan keluarganya berpindah tempat tinggal melainkan mereka ditutun
oleh Allah memasuki tanah Kanaan.
Agama para Bapa Bangsa
Sesuai dengan kebiasaan di kalangan suku
seminomad pada zaman itu, agama Abraham, Ishak dan Yakub serta keturunannya
ditandai oleh hubungan erat dan personal dengan Allah mereka. Allah dipandang
sebagai Tuhan dan Pelindung mereka. Mereka bukan monoteis dalam arti modern,
tetapi dalam praktek keagamaan mereka mengarahkan seluruh perhatian dan
kebaktian kepada Tuhan Pelindung keluarga dan suku mereka. Kepala keluarga
mewakili keluarga dan suku dalam hubungan dengan Allah, terutama melalui ibadah
persembahan korban. Nama umum Tuhan
adalah EL (=Allah). Keturunan mereka menaruh kepercayaan kepada ALLAH
yang telah memanggil Abraham, melindungi dia dan keturunannya, dan memberikan
janji-janji kepadanya.
Kisah-kisah mengenai Abraham dan Ishak
berpusat pada wilayah Kanaan Selatan, sedangkan cerita-cerita mengenai Yakub
berpusat pada wilayah Kanaan Tengah, daerah Sikhem dan Betel.
Perkembangan Kitab Suci pada periode ini
Dari seluruh periode ini tidak ada suatu
bagian pun dalam bentuk tulisan yang tersimpan dalam Kitab Suci. Namun kita
sungguh dapat berbicara mengenai Kitab Suci pada periode ini, karena kisah yang
sekarang tersimpan dalam Kej 12-36 memang berasal dari periode bapa Bangsa, dan
diteruskan secara lisan turun temurun sampai masa kerajaan Israel. Penerusan
kisah-kisah itu terjadi pada saat di mana mereka berkumpul dalam keluarga atau
pada waktu ibadah. Tentu saja tidak semua hal dikisahkan, mereka memilih
bagian-bagian yang relevan bagi keturunan.
Oleh karena kisah tersebut disampaikan
secara lisan selama berabad-abad, tidak mengherankan kalau cerita yang beredar
pada abad ke 10 seb. Mas cukup berbeda bila dibandingkan dengan ceita asli yang
beredar pada abad 18 seb. Mas.
b Tahap
Keturunan Yakub di Mesir dan Keluar dari Mesir: Lahirnya umat Allah (1600 -
1225 seb. Mas).
Kisah tahap ini dalam Kitab Suci
diceritakan dalam Kej 37-50, Kel 1-20, dan kitab Bilangan. Tokoh utama dalam
tahap ini adalah Yusuf, Musa (dan Harun).
Menurut Kej 37-50 keturunan Yakub
berpindah ke Mesir karena kelaparan yang menimpa Kanaan. Di sana salah seorang
keturunannya yang bernama Yusuf menjadi orang kedua sesudah Firaun. Yusuf
tampil sebagai penyelamat saudara-saudaranya. Keturunan Yakub ke Mesir ini
terjadi pada waktu Mesir dikuasai oleh wangsa Hiksos yang mengizinkan suku-suku
Semit untuk tinggal di Mesir. Penguasa Hiksos ini menguasai Mesir sejak tahun
1725-1525 seb.Mas. Bangsa Hiksos ini berasal daro wolayah Siria-Palestina.
Dalam keadaan seperti itu tidak mustahil seorang Ibrani dari Palestina,
misalnya Yusuf dapat mencapai kedudukan yang tinggi di Mesir serta memberikan
perlindungan dan jaminan kepada sanak saudaranya.
Sekitar tahun 1575 seb Mas wangsa Hiksos
diusir dari Mesir oleh raja asli Mesir. Bersama wangsa Hiksos pergi juga
beberapa suku Semit (tidak mustahil termasuk sejumlah keturunan Yakub) karena
ikut diusir. Dalam kitab Keluaran ada petunjuk tentang pengusiran dan juga
tentang pelarian. Sementara itu dalam kitab Bilangan ada daftar nama tempat
yang dilewati Bani Israel, yang sebagian menunjuk jalan sulit lewat padang
gurun (Sinai dan Selatan), dan sebagian lain menunjuk jalan yang resmi dan
mudah lewat utara. Mungkin pengusiran dan jalan lewat utara adalah sisa tradisi
dari kelompok yang ikut diusir bersama dengan orang Hiksos.
Pada pariode selanjutnya, orang Semit itu
menetap di Palestina Selatan. Kelompok Semit lain yang juga termasuk keturunan Yakub masih tinggal di
Mesir. Merekalah yang dijadikan budak oleh Firaun, terutama pada masa Firaun (raja)
Ramses II (1304-1238 seb. Mas), nasib mereka semakin memburuk (Kel 1) sehingga
mereka putus harapan. Keadaan putus harapan inilah yang diungkapkan kepada
Allah Abraham, Ishak dan Yakub (Kel 2:23-25).
Dalam keadaan itulah tampil Musa (nama
Mesir) yang menurut Kitab Suci menerima pendidikan tinggi di Mesir., dipanggil
Allah di gunung Sinai untuk membebaskan kawan-kawannya dari perbudakan Mesir.
Pada kesempatan itu diwahyukan nama Allah yang baru, yakni YAHWE (Kel 3). Nama
Yahwe berasal dari kata kerja Ibrani hayah, yang berarti ada,
tetapi dengan nada berada, hadir secara aktif. Dengan pertolongan Yahwe,
Musa berhasil melarikan diri dengan sejumlah bekas budak keturunan Yakub. Cukup
sulit menentukan kelompok mana yang ikut dalam pelarian di bawah pimpinan Musa,
kemungkinan suku Efraim, Manasye dan Lewi. Tidak lama sesudah melarikan diri,
seluruh kelompok itu masuk ke dalam perangkap tanpa jalan keluar, di depan
mereka terbentang laut Teberau, di belakang mereka tentara Mesir. Keputusasaan
dan pembebasan itu dikisahkan dalam Kel 14. Hanya saja kisah penyebrangan ini
sekarang sudah dalam bentuk yang berlapis-lapis. Menurut cerita yang paling
tua, misalnya bagian tengah ay 21 dan awal ay 25 ujung Laut Teberau itu
dikeringkan menjadi semacam rawa-rawa oleh angin keras dari timur dalam
kombinasi dengan pasang surut, sehingga pada pagi hari mereka dapat menyebrangi
laut dan bebas dari para pengejar mereka. Oleh Musa dan bangsa Israel hal itu
diartikan sebagai karya Yahwe yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di
Mesir (bdk Kel 14:31)
Tentang lamanya Israel di mesir tidak
dapat dipastikan. Menurut Kel 12:40 Israel di Mesir 430 tahun, menurut Kej
15:13, 400 tahun. Sedangkan
Kej 15:16. Selama empat keturunan artinya 4 kali 40 tahun atau 160 tahun.
Dari laut Teberau bangsa Israel di bawah
pimpinan Musa pergi ke Gunung Sinai. Di situ mereka dikaruniai suatu pengalaman
religius yang sangat mendalam oleh Allah. Yahwe menyatakan kehendak-Nya untuk
mengadakan perjanjian dengan suatu bangsa, yaitu bangsa Israel yang barusaja
dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Bangsa Israel menjadi bangsa
kesayangan-Nya. Dan perjanjian itu terjadi dengan perantaraan Musa. Dan dengan ini lahirkan bangsa Israel
menjadi umat pilihan Allah (Kel 19-24). Isi perjanjian itu sendiri dapat dibaca
dalam Kel 19.
Menurut Kitab Suci lama pengembaraan
Israel di gurun adalah 40 tahun atau satu generasi. Sebagian besar masa ini
mereka tinggal di sekitar oasis Kadesy-Barnea, lebih kurang 90 km di sebelah
selatan kita Bersyeba. Dalam cerita dikemukakan kesulitan yang timbul bagi
bangsa yang sedang dalam perjalanan ini, yaitu kekurangan air dan makanan.
Tahap ini berkahir ketika bangsa Israel tiba di Moab.
Perkembangan Kitab Suci :
Selain sejumlah kisah tentang para Bapa
Bangsa yang diteruskan turun temurun secara lisan, periode ini muncul sejumlah
cerita tentang perbudakan di Mesir, Musa, pembebasan dari Mesir dan peristiwa
Sinai yang juga secara lisan diteruskan. Bisa jadi dalam waktu yang tidak
terlalu lama kisah pembebasan dari Mesir mendapat tempat dalam naskah ibadah
yang dipakai dalam pesta tahunan Paskah yang memperingati pembebasan tersebut.
Mungkin sekali 10 perintah Allah (sebagai bagian dari suatu
naskah perjanjian) dalam rumus yang pendek (“Janganlah” + kata kerja seperti
kita temukan dalam Kel 20:13-15) dan seju,lah peraturan yang sekarang tersimpan
dalam Kel 20:22-23:19 sudah mulai dituliskan. Di samping beberapa peraturan
yang sekarang tersimpan dalam Kel 20:22-23:19.
c.
Pendudukan Kanaan dan Pembentukan 12 Suku Israel (1225 - 1030 seb. Mas)
Kisah pendudukan atau perebutan tanah
Kanaan dan pembentukan 12 suku Israel ini dikisahkan dalam kitab Yosua dan
Hakim-hakim.
Sesudah Musa wafat, kepemimpinannya
digantikan oleh Yosua. Pada
waktu ini mereka sudah sampai di Moab. Di bawah pimpinan Yosua, bangsa Israel
masuk ke dalam wilayah Kanaan. Mereka berhasil menduduki daerah pegunungan di
Palestina Tengah. Dari sana kadang-kadang mereka menyerang beberapa kota
Kanaan. Waktu itu sebagian besar orang Kanaan mendiami wilayah barat Palestina
dan lembah subur Galilea Selatan. Wilayah Kanaan lainnya tidak begitu padat
penduduknya, sehingga mudah direbut oleh kelompok Yosua. Pada waktu Yosua masuk
ternyata sudah ada sejumlah suku Semit lain di Palestina Selatan dan Utara.
Sebagian dari mereka adalah kelompok yang meninggalkan Mesir sebelumnya. Akan
tetapi juga ada yang datang dari Mesopotamia Utara dan menetap di Palestina,
mereka ini tidak pernah pergi ke Mesir.
Sekitar tahun 1200 seb. Mas, Yosua dapat
mengumpulkan sejumlah wakil dari suku-suku Semit di kota Sikhem dan membentuk
suatu persekutuan politik atas dasar religius. Untuk itu suku-suku tadi
bersedia menerima agama kelompok Yosua, yakni menganut Yahwe yang membebaskan
Bani Israel dari Mesir dan mengadakan perjanjian dengan mereka di gunung Sinai.
Di Sikhem itulah perjanjian Sinai diperbaharui, artinya diperluas sehingga
mencakup kelompok-kelompok baru (bdk Yos 24).
Sekitar tahun 1200 seb. Mas, di Palestina
juga ada bangsa Filistin yang menempati barat daya Palestina. Dengan demikian,
sekitar tahun 1200 seb. Mas di Palesina dapat digambarkan sebagai berikut:
1)
Orang Filistin menempati wilayah barat daya.
2)
Orang Kanaan tinggal dalam beberapa wilayah, terutama
wilayah Barat dan di Galilea Selatan.
3)
Orang Israel yang merupakan persekutuan suku Semit tersebar
di pegunungan Yehuda, Palestina Tengah, Galilea Utara dan wilayah-wilayah
kosong di antara penduduk Kanaan.
Perkembangan sebagai bangsa dan penguasaan
tanah
1)
Kelompok
Yosua sesungguhnya hanya terdiri dari beberapa ribu orang dari suku Efraim,
Manasye dan Lewi. Kelompok ini menjadi inti dan lama kelamaan berafiliasi
dengan suku semit lain, seperti Benyamin dan Yehuda. Perkembangan ini terjadi
selama dua abad (1200-1000 seb. Mas). Lama-lama kelamaan orang mulai mengenal
sebagai orang Israel, bukan hanya sebagai orang suku Benyamin atau orang
Yehuda. Suku-suku semit
itulah akhirnya menjadi satu persekutuan dari duabelas suku. Hal ini
terjadi terutama pada masa Daud.
2) Kelompok Yosua yang memasuki Palestina
sekitar tahun 1225 seb. Mas menetap di Palestina Tengah dan mereka mulai
mengambil alih pertanian sebagai mata pencaharian yang baru. Perluasan tanah
terjadi secara damai dengan menduduki sedikit demi sedikit wilayah yang
sebelumnya hampir tanpa penghuni, yaitu daerah pegunungan. Di samping cara
damai, ada juga perluasan yang terjadi dengan kekuatan militer. Perluasan tanah akan semakin luas pada masa
Kerajaan, terlebih pada masa Daud dan Salomo.
Periode Hakim-hakim.
Pada periode ini, keadaan Palestina sama
sekali tidak stabil. Ke12 suku Israel hidup di desa-desa kecil, miskin dan
lemah. Di situ mereka menetap dan mulai hidup sebagai petani. Banyak gangguan
dan kesulitan yang mereka alami dari orang-orang Kanaan dan suku lain (terutama
Filistin). Mereka belum mempunyai kota-kota yang kuat sebagai perlindungan. Di
samping itu kesatuan politik dan militer antar suku juga belum ada,
masing-masing suku dipimpin oleh pemimpin yang dalam Kitab Suci disebut
Hakim-Hakim. Mereka adalah orang-orang yang membereskan segala sesuatu baik
hubungan dengan musuh melalui fungsi sebagai pemimpin militer, maupun dalam
hubungan dengan suku-suku Israel sendiri, bahkan juga dalam kaitan masalah
keagamaan. Hakim-Hakim yang
terkenal antara lain: Gideon, Debora, Barak, Yefta dan Simson. Kekuasaan dan karya mereka umumnya
terbatas pada satu atau beberapa suku saja. Meskipun demikian, persekutuan yang
diadakan Yosua di Sikhem terus bertambah erat selama periode yang kacay ini.
Selanjutnya, sedikit demi sedikit muncul suatu kesatuan yang lebih kuas atas
dasar agama yang sama.
Perkembangan dalam Bidang Agama
Agama yang dianut kelompok Yosua yang
memasuki tanah Kanaan masih miskin dan sederhana. Namun di dalamnya terdapat
dasar yang akan menjadi landasan perkembangan selanjutnya, yaitu pembabasan
dari perbudakan Mesir dan Perjanjian Sinai. Kedua peristiwa itu ini merupakan
inti dan pegangan utama dalam hal agama. Selama dua abad berikutnya terjadi
proses pengayaan dan pemurnian yang terjadi terus menerus, akhirnya pada zaman
Daud dan Salomo, kita sudah dapat berbicara mengenai agama Israel sebagai suatu
agama yang lengkap.
Agama yang dianut suku-suku Israel dapat
kita sebut dengan sebutan Agama Yahwisme (sebelum nantinya menjadi agama
Yahudi). Hanya saja Yahwe adalah Allah
yang baru bagi suku-suku Israel yang lebih dulu sampai di Palestina. Bahkan
bagi suku-suku Israel yang mengalami pembebasan dari Mesir dan perjanjian
Sinaipun, peranan Yahwe masih belum jelas. Memang Yahwe telah memperkenalkan
diri sebagaii Allah Penyelamat dan Panglima yang dapat diandalkan. Akan tetapi,
timbul pertanyaan apakah Yahwe itu juga Allah yang menjamin dan memberikan
kesuburan kepada tanah, ternak dan manusia? Ketia Bani Israel masuk ke negeri
Kanaan, mereka yang sampai saat itu hidup sebagai semi-nomad, menjadi petani.
Teknik pertanian diambil asli dari orang-orang Kanaan. Dan bersamaan dengan
pengambilalihan teknik itu ada godaan untuk mengambil alih sistem agama
kesuburan yang dianut oleh orang Kanaan yang menyembah Baal dan Asterte. Oleh
karena itu pada bangsa Israel terjadi sinkretisme, di samping berbakti kepada
Yahwe, Israel juga berbaksi kepada dewa-dewi kesuburan. Praktek ini akan terus
terjadi sampai zaman para nabi.
Perkembangan Kitab Suci
Kelompok Yosua membawa sejumlah cerita
yang diwariskan kepada mereka ke Kanaan, khususnya cerita mengenai leluhur
(Abraham Ishak, Yakub dan anak-anaknya), mengenai pembebadsan dari Mesir dan
Perjanjian Sinai. Pengalaman-pengalaman perebutan wilayah di Kanaan menjadi
bahan cerita yang baru. Setiap suku membawa serta sederetan cerota-cerita
mengenai leluhur dan mengenai perebutan tanah Kanaan. Demikianlah sedikit demi sedikit muncul suatu
kisah yang tidak hanya menyimpan kenangan akan masa lampau, tetapi juga
mencerminkan kesatuan bangsa Israel sampai pada masa para Hakim.
Sampai periode ini sudah ada koleksi
cerita lisan dari dua tahap sebelumnya yang diteruskan secara turun temurun. Di
samping itu ditambahkan pula cerita lisan tentang perebutan Kanaan dan perbuatan
masyur Hakim-Hakim.
Sejumlah hukum yang sekarang tersimpan
dalam kitab Keluaran dan Ulangan, yakni hukum yang mengatur hidup di desa-desa
dan masalah yang berhubungan dengan hidup baru sebagai petani berasal dari
periode Hakim-hakim ini. Di samping itu pada masa ini juga ditentukan
peraturan-peraturan dan hukum mengenai kewajiban religius dan mengenai
kehidupan sosial ekonomis, yang mula-mula secara lisan sebelum akhirnya
dibukukan.
4.2.2. Periode
Kerajaan (1030 - 586 seb. Mas)
Bagi sejarah Israel periode ini adalah
yang paling kaya, karena dalam periode ini Israel tampil sebagai bangsa yang
terlibat dalam sejarah dunia. Periode ini juga ditandai dengan perutusan
nabi-nabi besar yang dengan tajam melihat dan mengamati tanda-tanda jaman dan
menafsirkannya dalam terang iman. Periode ini dalam Kitab Suci dikisahkan dalam
kitab-kitab: 1,2 Samuel, 1,2 Raja-raja dan 1,2 Tawarikh.
a.
Peralihan
dari sistem hakim-hakim ke sistem kerajaan (1030 - 1010 seb. Mas)
Pada akhir periode Hakim-hakim tampil
seorang tokoh Samuel. Ia adalah hakim terakhir dan terbesar. Samuel pulalah
yang mempersiapkan dan mendampingi peralihan dari sistem hakim-hakim ke sistem
kerajaan. Menurut tradisi ia berkarya sebagai petugas ibadah (imam) di Silo,
sebagai nabi dan pemimpin suku-suku (hakim) dalam perang melawan Filistin.
Melawan bangsa Filistin ini Israel tidak berdaya, karena kesatuan dan
militernya kurang kuat.
Keadaan ini mendorong suku-suku Israel
untuk memikirkan dan menerima pemerintahan dalam bentuk yang baru, yaitu
kerajaan. Pada mulanya ada banyak perlawanan terhadap sistem baru ini atas
dasar religius yang berpandangan raja adalah Yahwe sendiri. Mengubah struktur
pemerintahan dipandang sebagai tanda kurang percaya kepada kepemimpinan Tuhan.
Namun ancaman Filisitin menuntun Samuel dan mendorong Israel untuk memulai
sistem baru, yaitu kerajaan. Raja pertama adalah Saul (1030-1010 seb. Mas).
Kemenangan permulaan Saul atas bangsa Amon dan Filistin agak mengurangi
tekanan. Akan tetapi karena sistemnya berbeda sekali dengan jaman para Hakim,
peralihan ini tidak mudah. Maka di bawah Saul belum semua suku sungguh-sungguh
menerima dia sebagai raja, terutama di Palestina Utara dan Selatan. Praktis
kekuasaan raja Saul adalah Palestina tengah.
b.
Jaman satu kerajaan:
Daud dan Salomo (1010 - 931 seb. Mas)
Perselisihan
antara Saul dan Samuel dan antara Saul dengan Daud mewarnai akhir masa
pemerintahan Saul. Daud adalah seorang perwira Daud yang istimewa. Namun
menurut Kitab Suci Saul sangat membenci Daud.
Sekitar
tahun 1010 seb. Mas Saul dikalahkan oleh orang Filistin, bahkan Saul dan
putranya yang bernama Yonatan tewas dalam peperangan itu. Daud langsung menjadi
raja di Hebron dan menjadi raja atas suku Yehuda. Sedangkan di Utara mengangkat
Isyboset putra Saul menjadi raja, tetapi keadaan ini hanya berlangsung 7 tahun,
kemudian Isyboset dibunuh dan Daud menjadi raja seluruh suku Israel.
Dengan
cara yang mahir Daud berhasil membentuk kerajan besar: seluruh wilayah
Palestina (termasuk daerah Filistin) dipersatukan menjadi kerajaan inti,
sedangkan negara-negara sekitar (Aram, Amon, Moab, Edom) ditaklukkan. Luas
wilayah kekuasaan Daud mulai dari Teluk Araba sampai kota Hmos dan dari sungai
Efrat sampai laut Tengah. Kerajaan seluas itu dapat terjadi karena pada saat
itu kekuasaan Mesir sangat mundur, sedangkan Asyur belum bangkit. Di samping itu Daud tidak hanya
berhasil dalam bidang militer, tetapi
juga dalam bidang religius. Ia menjadikan Yerusalem (wilayah yang tidak
termasuk daerah salah satu suku) sebagai Ibu kota dan menempatkan Tabut
Perjanjian di Yerusalem. Dengan demikian Yerusalem menjadi pusat politik
sekaligus agama. Dengan cara itu juga Daud memperkuat poisisi agama Yahwisme
sebagai agama nasional dan melawan segala kecenderungan sinkretisme dan agama
kesuburan Kanaan.
Periode terakhir pemerintahan Daud
ditandai oleh berbagai kesulitan yang berasal dari lingkungan keluarga Daud
sendiri. Hal ini dikisahkan dalam 2 Sam 9 - 1 Raj 2. Pemberontakan Absalon (2
Sam 15-19) dan Seba (2 Sam 20) memperlihatkan bahwa kesatuan kerajaan pada
periode Daud masih agak labil dan mudah digoncangkan. Hal ini terjadi karena
beberapa suku utara sulit bersatu dengan suku besar Yehuda.
Menurut Kitab Suci, Daud termasuk salah
satu tokoh Perjanjian Lama yang paling terkenal, dialah yang akhirnya selalu
menjadi pedoman untuk raja-raja yang lain. Bahkan Mesiaspun dinubuatkan berasal
dari keturunan Daud. Kelemahan Daud yang lain adalah karena cintanya kepada
Betsyeba begitu besar, sehingga ia tega membunuh suaminya. Namun Daud adalah
juga orang yang tahu mendengarkan suara Tuhan. Dia bertobat.
Melalui pertarungan yang sengit di antara
anak-anak Daud, akhirnya Salomo yang lahir dari Betsyeba dan mendapat dukungan
dari Nabi Natan menjadi penggantinya. Salomo tidak mewarisi bakat ayahnya di
bidang militer, akan tetapi dalam bidang kebudayaan ia menjadi raja terbesar
dalam seluruh sejarah bangsa Israel. Kerajaan
besar yang menjadi warisan ayahnya dipertahankan dengan perjanjian-perjanjian
politik, yang lazimnya diperkuat oleh perkawinan dengan putri kerajaan yang
bersangkutan. Salomo mengatur kerajaan inti menjadi 12 propinsi. Pengaturan ini
melawan dan mendobrak kekuasaan serta wilayah suku yang tradisional, sebab
dengan sistem baru ini menggunakan sistem pegawai dan bukan pemimpin-pemimpin
suku, titik berat kekuasaan semakin pindah dari daerah ke ibu kota.
Yerusalem dibangun menjadi kota yang
paling megah, dan ia mendirikan Bait
Allah yang menjadi pusat hidup religius umat Israel. Usaha pembangunan dan gaya
hidup mewah di istana raja menelan biaya yang amat besar (bdk 1 Raj 4:21-28).
Untuk menutupi biaya tinggi itu ia memebankan pajak tinggi dan kerja paksa
kepada rakyat, di samping upeti dari negara-negara tetangga.
Dalam mengurusi negara, Salomo dibantu
oleh staf yang terdidik di suatu sekolah khusus di Yerusalem. Sekolah pegawai
atau sekolah kebijaksanaan itu akan berpengaruh besar dalam perkembangan
intelektual dan sastra di Israel pada abad-abad selanjutnya.
Begitulah dalam waktu beberapa puluh tahun
saja, Israel berkembang dari suatu persekutuan suku-suku tani menjadi suatu
kerajaan yang besar, kaya dan modern. Akibatnya di bidang agama timbul banyak
kegoncangan dan kesulitan karena banyak pegangan tradisional rupanya tidak
sesuai dengan gaya hidup baru. Salomo menunjukkan ikatannya dengan Yahwe
melalui kenisah atau Bait Allah yang dibangunnya, akan tetapi, ia mulai
menimbulkan banyak pertanyaan ketika Yerusalem juga dibangun kuil-kuil untuk
ibadat dewa-dewi dari istri-istri asingnya. Dengan demikian, muncul sinkretisme
yang mengancam Yahwisme sejak Israel mulai menjadi bangsa yang menetap.
Perkembangan
Kitab Suci pada periode ini:
1)
Munculnya teolog yang disebut Yahwist (disebut Tradisi
Yahwist atau disingkat Y/J). Disebut Yahwist, karena menyebut Allah dengan
sebutan Yahwe.
Pada
masa ini muncul seorang atau beberapa orang teologi yang mengumpulkan cerita
mengenai sejarah keselamatan nenek moyang, mulai dari awal mula dunia, manusia
jatuh dalam dosa, Abraham sampai dengan wafatnya Musa dari tradisi lisan yang
ada. Dari banyak cerita dipilih bagian-bagian yang dipandang relevan untuk
situai bangsa Israel abad 10. Cerita itu meliputi: penciptaan manusia, manusia
jatuh dalam dosa dan akibatnya, Abraham, Yakub, Yusuf, pembebasan dari Mesir,
Sinai dan perjalanan di gurun.
2) Riwayat Penggantian Daud (2 Sam 9-20; 1
Raj 1-2). Banyak ahli memandang bab tersebut ditulis oleh saksi mata pada masa
pemerintahan Salomo untuk menjelaskan bagaimana Salomo dapat menggantikan
ayahnya secara sah, walaupun ia bukan anak sulung.
3) Mazmur. Sejak Israel sebagai kelompok
mulai mengadakan ibadah dan merayakan pesta religius, terciptalah lagu-lagu
rohani yang mengungkapkan pujian, keluhan, permohonan dan kepercayaan mereka.
Kumpulan lagu-lagu itulah yang sekarang terhimpun dalam kitab Mazmur. Hanya
saja kita sulit untuk menentukan mazmur mana saja yang ditulis pada masa Daud
dan Salomo.
4) Kumpulan Hukum. Dengan dibentuknya
kerajaan, maka diperlukan peraturan yang kuat dan ketat atau undang-undang.
Agaknya hukum-hukum yang merupakan penerapan konkret dari peraturan perjanjian
dalam hidup sehari-hari dikumpulkan pada periode Daud-Salomo ini.
c.
Jaman Dua
Kerajaan: Israel dan Yehuda (931 - 586 seb. Mas)
1)
Pecahnya Kerajaan
Setelah
Salomo wafat, anaknya yang bernama Rehabeam menggantikannya. Oleh suku-suku
Israel di Palestina Utara dan Tengah, raja baru itu diminta untuk meringankan
beban pajak dan kerja paksa yang dulu ditetapkan oleh Raja Salomo. Permintaan
ini ditolak oleh Rehabeam. Sebagai reaksi atas penolakan itu, maka suku-suku
Israel bagian tengah dan utara memisahkan diri dari kerajaan Rehabeam dan
mengangkat Yerobeam sebagai raja. Dengan demikian sejak tahun 931 kerajaan
Israel terpecah menjadi dua bagian
Meskipun
sejak masa Hakim-hakim persatuan suku-suku Israel berkembang, namun persatuan
itu belum mempersatukan seluruh suku dalam arti yang sesungguhnya. Hanya karena kemahiran militer dan politik
Raja Daud dan Salomolah kesatuan itu dapat diusahakan. Itulah sebabnya ketika
terjadi perselisihan, suku-suku itu kembali terpecah.
|
KERAJAAN
SELATAN
|
KERAJAAN
UTARA
|
Nama
|
Kerajaan Yuda/Yehuda
|
Kerajaan Israel
|
Ibu Kota
|
Yerusalem
|
Samaria
|
Wilayah
|
Suku
Yehuda dan Sebagian Benyamin
kecil
dan miskin
|
10
suku yang lain
lebih
besar dan kaya
|
Pemerintahan
|
Pemerintahan stabil (1 wangsa:
yaitu dinasti Daud
|
Pemerintahan
labil (9 wangsa berturut-turut)
|
Pengaruh Kanaan
|
Pengaruh
unsur-unsur Kanaan tidak begitu besar
|
Pengaruh
unsur-unsur kanaan (kebudayaan dan agama) kuat
|
Pusat perhatian religius
|
Sion
dan perjanjian Yahwe dengan Daud (2 Sam 7)
|
tradisi Perjanjian Sinai
|
Tempat Ibadat
|
Bait Allah di Yerusalem
|
Betel dan Dan
|
Akhir pemerintahan
|
586
seb. Mas dibuang ke Babilon (dan kembali)
|
721
seb. Mas dibuang ke Asyur. (Dan tidak kembali)
|
Nabi-nabi yang berkarya
|
Yesaya, Mikha, Nahum, Habakuk,
Yeremia dsb
|
Elia, Elisa, Amos, Hosea
|
Selama
periode 2 abad hubungan kedua kerajaan itu kerap kali sulit: ada perang dingin
dan perang sungguh-sungguh. Kadang-kadang Kitab Suci berbicara tentang keadaan
damai, tetapi hampir selalu berarti Kerajaan Utara menguasai Kerajaan Selatan.
2)
Kerajaan Israel
Raja
Yerobeam mencoba membentuk suatu negara yang kuat yang dapat bertahan melawan
ancaman dari Yerusalem. Dalam waktu singkat banyak hal yang harus diurus,
seperti ibu kota kerajaan, pegawai kerajaan, militer dan sebagainya, sehingga
pada periode ini kerajaan utara dalam keadaan sulit.
Untuk
menghindari rakyatnya beribadat ke Yerusalem, maka Yerobeam mendirikan tempat
suci di Betel dan Dan. Masing-masing tempat ibadat dilengkapi dengan patung
lembu emas sebagai tahta bagi Yahwe, sama seperti Yerusalem kedua patung Kerub
di atas Tabut Perjanjian sebagai tahta Yahwe. Hanya saja patung lembu emas ini
menyebab-kan terjadinya sinkretisme atau bahkan baalisme (penyembahan dewa
Baal), karena Baal lazin digambarkan sebagai lembu jantan. Dan dalam kenyataan
memang akhirnya kerajaan utara acap kali jatuh pada penyembahan berhala.
Beberapa
raja yangpenting di kerajaan Utara ialah: Omri, dialah yang membangun samaria
menjadi ibu kota Israel. Ahab, raja ini menjerumuskan Israel kepada penyembahan
berhala yaitu kepada dewa Baal. Yerobeam II, pada masa raja ini, Israel
mengalami kemakmuran ekonomi, sayangnya kemakmuran ekonomi ini hanya dinikmati
kalangan atas, sementara rakyat menderita. Dengan demikian pada masa ini
ditandai oleh penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakadilan. Dan di bidang
keagamaan ditandai dengan ibadat yang kosong dan penuh penyembahan berhala.
Akhir Kerajaan Utara pada awalnya ditandai
oleh perebutan kekuasaan. Di samping itu Kerajaan Asyur di Mesopotamia menjadi
ancaman nyata bagi kerajaan Israel. Dan pada tahun 731 seb. Mas kerajaan Israel
jatuh ke tangan Asyur. Kemudian pada tahun 724 seb. Mas, kerajaan Israel
memberontak melawan Asyur dengan tidak mau membayar upeti dan akhirnya pada
tahun 721 seb. Mas kerajaan Israel dihancurkan oleh Asyur dan sebagian
rakyatnya khususnya masyarakat lapsan atas di buang ke Mesopotamia. Sebaliknya
raja Asyur mendatangkan orang-orang dari Mesopotamia untuk tinggal di kota-kota Samaria. Dari percampuran
penduduk inilah di kemudian hari orang Samaria dianggap tidak asli Yahudi lagi
dan juga dianggap sebagai kaum bidaah. Mereka inilah yang selanjutnya disebut
orang-orang Samaria. Bahkan pada jaman Yesus orang Yahudi tidak bergaul dengan
orang Samaria (Yoh 4:9).
Pada jaman ini tampil pula nabi-nabi,
antara lain:
a)
Elia : Nabi ini berkarya pada
masa pemerintahan Ahab (875-853) di mana pada saat ini penyembahan berhala
kepada Baal begitu meraja rela, maka Allah mengutus Elia untuk mencoba dengan sekuat tenaga membela
kemurnian agama Israel, bahwa penyembahan hanya kepada Yahwe saja. Nabi
Elia menyatakan bahwa:
Yahwelah Allah Israel, juga di bidang
kesuburan, bukaan Baal (1 Raj 17-28)
Yahwelah yang berkuasa atas hidup dan
mati, bukan Baal (2 Raj 1)
Raja Isreael tidak boleh memerintah dengan
gaya Kanaan (1 Rak 21) yaitu menjadi raja dengan kekuasaan sewenang-wenang.
b)
Elisa : Melanjutkan karya Elia,
di samping itu nabi ini juga terlibat dalam keputusan-keputusan penting (2 Raj
2-10).
c)
Amos : Nabi ini muncul sekitar
tahun 760 seb Mas. Pada zaman ini ini, Israel mengalami kemakmuran, tetapi
sekaligus muncul korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakadilan serta
ibadat yang tanpa isi. Nabi dengan sekuat tenaga mencoba membela keadilan dan
mengecam segala bentuk ketidakadilan serta ibadat yang kosong. Dengan jelas dan
tajam Amos memperlihatkan segala kecurangan dan kemunafikan dalam hidup sosial
dan religius, khususnya golongan atas. Amos bertugas sebagai nabi tidak lama,
mungkin hanya tiga bulan.
d)
Hosea Nabi cinta kasih. Nabi ioni
berkarya sekitar tahun 758 seb. Mas. Pada jaman ini, Israel sama sekali tidak mengenal Allahnya. Israel
telah mengejar dan menemukan kekasih lain yakni Baal. Maka nabi mewartakan
bahwa Yahwe adalah Allah yang setia.
Perkembangan Kitab Suci pada masa ini:
a)
Munculnya tradisi Elohist
Tradisi ini disebut Elohist, karean
menyebut Tuhan dengan sebutan Elohim (Allah), dan disingkat E. Tradisi ini
mencoba merenungkan dan menuliskan peristiwa bapa-bapa bangsa dan tradisi
Israel ke Mesir dan keluar dari Mesir.
b) Elisa
dan Elisa dua tokoh yang sangat menonjol pada abad ke 9 seb. Mas. Pewartaan
mereka tidak tersimpan, tetapi kisah dan legenda mengenai dirinya tersimpan
dalam suatu cerita yang kini sebagian kisah itu dapat ditemukan di akhir 1 Raj
dan awal 2 Raj.
Pewartaan para nabi “penulis” yaitu Amos
dan Hosea, sudah sebagian mulai dituliskan oleh para muridnya. Hanya saja sulit ditentukan kapan
pewartaan nabi itu ditulis untuk pertama kalinya.
c) Kumpulan
hukum: Ulangan
Di kerajaan Utara perhatian terhadap
tradisi Sinai sangat kuat, sehingga dihasilkan kumpulan catatan perjanjian dan
hukum. Kumpulan ini dilandaskan pada upacara pembaharuan perjanjian berkala di
Sikhem dan dikembangkan di suku-suku Utara. Kumpulan ini pada tahun 722 dibawa
ke Yerusalem dan mendapat bentuk yang definitip pada jaman raja Hizkia (716-687
seb. Mas). Kumpulan itu kurang lebih sama dengan Ul 5-28 sekarang.
d)
Mazmur
Pada periode inipun disusun sejumlah
mazmur, baik di kerajaan Utara maupun di Selatan.
3)
Kerajaan Yehuda
a)
Sebelum keruntuhan Kerajaan Israel.
Kerajaan Yuda meliputi dua suku (Yehuda dan
Benyamin), dari segi tanah kerajaan Yuda mendapat bagian yang kurang subur,
akan tetapi kerajaan ini hidup dekat Bait Allah. Hal inilah merupakan faktor
penting dalam mempertahankan iman mereka kepada Tuhan Penyelamat. Meskipun Yuda
sering jatuh pada penyembahan berhala (khususnya pada pemerintahan Rehabeam dan
Atalya), namun bebarapa kali Yuda juga mendapat raja-raja yang saleh (antara
lain: Asa, Yosafat, Yosia). Yehuda juga mengalami kemakmuran, khususnya pada
masa pemerintahan Uzia (767 - 740 seb. Mas) dan Yotam (740-734 seb.Mas).
Sejak abad ke 8 seb. Mas kekuasaan Asyur
mulai menanjak dan menunjukkan tanda-tanda yang sangat membahayakan bagi
kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Hal ini terjadi mulai pemerintahan Tiglat
Pileser III (745-727 seb Mas). Tahun 740 dia mengadakan ekspansi ke barat dan
menghancurkan kerajaan-kerajaan di situ smpai ke perbatasan Israel. Tahun 734
dia sekali lagi ekspansi ke barat untuk mengalahkan kerajaan-kerajaan yang
berbatasan dengan laut Tengah. Melihat ancaman besar ini segara saja raja
Israel dan raja Aram bersepakat untuk mengadakan koalisi melawan Asyur dan
mengajak Ahas raja Yehuda untuk masuk dalam koalisi tersebut. Undangan ini
ditolak oleh Ahas. Maka majulah dua raja itu untuk memerangi Ahas. Karena sadar
bahwa dia tidak kuat melawan dua raja itu, Ahas minta bantuan Asyur. Permintaan
ini dengan sukarela diterima, bukan karena dia bermaksud baik untuk menolong,
tetapi memang sudah termasuk dalam rencana memerangi kedua kerajaan itu. Ahas
harus membayar mahal pertolongan Asyur ini, karena Yehuda menjadi taklukan dan
harus membayar upeti.
Pada periode ini muncul dua nabi di
Yehuda, yaitu Nabi Yesaya (740-700 seb Mas) dan nabi Mikha (745-697 seb Mas).
Kedua nabi ini diutus Allah untuk mewartakan sikap tobat terhadap Allah. Dari
pewartaan mereka menjadi jelas, bahwa hidup keagamaan serta keadilan sosial
kerap kali amat menyedihkan. Yesaya, nabi yang berasal dari kalangan atas ini
sangat menekankan kekudusan Yahwe, dosa Israel dan sikap iman. Sedangkan Mikha
menuntut kasih setia Israel terhadap Yahwe sebagai sikap yang dituntut dalam
perjanjian. Ia juga mengecam kejahatan dan ketidakadilan sosial yang
menghancurkan hubungan baik antara sesama anggota bangsa terpilih. Nabi
mengecam kalangan/lapisan atas yang menindas rakyat kecil atau lapisan bawah.
Atas nama Tuhan nabi Mikha menyampaikan protes yang sangat tajam dan ia
meramalkan hukum yang amat berat.
b)
Sejarah runtuhnya Kerajaan Yuda/Yehuda
Sejarah Timur Tengah setelah Tiglet
Pileser III berkuasa semakin panas. Raja Hizkia harus membayar mahal kesalahan
ayahnya. Raja yang saleh ini terus menerus berusaha untuk melepaskan diri dari
pengaruh Asyur, tetapi makin lama makin sulit karena pengganti-pengganti Tiglat
Pileser III termasuk raja-raja perkasa. Percobaan untuk memberontak pada tahun
705 harus dibayar mahal. Sebagian kerajaan dihancurkan oleh raja Asyur, Sargon
II. Yerusalem luput dari kehancuran hanya telah Hizkia membayar upeti yang besar.
Setelah kematiannya pengaruh kekafiran di bawah pemerintahan anaknya Manasye
tidak dapat dielakkan lagi.Namun demikian ia mewariskan Yehuda kepada anaknya
Raja Amon dalam keadaan yang relatif makmur. Hanya saja Kitab Suci menilai raja
Manasye sebagai raja yang paling jelek, karena Kitab Suci mengukur seorang raja
dari sudut kesetiaan pada perjanjian.
Yosia (640-609 seb Mas) menjadi raja
ketika masih berumur 8 tahun. Selama 10 tahun ia berada di bawah beberapa tokoh
politik dan imam sebagai wali. Ia dididik untuk menjadi raja seperti Daud. Maka
pada waktu ia mulai memerintah secara efektif sekitar tahun 625 seb Mas dan
kebetulan kekuasaan Asyur sedang lemah, maka ia menggunakan kesempatan itu
untuk memperluas wilayah kerajaannya dan memeulihkan agama nenek moyang, yakni
penyembahan kepada Yahwe secara murni. Maka segala bentuk sinkretisme dan praktek agama Asyur dilarang dan
dihapus. Raja Yosia mengadakan pembaharuan berdasarkan naskah yang ditemukan di
Bait Allah. Naskah itu kurang lebih sama dengan Ul 5-28. Maka para ahli
menyebut pembaharuan deuteronomistis, karena pembaharuan itu didasarkan pada
kitab Ulangan.
Raja Yosia yang dipuji oleh Kitab Suci,
akhirnya tewas dalam pertempuran melawan raja Mesir, ia digantikan oleh
anaknya, Yoyakim (609-598 seb Mas). Hanya saja Yoyakim menghentikan pembaharuan
yang dilakukan oleh ayahnya.
Sejarah kerajaan Yehuda selama 20 tahun
terakhir sebelum kehancurannya diwarnai oleh perbuatan dan tindakan bodoh yang
dilakukan para raja di Yerusalem.
Sekitar tahun 612 seb Mas Ayur dihancurkan oleh Babel dan pada tahun 604
seb mas Babel telah menguasai wilayah Siria Palestina. Pada tahun 600 Raja
Yoyakim memberintak melawan Babel. Dan Pada tahun 597 Yoyakim meminggal dan
Yuda menyerah kepada Babel. Akibatnya sebagian besar kalangan atas (militer,
pegawai, imam dan tukang di buang ke Babel. Yoyakim diganti anaknya Yayakon
yang menyerahkan diri kepafa Babel. Selanjutnya Babel mengangkat Zedekia
sebagai pengganti Yoyakin. Zedekia adalah raja yang lemah dan ragu-ragu. Atas
hasutan Mesir, ia berani memberontak
melawan Babel pada tahun 589 seb Mas. Dengan cepat Raja Nebukadnezar mengatasi
pemberontakan ini. Sesudah itu kota Yerusalem dikepung dan pada tahun 586
dihancurkan secara total. Dalam perang ini banyak sekali yang tewas. Di samping
itu kalangan atas yang masih tersisa dibuang ke Babel.
Nabi-nabi yang berkarya pada masa ini
ialah: Nahum, Habakuk, Zefanya dan Yeremia. Nabi Yeremia inilah yang
menyaksikan bangsanya dibuang ke Babilon. Salah satu pewartaannya yang terkenal
adalah Perjanjian Baru (Yer 31:31-34).
- Perkembangan Kitab Suci pada masa ini.
Pewartaan Nabi: Yesaya, Mikha, Nahium Hakakuk dan
sebagainya oleh para murid-muridnya mulai ditulis.
Penyatuan tradisi Y dan E, dengan berpedoman pada
tradisi Y. Kerajaan Utara dihancurkan pada tahun 721 seb. Mas. Pada waktu itu
sekumpulan Naskah dari tradisi E dibawa lari ke selatan. Kemudian pada masa
raja Hizkia, seorang redaktur menyatukan tradisi Y dan E menjadi satu kisah YE.
Dalam menyusun naskah baru itu redaktur menggunadakan tradisi Y sebagai
pedoman, sedangkan E hanya digunakan untuk melengkapi tradisi Y.
Tradisi Deuteronomist (kelompok cendekiawan) mulai
menyusun karya raksasa tentang sejarah bangsa Israel sejak zaman Musa sampai
zaman raja Yosia. Sebagai tolok ukur untuk menilai semua tokoh dan peristiwa
dipergunakan Naskah Ul 5-28. Itulah sebabnya kelompok ini disebut kelompok
deuteronomis (Deuteronomiun adalah nama Latin dari kitab Ulangan). Kelompok ini
juga melengkapi kitab Ulangan abab 1-4 dan 29-34 sebagai pendahuluan dari kitab
sejarah yang dalam Kitab Suci teridir dari kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, 1-2
Sam dan 1-2 Raj dalam edisi yang pertama. Penyusunan kitab-kitab ini akan
diteruskan pada waktu pembuangan Babel.
Mazmur, Amsal dan kisah Yusuf. Ada beberapa Mazmur yang
berasal dari periode ini. Para guru kebijaksanaan mulai mengumpulkan amsal dan
pepatah yang kini tersimpan dalam kitab Amsal. Karya lain adalah saduran
kembali kisan Yusuf yang sekarang terdapat dalam Kej 37-50 dengan menyatukan
karya Y dan E.
4.2.3. Periode Pembuangan (586 - 538 seb. Mas)
Situasi
Yehuda
Periode ini merupakan titik balik sejarah
Israel. Secara lahiriah Israel kembali ke titik awal sejarahnya, yakni
perhambaan. Tetapi secara batiniah diperbaharui dengan belajar menemukan
hal-hal batin dari imannya terutama berjumpa kembali dengan Tuhan dan rencara
keselamatan-Nya.
Kemalangan yang menimpa kerajaan Yehuda
pada tahun 589-586 seb. Mas sungguh-sungguh mengubah keadaan. Yerusalem dan
semua kota lain di Yehuda dihancurkan oleh Nebukadnezar, raja Babel. Lapisan
atas bangsa Yehuda dibuang ke Babel, yang tinggal hanya kaum kecil dan miskin.
Secara yuridis Yehuda digabungkan dengan
propinsi Samaria. Pada awal periode ini keadaan Yehuda sangat menyedihkan. Kehidupan
agak membaik setelah beberapa lama, terutama setelah beberapa orang buangan
berhasil meloloskan diri ke Mesir, kemudian kembali ke Yehuda dan mengatur
kehidupan baru. Hanya karena jumlah mereka sangat kecil, maka pembangunan yang
dilakukan menjadi sangat lamban dan
kurang berarti.
Kehidupan
orang buangan di Babel
Orang-orang
Yehuda mengalami dua kali pembuangan, yaitu pada tahun 597 dan 586 seb. Mas.
Seluruh jumlah orang buangan antara 20.000 sampai 30.000 orang, yang termasuk
golongan atas (pegawai, militer, imam, tukang). Kedua pembuangan itu membawa
akibat buruk yang sangat hebat bagi bangsa Yehuda. Pembuangan itu dimaksudkan
untuk melumpuhkan suatu bangsa, sehingga tidak dapat memberontak lagi.
Rupanya,
para buangan dari Yehuda tidak diperlakukan sebagai tahanan perang yang
dikurung. Mereka diperbolehkan mengatur hidupnya sendiri di wilayah yang
diberikan kepadanya, khususnya dalam kehidupan agama dan hidup sehari-hari.
Mereka hanya tidak diberi kebebasan dalam bidang politik. Mereka bekerja
sebagai tukang, pedagang, petani bahkan ada yang sebagai pegawai, sehingga
secara sosio ekonomis mereka cukup berhasil. Maka tidak mengherankan kalau
sesudah beberapa puluh tahun, beberapa orang buangan berhasil memperoleh
kedudukan yang cukup kuat dan terpandang di Babel. Pada tahun 561 seb. Mas Raja
Yoyakim termasuk kelompok orang buangan pertama (tahun 597 seb Mas)
direhabilisasi. Rehabilitasi ini juga menyatakan kebijakan manusiawi penguasa
Babel terhadap orang Yehuda.
Banyak
orang Yehuda di pembuangan dengan cepat menyesuaikan diri dengan situasi Babel.
Namun sebagian besar tetap menolak berasimilisasi dengan penduduk setempat
karena ingin tetap mempertahankan keaslian dan kekhasannya sebagai orang
Yahuda. Mereka inilah yang selalu merindukan untuk kembali ke tanah air.
c. Kehidupan Religius
Pembuangan
ke Babel ini secara religius sungguh menghilangkan tiga pegangan sebagai
pemenuhan janji-janji Allah, yaitu:
1)
Mereka dibuang dari tanah airnya, hal ini merupakan
pengalaman yang bertolak belakang dengan pengalaman pemenuhan janji kepada
bapa-bapa bangsa mengenai tanah.
2) Tidak
ada lagi keturunan Daud yang menjadi raja di Yerusalem. Ini bertentangan dengan nubuat Natan yang terdapat
dalam 2 Sam 7
3) Bait Allah tempat kediaman Yahwe ditengah
umat hancur. Ini berarti Yahwe meninggalkan umat-Nya.
Maka muncullah sikap-sikap sebagai berikut
sebagai reaksi atas pembuangan itu:
1)
Penghancuran
Yehuda dipandang sebagai hukuman yang ditimpakan oleh dewa-dewi asli Kanaan,
yaitu Baal, karena bangsa Israel telah merebut tanah miliknya. Kelompok
ini cenderung untuk kembali berbakti kepada Baal.
2)
Pandangan lain adalah bahwa Yahwe telah dikalahkan oleh
dewa Babel. Pandangan ini didasarkan bahwa jika terjadi perang, maka yang
perang bukan hanya tentara tetapi juga para dewa-dewi dan alah masing-masing
negara. Karena Israel kalah melawan Babel, maka mereka menganggap Yahwe telah
kalah melawan dewa-dewi Babel. Sikap seperti ini terdapat dalam diri orang yang
tinggal di wilayah Yehuda yang dikuasai Babel.
3)
Sikap ketiga adalah kelompok terbesar yang mengartikan
pembuangan tahun 586 seb Mas sebagai kata terakhir dalam dialog antara Yahwe
dengan bangsa terpilih. Tahun 721 seb Mas adalah kehancuran kerajaan Israel
sebagai tanda peringatan terakhir dari Yahwe supaya Israel bertobat dan setia
pada perjanjiannya. Nyatanya Israel tidak setia dan mengingkari perjanjiannya
dengan Yahwe, akibatnya mereka dihukum. Kini mereka ditolak oleh Yahwe dan
dibuang. Akibatnya mereka berada dalam keadaan putus asa. Di tengah segala
keputusasaan itulah tampil tokoh-tokoh yang memberi harapan akan masa depan
yang lebih baik.
Ketiga
sikap di atas sudah cukup menjadi alasan yang menyebabkan kehancuran bangsa
Israel sebagai bangsa. Keistimewaannya sebagai bangsa yang menyembah Yahwe,
mulai luntur. Pada hal ciri khas ini amat penting, supaya sebagai bangsa tidak
hancur atau hilang seperti yang terjadi dengan bangsa: Edom, Moab, Amon dsb.
Dalam situasi seperti itulah Allah mengutus Yehezkiel untuk membuka mata
orang-orang Yahuda dan menyadarkan mereka bahwa mereka sudah lama tidak setia
kepada Yahwe, Allah yng mengikat perjanjian dengan mereka.
d. Tokoh-tokoh yang tampil adalah:
1)
Nabi Yehezkiel. Nabi ini mewartakan karya keselamatan
Allah yang akan datang. Tuhan adalah Allah yang tidak menghendaki kematian
orang berdosa, tetapi supaya bertobat dan hidup. Nabi ini juga mewartakan bahwa
dialog Yahwe dengan umat-Nya belum berakhir, dan karena itu masih ada masa
depan. Harapan akan masa depan inilah yang menjadi alasan mengapa bangsa Yehuda
tidak pu8nah sebagai bangsa. Nabi ini amat berjasa bagi lanjutan, pembaharuan
dan penyucian umat Yehuda yang terbuang.
2) Nabi
Deutero Yesaya. Nabi ini tidak diketahui namanya, tetapi karena pewartaannya
disatukan dengan kitab Yesaya yang sekarang kita temukan dalam Yes 40-55, maka
disebut Yesaya kedua (Deutero-Yesaya). Nabi ini mewartakan penghiburan dan
pengharapan besar. Tuhan akan membebaskan umat-Nya dari perhambaan di Babel.
Israel akan mengalami keluaran baru. Masa hukuman akan segera berakhir, masa
keselamatan sudah di ambang pintu. Tuhan
akan menyatakan diri-Nya sebagai Raja segala raja dan Tuhan sebala bangsa.
Pewartaannya yang paling terkenal adalah tentang Hamba Tuhan yang menderita
(Yes 52:13-53:12).
3) Sejarahwan Deuteronomist. Mereka adalah
sekelompok orang awam yang saleh dan beribadat. Disebut Deuteronomist karena
teologinya dijiwai oleh kotbah–kotbah yang terdapat dalam kitab Ulangan, khususnya
5-28. Mereka inilah yang merampungkan tulisannya tentang sejarah Israel yang
telah dimulainya. Dalam tulisannya itu mereka mencoba menjawab pertanyaan
mengapa Israel dibuang. Menurut mereka ada tiga sebab, yaitu: Pertama: karena
Israel telah meninggalkan Tuhan dan menyembah dewa-dewi; Kedua: Israel tidak
mau mendengarkan seruan Tuhan yang disampaikan para Nabi; Ketiga: Yerusalem
kota Allah telah menjadi bejat, karena penuh dengan penyembahan berhala.
Sejarahwan inilah yang menuliskan kitab-kitab sejarah: Yosua, Hakim-hakim, 1,2
Samuel dan 1,2 Raja-raja.
4) Para Imam. Mereka merefleksikan sejarah
awal Israel dalam konteks sejarah dunia dan dari sudut iman. Israel di
pembuangan adalah Israel yang kehilangan identitasnya sebagai bangsa, karena
mereka telah kehilangan raja, tanah dan Bait Suci. Untuk itu Israel memerlukan
identitas baru. Identitas mereka, menurut para imam adalah sunat. Sunat sebagai
tanda perjanjian dengan Allah. Di samping sunat tanda lain adalah sabat. Sabat
adalah hari istirahat yang telah dikuduskan Allah sejak penciptaan.
d. Perkembangan Kitab Suci
1)
Kisah sejarah karya Deuteronomist yang sudah dikerjakan
pada masa pemerintahan raja Yosia, selama pembuangan dilengkapi dengan
informasi mengenai Raja Yosia dan sesudahnya serta akhir Kerajaan Yuda dan
pembuangan ke Babel.
2)
Kitab Ratapan. Kitab ini disusun tidak lama setelah
kehancuran kota Yerusalem.
3)
Nabi-nabi. Tulisan-tulisan tentang pewartaan para Nabi
sebelum pembuangan dibawa ke pembuangan dan dilengkapi. Oleh karena itu pada
akhir masa pembuangan kitab Nabi: Amos, Hosea, Mikha, Yesaya (1-39), Nahum,
Zefanya, Yeremia, Habakuk sudah mempunyai bentuk yang hampir final.
4)
Mazmur. Sekurang-kurang ada satu mazmur yang ditulis
pada masa ini yaitu mazmur 137.
5)
Tulisan Para Imam (Priesterkodeks). Pada masa ini
disusun karya besar yang melngkapi Tradisi Y dan E. Bahkan menurut para ahli
tradisi P inilah yang menggabungkan tradisi-tradisi yang akhirnya menjadi
Pentateukh seperti yang sekarang kita miliki. Tradisi P sendiri memiliki
cerita, misalnya kisah penciptaan Kej 1:1-2:4a, akan tetapi yang paling banyak
adalah hukum.
4.2.4. Periode
Pembaharuan/Sesudah Pembuangan (538 - 332 seb. Mas)
a.
Kembali dari Pembuangan dan masalah-masalahnya.
Sekitar
tahun 550 seb Mas muncul kekuatan baru dari Persia dan dengan cepat memperluas
wilayah kerajaannya. Pada tahun 539, raja Koresy dari Persia mengalahkan Babel,
sehingga Babel menjadi daerah jajahannya. Kebijakan Koresy ialah memberikan
otonomi seluas-luasnya dalam hal kebudayaan dan agama kepada bangsa jajahannya.
Pada tahun 538 seb Mas, ia mengeluarkan izin resmi bagi orang-orang Yahudi
untuk kembali ke Palestina dan membangun kembali Bait Allah yang telah hancur
(bdk 2 Taw 36:22-23)
Ternyata
izin yang diberikan oleh raja Koresy kepada orang buangan untuk pulang ke
Yehuda tidak digunakan oleh semua. Ada kelompok yang memanfaatkan izin ini
untuk kembali ke Yehuda, tetapi ada juga yang tidak mau pulang karena keadaan
sosial ekonomis mereka di Babel sudah baik.
Kelompok
pertama yang pulang terdiri dari orang-orang yang tidak begitu berhasil dan
tidak dapat maju di wilayah pembuangan. Kelompok lain pulang karena sangat
dipengaruhi oleh pewartaan Yeremia, Yehezkiel dan terutama Deutero Yesaya
mengenai masa keselamatan yang akan datang sesudah pembuangan di Babel.
Hal-hal penting yang terjadi setelah orang
buangan kembali adalah sebagai berikut:
1)
Kesukaran dan krisis
Orang-orang Israel yang baru pulang dari
pembuangan sesungguhnya memiliki semangat yang besar. Tetapi mereka menjadi
agak putus asa dan kecewa, karena banyak menghadapi kesulitan dan tantangan.
Keadaan di Yehuda tidak seperti yang mereka bayangkan. Segala-galanya rusak,
penduduk hanya sedikit dan miskin. Nabi Trito Yesaya mencoba memberikan
pengharapan dan keberanian kepada orang-orang yang kembali dari pembuangan.
2)
Pembangunan Bait Suci
Mereka yang kembali dari pembuangan
mencoba membangun kembali Bait Suci.pekerjaan ini tidak berjalan lancar. Hal
ini disebabkan adanya pertentangan kepentingan antara orang yang kembali dari
pembuangan dengan yang tidak dibuang. Orang yang tidak ikut pembuangan lebih
memikirkan kepentingan mereka sendiri daripada membangun Bait Suci. Di samping
itu juga ada perlawanan dari orang-orang Samaria yang ingin ikut membangun Bait
Suci. Orang-orang Samaria dianggap tidak asli Yahudi lagi maka dilarang ikut
serta membangun Bait Suci, akibatnya terjadi perlawanan. Dengan dukungan Nabi
Hagai dan Zakharia serta dengan susah payah akhirnya Bait Suci dapat dibangun
kembali dan diselesaikan pada tahun 515 seb Mas.
Adanya
perselisihan
Sejak
awal sudah timbul perselisihan antara kelompok orang yang pulang dari
pembuangan dengan kelompok yang tidak dibuang serta dengan orang-orang Samaria.
Orang-orang yang kembali dari pembuangan itu ternyata memiliki penghayatan
religius yang berbeda dengan mereka yang tetap tinggal dan lebih-lebih dengan
orang Samaria. Kelompok orang yang pulang dari pembuangan itu memandang diri
sebagai “sisa Israel”, yaitu kelanjutan sah bangsa terpilih yang lama. Hanya
mereka yang boleh membangun kenisah. Kedua kelompok lain (yang tidak dibuang
dan orang Samaria) dipandang hina dan tidak pantas untuk tugas luhur: membangun
Bait Allah. Dengan demikian
menimbulkan kesulitan hubungan, lebih-lebih dengan orang Samaria tidak pernah
baik lagi. Itulah sebabnya di kemudian hari orang-orang Samaria membangun
kenisah mereka sendiri di atas gunung Gerizim pada abad 4 seb. Mas.
b.
Pembaharuan Ezra dan Nehemia
Pada tahun 515 seb Mas Bait Suci sudah
ditahbiskan. Situasi negeri Yehuda tetap menyedihkan. Ibu kota tidak memiliki
tembok perlindungan, penduduk tidak merasa aman. Mereka sering diganggu oleh
orang-orang Samaria dan bangsa-bangsa tetangga. Untuk membereskan keadaan maka
Nehemia minta diangkat menjadi gubernur di Yerusalem. Ia adalah seorang Yahudi
yang bekerja sebagai pejabat tinggi di istana raja Persia. Berkat kedudukannya
yang tinggi inilah ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga Yehuda
menjadi aman, tidak ada ganggungan lagi. Hal ini berlangsung pada tahun 445-433
seb Mas. Keberhasilan di bidang kemanaan dan materi tidak disertai dengan
keberhasilan dalam bidang keagamaan, sehingga pada tahun 430 seb Mas Nehemia
kembali lagi bersama dengan seorang ahli kitab bernama Ezra. Dengan bantuan
Ezra pembaharuan agama dapat dijalankan. Ezra menjadikan Hukum Musa (Taurat
Musa) sebagai hukum sipil untuk semua orang Yahudi yang dilakukan pada hari
raya pondok daun. Dengan ini lahirlah Yudaisme. Istilah Yudaisme atau agama
Yahudi pertama-tama dijumpai dalam 2 Mak 2:21. Yudaisme adalah suatu agama baru
yang lahir dari pangkuan Israel. Pusat hidup Yudaisme ialah Taurat Musa dan
Ibadat yang berpusat di Bait Allah. Mereka menekankan ciri-ciri mereka dalam
tanda-tanda lahiriah seperti sunat, ketaatan kepada peraturan hari Sabat,
peraturan mengenai makanan, puasa dan waktu-waktu doa. Ciri-ciri itu menjadikan
bangsa Yahudi di yehuda sangat berbeda dibandingkan dengan semua bangsa lain.
c.
Perkembangan Kitab Suci
1)
Hukum Taurat atau Pentateukh.
Kitab Ulangan yang aslinya menjadi satu
dengan kitab sejarah karya deuteronomist, akhirnya digabungkan dengan empat
kitab yaitu Kejadian, Keluaran, Imamat dan Bilangan. Dengan demikian kelima
kitab ini telah memperoleh bentuknya yang definitip.
2)
Kitab-kitab Sejarah karya Deiteronomist ( Yosua, Hakim-hakim, 1,2 Samuel
dan 1,2 Raja-raja) juga sudah final.
3)
Nabi-nabi
Penulisan dan pengumpulan pewartaan para
nabi yang dimulai pada masa sebelum dan semasa pembuangan masih terus
dilanjutkan, bahkan sebagian besar kitab-kitab para nabi hampir final.
4) Kitab Sastra Kebijaksanaan yang selesai
pada masa ini antara lain:
Amsal telah mendapat bentuknya yang
definitip
Kidung Agung yang berisi lagu-lagu cinta
dikarang dalam bahasa puisi yang indah,
Kitab Ayub merupakan kitab yang isi dan
mutu sastranya sangat tinggi, sehingga dipandang sebagai salah satu karya
terbaik sastra universal.
Kitab Pengkotbah merupakan semacam buku
pegangan bagi pembinaan sikap kritis di kalangan kaum muda..
5) Mazmur. Sudah dikatakan bahwa ibadah di
kenisah yang baru diatur dengan sangat ketat. Salah satu akibatnya ialah mulai
ditetapkan apa yang boleh digunakan dalam ibadat, termasuk lagu atau mazmur.
Dari ratusan mazmur yang tersusun mulai tahun 1200-300 seb Mas terpilih 150
mazmur yang diterima sebagai kumpulan resmi, seperti yang kita miliki.
6) Kitab Tawarikh, Ezra dan Nehemia.
Sekitar tahun 400 seb Mas , seorang Lewi
yang disebut Ahli tarikh menyusun karya besar mengenai sejarah Daud sampai
zaman Ezra dan Nehemia. Keseluruhan kisah ini didahului daftar silsilah dari
Adam sampai Daud. Dengan memanfaatkan Pentateukh dan kitab sejarah sebagai
sumber utama, pengarang menyusun karya ini sebagai suatu buku renungan, bukan
pertama-tama buku sejarah. Dua pokok yang diperhatian oleh buku ini
ialah:
Kenisah di Yerusalem adalah satu-satunya tempat ibadat
yang sah
Wangsa Daud telah dipilih Tuhan sebagai satu-satunya
wangsa yang sah untuk memerintah umat-Nya.
4.2.5 Periode Yudaisme (332 - 62/50 seb. Mas).
a. Tampilnya Alexander Agung.
Sesuatu
yang baru terjadi dengan munculnya Alexander Agung sebagai Raja Makedonia pada
tahun 334 seb Mas. Ia mampu mengalahkan seluruh dunia Timur Tengah. Yudaisme
dapat dikatakan memasuki suatu politik yang baru. Kekuasaan dari Timur berakhir dan mulai sekarang
digantikan oleh kekuasaan dari Barat. Kekusaan ini dengn kebudayaan yang tinggi
dan pandangan hidupnya yang berbeda secara bertahap mulai mengubah wajah Timur
Tengah, karena pada masa ini mulailah pengaruh kebudayaan Yunani. Raja
Alexander Agung meninggal pada tahun 323 seb Mas pada waktu usia 32 tahun tanpa
meninggalkan pewaris kerajaan. Oleh sebab itu, kerajaan raksasa itu dibagi-bagi
di antara para panglimanya yang kuat. Dari tahun 323-200 seb Mas Yehuda berada di bawah penguasa Ptolomeus dari
Mesir. Raja-raja Ptolomeus pada mulanya bersikap hati-hati dan bijaksana
terhadap bangsa Yahudi. Yehuda tetap dibiarkan menikmati otonomi terbatas, di
bawah pimpinan imam agung.
b.
Penindasan agama oleh Antiokhus IV Epifanes dan Pemberokan Makabe.
Kendati Alexander Agung sudah meninggal,
helenisme berkembang terus sampai kira-kira seperampat abad sesudahnya. Bahasa
Yunani mulai dipakai di mana-mana. Kebudayaan Helenis dengan keunggulan dalam
bidang ilmu dan seni membuat bangsa-bangsa Timur Tengah teresona, termasuk
lapisan atas bangsa Yahudi, sehingga tidak heran jika di kalangan atas bangsa
Yahudi mengikuti budaya helenis.
Pada tahun 200 seb Mas Raja Antiokhus III
mengalahkan raja Ptolomeus V dan mencaplok Palestina. Selama 25 tahun pertama
pemerintahannya raja ini tetap memberikan otonomis terbatas kepada Yehuda, di
bawah pimpinan imam agung. Hanya saja sejak tampilnya Alexander Agung henenisme
terus berkembang. Bahasa Yunani mulai dipakai di mana-mana. Kebudayaan helenis
dengan keunggulan dalam bidang ilmu dan seni membuat bangsa-bangsa di Timur
Tengah terpesona. Tidak terkecuali bangsa Yahudi, khususnya kalangan atas.
Politik pengyunanian mencapai puncaknya
pada masa Antiokhus IV Epifanes menjadi raja. Ia naik tahta pada tahun 175 seb Mas
dan memerintah sampai dengan tahun 164 seb Mas.
Raja ini ingin mempersatukan kerajaannya dengan mewajibkan agama dan
kebudayaan yang sama, yaitu agama dan kebudayaan Yunani. Di Yehuda raja ini
mengangkat imam agung yang mampu membayar tinggi kepadanya. Akibatnya pada masa
ini muncul beberapa imam agung yang sebenarnya adalah orang-orang yang
meninggalkan agama Yahudi, hanya karena dia mampu membayar mahal. Pengyunanian
ini di Yehuda mendapat dukungan dari kalangan atas. Pada tahun 168 seb Mas ia
mendirikan mezbah bagi mahadewa Zeus di Bait Allah. Tahun berikutnya, kebaktian
kepada dewa-dewi helenis diwajibkan dan praktek agama Yahudi dilarang. Pada
waktu meletuslah pemberontakan yang dipimpin oleh imam Matatias, yang kemudian
dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Yudas (166-160). Yudas diberi julukan
Makabe karena tindakannya yang keras (dari kata bahasa Aram maqqaba yang
berarti palu). Yudas Makabe didukung oleh ribuan petani yang setia
kepada agama Yahudi. Pada tahun 164 seb Mas ia dapat memaksa raja Antiokhus V
(yang baru saja naik tahta menggantikan ayahnya) untuk menyetujui
pengambilalihan Yerusalem oleh orang-orang Yahudi yang setia, sehingga kenisah
dapat ditahirkan kembali.
Perang melawan penindasan agama ini
berlangsung sampai tahun 142, di bawah pimpinan Yudas dan kedua saudaranya
yaitu Yonatan (160-143 seb Mas) dan Simon (142-134). Sedikit demi sedikit
saudara-saudara Makabe memperoleh kedudukan yang semakin kuat. Pada tahun 142
kemerdekaan Yehuda diakui oleh Raja Siria dan keturunan Simon Makabe menjadi
pemimpin di bidang religius.
c.
Munculnya Partai-Partai Politik Kegamaan.
Pada abad ke2 seb Mas muncul tiga golongan
dalam bangsa Yahudi, yaitu Farisi, Saduki dan Eseni.
Farisi berarti “terpisah”. Kelompok ini
terdiri dari orang-orang awam yang berpegang mutlak pada Taurat dan
tafsiran-tafsiran lisah yang dilakukan oleh para ahli Taurat sejak zaman Ezra.
Saduki, nama ini berasal dari nama diri
Zadok, imam agung pada zaman Daud. Kelompok Saduki terdiri dari para imam kelas
atas dan keluarga bangsawan dan kaya. Dalam hal agama mereka berpegang teguh
hanya pada Hukum Taurat yang tertulis.
Esesi merupakan kelompok yang berasal dari
kaum imam yang pada sekitar tahun 150 seb Mas mengundurkan diri dari kehidupan
bermasyarakat ke daerah tepi Laut Mati uamh sepi.
Pada dasarnya, dapat dikatakan bahwa yang
membedakan kelompok nyang satu dengan kelompok yang lain ialah sikap mereka
terhadap Hukum Taurat. Sebagian besar peraturan dan hukum yang ada dalam Taurat
berasal dari masa lampau, sehingga banyak yang tidak cocok dengan kehidupan
abad ke 2. Kelompok Saduki tidak mau mengakui kenyataan ini, mereka tetap
berpegang teguh pada Taurat sebagaimana tertulis. Mereka menolak segala macam
tafsiran yang mencoba menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Kelompok Eseni
melarikan diri dari masyarakat dan hidup di Qumran, suatu tempat sunyi di
padang gurun Laut Mati. Hidup mereka mirip dengan hidup para leluhur. Hanya
kelompok Farisi yang terbuka terhadap tuntutan zaman. Melalui penafsiran
khusus, mereka menyesuaikan Taurat dengan situasi dan tuntutan yang baru.
Mereka melakukan karena yakin bahwa Allah bermaksud agar Taurat berlaku untuk
segama zaman.
d.
Perkembangan Kitab Suci pada periode ini.
1)
Daniel, Ester dan Yudit
Penganiayaan yang dilakukan Antiokhus IV
Epifanes terhadap bangsa Yahudi dan perang Makabe yang merupakan reaksi atas
pemaksaan agama menjadi latar belakang penulisan ketiga kitab tersebut.
Kitab-kitab itu ditulis dengan tujuan untuk menghibur dan memperkuat semangat
perjuangan bagi Allah dan bagi tradisi nenek moyang.
2)
Tobit
Bangsa Yahudi sessudah pembuangan adalah
bangsa yang hidup di diaspora. Untuk menolong dan membangkitkan semangat mereka
dalam menghayati imannya di diaspora ditulislah kitab Tobit. Kitab ini mengajarkan
bahwa ada penderitaan orang saleh, namun akan ada ganjaran jika ia setia kepada
Allah.
3)
1,2 Makabe
Dua kitab ini tidak berhubungan satu
dengan yang lain. Di dalamnya digambarkan latar belakang sejarah abad ke 2 seb
Mas dan perjuangan saudara-saudara Makabe melawan penindasan agama. 1 Mak
menekankan peranan penting saudara-saudara Makabe, sesang 2 Mak meluhurkan
karya agung Allah dalam seluruh perjuangan bangsa Yahudi.
4)
Yesus bin Sirakh dan Kebijaksanaan Salomo.
Sebelum tahun 200 seb Mas pengaruh
helenisme sudah terasa, itulah sebabnya seorang bijaksana menuliskan kitab
Sirakh dan Kebijaksanaan Salomo untuk membendung pengaruh helenisme.Putra
Sirakh menyusun buku yang merangkum unsur-unsur berharga dari Taurat,
kitab-kitab sejarah dan kitab para nabi utntuk melindungi kawan-kawan sebangsa
dari bujukan filsafat dan budaya helenis. Sekitar abad pertengahan abad pertama
sebelum Masehi, seorang menulis buku kebijaksanaan, yang kemudian diberi nama
Kebijaksanaan Salomo.
Tobit
dan Barukh
Pada
abad 2 seb Mas ditulis satu novel pendek mengenai seorang Israel yang saleh
bernama Tobit, yang susudah tahun 721 seb Mas ia dibuang di Asyur.
Pada
abad yang sama diterbitkan suatu buku kecil di bawah nama Barukh, sekretaris
nabi Yeremia.
Pada
abad-abad terakhir periode Perjanjian Lama, para pengarang senang memakai nama
tokoh besar yang hidup pada masa lampau sebagai nama samaran. Dapat disebut
misalnya nama-nama seperti Yunus, Daniel, Tobit, Salomo, Barukh, Henokh,
Anraham. Dengan menunggunakan nama-nama besar itu, pengarang memberikan wibawa
yang lebih besar pula pada tulisannya.
Dari
segi kanonisasi dapat dikatakan bahwa pada akhir periode Perjanjian Lama,
menurut keyakinan orang Yahudi di Palestina, yang dianggap Kitab Suci adalah:
Taurat
Kitab Nabi-nabi
Kitab Sejarah Deuteronomis
Dan beberapa tulisan lain terutama kitab
Mazmur.
BAB
III
PENGANTAR PENTATEUKH
1.
Pendahuluan
1.1._ Nama dan isi
a. Nama
Tradisi Yahudi menyebut kelima kitab
Perjanjian Lama Kitab Taurat, Hukum Taurat Musa atau Kelima Kitab
Musa. Kata “taurat” memiliki banyak arti, antara lain: hukum, pengajaraan,
nasihat dsb. Nama Taurat diberikan mungkin karena pengajaran dan hukum yang terkandung
di dalamnya. Sedangkan Musa dihubungkan dengan kitab-kitab ini karena dia
dianggap sebagai pemberi dan perantara hukum yang diterima Israel. Pada
permulaan istilah-istilah itu mungkin dipakai untuk menunjukkan
kumpulan-kumpulan hukum yang terdapat di dalamnya (bdk 2 Raj 14:6; Yos 1:8).
Namun dalam Mat 5:17 dan Mrk 12:26 “hukum” dikenakan untuk seluruh kitab.
Tradisi Kristen menyebut kelima kitab
pertama Perjanjian Lama dengan Pentateukh artinya kitab yang terdiri
dari lima gulungan (Penta=lima; teukh=gulungan). Disebut gulungan karena
dahulu kitab-kitab tersebut berbentuk gulungan yang dijahit dengan kulit (Yer
36:2). Panjang jahitan yang sekarang dikenal 7.5 meter, sedangkan lebarnya 26
cm. Kitab gulungan itu biasanya disimpan dalam bejana supaya tahan lama
b. Garis Besar
Pentateukh menceritakan awal mula dunia
dan awal mula Israel sebaga umat Allah yakni mulai dari panggilan Abraham,
pengungsian ke Mesir, pembebasan dai Mesir, perjalanan di padang gurun sampai
kedatangan mereka di ambang pintu tanah terjanji, yakni daratan Moab di sebelah
timur sungai Yordan. Seluruh cerita ini didahului oleh suatu cerita tentang
penciptaan dunia dan manusia, manusia jatuh dalam dosa sampai perpecahan antar
umat manusia.
1) Kej 1 - 11 Sejarah
Awali: Cerita tentang penciptaan dunia dan manusia, manusia jatuh dalam dosa
dan akibatnya dan berakhir dengan perpecahan antar umat manusia.
2) Kej 12-36 Tradisi
tentang Bapa-bapa Bangsa
a) Kej 12-25 Tradisi
tentang Abraham
b) Kej 25-26 Tradisi
tentang Ishak
c) Kej 27-36 Tradisi
tentang Yakub
3) Kej 37 - 50 Israel ke Mesir (Tradisi tentang Yusuf)
a)
Kej 37. 39- 49.50 Cerita tentang Yusuf
b)
Kej 38 Cerita tentang Yehuda
c)
Kej 49 Wasiat Yakub
4) Kel 1 - 15:21 Israel keluar dari Mesir
(Pembebasan)
a)
Kel 1-2 Penindasan orang Israel
dan kelahiran Musa
b)
Kel 2-4; 6-7 Cerita tentang panggilan dan perutusan Musa
c)
Kel 5; 7-11 Cerita tentang Musa
dan Firaun (10 tulah)
d)
Kel 13:1-15:21 Cerita tentang pembebasan dari Mesir (Penyeberangan)
5) Kel 15:22 - Bil 10:10 Tradisi Sinai
a)
Kel 1:22-18:27 Cerita tentang perjalanan ke Sinai
b)
Kel 19-24 Perjanjian Sinai
c)
Kel 32- 34 Cerita tentang
pelanggaran Sinai dan pembaharuan
d)
Kel 35-40 Pelaksanaan peraturan ibadat
e)
Iam 1-7 Peraturan tentang kurban
f)
Im 8-10 Cerita tentang pentahbisan Imam-imam pertama
g)
Im 11-15 Peraturan-peraturan tentang haram dan tidak haram
h)
Im 16 Ritual hari raya perdamaian
(Yom Kippur)
i)
Im 17-26 Kitab hukum kekudusan
j)
Im 27 peraturan-peraturan
tentang nazar
k)
Bil 1:1-10:10 Persiapan sebelum
meninggalkan Sinai, pendaftaran (sensus) pertama, statuta para Lewi, peraturan
tentang kenaziran dan lain-lain.
6)
Bil 10:11-36:13 Dari Sinai ke
Moab
a)
Bil 10:11-20:13 dari Sinai ke Kadesy
10:11-12:16 Cerita tentang perlawanan dan pemberontakan orang Israel
Bil 13-14 Cerita
tentang pengintaian Kanaan dari selatan
Bil 15 Aneka
perintah
Bil 16-17 Cerita
tentang pemberontakan Korah, Batam dan Abiram
Bil 18-19 Hak
dan kewajiban Imam dan lewi serta peraturan tentang pentairan.
Bil 20:1-13 Cerita tentang pertengkaran Israel dengan Musa.
b)
Bil 20:14-21:35 dari Kadesy ke
Moab: Perang melawan Edom, Moab, dan Og
c)
Bil 22-36 Israel di Moab
Bil 22-24 Cerita
tentang Bileam
Bil 25 Cerita
tentang penyembahan berhala di Baal Peor
Bil 26 pendaftaran (sensus) kedua
Bil 27-30 Tuntutan
kelima anak perempuan Zelafehad untuk mendapat hak waris. Pengangkatan Yosua
sebagai pengganti Musa dan aneka peraturan tentang kurban dan nazar.
Bil 31 Cerita
tentang peperangan melawan Median
Bil 32 Cerita
tentang pembagian daerah seberang Timur sungai Yordan
Bil 33-36 daftar
tempat-tempat persinggahan orang Israel dari Mesir ke Moab
7) Ul 1-34 Kotbah
Musa di Moab, diakhiri dengan cerita tentang akhir hidup Musa.
a)
Ul 1:1-4:43 Kotbah pertama,
suatu tinjauan sejarah
b)
Ul 4:44-11:32 Kotbah kedua
c)
Ul 12-26 Kitab hukum
Deuteronomi
d)
Ul 27 Peintah mengenai
perayaan perjanjian yang harus dilakukan di Sikhem.
e)
Ul 28 berkat dan kutuk
f) Ul 29 Kotbah
ketiga: perjanjian Moab
g) Ul 30-34 Karya-karya
terakhr Musa dan wafatnya.
c. Isi
Kelima kitab Musa menyajikan sebuah kisah
yang mencakup jangka waktu antara awal mula alam semesta sampai dengan awal
bangsa Israel yang sedang berkumpul di perbatasan Palestina. Bangsa Israel
mempersiapkan diri untuk memasuki airnya yang dianggap sebagai karunia Tuhan
yang diberikan-Nya oleh karena setia kepada janji-Nya. Artinya rencana Tuhan
yang sejak awal mula sudah ada dan pelaksanaannya bertahap-tahap dipersiapkan.
Memang kelima kitab Musa disusun jauh
kemudian dari kejadian-kejadian yang dikisahkan. Tetapi para penyusun karya itu
telah memikirkan dan merenungkan masa yang lampau. Dalam terang kepercayaan
mereka melihat bahwa seluruh sejarah awal memang berjalan menurut rencana,
yaitu rencana Allah yang mempersiapkan dan menciptakan umat-Nya. Para penyusun
memahami dan dalam karyanya memperlihatkan bahwa apa saja yangterjadi dahulu
tidak terjadi serba kebetulan, tetapi dipimpin ke arah tertentu oleh Allah yang
dipuja umat Israel.
Semuanya itu diperlihatkan dalam
Pentateukh, supaya berdasarkan sejarah dahulu, umat Allah semakin menemukan
pegangan dan pedoman bagi sejarah selanjutnya. Sebab kelima kitab Pentateukh
dipersatukan dalam satu kesatuan waktu
umat Israel kembali berdiri pada awal tahap sejarah yang baru, yaitu sewaktu
umat Allah seolah-olah mesti mulai kembali, setelah dalam pembuangan ke babel
telah mengalami kehancuran total, kegagalan dalam sejarah yang belum juga
mewujudkan rencana Allah. Justru dengan merenungkan masa lampau, umat Israel
dalam kepercayaannya yakin bahwa Allah yang sama tetap membimbing dan mau
menyelamatkan umat-Nya yang bertobat dan kini mulai menempuh tahap baru dalam
sejarahnya.
Maka para penyusun Pentateukh
menceriterakan tentang sejarah awal yang dipimpin oleh Allah dan menghasilkan
umat Allah yang sebentar lagi akan menduduki tanah airnya untuk memulai tahap
sejarahnya yang berakhir dalam pembuangan. Para penyusun Pentateukh ini ingin
menasihati umat di zamanya supaya mereka jangan mengulang sejarah kegagalan
umat sebelumnya. Hendaknya mereka kembali ke awalnya dulu, lantas berpedoman
pada awal itu kembali mulai mewujudkan diri sebagai umat Allah yang bahagia.
1.2 PERSOALAN-PERSOALAN PENTATEUKH
a. Pentateukh
dan Musa
Seperti telah diuraikan di atas, tradisi
Yahudi menyebut Pentateukh dengan sebutan “Hukum Musa atau Taurat Musa”.
Disebut Taurat Musa karena Musa dianggap sebagai pemberi dan perantara hukum
yang diberikan Tuhan (bdk Ezr 7:6). Para pengarang Perjanjian Baru pun
menganggap bahwa Taurat baik bagian-bagian hukum maupun juga bagian
cerita-ceritanya disampaikan oleh Musa ( Mat 19:7-9; Kis 5:21; Yoh 5:46-47).
Berabad-abad Gereja meneruskan tradisi ini
yaitu bahwa Pentateukh berasal dari Musa. Baru menjelang abad ke 17 mulai
diadakan penyelidikan atau studi kritis terhadap Pentateukh. Sejak saat itu
Pentateukh menjadi bahan yang paling diperbatkan. Pentateukh sendiri sama
sekali tidak mengisyaratkan bahwa Musa adalah pengarangnya. Memang ada
teks-teks yang menyebutkan bahwa Musa diperintahkan Tuhan untuk menulis,
mengambil inisiatif sendiri untuk menulis atau menyampaikan kotbah. Namun ada
tempat yang menunjukkan bahwa kesatuan itu tidak berasal dari Musa tetapi dari
zaman sesudahnya. Misalnya cukup sering pencerita menunjukkan letak suatu
tempat dengan menyatakan “yang letaknya di seberang sungai Yordan”. “Setelah
mereka sampai ke Goren-Haatad, yang di seberang sungai Yordan, maka
mereka mengadakan di situ ratapan yang sangat sedih dan riuh; dan Yusuf
mengadakan perkabungan tujuh hari lamanya karena ayahnya itu. Ketika penduduk
negeri itu, orang-orang Kanaan......................... Itulah sebabnya tempat
itu dinamai Abel Mizraim, yang letaknya di seberang sungai Yordan” (Kej
50:10-11). Kata seberang sungai Yordan di sini jelas dimaksudkan sebelah
Timur Sungai Yordan. Dengan demikian pengarang berbicara dari tepi barat sungai
Yordan. Jika Musa adalah penulisnya, pasti Musa tidak menyatakan hal itu karena
dia tidak pernah menginjakkan kakinya di tanah perjanjian. Musa sudah wafat di
Moab. Bacalah juga Bil 22:1; Ul 1:5 dsb. Contoh lain adalah kisah tentang wafat
Musa dalam Ul 34:1-12. Dalam bagian ini antara lain dikatakan “Lalu matilah
Musa, hamba Tuhan itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman
Tuhan........... dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini (Ul
34:5-6). Musa pasti tidak akan menuliskan bagaimana ia mati. Bagian ini jelas
karang oleh orang lain dan tidak berada di Moab.
b. Teks-teks
paralel
Tidak jarang dalam Pentateukh terdapat
teks-teks yang dikisahkan atau ditulis dua kali. Dua kisah tersebut seringkali
terdapat perbedaan yang mencolok, sehingga tidak mungkin ditulis oleh satu
orang. Misalnya:
Kisah penciptaan dikisahkan dua kali,
yaitu Kej 1:1-2:4a dengan Kej 2:4b-25. Di dalam Kej 1:1-2:4a, manusia
diciptakan yang paling akhir, sedangkan dalam Kej 2:4b-25 manusia diciptakan
yang pertama. Pada kisah pertama dipakai kata “Allah” sedangkan pada kisah
kedua dipakai kata “Tuhan’ dan masih ada perbedaan lain menyangkut mengenai
gagasan atau pandangan.
Kisah pengusiran Hagar dikisahkan dua
kali, yakni dalam Kej 16:1-16 dengan Kej 21:8-21. Dalam kisah yang pertama
Hagar melarikan diri meninggalkan Abraham karena tidak tahan ditindas. Hagar
melarikan diri sebelum anaknya lahir. Sedangkan dalam kisah kedua hagar diusir
atas permintaan Sara dan hal ini terjadi setelah Ismael dan Ishak lahir.
Sepuluh firman Allah ditulis dua kali
yaitu dalam Kel 20 dan Ul 5. Dua perintah Allah ini perbedaan yang mencolok
terdapat pada motivasi perintah “kuduskanlah hari sabat”. Dalam Kel 20 perintah
kuduskanlah hari sabat dikaitkan dengan penciptaan, sedangkan dalam Ul 5
dikaitkan dengan keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Jelaslah bahwa motivasi
perintah tersebut berasal dari zaman yang berbeda. Di samping itu pada perintah
yang terakhir juga terdapat perbedaan dalam urutannya.
dan sebagainya.
Kenyataan literer ini meminta suatu
keterangan. Tidak mungkin semua itu berasal dari satu orang atau satu pengarang
saja. Banyak penelitian menunjukkan Pentateukh tidak hanya dikarang oleh satu
orang saja. Menurut para ahli, Pentateukh berasal dari beberapa tradisi baik
lisan maupun tertulis.
1.3. TRADISI-TRADISI
DALAM PENTATEUKH
a. Tradisi
lisan dan penulisan
Berabad-abad suku Israel menyampaikan
tradisi tentang bapa-bapa bangsa, pembebasan dari Mesir, Perjanjian Sinai,
Perjalanan dari Sinai melalui gurun ke tanah terjanji dan perebutan tanah
Kanaan hampir melulu disampaikan secara lisan. Hanya beberapa bagian penting
mulai dituliskan. Kemungkinan besar cerita tentang pembebasan dari Mesir
mendapat tepat dalam naskah ibadah yang dipakai dalam pesta tahunan Paskah yang
memperingati peristiwa pembebasan tersebut. Demikian juga, ada beberapa bagian
yang sangat tua dalam madah pujian yang kini terdapat dalam kel 15, terutama
ayat 21. Di samping itu mungkin sekali sudah terdapat tulisan tentang 10
perintah dalam rumusan yang pendek. Namun yang jelas pada mulanya tradisi
disampaikan dalam bentuk cerita secara lisan, baru sedikit demi sedikit
tuliskan. Pada mulanya bahan yang dipakai untuk menulis adalah dari baru atau
Loh batu. Baru dikemudian hari memakai kulit dan papirus.
b. Tradisi-tradisi
yang menyusun Pentateukh
a. Tradisi Yahwist (Y)
Pada masa pemerintahan raja Salomo mulai
ada kesibukan besar dalam karya kesusasteraan. Pada masa ini seorang atau
sekelompok orang terpelajar mengumpulkan ratusan cerita mengenai sejarah
keselamatan nenak moyang, mulai dari Abraham sampai dengan wafatnya Musa. Cerita-cerita itu mereka pilih dan kemudian
disusun kembali menjadi suatu kisah panjang mulai dari Abraham, Yakub, Yusuf,
pembebasan dari Mesir, Sinai, Perjalanan di padang gurun. Keseluruhan ini
diberi pengantar tentang penciptaan manusia dan jatuhnya manusia dalam dosa dan
dosa yang semakin berkembang. Pengantar ini merupakan titik tolak dan latar
belakang bagi panggilan Abraham dan kisah selanjutnya. Tradisi yang
mengumpulkan, mengolah dan menuliskan kisah ini dewasa ini disebut tradisi Yahwist
atau Yahwista (disingkat Y).
Ciri khas adri tradisi ini adalah sebagai
berikut:
« Untuk
menyebut nama Allah hampir selalu dipakai nama “Yahwe” (TUHAN). Itulah sebabnya
tradisi ini diberi nama tradisi Yahwist atau Yahwista.
« Kerap
menggunakan gambaran atau menggambarkan TUHAN sebagai seorang manusia atau
sering disebut Antropomorfisme (TUHAN digambarkan sebagai manusia). Gambaran
ini dipakai untuk menunjukkan bahwa Yahwe dekat dengan orang-orang pilihan-Nya.
« Gaya
ceriteranya menarik,, ceritanya indah, penuh variasi terasa dekat dengan
rakyat. Dialog-dialognya tidak jarang menciptakan rasa ketegangan.
« Universalisme
(perhatian terhadap bangsa-bangsa lain) agak kuat.
Kisah tradisi Y ini belum sungguh-sungguh
berbentuk suatu kisah, melainkan lebih merupakan suatu deretan cerita-cerita
pendek di sekitar beberapa tokoh dan peristiwa penting. Tradisi ini terutama
terdapat dalam kitab Kejadian, Keluaran dan Bilangan.
Bahan kisah berasal dari tradisi baik yang
lisan maupun tertulis. Pemikiran pokok tradisi ini ialah bagaimana Yahwe
berkarya dalam sejarah dan mengarahkan manusia kepada tujuan hidupnya.
Pengarahan itu sejak awal penciptaan terlaksana dengan segala masalahnya: awal
dunia, dosa, keselamatan dan sebagainya.
b. Tradisi Elohist (E)
Di Kerajaan Utara (Kerajaan Israel)
sekitar abad ke 9 dan 8 seb. Mas ada sekelompok teolog anomin yang juga
mengerjakan cerita sejarah keselamatan mulai dari Abraham sampai wafatnya Musa.
Kelompok ini oleh para ahli diberi nama Elohis (disingkat E). Disebut Elohis
karena tidak pernah memakai nama Yahwe dalam kisah sebelum zaman Musa,
melainkan memakai nama Elohim (Allah). Berbeda dengan tradisi Yahwist yang
memiliki awal mula dunia, tradisi ini tidak memiliki cerita awal mula dunia.
Beberapa ciri tradisi E adalah sebagai berikut:
« Sebelum
pewahyuan diri Allah pada Musa di padang gurun Horeb E selalu memakai kata
“Elohim” (Allah) untuk menyebut Tuhan.
« Gaya
bahasanya tidak begitu menarik dan spontan, melainkan lebih berbentuk
pengajaran dan menggurui.
« Nasionalisme
agak kuat, sehingga perhatian bagi bangsa-bangsa lain agak hampir tidak ada.
« Tuhan
tidak digambarkan sebagai manusia, tetapi sebagai Allah yang agung yang tinggal
di surga. Allah menghubungi manusia dengan perantara yaitu malaikat, mimpi dan
suara.
« Salah satu
reaksi yang paling umum berhadapan dengan Allah yang agung ialah takut.
« Dalam
bagian bapa-bapa bangsa diberi perhatian khusus pada peristiwa-peristiwa yang
terjadi di daerah Palestina tengah dan Utara (wilayah Kerajaan Utara).
« Pusat
seluruh kisah adalah Perjanjian Sinai: kesetiaan pada perjanjian adalah jaminan
keselamatan, penolakan terhadap tuntutan perjanjian akan membawa kutuk dan
kehancuran.
Kisah tradisi ini mulai dengan Abraham,
Bapa-bapa Israel, Pembebasan, Sinai sampai wafatnya Musa.
Tulisan-tulisan tradisi ini sekarang
terdapat dalam kitab: Kejadian, Keluaran dan Bilangan (yang sudah tergabung
dengan tradisi lain).
c. Penggabungan Y dan E
Kerajaan Utara (Israel) dihancurkan oleh
Asyur pada tahun 721 seb. Mas. Pada waktu itu ada sekumpulan naskah yang dibawa
dari Kerajaan Utara ke Yerusalem. Di antara naskah itu adalah hasil karya
tradisi E. Naskah E sangat mirip dengan naskah dari tradisi Y. banyak ceritera
yang sama atau mirip mengenai tokoh dan peristiwa yang sama. Biarpun harus
harus diakui bahwa terdapat perbedaan antara Y dan E. Oleh seorang redaktur
kedua tradisi tersebut digabung menjadi satu kisah YE. Hal ini mungkin terjadi
pada pemerintahan raja Hizkia (716-687 seb. Mas). Pegangan utama dalam
menggabungkan kedua naskah itu adalah tradisi Y, sedangkan E hanya digunakan
untuk melengkapi naskah Y. Cerita yang tidak ada dalam Y atau detail penting
yang hanya terdapat dalam E dimasukkan ke dalam naskah baru YE. Sesudah
persatuan itu naskah asli Y dan E tidak dipakai dan disalin lagi, sehingga lama
kelamaan hilang. Bagi kita sekarang sesungguhnya sulit sekali untuk menemukan
perikop atau sisa-sisa perikop E dalam teks Kitab Suci yang kita miliki
sekarang.
d. Tradisi Deuteronomi (D)
Tradisi ketiga yang membentuk Pentateukh terdapat dalam seluruh kitab Ulangan, kecuali
Ul 31:19-22; 32:1-43; 33:1-29; 32:48-52. Dalam kitab ini banyak terdapat
kotbah-kotbah. Kotbah-kotbah ini adalah uraian atau tafsiran dari taurat. Gaya
bahasanya sangat menyentuh hati manusia.
Tradisi ini sangat menekankan cinta kasih Allah pada Israel yang
dibuktikan dengan pernyataan diri-Nya pada mereka di gunung Sinai dan pemenuhan
janji-janji yang disampaikan dengan sumpah kepada nenek moyang mereka. Cinta
kasih itu haruslah dijawab dengan cinta kasih pula. Hal lain yang ditekankan
adalah kesetiaan pada perjanjian, jika setia akan selamat, tetapi jika tidak
akan terkutuk.
Pada sekitar tahun 622 seb. Mas pada waktu
sedang berlangsung pembaharuan agama ditemukan naskah kuno tentang perjanjian
Sinai yang isinya kurang lebih sama dengan Ul 5-28. Naskah itu kelihatnya
merupakan penafsiran kembali hukum-hukum dan peristiwa-peristiwa yang telah
ada. Maka kemudian naskah itu diberi nama Deuteronomium. Berdasar atas
cita-cita dari Ul 5-28, kemudian sekelompok cendekiawan menyusun sejarah Israel
mulai dari zaman Musa sampai zaman raja Yosia. Hal ini terjadi menjelang
pembuangan dan diteruskan pada waktu Israel berada di pembuangan Babilon.
Sebagai tolok ukur untuk menilai semua tokoh dan peristiwa dipakai naskah Ul
5-28. Karya sejarah yang mereka tulis disebut Kisah Sejarah Deuteronomis. Kitab
Ulangan 5-28 dilengkapi dengan bab 1-4 dan 29-34 dijadikan pengantar kisah yang
dalam Kitab Suci sekarang disebut kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, 1-2 Samuel
dan 1-2 Raja-raja. Karya mereka selesai pada waktu mereka di pembuangan
Babilon. Di kemudian hari yaitu sesudah pembuangan Kitab Ulangan dipisahkan dengan kitab karya D
lainnya dan disatukan dengan kitab Pentateukh yang lain.
e. Tradisi Para Imam/Priesterkodeks (P)
Pada masa pembungan mulai disusun karya
besar lain yang akan dikerjakan dan dilengkapi terus sampai akhir abad ke 5
seb. Mas. Tulisan ini disusun antara lain karena setelah kenisah Yerusalem
dihancurkan oleh Babilon dan banyak orang Israel dibuang ke Babilon, sistem
pendidikan calon-calon imam dan petugas kenisah menjadi macet. Jika sebelum
pembuangan pendidikan itu dilakukan melalui praktek sehari-hari di kenisah,
sekarang setelah Bait Allah dihancurkan sistem itu tidak dapat berjalan. Oleh karena
itu para imam harus mencari cara dan sarana yang lain untuk meneruskan
pengetahuan yang mutlak perlu yang berhubungan dengan ibadat yang sah. Dengan
alasan itulah maka sekelompok para imam menuliskan tradisi yang kemudian
menjadi bagian dari Pentetukh. Tradisi ini disingkat P (singkatan dari
Priesterkodeks).
Karya tradisi ini menggambarkan sejarah
umat manusia sejak penciptaan sampai zaman Abraham, dan diteruskan sampai Musa
wafat. Meskipun isi pokoknya sama dengan kisah Y dan E, namun sifatnya agak berbeda.
Penciptaan dan zaman Abraham dihubungkan dengan daftar silsilah dan kisah Air
Bah. Selanjutkan dalam karya P ini, bentuk sastra silsilah akan berperan besar.
Namun karya terbesar tradisi P adalah
cerita dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan ibadat dan adat-istiadat
religius.
Beberapa ciri tradisi P:
« Gaya
bahasanya seringkali panjang lebar dan tidak menarik, mirip dengan bahasa nabi
Yehezkiel, yang juga seorang imam dan tinggal di pembuangan.
« Perhatian
pada daftar silsilah, angka-angka, umur pelaku. Maka tidak heran jika tradisi
ini selalu menyisipkan silsilah atau umur pelaku atau angka-angka ke dalam
cerita yang sudah ada.
« Tekanan
besar pada segala sesuatu yang berhubungan dengan kesucian dan ketahiran
kultis.
« Perhatian
besar bagi hal-hal yang berhubungan dengan ibadah dan imamat.
« Segala
bentuk antropomorfisme dihindari; sebaiknya transendensi Allah ditekankan;
Allah hanya dapat didekati dengan perantaraan pada imam.
« Nama Yahwe
tidak dipakai dalam bagian kisah yang menceriterakan sejarah sebelum Musa,
melainkan memakai nama Elohim.
Subangan Tradisi P dalam Pentateukh
adalah:
a) Mereka
menambahkan catatan-catatn tentang umur seseorang pada waktu peristiwa itu
terjadi pada cerita-cerita yang telah ada.
b) Tradisi
P ditandai oleh kegemaran akan daftar keturunan atau genealogi, misalnya: Kej
5:1-28; Kej 10:1-7; Kej 25-26 dan sebagainya.
d) Tradisi P juga mempunyai cerita sendiri
(biarpun tidak banyak). Namun ceritanya mengandung unsur memberikan latar
belakang sejarah kepada hukum yang ada, misalnya Kisah penciptaan dalam Kej
1:1-2:4a ada unsur mengapa perlu menguduskan hari Sabat. Perjanjian Allah
dengan Nuh tentang apa yang haram bagi manusia (Kej 9:4) dan perjanjian Abraham
tentang sunat (Kej 17).
e) Sumbangan P yang paling utama adalah
kumpulan hukum-hukum dan peraturan yang hampir semua dimasukkan dalam konteks
perjanjian Sinai.
Karya tradisi ini terdapat dalam semua
kitab yang termasuk ke dalam Pentateukh, dan yang terbanyak adalah dalam kitab
Imamat. Seluruh kitab ini adalah buah karya tradisi P.
f. Penyatuan JE dengan D dan P.
Pada masa pembuangan kisah sejarah
Deutronomis (Ulangan, Yosua, Hakim-hakim, 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-raja) sudah
memperoleh bentuk yang definitif. Selama abad pertama sesudah pembungan Pentateukh
(Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan) juga memperoleh bentuk yang
definitif. Y dan E dipersatukan menjadi YE pada masa raja Hizkia. Sesudah
pembungan, kelompok imam menyelesaikan penulisan tradisi P. Pada waktu itu
mereka melepaskan bagian pertama kisah sejarah Deuteronomis yaitu kitab Ulangan
dan mempersatukan dengan YE dan P. Akhirnya terbentuk naskah besar yang
merupakan persatuan dari YE, D dan P. Karya itu selesai sebelum tahun 400 seb.
Mas. Kesatuan YEDP ini dibuat agar periode Abraham-Musa dibedakan dan sedikit
banyak dipisahkan dari sejarah selanjutnya, sebagai bagian yang normatif dan
menentukan dalam sejarah Israel. Kesatuan YEDP itu dibagi dalam lima bagian
yang sekarang kita kenal dengan nama Kejadian (Genesis), Keluaran (Eksodus),
Bilangan (Numeri), Imamat (Levitikus) dan Ulangan (Deuteronomium).
2.
KITAB
KEJADIAN (GENESIS)
Kitab pertama Pentateukh ialah kitab
Kejadian, yang bercerita mengenai awal mula dunia dan awal mula bangsa Israel
(asal usul bangsa Israel).
Bagian pertama kitab ini (Kej 1-11) berisi
kisah-kisah mengenai penciptaan dunia dan manusia, dosa manusia pertama, air
bah yang menghancurkan manusia yang berdosa. Selanjutnya keturunan Nuh memenuhi
dunia lagi. Sederetan genealogi (silsilah). Dan akhirnya perpecahan umat
manusia dalam kisah Menara Babel. Bagian Kedua (Kej 12-15) menceritakanAbraham
nenek moyang bangsa Israel. Bagian
ketiga (Kej 26-36) berisi kisah mengenai Anak Abraham Ishak dan Yakub, anak
Ishak yang juga bernama Israel. Bagian keempat (Kej 37-50) berisi kisah
mengenai Yusuf dan saudara-saudaranya. Yusuf yang dijual ke Mesir oleh
saudara-saudaranya malahan menjadi perdana Menteri Firaun di Mesir.
2.1. Kisah
awal mula (Kej 1-11)
Kisah-kisah yang terdapat pada bagian ini dapat
digambarkan sebagai berikut::
Yahwis (Y) Para
Imam (P)
·
Penciptaan
alam semesta (Kej 1:1-2:4a)
· Penciptaan manusia (Kej 2:4b-25)
· Manusia Pertama jatuh dalam dosa
(Kej 3:1-24)
· Kain dan Habil (Kej 4:1-16)
·
Daftar
Leluhur (Kej 5)
· Kisah Raksana (Kej 6:1-4)
· Air Bah (Kej 6-9) * Air Bah (Kej 6-9)
· Daftar Para Bangsa (Kej 10)
· Menara Babel (Kej 11:1-9)
·
Daftar
Leluhur (Kej 11:10-20)
Kisah awal mula ini menunjukkan ciri-ciri
sebagai berikut:
· kebaikan ciptaan dan berkah Allah bagi
manusia;
· sejarah manusia diwarnai dosa dan terus
yang berkembang biak atau bertambah-tambah;
· hukuman Allah yang besar adalah air bah
· pembaharuan ciptaan adalah berkah bagi Nuh
· dosa tetap merajalela seperti dalam menara
Babel, di mana manusia terpecah belah karena perbedaan bahasa.
Penciptaan, dosa, air bah dan perpecahan
umat manusia merupakan kisah utama dalam bagian pertama kitab Kejadian. Dalam
mengisahkan penciptaan Kitab Suci tdak memakai uraian ilmiah, melainkan cerita
yang sebagian diambil dari kisah-kisah mitologis mengenai asal usul duna dan
umat manusia yang lazim di wilayah Timur Tengah, Kemudian kisah-kisah itu
disesuaikan dengan iman bangsa Israel kepada Yahwe yang satu, yang telah
menyatakan diri kepada umat-Nya. Yang diimani Israel bukanlah allah-allah ,
tetapi Allah yang menjadikan langit dan bumi dengan firman-Nya.
Kisah-kisah itu ditempatkan pada awal
Kitab Suci untuk menunjukkan bahwa itulah awal mula sejarah penyelamatan, yang
pelaksanaannya akan dikisahkan pada bagian selanjutnya. Kisah asal usul manusia
yang diceitakan dalam kitab kejadian harus ditempatkan dalam seluruh sejarah
umat Allah dan campur tangan Allah dalam sejarah itu yang melputi kasih ilahi,
dosa, hukuman dan janji akan pembebasan.
Kisah Kej 1-11 tentu bukan sejarah dalam
arti kata dewasa ini. Kisah-kisah itu
sulit sekali dibuktikan kenyataan faktanya, baik dari ilmu bumi-alam (geologi)
maupun ilmu manusia (antropologi). Kisah seperti dikatakan di atas lebih
merupakan cerita rakyat, yang menegaskan bagaimana semesta alam seharusnya ada.
Memang bagi tradisi tersebut masa lampau adalah masa keemasan, yang harus
direnungkan dengan penuh kerinduan dan kebanggaan. Sastra seperti itu yang
lazim disebut mite. Dalam mite yang
penting ialah terumusnya hubungan Yang Ilahi dalam sejarahnya. Tema-tema serta
motif-motif yang digunakan dalam mite berupa simbol-simbol yang yang diambil
dari alam (peristiwa penting, pahlawan suku, siklus kehidupan, matahari dsb)
dan yang dihargai di masa lampau.
Gereja mengajarkan bahwa kisah-kisah yang
terdapat dalam Kej 1-11 diceritakan dalam Kitab Suci untuk menyatakan kepada
kita bahwa Allah menciptakan langit dan bumi; bahwa Ia menciptakan manusia
menurut gambar dan kesamaan dengan diri-Nya. Manusia ditempatkan dalam hubungan
yang dekat dengan diri-Nya, tetapi kemudian berdosa dan menjauhkan diri dari
diri-Nya. Meskipun demikian Allah memberikan janji penyelamatan kepada manusia.
Melalui cerita-cerita itu diperlihatkan bahwa manusia semakin menjauhkan diri
dari Allah dan bahwa sejarah umat manusia sebenarnya sejarah kemalangan yang
disebabkan oleh dosa manusia. Namun demkian Allah tidak membiarkan manusia yang
berdosa itu hidup sengsara, ia selalu akan menolong dan menyelamatkannya.
Kej 1-11 memperlihatkan bahwa rencana
Allah tidak berubah, Allah tetap peduli akan manusia. Yang menjauhkan diri dari
pada-Nya dengan mengusahakan kebahagiaan. Manusia pertama yang telah jatuh
dalam dosa diberinya pakaian dan janji keselamatan. Kain yang membunuh adiknya
diusir, namun dilindungi. Keluarga Nuh diselamatkan dari air bah. Kisah air bah
ini sekaligus juga memperlihatkan akibat dari dosa, keadilan serta belas kasih
Allah terhadap orang berdosa.
2.2. Abraham
(Kej 12-25)
Kisah tentang Abraham Ishak dan Yakub yang
merupakan bagian-bagian terpenting kitab kejadian, mungkin pada mulanya adalah
kisah yang diwariskan secara lisan dan turun temurun sebelum akhirnya dibukukan
seperti sekarang.
Menurut Kej 12, Allah memanggil Abraham.
Ia diminta meninggalkan tanah air dan sanak keluarganya di Haran, Mesopotamia
ke suatu negeri yang akan ditunjukkan oleh Allah kepadanya. Kepada Abraham,
Allah menjadikan keturunan yang besar, tanah dan Abraham akan menjadi berkat.
Abraham menanggapi panggilan Allah dengan keyakinan bahwa Allah akan menepati
janji-Nya, jika ia taat dan percaya kepada kehendak Allah. Keyakinan, ketaatan
dan penyerahan diri ini dalam Kitab Suci disebut iman.
Sikap iman Abraham ini benar-benar teruji
dalam berbagai macam peristiwa dan cobaan. Ituah sebabnya iman Abraham ini
menjadi contoh bagi orang Yahudi, Kristen dan Islam. Maka seringkali Abraham
disebut Bapa orang beriman.
Prakarsa janji berasal dari Allah dan
janji itu diberikan atas dasar belas kasih Allah. janji itu diberikan tanpa
jasa Abraham. Yang dituntut dari pihak Abraham adalah iman. Yang dijanjikan
kepada Abraham adalah tanah air yang baru yang belum pernah ia lihat, keturunan
yang banyak, sehingga akan menjadi bangsa yang besar dan akhirnya memiliki
tanah terjanji.
Dalam hal ini Abraham dihadapkan pada
kesulitan yang rupanya tdak dapat diatasi, Sara istrinya mandul dan mereka
sudah tua. Bagamana mungkin mereka akan memiliki anak? Akan tetapi Abraham
tetap percaya, sehingga akhirnya hal yang tak mungkin itu, terjadi juga. Sara
yang mandul akhirnya melahirkan Ishak, anak terjanji. Namun sekali lagi Abraham
diuji, Allah minta kepadanya untuk mengorbankan Ishak (Kej 22). Dan Abraham
lulus dalam cobaan ini, ia bersedia mengorbankan anaknya. Dan Allah
menghentikan usaha Abraham yang siap mengorbankan Ishak. Allah berkenan pada
iman dan ketaatan Abraham. Dan sebagai ganti Ishak, Abraham mengorbankan seekor
domba.
Demikianlah Abraham tampil sebagai manusia
teladan yang taat kepada Allah dan melayani sesama.
Seluruh kisah Abraham sebetulnya hendak
menekankan dua hal berikut:
Allah
menyampaikan janji kepada Abraham dan janji itu mau diperkembangkan dalam
Pentateukh. Tetapi janji tersebut diwahyukan selama kehidupan Abraham. Maka
Allah memilih dan memberkati Abraham.
Janji kepada Abraham dihubungkan dengan
keturunan dan tanah, suatu perjanjian resmi yang diikat dengan Allah. Dalam Kej
12 dan 15 dikisahkan perjanjian resmi tersebut. Dalam Kej 17 perjanjian itu
dilukiskan dengan menggunakan rumusan perjanjian/kontrak yang lazim pada waktu
itu.
Untuk menekankan tema perjanjian ini, janji
diwartakan dalam Kej 12:2-3. Maksud janji ini luas sekali. Abraham akan menjadi
suku (bangsa) yang besar, wilayahnya luas, berperan sebagai berkah bagi banyak
orang.
Abraham
pilihan Allah itu ternyata adalah orang yang setia dan taat kepada kehendak Allah.
ia adalah orang yang sungguh-sungguh beriman (menyerahkan diri sepenuhnya)
kepada Allah.
Janji Allah hanya terpenuhi bila Abraham
setia. Secara singkat hal ini dirumuskan dalam Kej 15:6. Dalam Kej 12-15 ini
dilukiskan tokoh Abraham sebagai tokoh yang beriman dan setia. Namun demikian
Abraham bukanlah tokoh tanpa cela. Dalam kej12 dan 20 dilukiskan bagaimana ia
menyerahkan Sara, dan mengambil resiko janji Allah akan keturunan. Tambahan
lagi dalam Kej 16 dikisahkan bahwa Abraham mengambil perempuan lain untuk
menjamin adanya keturunan, meskipun tidak berdasar janji. Kendati Abraham bukan
orang yang tanpa cela, namun kesetiaannya digarisbawahi oleh penulis.
Kisah-kisah penting dari kisah Abraham:
Kej
12:1-9 Panggilan Abraham
Kej
1:1-20 Allah membaharui janji, ikatan
janji baru.
Kej
17:1-27 Sunat sebagai tanda
perjanjian Allah dengan Abraham
Kej
18:16-33 Doa syafaat Abraham untuk
Sodom
Kej
22:1-19 Kepercayaqan Abraham
diuji
2.3. Ishak
dan Yakub (Kej 26-36)
Kisah tentang Ishak dalam kitab kejadian
sangat sedikit dan tergabung dalam kisah Abraham dan Yakub. Untuk itu
pembahasan mengenai Ishak selalu dikaitkan dengan kisah Abraham (berkatan
dengan kelahiran, pengorbanan dan perkawinan) dan kisah Yakub (berkaitan dengan
hari tua Ishak). Kisah tentang Yakub dalam dibagi ke dalam empat bagian yaitu:
Cerita-cerita tentang pertikaian Yakub dan
Esau ( Kej 25:19-34; 27:1-45; 32:1-33:17):
· Pergulatan kembar dalam rahim (Kej
25:19-28)
· Pergulatan tentang hak anak sulung (Kej
25:29-34)
· Perebutan berkat orang tua (Kej 27:1-45)
· Berdamai sebagai saudara (Kej 32:3-21;
33:1-17)
Cerita-cerita tentang pertikaian antara
Yakub dan Laban (Kej 29:1-31:55)
· Yakub perlu memperoleh istri dari keluarga
Laban (Kej 27:46-28:9)
· Yakub ditipu tetapi tetap beruntung (Kej
29:1-30:24)
· Yakub menipu Laban (30:25-43)
· Yakub melarikan diri dari Laban (Kej
31:25-32:3)
· Yakub dan Laban berdamai (31:25-32:3)
Cerita-cerita tentang Yakub dalam
hubungannya dengan tempat suci Betel dan Sikhem (Kej 28:10-22; 33:18-20;
35:1-15)
Cerita tentang Yakub diubah namanya
menjadi Israel (Kej 32:22-32; 35:9-13). Yakub diubah namanya menjad Israel
dalam pergumulan dengan Allah di Yabbok dalam perjalanan pulang ke Kanaan.
Beberapa kisah di atas dilatar belakang
oleh hal-hal berikut:
perseteruan gembala dengan pemburu (Yakub
dan Esau)
etiologi tempat-tempat suci (Betel dan
Sikhem)
mimpi-mimpi tentang dunia gaib
(theophania)
etiologi suatu suku (Keturunan Esau)
sekaligus ejekan terhadap lawan .
Yakub adalah bapa bangsa Israel secara
langsung, dia adalah bapa keduabelas suku yang membentuk Israel sebagai umat
Allah. Keduabelas anak Yakub tidak berasal dari satu ibu, juga kedudukan empat
wanita (istri-istri Yakub) tidak sama. Ada dua budak (Bilha dan Zilpa), ada
Rahel yang lebih dicintai dan Lea yang kurang dicintai. Kisah ini mau
menyampaikan pesan bahwa kedua belas suku Israel itu memiliki asal usul sejarah
yang berbeda-beda sebelum menjadi satu umat.
Satu hal lagi yang perlu dicatat yakni
tentang watak Yakub. Tampak sekali dari cerita-cerita di atas bahwa Yakub
adalah seorang yang licik, lihai, penipu, suka mencari keuntungan diri sendiri
dan tahu memperhitungkan kelemahan orang lain. Memang tepat dia diberi nama
Yakub karena dua kali telah menipu Esau (Kej 27:36). Namun Allah telah memilih
orang yang lemah dan berdosa ini menjadi bapa bangsa Israel. Melalui pengalaman
kesesakan Yakub dibersihkan, karena memang masih ada benih yang baik dalam
dirinya. Itulah sebabnya ia setelah bergumul dengan Allah diubah namanya
menjadi Israel.
2.4. Yusuf
(Kej 37-50)
Yakub yang juga disebut Israel (=orang
yang telah melihat Allah atau pejuang Allah ada yang mengartikan Allah yang
berperang) adalah ayah dari dua belas anak: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda,
Isakhar, Zebulon, Dan, Naftali, Gad, Aser, Yusuf dan Benyamin. Dari mereka
inilah lahir 12 suku Israel. Bagian terakhr kitab kejadian bercerita mengenai
mereka ini, khususnya Yusuf dan mengisahkan bagaimana Israel (Yakub) dan
anak-anaknya pindah dan tinggal di Mesir.
Kej 37 mulai menceritakan kisah Yusuf dan
saudara-saudaranya. Karena iri, mereka menjual Yusuf kepada pedagang yang
membawanya ke Mesir. Kisah ini dilanjutkan dalam Kej 39-47. Akhirnya Yusuf
diangkat menjadi penguasa di Mesir. Karena bencana kelaparan saudara-saudara
Yusuf terpaksa pergi ke Mesir untuk mencari makan (membeli gandum). Yusuf
mengenali mereka, tetapi mereka tidak mengenali Yusuf. Melalui kisah yang
berliku-liku akhirnya Yusuf menyatakan diri kepada mereka dan mengundang mereka
untuk tinggal di Mesir,bersama Yakub, bapanya. Dengan demikian Yakub bertemu
kembali dengan anaknya yang dianggap sudah lama mati.
Dari kisah ini adalah beberapa hal yang
mau disampaikan yaitu:
Kehilangan dan penemuan kembali, kejahatan
dan pengampunan, pengasingan dan rekonsiliasi.
Kisah Yusuf mengungkapkan dengan jelas
sekali tema dasar dari seluruh kisah leluhur. Lewat jatuh bangun, kegagalan dan
keberhasilan, suka dan duka, Allah mengarahkan jalan peristiwa kehidupan ini
sehingga akhirnya janji-Nya terpenuhi. Allah mengatasi segala hambatan, entah itu
kuasa raja, halangan tetangga bangsa, kekuatan alam ataupun kegagalan pribadi.
Kisah ini juga menjelaskan bagaimana Allah
secara ajaib mengurus semua begitu rupa, sehingga keturunan Yakub menetap di
Mesir. Umat Israel di kemudian hari memang tahu bahwa Allah telah menyelamatkan
mereka dari perbudakan Mesir dan ini merupakan kejadian yang sangat penting.
Allah tentu saja mempersiapkan kejadian penting ini. Bagian terakhir kitab
Kejadian mempersiapkan kisah yang tercantum dalam kitab Keluaran.
Bab-bab terakhir kitab Kejadian (48-50)
menceritakan pemberian berkat oleh Yakub atas diri anak-anaknya dan anak-anak
Yusuf yaitu Manasye dan Efraim. Kematian serta penguburan Yakub juga
diceritakan pada bagian ini. Dengan demikian kitab Kejadian berakhir. Anak-anak
Israel berada di Mesir, yang bukan merupakan tempat yang seharusnya bagi
mereka.
3.
Kitab Keluaran
3.1. Pengantar
Kitab Keluaran merupakan titik tolak
sejarah iman dan bangsa Israel yang sesungguhnya. Sebelum pengalaman pembebasan
dari Mesir ini, tradisi yang ada lebih merupakan tradisi suku atau klan dalam
suatu suku. Sesudah pengalaman pembebasan tersebut, perkembangan kehidupan
bangsa dan iman terukir dalam rumusan pengalaman terhadap Allah yang setia
memenuhi janji-Nya. Semenjak peristiwa pembebasan itulah menjadi jelas dua hal
berikut:
1. Allah
yang satu disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub menjadi
Allah bangsa
2. Bangsa yang satu ini yakin akan pilihan
Allah, baik dalam suka maupun dalam duka. Peristiwa sejarah lalu menjadi cermin
yang cemerlang akan karya agung Allah bagi suatu bangsa.
Pembebasan dari Mesir erat hubungannya
dengan kisah pengembaraan di padang gurun, perjanjian di Sinai dan perebutan
tanah terjanji. Tindakan Allah membebaskan umat-Nya menjadi motif yang
mendorong bangsa Israel untuk mengikat perjanjian dengan Allah. Pembebasan itu
dilihat sebagai tanda kasih dan kekuatan Allah yang pantas dipercaya dan dihormati.
Namun kemerdekaan sendiri belum utuh bila tidak dilengkapi dengan pengalaman
perjalanan di padang gurun, perjanjian Sinai dan perebutan tanah terjanji, yang
menjadi ajang konkrit perjuangan kemerdekaan tersebut.
3.2. Kisah/cerita
Dari tahun 1700 seb Mas sampai sekitar
tahun 1500 seb mas, Mesir diperintah oleh dinasti asing, yaitu dinasti Hyksos.
Selama masa itu banyak “orang asing” masuk ke negeri itu untuk mengadu untung.
Salah satunya adalah keturunan Abraham, Ishak dan Yakub. Kisah Yusuf dalam
bagian terakhir kitab kejadian menceritakan bagaimana mereka ini menjadi kaya
dan berkuasa. Ketika penguasa asing ini diusir, orang-orang asing yang tinggal
di Mesir dijadikan budak.
Peristiwa keluaran bagi umat Israel dipahami sebagai tindakan Allah yang
paling penting sebab dengan tindakan itu Allah mendasarkan bangsa Israel
sebagai umat pilihan-Nya. Kejadian ini juga merupakan tahapan pertama dan
paling penting dalam pelaksanaan janji Tuhan kepada nenek Moyang, bahkan kepada
seluruh umat manusia. Peristiwa ini setiap tahun diperingati dalam perayaan
Paskah. Melalui perayaan ini Israel tetap insaf akan kejadian itu, yang dengan
jalan itu Allah tetap hadir. Dari kejadian itu umat Israel terus dapat
mengambil inspirasinya dan membina semangat baru. Khususnya dalam keadaan gawat
dan kemelut, kenangan akan keluaran memberikan kekuatan, menjadi pendorong
untuk bertahan dan bangkit untuk mulai kembali.
Kisah-kisah yang terdapat kitab Keluaran
dapat dikelompokkan sbb:
Kel 1 Situasi bangsa Isrel di
Mesir sebagai budak.
Kel
2-4 Kelahiran dan panggilan
serta perutusan Musa
Kel
5-11 Musa dan Firaun:
Kel 12:1-15:21 Perjalanan: Penyebarangan
yang mengagumkan
Kel
17-18 Perjalanan di Gurun
Kel
19-20 Perjanjian Sinai
Berikut ini akan diuraikan satu demi satu.
a. Bangsa Israel menjadi budak (Kel 1)
Kisah pembebasan diawali perkembangan umat
Israel menjadi suatu bangsa yang mengagumkan. Kemudian munculnya Firaun yang tidak mengenal Yusuf.
Firaun inilah yang kemudian menindas dan menganiaya bangsa Israel, menjadikannya
sebagai budak dengan kerja rodi, namun
bangsa Israel tetap berkembang dengan pesat. Maka penghancurkan kehidupan umat
Israel dilakukan dengan membuat peraturan bahwa setiap bayi yang lahir
laki-laki harus dibunuh. Dalam situasi seperti itulah bangsa Israel berteriak
memohon pertolongan kepada Yahwe.
b.
Panggilan dan Tugas Perutusan Musa (Kel 1-4)
Dalam kel 2-4 tampillah Musa yang hampir
menjadi korban penindasan, tetapi dapat diselamatkan. Bahkan dididik di Istana
raja Mesir. Nama Musa sungguh-sungguh berlatar belakang Mesir seperti Firaun
Tutmoses, Raamoses. Tokoh Musa ditampilkan sebagai tokoh bermutu, karena
kelahirannya yang istimewa dan pendidikannya yang tinggi di kerajaan Mesir,
sekaligus juga berasal dari lingkungan Yahudi. Kemudian Musa bentrok dengan pejabat-pejabat
Mesir, lalu terpaksa melarikandiri ke Median. Maksud cerita masa muda Musa
ialah memperlihatkan bahwa oleh Allah Musa dipilih dan disiapkan untuk
menunaikan tugas panggilannya sesuai dengan rencana Tuhan. Musa juga
digambarkan sebagai orang yang dapat mengobarkan semangat bangsanya sehingga
dapat mengatasi kesulitan-kesulitan besar. Musa juga seorang nabi penyambung
lidah Allah dan mengartikan kejadian-kejadian sebagai tindakan penyelamatan
Tuhan. Di gurun Musa mengalami kehadiran Tuhan dan menjadi yakin bahwa ia mesti
kembali ke Mesir untuk membebaskan bangsanya.
Kepada Musa juga Allah telah menyatakan
nama-Nya: EHYEH ASYER EHYEH (AKU ADALAH AKU). Nama itu tidak lain dari pada
Diri Allah sendiri yang menyatakan diri kepada manusia. Maksud nama itu ialah
Allah yang ada senantiasa hadir, menolong, melindungi dan menyelamatkan
(umat-Nya).Dari sinilah kemudian dikenal nama YAHWE.
Bagi kitab Keluaran panggilan Musa
menampilkan maksud sebagai berikut:
Musa dipanggil Yahwe untuk menjadi alat
penyelamatan Allah,
ia harus diterima oleh sesama bangsa
(Israel),
ia juga harus mempunyai wibawa di hadapan
Firaun
Musa juga dihadadapi secara kritis, bahkan
dengan kecurigaan.
Kisah panggilan Musa merupakan renungan
akan tugas besar menanggapi perutusan Allah bagi suatu bangsa.
c.
Musa dan Firaun (Kel :5:1-13:16)
Kel 5:2 merumuskan perjuangan berat yang
harus dihadapi oleh Musa. Musa berjuang dengan mengagumkan 1) atas nama Allah
dan 2) menundukkan Firaun yang menjadi keras hati terhadap karya Allah.
Perjuangan ini dikisahkan dalam 10 tulah (air menjadi darah; katak, nyamuk,
lalat, sampar ternak, bisul/barah, hujan es, belalang, gelap gulita dan
kematian anak sulung). Tulah-tulah itu menjadi tanda karya Allah lewat gejala
alam yang megejutkan (9 tulah) dan kematian anak sulung sebagai pukulan yang
melumpuhkan masa depan. Hal yang istimewa di dalam kisah ini ialah bahwa Allah
berkarya melaksanakan rencana-Nya secara pasti, sehingga karya itu bisa
dipahami oleh orang lain. Di samping itu
kisah tulah-tulah itu juga merupakan gambaran pertempuran antara kekuatan Yahwe
dengan kekuatan dewa dewi Mesir, untuk membela umat-Nya yang dipilih. Bencana
alam bisa menjadi tanda bahwa Allah berkarya, kuat kuasanya mengagumkan dan
membuat orang percaya. Kuat Kuasa itu bukan hanya merusak, melainkan juga
membangun kehidupan.
d.
Kisah Penyeberangan yang mengagumkan (Kel 13:17-15:21)
Kalau diamati bentuknya, kisah penyeberangan
ini mempunyai dua bentuk, satu prosa (Kel 14) dan satu puisi (Kel 15), keduanya
melukiskan karya Allah yang membimbing bangsa Israel ke alam kemerdekaan dan
perjuangan. Allah menciptakan bangsa baru, diambil dari lingkungan perbudakan,
dan ditempatkan dalam tanah terjanji untuk menjadi bangsa pilihan-Nya.
Kel 14:15-31 berbicara tentang penyeberangan
yang dibimbing oleh awan ajaib. Berkat adanya angin timur, Israel bisa menyeberang
dengan aman. Bebas dari serbuan lawan. Bantuan alam menjadikan penyebrangan itu
berjalan lancar.
Kel 15:1-18 berlatar belakang ibadat untuk
menunjukkan karya Allah yang mengagumkan, yaitu ditenggelamkannya bala kekuatan
Mesir oleh kekuatan Allah. Allah menjadi pahlawan dan pejuang bagi bangsa
pilihan-Nya.
Kel 15:1-21 juga merupakan kidung
kemenangan bagi Allah yang telah menyelamatkan umat pilihan-Nya. Ini merupakan
nyanyian paling tua yang terdapat dalam Kitab Suci, dan dapat dikatakan
sebagaui asal usul kitab Mazmur.
e.
Perjalanan di padang Gurun (Kel 16-18)
Pada bagian berikut (Kel 16-18)
menceritakan perjalanan bangsa Israel melewati Gurun Sinai. Dalam perjalanan
itu mereka mengeluh dan bersungut-sungut terhadap Musa dan terhadap Tuhan,
karena tidak mempunyai makanan dan air. Maka dari itu ada beberapa peristiwa
yang memberi warna dalam kisah ini, yaitu:
kenangan lama di Mesir menimbulkan
sungut-sungut
kebutuhan air sebagai kebutuhan hidup
sehari-hari
kekurangan santapan harian / makanan
perjuangan menghadapi suku-suku, terutama
suku Amalek
akhirnya pengaturan hidup bersama dengan
para hakim, yang di kemudian hari menjadi pola kehidupan bersama Israel dalam
hidup berbangsa dan bernegara.
Semuanya ini menyadarkan Israel akan
peranan Yahwe dalam sejarah perjalanan bangsa, dan keterbatasan mereka sendiri
untuk melaksanakan panggilan ilahi. Dengan demikian mereka semakin disadarkan
pada kenyataan bahwa Allah yang menyelenggarakan hidup ni secara menakjubkan.
Allah terus menerus memenuhi kebutuhan mereka dengan manna dari atas dan dengan
air dari batu karang. Meskipun demikian mereka tidak belajar mempercayakan diri
kepada-Nya. Mereka diserang oleh musuh, tetapi Allah memberikan kepada mereka
kemenangan, berkat doa Musa.
f.
Perjanjian Sinai (Kel 19-20; 24; 34)
Akhirnya bangsa Israel sampai ke Gunung
Sinai. Di tempat itu Allah menampakkan diri dalam guntur dan kilat. Kel 19-24
berisi perjanjian yang diadakan Allah dengan bangsa Israel. Hal-hal yang
disampaikan Tuhan adalah sebagai berikut:
Tuhan mengingatkan Israelakan karya
keselamatan yang telah dikerjakan-Nya bag mereka: Israel telah dibebaskan dari
perbudakan Mesir, dituntun dengan penuh kuasa dan kepastian melalui padang
gurun sampai di Sinai, itulah karya cinta kasih Allah kepada mereka.
Bukan Israel yang pertama-tama mencintai
Tuhan, tetapi Tuhanlah yang pertama-tama mencintai mereka. Maka Tuhan meminta
satu hal dari Israel yakni mendengarkan firman-Nya dan berpegang pada
janji-Nya.
Jika Israel mau mendengarkan firman-Nya
dan melaksanakan hukum-Nya maka mereka akan menjadi umat kesayangan-Nya,
milik-Nya yang istimewa. Israel akan menjadi bangsa bagi Tuhan kerajaan imam
dan bangsa yang kudus, artinya akan menjadi umat yuang dekat dengan Allah yang
membawa korban persembahan yang sejati dan menjadi perantara antara Allah dan
umat manusia demi pengudusan bangsa-bangsa.
Israel menerima perjanjian itu. Biarpun
ternyata dengan sangat cepat mereka menjadi tidak setia. Mereka meninggalkan
ibadah kepada Yahwe dan mulai menyembah patung anak lembu mas. Di atas gunung
Musa berdoa agar Allah mengurungkan murka-Nya, dan dengan demikian umat
terbebas dari kehancuran yang seharusnya mereka alami. Allah memperlihatkan
kepada Musa secercah kemulian-Nya dan menyatakan bahwa diri-Nya adalah “Allah
penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (Kel
34:6).
Dengan perjanjian ini lahirkan Israel
sebagai suatu bangsa. Yang sebelumnya bukan umat, sekarang menjadi umat Allah.
Dari awal hingga akhir, ini semua adalah karya Allah. Lebih daripada itu, janji
dan pilihan Allah berlaku untuk selama-lamanya.
Di lain pihak perjanjian itu berlaku hanya kalau dan bangsa Israel mentaati syarat-syaratnya.
3.3. Hukum
Bagian kedua dari kitab keluaran berisi
tentang hukum. Untuk memperlihatkan bahwa hubungan antara Allah dan Israel yang
diikat dalam perjanjian Sinai dirumuskan dalam hukum. Allah menetapkan
kewajiban-kewajiban tertentu yang harus dipatuhi oleh umat: kewajiban terhadap
diri-Nya dan kewajiban mereka satu terhadap yang lain.
a. Kel 20:1-17 Kesepuluh Firman
Kesepuluh perintah yang terdapat dalam Kel
20 merupakan bentuk hukum yang asli. Hukum-hukum itu dirumuskan dengan pola
perjanjian yang biasa dibuat antara raja-raja besar dengan raja-raja
taklukan/bawahannya. Pertama-tama dinyatakan nama dan gelar raja besar dan
kesetiaan rakyat kepadanya: “Akulah Tuhan Allahmu yang membawa engkau keluar
dari Mesir, dari tempat perbudakan” (Kel 20:2) selanjutkan dikemukakan
keharusan-keharusan pokok yang harus dipenuhi Israel terhadap Allah dan satu
sama lain.
Sepuluh perintah adalah landasan yang
menjadi sumber bag bagitu banyak hukum yang lain dalam Perjanjian Lama.
b.
Kel 20:22-23:33 Kitab Hukum
Perjanjian
Kitab hukum perjanjian memuat berbagai hal
namun tidak menyangkut seluruh persoalan hidup. Dilihat dari sudut bentuknya,
kitab hukum perjanjian terdiri dari aneka bentuk hukum yaitu:
Hukum Kasusistik (apabila ....., maka ...
bdk Kel 21:1-11). Hukum kasusistik biasanya dibuka dengan kata “apabila”. Anak
kalimat ini bisanya disebut protatis. Dalam protatis soal dikemukakan dalam bentuk
ketiga. Seduah protatis menyusul apodosis yang biasanya dibika dengan kata
“maka”. Dalam apodosis diberikan kesimpulan tentang apa yang harus dibuat atau
tentang hukuman. Soal atau kasus tambahan biasanya dibuka dengan kata “jika”
(bdk Kel 21:1-11)
Hukuman mati: Siapa yang ......... maka
haruslah ia dihukum mati (Kel 21:12.15-17)
Larangan: janganlah ................ (Kel
23:10-17)
Perintah: haruslah engkau ........ (Kel
23:10-12)
Larangan dan perintah merupakan hukum
apodistik yaitu: tidak disinggung konsekuensi perbuatan apabila hukum tidak
ditaati atau dilanggar. Perintah atau larangan disampaikan dalam diri kedua.
Kitab hukum ini merupakan sisipan dalam
konteks perjanjian Sinai. Dengan ini dimaksudkan bahwa dalam kehidupan
sehari-hari bangsa Israel harus mewujudkan perintah dalam semangat perjanjian
Sinai.
c.
Kel 24:12-31:18 Peraturan-peraturan
tentang ibadat, khususnya menyangkut mengenai aturan tempat suci (kemah
pertemuan) dan perkakasnya.
d.
Kel 34:10-27 Hukum dari
pengukuhan perjanjian dipulihkan
e.
Kel 35-40 Didirikan
kemah suci dan Pelaksanaan peraturan-peraturan tentang ibadat yang diberikan.
Kemah suci itulah sebagai tanda kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Dan
di kemah itulah mereka malaksanakan ibadatnya.
4.
Kitab Imamat
4.1. Pengantar
Kitab ketiga dari Pentateukh ialah Kitab
Imamat (Levicitus). Nama dalam bahasa Indonesia itu sangat cocok. Sebab bagian
terbesar kitab ini mengenai para imam umat Israel, tugas dan
kewajiban-kewajibannya. Kaum Lewi, yaitu para pembantu imam-imam, tidak tampil
dalam kitab Imamat ini. Selebihnya seluruh kitab ini berasal dari tradisi P
(para Imam). Meskipun lama sesudah Musa barulah disusun, namun dalam Pentateukh
kitab Imamat langsung melanjutkan kitab Keluaran. Dipikirkan bahwa isi kitab
inidiumumkan waktu orang-orang Israel tinggal di gunung Sinai.
4.2. Isi
kitab Imamat
Kitab Imamat berisi terutama hukum Imamat.
Hukum itu mengatur perilaku imam yang melayani ibadat kenisah dengan amat
tertib. Ibadat kurban dan persembahan yang diperlukan dalam perayaan besar
bangsa, hanya bisa didatangkan dari lingkungan para peternak besar atau petani
unggul. Susunan kitab Imamat adalah sebagai berikut:
Im
1-7 Rituale tentang kurban-kurban
persembahan
Im
8-10 Cerita tentang pentahbisan
imam-imam pertama
Im
11-15 Peraturan-peraturan tentang tahir
dan najis
Im 16 Riuale hari raya perdamaian (Yom
Kippur)
Im
17-26 Kitab Hukum Kekudusan
Im 27 Peraturan-peraturan tentang nazar
Sebagian besar bahan dalam Im merangkum
peraturan akan perilaku dalam ibadat. Im 1-7 melukiskan berbagai bentuk korban,
lalu disusul Im 8-10 yang berbicara tentang peneguhan pejabat kurban, yakni
para Imam. Dalam Im 11-15 dibahas hal-hal yang tahir dan najis disusul dengan
ibadat silih dalam Im 16. Menyusul kemudian kitab hukum kekudusan (yang akan
kita bahas secara khusus) dan diakhiri dengan peraturan tentang Nazar.
Tema utama kitab Imamat adalah ibadah. Di
dalamnya digambarkan ibadah ilahi yang harus dilaksanakan oleh Harun dan para
imam keturunannya. Ibadah umat harus dilaksanakan secara benar artinya sesuai
dengan kehendak Allah. Diberikan peraturan-peraturan rinci mengenai binatang
korban dan persembahan yang lain; mengenai pengudusan imam; mengenai kebersihan
ritual dan mengenai perayaan tahunan hari Pendamaian.
Kitab imamat yang berisi hukum-hukum yang
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan imamat dan ibadah Israel, mengandung
pesan bagi kita. Sebagaimana dikatakan dalam Ibr 9, Yesus adalah Imam Agung
yang sejati dan abadi. Ia telah memasuki tempat yang kudus di surga. Kemah yang
didirikan oleh Musa hanyalah gambaran dari tepat kudus di surga ini. Ia telah
menghadap hadiran Allah, dengan membawa darah untuk meneguhkan perjanjian baru
antara Allah dengan umat manusia. Darah yang dibawa bukan darah hewan korban,
tetapi darah-Nya sendiri yang ditumpahkan di salib. Persembahan yang
dilakukan-Nya adalah satu kali untuk selama-lamanya. Darah Kristus menghapus
dosa-dosa kita dan menjadikan kita kudus.
4.3. Kitab
Hukum Kekudusan.
Dalam Im 17-26 diberi nama Kitab Hukum
Kekudusan berdasarkan gagasan yang terdapat dalam Im 19:2: Hendaklah kamu
kudus, sebab Aku Tuhan Allahmu kudus.
Susunannya adalah sebagai berikut:
17 Tentang pemusatan tempat penyembelihan
korban
18 Tentang kekudusan hubungan seksual:
larangan hubungan yang tidak teratur dengan motif keagamaan.
19 Dekalog dan tentang kudusnya hubungan
dengan sesama
20 Hukuman tertentu tentang dosa-dosa
melawan kekudusan seksual
21-22 Tentang kudusnya imam dan kebaktian korban
23 Tentang hari-hari raya sebagai waktu
kudus
24 Peraturan tentang minyak untuk lampu dan
roti sajian
25 Tentang tahun sabat dan tahun Yobel
26 Berkat dan kutuk
Di belakang hukum ini tersirat pengalaman
akan Allah yang kudus, artinya bahwa Allah adalah sama sekali lain dari
manusia. Segala sesuatu yang dikaitkan dengan Allah, termasuk para imam dan
tempat ibadah, turut serta dalam kesucian-Nya dan dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari dan dipersembahkan melulu bagi Allah.
Umat yang dipilih oleh Allah bagi diri-Nya
adalah juga umat yang kudus. Mereka disendirikan dari bangsa-bangsa lain dan
menjadi milik Allah. Ini berarti cara hidup umat harus mencerminkan kekudusan
Allah. Umat Israel harus menjawab kasih karunia Allah yang kudus dengan
melaksanakan perintah-perintah Allah dan taat kepada-Nya.
5.
Kitab Bilangan
5.1. Pengantar
Kitab keempat dalam Pentateukh adalah
Kitab Bilangan. Diberi nama Bilangan karena dalam kitab ini diadakan dua kali
sensus atau pendaftaran umat Israel, yaitu pada awal dan akhir kitab. Maka
disajikan sejumlah angka, yaitu jumlah orang-orang Israel, menurut suku dan
keluarga.
Kitab Bilangan adalah kitab yang paling
tidak karuan dari semua kitab Pentateukh. Macam-macam bahan dicampuradukkan
tidak berurutan. Kitab Bilangan nampaknya semacam wadah yang menampung
bahan-bahan yang oleh penyusun Pentateukh tidak dapat ditempatkan dalam rangka
kitab Keluaran atau Imamat.
5.2. Isi
Kitab Bilangan menceritakan kisah
tinggalnya umat Israel di padang gurun selama 40 tahun, sejak keluar dari Mesir
sampai mereka masuk ke tanah terjanji. Kecuali itu ada juga bagian yang berisi
hukum yang tersebar di seluruh buku. Masa 40 tahun itu adalah masa
“pengembaraan”, meskipun sebenarnya sebagian besar waktu itu dilewatkan di
sekitar oasis Kadesh yang terletak di bagian timur laut Semenanjung Sinai.
Kehidupan selama 40 tahun itu digambarkan sebagai masa yang berat, masa ketika
umat Israel merasa tidak puas dan kurang percaya kepada Allah. Biarpun Allah
selalu dekat dengan umat-Nya.
Dalam pengembaraan mereka, orang-orang
Israel membawa semacam kotak dari kayu yang berisi loh batu yang bertuliskan
kesepuluh perintah Allah. Kotak itu disebut peti perjanjian, dan dianggap
sebagai tahta Allah di dunia ini. Di manapun mereka berkemah, mereka mendirikan
tabernakel atau kemah pertemuan dengan Allah. Di situ mereka beribadah kepada
Allah, yang hadir di antara mereka dan memancarkan kemulian-Nya.
Allah memperhatikan umat-Nya. Kalau mereka
mancabut kemah, Allah berjalan mendahului mereka, menunjukkan jalan dengan awan
pada siang hari dan api pada malam hari. Ia terus menerus menjaga umat Israel
dengan memberi mereka makan dan air. Kalau mereka harus berperang melawan
musuh, Allah menyertai mereka dalam peperangan itu -- tentu saja kalau mereka
setia dan percaya kepada Allah.
Secara garis besar isi kitab Bilangan
adalah sebagai berikut:
a.
Bil 1:1-10:10 Persiapanpersiapan
sebelum meninggalkan Sinai: pendaftaran (sensus) pertama, statuta para Lewi,
peraturan-peraturan tentang kenaziran dan lain-lain.
Pendaftaran umat dalam bab 1 disebut nama
dan jumlah anggota suku. Angka yang disajikan terlalu dibesar-besarkan dengan
maksud: memperlihatkan bahwa janji kepada nenek moyang mengenai jumlah besar
keturunan mereka sudah terlaksana.
b.
Bil 10:11-20:13 Dari Sinai ke
Kadesy: cerita tentang perlawanan dan pemberontakan orang Israel; cerita
tentang pengintaian Kanaan dari selatan; aneka perintah; cerita tentang
pemberontakan Korah, Datam dan Abiram; peraturan tentang pentahran dan cerita
pertengkaran Israel dengan Musa
c.
Bil 20:14-21:35 dari Kadesy ke
Moab: peperangan-peperangan melawan Edom, Moab, Sihon dan Og.
d.
Bil 22-36 Israel di Moab:
cerita tentang Bileam; cerita tentang penyembahan berhala di Baal Peor;
pendaftaran (sensus) yang kedua; tuntutan kelima anak perempuan Zelafehad untuk
mendapat hak waris: Musa diperintah naik ke Gunung Abarim; pengangkatan Yosua
sebagai pengganti Musa; aneka peratran tentang kurban dan nazar; cerita
peperangan melawan Median; cerita pembagian tanah daerah seberang Timur sungai
Yordan dan daftar tempat-tempat peringgahan orang Israel dari Mesir - Moab.
Dalam bagian ini ada cerita tentang Bileam
(Bil 22-24). Bileam adalah seorang tukang sihir dan bukan orang Israel. Cerita
ini dapat disebut bagian inti dari kitab Bilangan. Yang penting dari cerita
Bilem ini adalah nubuat dan ramalan yang terpaksa disampaikan Bileam, yaitu:
masa depan umat Israel. Maksud cerita ini adalah mengungkapkan keyakinan bahwa
kedudukan dan seluruh sejarah bangsa Israel direncanakan Tuhan dan terlaksana
menurut bimbingan-Nya.
Peristiwa dalam Keluaran menekankan
kesabaran Yahwe terhadap umat pilihan-Nya. Yahwe selalu memenuhi kebutuhan
mereka. Sedangkan dalam Bilangan menekankan bagaimana umat terus menerus
menjadi umat yang memberontak, dan akhirnya menyebabkan Yahwe menghukum mereka.
Tetapi setiap kali Musa memohon dan membela umat, maka Yahwe melunakkan
kemurkaan-Nya, dan menarik kembali hukuman yang akan ditimpakan kepada
umat-Nya.
Di dalam Kitab Bilangan juga tercantum
berbagai hukum dan aturan serta tata upacara ibadat. Hampir semua hukum dan
aturan itu bersangkutan dengan ibadat umat Allah. Hukum-hukum itu dimasukkan ke
dalam kitab Bilangan karena belum termasuk di keluaran dan Imamat. Kebanyakan
hukum dan aturan berasal dari zaman belakangan dalam sejarah Israel.
6.
Kitab
Ulangan
6.1. Pengantar
Kitab Ulangan kecuali 31:1-8.14-30;
32:1-34:12 tidak melanjutkan kisah yang tercantum dalam keempat kitab
Pentateukh. Sebaliknya kitab Ulangan mengulang banyak bahan, baik yang berupa
cerita maupun yang berupa hukum yang sudah ada di kitab-kitab lain. Namun
demikian kitab Ulangan tidak menyalin begitu saja, melainkan menafsirkan
kembali dan menyesuaikan dengan situasi. Itulah sebabnya kitab kelima dari
Pentateukh ini disebut Ulangan (Deuteronomium=hukum yang kedua)
Perbedaan yang paling mencolok antara
kitab Ulangan dan keempat kitab lain dari Pentateukh ialah kitab Ulangan tidak
berupa kisah melainkan wejangan. Menurut gambaran kitab Ulangan pada akhir
perjalanan bangsa Israel di gurun, tepatnya di Moab, perbatasan dengan negeri
yang dijanjikan, Musa menyampaikan wejangan-wejangan terakhir kepada bangsa
Israel.
6.2. Isi
dan tema kitab Ulangan
Tiga puluh bab pertama kitab Ulangan
berupa pidato-pidato Musa yang ditujukan kepada umatnya, ketika mereka
bersiap-siap untuk masuk ke tanah terjanji. Musa mengingatkan mereka akan
pengalaman-pengalaman di padang gurun dan khususnya pengalaman akan perjanjian
yang diikat oleh Allah dengan mereka (Ul 1-11). Selanjutnya menyusul penegasan
kembali hukum, yang disebut Kode Deuteronomistik. Kode ini mencerminkan ajaran
para nabi. Mereka ini selama zaman kerajaan, tak henti-hentinya mengingatkan
raja dan seluruh umat agar mereka dengan sepenuh hati berpegang pada Allah yang
benar dan berusaha untuk memurnikan agamanya dari pengaruh buruk penyembahan
berhala (Ul 12-26). Kitab ini ditutup dengan kata-kata Musa yang terakhir (Ul
27-33) dan kisah kematiannya. Musa diperkenankan melihat tanah yang dijanjikan
tetapi tidak diizinkan memasukinya (Ul 34). Secara agak rinci, garis besar
kitab Ulangan adalah sebagai berikut:
a. Ul 1:1-4:43 Kotbah pertama Musa, suatu tinjauan sejarah
b. Ul 4:40-11:32 Kotbah kedua
c. Ul 12-26 Kitab
Hukum Deuteronomi
d. Ul 27 Perintah
mengenai perayaan perjanjian yang harus dilakukan di Sikhem
e. Ul 28 Berkat
dan kutuk
f. Ul 29-30 Kotbah
ketiga: perjanjian Moab
g. Ul 31-34 Karya-karya
terakhir Musa: Yosua sebagai penggani Musa; perlunya pembacaan taurat setiap
tujuh tahun; nyanyian Musa; Berkat Musa kepada suku-suku Israel dan kematian
Musa.
Kisah yang tercantum di sini (Ul 31-34)
mengenai akhir hidup Musa, sebenarnya suatu tambahan pada kitab Ulangan dan
melanjutkan kitab Bilangan. Dalam bagian ini ada Nyanyian Musa dan berkat Musa.
Nyanyian Musa (Ul 32) sebenarnya mengungkapkan sekali lagi apa yang menjiwai
seluruh kitab. Allah mengasihi umat-Nya dan kasih itu sepanjang sejarah
menyatakan diri dalam tindakan. Tetapi umat suka berontak dan tidak setia
kepada Tuhan. Namun Tuhan tidak melupakan umat-Nya dan terus melindunginya,
walaupun menghukum dengan keras.
Berkat Musa (Ul 33) sesungguhnya
serangkaian nubuat mengenai suku-suku Israel dan masa depannya. Musa berbicara
tentang nabi suku-suku Israel nanti. Dengan jalan itu kitab Ulangan menekankan
bahwa Tuhan sendiri memimpin dan memberkati umatNya. Rencana kebahagiaan Tuhan
pasti terlaksana. Maka apa yang pada kenyataannya terjadi sekarang, yaitu
pembuangan ke Babel, tidak perlu menakutkan umat atau membuatnya putus asa.
Tuhan mempunyai rencana kebahagiaan umat dan umat selalu di tangan Tuhan yang
mengusahakan kebaikannya.
Tema utama kitab Ulangan adalah kasih
Allah kepada umat-Nya. Yang membuat Allah memilih Israel dan menjadikannya
milik-Nya adalah kasih-Nya. Kasih-Nya sangat besar, bahkan Allah adalah Allah
yang cemburu dan tidak memperbolehkan Israel memiliki allah-allah lain. Kasih
Allah yang dialami umat Israel menuntut balasan, yaitu umat harus setia kepada
perjanjiannya dengan mentaati hukum-hukum-Nya. Itulah sebabnya dalam kitab
Ulangan tercantum kumpulan hukum yang mengatur hidup umat, mulai dari aturan
tentang ibadat sampai tentang kehidupan sehari-hari.
Dalam kitab Ulangan ada semacam “perintah
dasar”. Perintah ini terdapat dalam Ul 6:4-5: Dengarlah hai orang Israel,
Tuhan itu Allah kita. Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Yesus (Mrk
12:29-30) mengutip perintah dasar itu. Kasih Allah mesti dibalas kasih umat.
Semua hukum dan perintah lain hanya memerincikan perintah dasar itu. Melalui
pelaksanaan hukum dan perintah itulah kasih balasan itu meresap dalam hidup
sehari-hari. Tidak ada sesuatupun yang terluput dari kasih itu. Tanpa hukum dan
perintah itu kasih itu tidak menjadi nyata, tidak jadi diamalkan. Kasih tanpa
perintah tinggal pesaraan hati belaka tanpa akibat dan pengaruh.
Tema penting lain ialah perjanjian dan
kewajiban Israel untuk setia kepada perjanjian itu. Kesetiaan atau
ketidaksetiaan kepada perjanjian mempunyai akibat tersendiri bagi Israel. Umat
berdiri di persimpangan jalan: kalau mereka tetap setia kepada Allah dan
perjanjian-Nya, Ia akan memberkati mereka. Mereka akan memperoleh tanah yang
akan diserahkan Allah kepada mereka. Mereka akan hidup damai dan berkelimpahan.
Kalau tidak, mereka akan menerima hukuman Allah dan akan diasingkan dari tanah
air mereka, meskipun kesempatan untuk kembali dan bertobat tidak tertutup bagi
mereka (Ul 29-30).
6.3. Kitab
Hukum Deuteronomi 12-26.
Dalam kitab Ulangan terdapat bagian yang
dapat disebut kitab Hukum Deuteronomi. Dalam konteks Pentateukh sekarang kitab
hukum Deuteronomi diberikan Musa di Moab, sebelum Israel memasuki tanah
terjanji. Kitab hukum ini mempunyai cukup banyak teks hukum yang sama dengan
kitab hukum perjanjian. Namun dilihat dari isinya jelas bahwa kitab hukum ini
berasal dari zaman yang berbeda. Perbedaan keduanya terutama terletak dalam
gayanya, sehingga memberi bentuk dan ciri tersendiri.
Contoh tentang tempat penampungan bagi
yang membunuh tidak sengaja. Dalam kitab hukum Perjanjian Allah akan
menunjukkan suatu tenpat sebagai kota pelindung (Kel 21:12-14). Sedangkan dalam
kitab hukum Deuteronomi Israel harus mengkhususkan tiga kita sebagai kota
pelindung bagi mereka yang membunuh secara tidak sengaja (Ul 19:1-13).
Apabila kita membaca kitab hukum
Deuteronomi secara keseluruhan kita langsung merasa suatu gaya yang hangat yang
berbicara kepada manusia dan menyentuh daya refleksi dan hatinya. Dasar dan
tujuan hukum kerap diberikan. Di sini kita juga sering berhadapan dengan hukum
yang telah dikotbahkan atau dikatekesekan.
Kitab hukum ini kemungkinan berasal dari
zaman raja Yosia yakni menjelang akhir abad ke7 seb Mas. Ada hukum seperti
hukum tentang raja (Ul 17:14-20) dan tentang kenabian (Ul 18:9-22), jelas
menunjukkan berasal dari zaman kerajaan. Menurut 2 Raj 22 pada tahun 18
pemerintahan Yosia ditemukan di Bait Suci Yerusalem sebuah kitab yang disebut
kita Taurat, tergerak oleh isi kitab ini raja dan seluruh umatnya mengadakan
perjanjian di hadapan Tuhan untuk mentaati perkataan yang terkandung di
dalamnya. Raja Yosia kemudian mengadakan pembaharuan agama. Tindakan
pembaharuan ini mempunyai persamaan dengan ketetapan-ketetapan dalam kitab
hukum Deuteronomi seperti pemusatan ibadat di Yerusalem, penghancuran
petak-petal pelacuran bakti dan berhala serta mezbah yang dipakai untuk
menghormati dewa matahari. Jelaslah bahwa kitab hukum Deuteronomi ini
sebenarnya berasal dari zaman kejaraan.
Apa sebabnya meskipun kitab hukum ini
berasal dari zaman kerajaan, tetapi dimasukkan dalam Pentateukh dan seolah-olah
diberikan oleh Musa. Sebab Israel mau memberikan kewibawaan yang tertinggi
kepada kitab ini. Musa adalah pemberi dan perantara hukum-hukum yang diterima
Israel.
Banyak hukum-hukum dari kitab hukum ini
yang masih relevan untuk kita sekarang, antara lain: sikap terhadap orang lemah
dan miskin (Ul 15:1-11). Keadilan dalam pengadilan (Ul 16:18-20), tolong
menolong (Ul 22:1-4), bunga uang (Ul 23:19-20) dan sebagainya.
Baiklah di sini diperhatikan apa yang
disebut Ius Talionis (Hukum pembalasan dengan perbuatan yang seimbang).
Hukum ini diungkapkan dengan kata-kata berikut: nyawa ganti nyawa, mata
ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan (Ul 19:21). Hukum ini
dikenal di dunia Timur Tengah Purba. Hukum ini dirumuskan pertama-tama untuk
para Hakim sebagai suatu pegangan hukum dalam menjatuhkan hukuman secara adil.
Hukuman atas yang bersalah harus setimpal dengan kesalahan yang diperbuatnya.
Dengan demikian prinsip hukum ini adalah prinsip keadilan, untuk menghindari
orang membalas dengan sewenang-wenang atau dihukum dengan tidak adil. Kristus
menyempurnakan prinsip keadilan ini dengan prinsip kasih, yaitu tidak membalas
dendam (Mat 5:38-42)
PERTANYAAN LATIHAN:
1.
Buatlah
ringkasan, tentang tradisi-tradisi yang menyusun atau menuliskan Pentateukh!
2.
Pesan
apa yang mau disampaikan oleh Allah kepada kita, apabila kita membaca Kej 1-11
?
3.
Jelaskan
apa maksud ungkapan: Abraham adalah Bapa orang beriman !
4.
Jelaskan
tentang tiga tokoh berikut:
a. Yakub
b. Yusup
c. Musa
5.
Mengapa
pembebasan Israel dari Mesir begitu penting bagi umat Israel?
6.
Jelaskan
makna perjanjian Sinai bagi kehidupan bangsa Israel menurut Kel 19-24 !
7.
Buatlah
perbandingan Kel 20 dan Ul 5 tentang 10 firman Allah, jelaskan persamaan dan
perbedaannya. Samakah 10 firman Allah itu dengan 10 firman Allah menurut
tradisi Katolik, jelaskanlah!
8.
Manakah
tempat hukum bagi orang beragama ?
9.
Pengalaman
manakah yang dianggap penting dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun
selama 40 tahun?
10.
Apa
nilai kitab Imamat dan Ulangan bagi kita dewasa ini?
BAB IV
KITAB-KITAB
SEJARAH
1.
Pendahuluan
Sesudah Pentateukh dalam Alkitab
Perjanjian Lama terdapat serangkaian kitab yang
mengisahkan dan menyoroti hal-ihwal umat Israel di masa lalu.
Serangkaian kitab ini kita sebut kitab-kitab sejarah. Hanya saja kitab-kitab
sejarah ini jangan dinilai sebagai “buku ilmu sejarah”. Para penulis kitab
sejarah ini pertama-tama tidak bermaksud untuk melaporkan kejadian-kejadian
nyata sebagaimana terjadi. Kitab-kitab ini berciri religius: mau mewartakan
iman umat Israel, tegasnya Allah yang diimani umat Israel dan hubungan timbal
balik antara umat Israel dengan Allah. Maksud penyusun ialah membina iman
generasi berikutnya mereka dapat belajar dari sejarah sebelumnya, sehingga
mereka tidak membuat kesalahan yang sama dalam relasinya dengan Allah.
Para penyusun mengumpulkan bahan-bahan
dari tradisi, baik yang lisan maupun yang tertulis yang menyoroti iman umat
Israel di masa lampau, supaya di masa mendatang diteruskan dan bahkan
ditingkatkan. Mereka kurang peduli akan bobot informatif tradisi-tradisi
tersebut. Akibatnya ialah terkumpullah bahan-bahan yang bermacam-macam bobot
informatifnya. Ada bagian-bagian yang bersifat legenda dan cerita-cerita
rakyat, tetapi juga ada bagian-bagian yang berasal dari arsip kerajaan, Bait Allah,
tempat suci lainnya tentang sejarah nyata.
Cerita-cerita itu biasanya berfokuskan
pada tokoh-tokoh pemimpin (raja dsb) dan bukanlah rakyat. Hal ini disebabkan
karena pemimpin dianggap semacam pemribadian rakyat/bangsa dan hal ihwal tokoh
itu sebenarnya hal ihwal bangsa itu sendiri. Para penyusun kemudian mengolah
bahan-bahan itu untuk disesuaikan dengan maksud dan tujuan penulisannya.
Pendeknya kitab-kitab sejarah itu
sebenarnya katekese naratip. Dan dengan pendekatan itulah kitab-kitab itu perlu
dibaca dan dipahami. Maka orang tidak usah lagi terlalu merepotkan diri dengan
bobot informatip dan historisnya.
Kitab-kitab sejarah dapat dibagi
berdasarkan teologi dan sifat-sifatnya atas empat kelompok sebagai berikut:
a.
Kitab-kitab
sejarah karya Deuteronomist (Yosua, Hakim-hakim, 1,2 Samuel dan 1,2 Raja-raja)
b.
Kitab-kitab
sejarah karya ahli Tarikh (1,2 Tawarikh, Ezra dan Nehemia)
c.
Kitab-kitab
hikayat pengharapan (Rut, Tobit, Yudit dan Ester)
d.
Kitab-kitab
Makabe (1,2 Makabe)
2.
Kitab-kitab
Sejarah Karya Deuteronomist
2.1. Siapakah
Deuteronomist
Kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, 1,2 Samuel
dan 1,2 Raja-raja adalah kitab-kitab sejarah karya Deuteronomist. Keenam kitab
ini merupakan satu kesatuan, karena ditulis oleh satu kelompok dan pengarang
yang sama. Orang-orang yang namanya tidak diketahui, tetapi mendapat sebutan
Deuteronomist, karena di dalam teologinya mereka sangat dijiwai dan dipengaruhi
oleh Kitab Ulangan (Deuteronomium) yang pertama (bab 5-28). Mereka ini
merupakan kelompok yang hidup di zaman pembuangan di Babilon. Mereka adalah
sekelompok orang yang kurang terkenal, tetapi saleh dan beribadat. Para penulis
ini mempunyai gaya bahasa dan pandangan teologi yang khusus.
2.2. Garis
Besar Kitab-kitab Sejarah Deuteronomist
a.
Yos
1-12 Sejarah pendudukan tanah
Kanaan
b.
Yos
13-21 Sejarah pembagian tanah
Kanaan ke dalam kedua belas suku Israel.
c.
Hak 1
- 2 Situasi pendudukan tanah
Kanaan
d.
Hak 3
- 21 Sejarah para Hakim
e.
1 Sam
1 - 7 Sejarah Samuel sebagai hakim
terakhir.
f.
1 Sam
8 - 12 Sejarah peralihan dari zaman
para Hakim ke zaman kerajaan
g.
1 Sam
13 - 15 Saul
h.
1 Sam
16-2 Sam 5 Daud
i.
2 Sam
6 - 1 Raj 2 Sejarah pergantian tahta
kerajaan Daud kepada Salomo
j.
1 Raj
3 - 11 Salomo
k.
1 Raj
12 - 14 Terpecahnya kerajaan menjadi
dua bagian
l.
1 Raj
15 - 22 Sejarah nabi-nabi awal
m.
2 Raj
3 - 17 Sejarah
Israel sampai runtuhnya kerajaan Utara di tangan Asyur
n.
2 Raj
18 - 25 Sejarah kerajaan Yuda sampai
dengan keruntuhan yang disebabkan oleh ekspansi dari Babel dan pembuangan ke
Babilon.
2.3. Maksud
dan Tujuan Penulisan
Pertanyaan pokok, kapan suatu bangsa mulai
menulis sejarah? Penulisan sejarah pertama-tama muncul dari kesadaran yang
timbul dari tiga unsur berikut:
a.
Kalau
orang melihat bahwa peristiwa-peristiwa pada masa lampau bukanlah
peristiwa-peristiwa yang berdiri sendiri atau yang terpisah satu sama lain,
melainkan saling berhubungan, yaitu hubungan sebab akibat.
b.
Karena
orang melihat dan menginsyafi bahwa peristiwa masa lampau dalam arti tertentu
dapat mempengaruhi hidup sekarang.
c.
Orang
menarik pertanggungjawaban untuk masa kini dari keinsyafan akan masa lampau dan
mengarahkan untuk masa depan.
Oleh karena itu penulisan sejarah tidak
pernah merupakan suatu penyajian yang menyeluruh yang sempurna dari segala yang
terjadi pada masa lampau. Penulisan sejarah tidak pernah lepas dari penafsiran,
karena sejarah merupakan ilmu yang bersifat menerangkan. Demikian halnya dengan
para Deuteronomist yang mencoba menuliskan sejarah Israel.
Para Deuteronomist menulis sejarah Israel
pada masa pembuangan Babiblon (586-538 seb. Mas), alasan penulisannya karena
mereka melihat arti sejarah bagi orang-orang pada zaman pembuangan dan
sesudahnya. Hal tersebut penting sebab pertanyaan pokok mereka dalam pembuangan
ialah “mengapa Israel dibuang”? Mengapa kejaraan Israel dan Yuda hancur?
Penulis menanyakan hal tersebut, karena mereka melihat banyak orang Israel
mulai menyangsikan kemahakuasaan Allah. Kesangsian itu timbul karena Israel menyadari
dirinya sebagai bangsa pilihan Allah? Jika mereka adalah bangsa pilihan Allah,
mengapa meteka dibuang. Sebab dengan dibuang berarti mereka kembali ke titik
awal sejarahnya yaitu perbudakan. Melalui penulisan sejarah inilah para
Deuteronomist mau menjawab pertanyaan itu. Secara ringkas jawaban atas
pertanyaan itu adalah:
a.
Karena
tidak ada pemusatan ibadat pada satu sempat. Dalam 1 Raj 12-14, pemisahan 10
suku di Utara dan dua di Selatan di mana Yerobeam (raja Israel) mendirikan
tempat ibadat di Betel dan Dan. Pada hal menurut penulis, pemusatan ibadat itu
amat penting. Pusat ibadat adalah Bait Allah di Yerusalem. Itulah sebabnya
penulis melihat peristiwa pendirian tempat ibadat di Betel dan Dan merupakan
“dosa asal” Yerobeam dan Israel yang menyebabkan keruntuan kerajaannya.
b.
Yerusalem
adalah kota Allah, tetapi Yerusalem sendiri telah menjadi bejat oleh politik
dan tindak tanduk para rajanya, mulai dari Salomo yang mengawini putri-putri
luar Israel, yang mengakibatkan tercemarnya agama Israel. Demikian pula
raja-raja selanjutnya sebagian besar tidak menjadi semakin baik, malahan
semakin mencemarkan agama Israel.
c.
Israel
bertegar hati tidak mau mendengarkan seruan Allah melalui para nabi-Nya. Pada
hal Allah tetap setia pada janji-Nya, Allah tetap memperhatikan Israel. Allah
selalu mengundang Israel untuk setia pada perjanjiannya. Melalui para nabi-Nya
Allah memperingatkan, menolong dan membimbingnya. Namun dalam kenyataan
sejarah, Israel tidak mau mendengarkan seruan Allah yang disampaikan oleh
nabi-nabi-Nya.
Dengan kata lain inti dari dosa Israel
adalah: meninggalkan Tuhan dengan tidak mendengarkan firman-Nya, tidak taat
kepada Allah, tidak mau mendengarkan seruan para nabi, ibadatnya hampa , bahkan
mereka menyembah allah-allah lain.
Dengan menulis sejarah, para Deutronomist
mau menolong orang-orang yang hidup di pembuangan dan sesudahnya, supaya mereka
dapat belajar dari sejarah dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pembuangan
di Babel harus dilihat sebagai hukuman Tuhan yang bermaksud untuk memanggil
Israel supaya bertobat dan kembali kepada Tuhan. Untuk generasi sekarang yang
ada di pembuangan hendaknya menemukan kembali masa depannya dengan bertobat
secara konkret, yaitu dengan merenungkan sabda Allah yang telah disampaikan
para nabi-Nya, menjalankan ibadat secara benar dan setia pada perjanjian yang
telah diucapkannya. Dengan pertobatan ini Israel masih memiliki masa depan.
Dalam menuliskan sejarahnya, para
Deuteronomist menentukan beberapa titik yang menentukan dalam sejarahnya, yaitu:
a.
Masuknya
Israel ke tanah terjanji (Kanaan) merupakan peralihan dari hidup mengembara ke
kehidupan yang menetap. Kini Israel telah memiliki tanah sebagai hadiah
pemberian Tuhan. Israel tidak lagi sebagai bangsa pengembara.
b.
Zaman
para Hakim merupakan refleksi: siklus tentang dosa dan pengampunan. Dosa
mengakibatkan hukuman, hukuman menjadikan orang menyesali perbuatannya,
penyesalan itu menjadikan mereka bertobat, dan dengan bertobat Tuhan mengampuni
dan menolong mereka, namun sesudah ditolong mereka kembali lagi berbuat dosa.
c.
Peralihan
dari zaman Hakim ke Kerajaan. Bagi Deuteronomist sistem kerajaan sebenarnya
kurang disukai, sebab Raja mereka satu-satunya adalah Yahwe sendiri. Untuk itu
Deuteronomis menunjukkan manakah kedudukan seorang raja Israel.
d.
Zaman
Kerajaan: Saul - Daud - Salomo. Bagi Deuteronomist Saul adalah raja yang gagal
karena tidak mau mengakui kedudukannya sebagai raja Israel di bawah pimpinan
Raja yang sesungguhnya yaitu Yahwe. Daud digambarkan sebagai raja ideal dengan
segala kelemahannya. Namun semua raja diukur dengan ukuran Raja Daud. Sedangkan
Salomo yang pada mulanya adalah raja yang setia, namun pada masa akhir
pemerintahannya Salomo jatuh dalam penyembahan berhala oleh karena istri-istri
asingnya. Mulai dari Salomolah keruntuhan kerajaan Israel, karena Salomo
mencemarkan agama Israel.
e.
Perpecahan
kerajaan menjadi dua merupakan hukuman yang pertama atas dosa-dosa Salomo.
f.
Runtuhnya
Kerajaan Israel (Utara). Kerajaan Israel mengalami keruntuhan lebih dahulu,
karena kerajaan Israel bagi Deuteronomist jauh lebih besar dosanya. Mereka
memisahkan diri dari keturunan Daud dan para rajanya tidak lagi mengindahkan
kedudukannya dengan menyalahgunakan kekuasaannya. Maka kerajaan Israel dibuang
ke Asyur dan tidak dipulihkan kembali.
g.
Runtuhnya
kerajaan Yuda. Kerajaan Yuda jauh lebih lama dibandingkan kerajaan Israel.
Kerajaan Yuda/Yehuda tetap dipimpin oleh keturunan Daud dan selalu berada dekat
Bait Allah di Yerusalem. Namun demikian sebagian rajanya juga bertundak sewenang-wenang
dengan menyalahgunakan kekuadsaannya serta tidak mau mendengarkan seruan pada
nabi, maka Yehuda pun tidak luput dari hukuman. Yehuda akhirnya dihukum oleh
Yahwe, dibuang ke Babilon.
2.4. Kitab
Yosua
Kitab ini disebut Yosua karena dialah tokoh
utama kitab ini. Isi kitab ini melanjutkan kisah yang tercantum dalam
Pentateukh, khususnya kitab Bilangan (dan Ulangan) yang berhenti setelah bangsa
Israel sampai di perbatasan negeri Palestina, Moab. Yosua diangkat menjadi
pengganti Musa.
Kitab ini terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu:
a.
Yos
1-12 menceritakan persiapan perebutan
tanah Kanaan dan masuknya suku-suku Israel ke tanah Kanaan.
b.
Yos
13-21 menceritakan bagaimana Yosua
membagi tanah yang baru ditaklukkan kepada suku-suku Israel.
c.
Yos
22-24 menceritakan akhir kepemimpinan
Yosua, pidato perpisahan dengan bangsanya dan pembaharuan perjanjian di Sikhem.
Bagian terakhir ini adalah inti atau
puncak seluruh kitab. Allah telah menunjukkan kesetiaan-Nya dengan memberikan
tanah air kepada umat-Nya, sesuai dengan janji yang pernah diucapkan-Nya.
Sekarang umat menyatakan dengan meriah bahwa mereka adalah milik Allah.
Untuk memahami kitab Yosua dengan baik,
maka akan disajikan empat hal, yaitu:
a.
Kenyataan
Seperti dalam garis besar sejarah Israel
telah dikatakan bahwa sebenarnya keduabelas suku Israel tidak bersama-sama
memasuki tanah terjanji. Perebutan itu memakan waktu yang lama. Beberapa suku
malah tidak pernah ke negeri Mesir atau mengembara di gurun. Ada yang memasuki
lewat selatan, tengah, bahkan utara. Suku-suku itu memasuki tanah Kanaan secara
sendiri-sendiri dan secara berangsur-angsur. Salah satu di antaranya adalah
suku Efraim, dipimpin oleh Yosua. Perlahan-lahan suku-suku itu menetap.
Kadang-kadang setelah mereka menetap pindah lagi karena kalah perang. Lain kali
mereka kembali berhasil merebut tanah musuh dan mendiaminya. Mula-mula mereka
mendiami daerah pegunungan yang masih kosong.
Di Kanaan sendiri sebenarnya telah menetap
beberapa suku asli dan suku-suku lain yang tidak ada hubungan dengan suku
Israel. Suku-suku Israel yang memasuki Kanaan menetap di luar wilayah suku-suku
yang telah ada lebih dahulu. Hanya saja kadang-kadang terjadi perang perebutan
tanah. Kadang suku-suku Israel menang, kadang dikalahkan. Baik kebudayaan maupun
persenjataan suku-suku Israel kalah dengan kebudayaan dan persenjataan
suku-suku asli Suku-suku Israel sendiri pada masa ini masih hidup
sendiri-sendiri, meskipun menganut agama
yang sama. Mereka baru bersatu pada masa Daud..
b.
Kisah
yang ada dalam kitab Yosua
Kisah yang disajikan
kitab Yosua berbeda sekali dengan kenyataan. Menurut kitab Yosua, kedua belas
suku Israel serentak masuk ke negeri yang dijanjikan. Bahkan suku-suku yang
sudah menetap di wilayah seberang Sungai Yordan ikut serta. Jadi bukan
suku-suku Israel, melainkan umat Allah menduduki tanah yang dijanjikan. Dalam
perang suci mereka mengalahkan semua musuh. Semua penduduk asli ditumpas sesuai
dengan hukum perang suci, kecuali suku Gibeon yang menaklukan diri.
Kisah tersebut disusun dengan bantuan
berbagai cerita dan unsur-unsur lain. Cerita itu dikumpulkan dari ingatan kabar
akan kejadian di zaman mereka memasuki tanah terjanji dicampur dengan cerita
rakyat yang mau menerangkan nama tempat atau hal lain. Kemudian hal itu dituliskan
menjadi kesatuan. Semua bahan itu dikaitkan dengan satu tokoh, yaitu Yosua.
Yosua itu pengganti Musa, orang pilihan Tuhan, ia melaksanakan perintah dan
rencana yang telah Tuhan sampaikan melalui Musa.
Setelah mereka berhasil merebut tanah
terjanji Tuhan sendiri melalui Yosua dan imam Eleazar membagi-bagikan negeri
kepada keduabelas suku. Dengan demikian diberi jaminan bahwa setiap suku berhak
mendiami daerah tertentu.
c.
Pesan
yang mau disampaikan.
Kisah tersebut memang ada maksudnya. Apa
yang mau ditegaskan ialah:
1)
Tanah
terjanji, sebenarnya milik Tuhan yang dikaruniakan kepada bangsa Israel. Bukan
Israel yang merebut tanah airnya, melainkan Tuhan yang mengambil milik-Nya dan
memberikan kepada umat pilihan-Nya. Dengan jalan itu Tuhan melaksanakan janji-Nya
kepada nenek moyang mereka. Tangan Tuhan ini amat terasa dalam kisah perebutan
kota Yerikho (Bacalah Yos 2-6) dan kota Ai (bacalah Yos 7-8).
2)
Demikian
juga pembagian tanah kepada keduabelas suku mau ditekankan bahwa bukan usaha
masing-masing suku yang berhak atas suatu wilayah. Mereka bersama-sama mendapat
seluruh negeri. Kemudian Tuhan menurut kehendak-Nya sendiri memberi
masing-masing suku bagiannya sebagai karunia belaka.
3)
Cerita
perjanjian yang terdapat pada akhir kitab ini mau menekankan bahwa perebutan
tanah terjanji merupakan pelaksanaan perjanjian Tuhan dengan umat-Nya. Dalam
perebutan itu Tuhan melimpahkan karunia-Nya kepada umat pilihan-Nya. Tetapi
umat mesti menanggapi kasih karunia Tuhan itu dengan kesetiaan dan ketaatan.
d.
Arti
kitab Yosua bagi kita.
Kitab Yosua biasanya dianggap memberikan
gambaran mengenai Kristus dan karya penyelamatan-Nya. Yosua berarti “Yahwe
menyelamatkan”. Nama Yesus mempunyai arti yang sama. Yusuf diberitahu untuk
memberi nama Yesus kepada anak yang akan dilahirkan oleh Maria, “karena Dialah
yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat 1:21). Yesus adalah
Penyelamat kita. Sebagaimana Yosua memimpin umatnya ke tanah terjanji, demikian
juga Yesus memimpin umat Allah ke tanah terjanji yang sesungguhnya, yaitu
surga.
2.5. Kitab
Hakim-hakim
Kitab ini disebut kitab hakim-hakim karena
bercerita tentang tokoh-tokoh yang disebut Hakim. Kata hakim di sini lebih
dimaksudkan pemimpin militer dan sipil. Hakim-hakim adalah para pemimpin perang
yang dipanggil oleh Allah untuk menyelamatkan umat-Nya dari musuh. Kitab ini
melanjutkan kisah yang tercantum dalam kitab Yosua. Di dalamnya terdapat enam
hakim besar dan enam hakim kecil. Hakim besar: Otniel, Ehud, Debora (Barak),
Gideon, Jefta dan Simson. Hakim Kecil: Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan
Abdon. Mereka disebut Hakim besar karena ceritanya agak panjang dan panjang.
Sedangkan yang disebut Hakim Kecil karena ceritanya hanya singkat sekali.
Dengan demikian sebutan Hakim besar dan Hakim kecil di sini semata-mata
didasarkan pada panjang pendeknya cerita mengenai Hakim tersebut.
Sejarah yang diceritakan dalam kitab
Hakim-Hakim meliputi jangka waktu kurang lebih 150 tahun, sejak tahun 1200
sampai 1050 sebelum masehi.
a.
Situasi zaman para Hakim
Situasi orang Israel di zaman para Hakim
kacau balau. Hal ini disebabkan karena mereka baru saja menetap di negeri yang
baru dan kerap mendapat serangan dari penduduk asli. Mereka belum mempunyai
pemimpin yang mempersatukan seluruh suku atau pemerintahan pusat yang mengatur
kehidupan seluruh suku. Masing-masing suku berjalan sendiri-sendiri. Memang
pada masa ini secara perlahan-lahan ada usaha membangun kesatuan bangsa.
Suku-suku Israel mengelompokkan diri menjadi dua kelompok: suku-suku Utara di
bawah kepemimpinan suku Yusuf dan suku-suku selatan di bawah kepemimpinan suku
Yehuda. Yang mempersatukan mereka pada masa itu bukanlah pemerintahan,
melainkan iman yang sama, yaitu iman akan Yahwe. Di samping itu mereka juga
masih sulit menyesuaikan diri dari bangsa pengembara menjadi bangsa yang
menetap dengan hidup bertani.
Kekacauan ini menyangkut juga tata
masyarakat, tata susila dan agama. Menjelang akhir zaman para hakim, keadaan
mereka bertambah parah. Hal ini disebabkan oleh orang-orang Filistin yang mulai
menyerang mereka (Hak 13-16). Orang-orang Filistin inilah yang pada zaman para
Hakim tidak dapat dikalahkan sehingga hampir semua suku Israel ditaklukkan oleh
orang Filistin.
Di samping situasi di atas pada masa awal
di Kanaan, Israel dihadapkan pada godaan untuk memeluk agama Kanaan. Sebenarnya
dapat dikatakan godaan ini disebabkan oleh kebudayaan Kanaan yang lebih tinggi
dan cara hidup mereka yang menetap; sedangkan orang-orang Israel baru saja
hidup mengembara di gurun, dengan sendirinya mereka juga mengambil alih teknik
pengolahan tanah dari orang Kanaan, termasuk upacaranya. Dengan demikian ada
kecenderungan untuk mengambil alih agama mereka dan meninggalkan Yahwe atau
paling sedikit mencampurkannya antara ibadat kepada Yahwe dengan kepada Baal.
Dengan demikian bahaya mereka di samping musuh adalah penyembahan berhala
penduduk Kanaan.
b.
Kitabnya
Kitab Hakim-hakim sebenarnya berisi
semacam kumpulan kisah atau cerita pendek mengenai pahlawan-pahlawan salah satu
suku Israel yang disebut Hakim. Cerita-cerita itu dipersatukan oleh bagian pendahuluan
Hak 1:1-3:6 dan penutup 17-21.
Cerita itu mempunyai ciri kerakyatan,
misalnya cerita tentang Simson. Dalam cerita-cerita itu terpelihara ingatan
akan tokoh-tokoh yang berjasa bagi suatu suku dan memikat daya khayal rakyat.
Mereka digambarkan sebagai pahlawan yang dengan senjata dan iman akan Yahwe
mengalahkan musuh.
Mula-mula cerita itu jelas beredar di
masing-masing suku, baru sesudah Israel membentuk satu bangsa cerita-cerita itu
dikumpulkan dan dirangkaian menjadi satu kesatuan dan ditambah beberapa fatatan
mengenai tokoh-tokoh lain. Dengan jalan itu yang tadinya pahlawan suku menjadi
pahlawan nasional.
c.
Pesannya.
Penyusun kitab Hakim-hakim berhasil
membuat kumpulan cerita pendek menjadi sejarah penyelamatan Allah. Pahlawan
salah satu suku dianggap pahlawan nasional dan menjadi penyelamat umat Allah
yang sedang dalam cengkeraman musuh. Hakim-hakim adalah utusan Allah yang
dilengkapi dengan daya ilahi untuk menunaikan tugas yang dipercayakan Tuhan
kepadanya. Tindakan mereka tidak hanya untuk satu suku, melainkan untuk seluruh
umat. Melalui Hakim-hakim itu Tuhan berulangkali menyelamatkan umat-Nya
Allah memberikan tanah kepada Israel
sesuai dengan janji-Nya, akan tetapi kalau mereka tidak setia kepada perjanjian
mereka akan dihukum (kalah perang dan menjadi taklukan), akan tetapi jika
mereka bertobat, Allah akan menolong mereka dengan mengutus seorang Hakim yang
akan mengalahkan musuh-musuh mereka. Dalam kitab Hakim-hakim diperlihatkan
siklus berikut: Dosa menyebabkan hukuman (kalah perang dan menjadi taklukan),
hukuman menjadikan mereka bertobat (mereka menyesal dan memohon ampun kepada
Tuhan), dengan bertobat Tuhan mengampuni dan menolong (dengan mengutus seorang
Hakim yang dapat mengalahkan musuh), sesudah mereka ditolong mereka kembali
berdosa, demikian seterusnya. Dengan demikian semua kisah mempunya pola sebagai
berikut: Israel meninggalkan Allah. Akibatnya Allah membiarkan musuh-musuh
mengalahkan dan menindas mereka. Kemudian Israel bertobat dan kembali kepada
Allah. Karena itu Allah mengangkat seorang hakim sebagai pembebas. Namun Israel
ternyata adalah umat yang bebal. Tidak lama setelah diselamatkan ia akan jatuh
lagi.
d.
Artinya bagi kita.
Tema kitab Hakim-hakim juga dapat bermakna
bagi kehidupan Gereja maupun orang kristiani. Kitapun selalu berada dalam
bahaya untuk “menyembah berhala”; artinya menempatkan sesuatu di atas Allah
yang sesungguhnya. Kalau kita jatuh, Allah akan menarik kita untuk bertobat dan
kembali kepada-Nya dengan berbagai macam cara (bacalah 1 Kor 10:11-13).
2.6. Kitab
Samuel
Kitab Samuel terdiri dari dua kitab, yaitu
1 dan 2 Samuel. Kitab ini melanjutkan kisah kitab Hakim-hakim.
Pada pokoknya kitab Samuel mengisahkan
terbentuknya kerajaan Israel yang baru berhasil sepenuhnya pada masa Raja Daud.
Daudlah yang menjadi tokoh utama kitab Samuel. Dalam dialah cita-cita umat
Israel tentang seorang raja sebulat-bulatnya terpenuhi. Daud dijadikan pola
Raja Penyelamat di masa mendatang.
a.
Samuel
Dalam 1 Sam 1-7 dilukiskan keadaan kacau
balau umat Israel menjadi semakin parah. Orang-orang Filistin menaklukkan
mereka dan mereka tidak berdaya. Bahkan tempat suci umat Israel dihancurkan.
Dalam keadaan yang gawat itu tampillah Samuel. Dialah tokoh peralihan dari
zaman Hakim-hakim ke zaman kerajaan. Samuel adalah seorang Hakim, namun Samuel
lebih daripada seorang Hakim, ia juga seorang Nabi pelihat. Ia mengalahkan
musuh dengan bersenjatakan doa. Ia pun seorang imam yang mempersembahkan korban
secara teratur.
b.
Saul, raja pertama yang Gagal
Dalam situasi yang agak kacau itu umat
Israel menuntut Samuel supaya mengangkat seorang raja. Samuel sebenarnya tidak
setuju dengan tuntutan umat untuk mengangkat seorang raja. Israel tidak harus
menjadi sama seperti bangsa-bangsa lain. Israel sudah memiliki raja, yaitu
Yahwe sendiri. Kalau mereka mengangkat seorang raja sebagaimana mereka
kehendaki berarti mereka menolak kedudukan Yahwe sebagai raja mereka. Di
samping itu Samuel juga menyatakan bahwa seorang raja akan menjadi beban berat
bagi rakyat, karena ia akan mengharuskan orang untuk masuk ketentaraan dan
membayar upeti. Namun ternyata rakyat tidak mundur dari tuntutan itu.
Akhirnya Allah sendiri menyuruh Samuel
untuk mengabulkan tuntutan rakyat dan mengangkat seorang raja. Saul dipilih dan
diurapi oleh Samuel. Hal ini dikisahkan
dalam 1 Sam 8-15. Pada mulanya Allah berkenan kepada Saul. Saul mempimpin
bangsa Israel dengan baik, mengalahkan musuh-musuhnya. Namun akhirnya Saul
tidak lagi berkenan bagi Allah. Dan justru kesalahan Saul adalah ia mau menjadi
raja seperti raja bangsa-bangsa lain. Saul diangkat menjadi raja oleh Allah
sendiri, tetapi ia bertindak sewenang-wenang (lih 1 Sam 14). Melalui cerita ini penyusun mengajar kepada
umat dan khususnya kepada raja-raja, manakah kedudukan raja yang sesungguhnya.
Seorang raja umat Allah hanya abdi Raja yang sebenarnya, yaitu Yahwe sendiri.
Ia dipilih dan diangkat oleh Tuhan untuk memerintah dan membimbing umat sesuai
dengan kehendak Tuhan. Kuasa selalu menjadi godaan bagi mereka yang
memegangnya. Kitab ini mengingatkan para penguasa bahwa penguasa tidak pernah
mempunyai kekuasaan mutlak. Kuasanya selalu terikat pada kehendak Tuhan satu-satunya
Penguasa alam semesta.
c.
Daud
Melalui cerita dalam 1 Sam 16 - 2 Sam 8
penyusun mau memperlihatkan bahwa Daud sungguh-sungguh orang pilihan Tuhan. Ia
diurapi menjadi raja oleh Samuel sebagai wakil Tuhan dan terus dilindungi
terhadap musuh-musuhnya dan diselamatkan dari macam-macam bahaya. Begitulah
tersingkap bahwa Tuhan benar-benar menghendaki bahwa Daud menjadi raja umat
Allah.
Sedangkan dalam 2 Sam 9-20 diperlihatkan
kisah tentang keluarga Daud yang menyedihkan. Antara anak-anak Daud ada
persaingan, ada kemesuman, ada bunuh membunuh. Bahkan ada anak Daud (Absalon)
mencoba menyingkirkan Daud dari tahta kerajaan. Tidak jarang Daud nampaknya
seorang yang memang saleh, tetapi lemah, kurang tegas dan dapat dipermainkan
oleh anak-anaknya. Dengan ini penyusun mau memperlihatkan bahwa Daud, raja yang
berbudi luhur, toh memiliki kelemahan.
Dalam kisah Daud tampillah nabi Natan.
Tugas nabi ini mengawasi kekuasaan raja, sehingga memang tidak jarang antara
nabi dan raja terjadi ketegangan.
Pada permulaannya Natan mendukung
kekuasaan Daud. Bahkan nabi Natan menyampaikan firman Tuhan mengenai keturunan
Daud: Tuhan menjanjikan keturunan Daud tetap akan menjadi raja. Perjanjian
Tuhan dengan umat-Nya sekarang diperincikan menjadi perjanjian Tuhan dengan
keturunan Daud. Raja diberi tugas untuk menjaga perjanjian itu. Nubuat Natan
itu menjadi titik tolak pengharapan umat Israel akan raja Penyelamat di masa
mendatang dan disebut Mesias.
Pada kisah selanjutnya nabi mengecam raja
karena raja menyalahgunakan kekuasaannya, terbawa oleh nafsu birahinya, ia
berzinah dengan istri panglimanya yang setia dan bahwa secara kotor membunuhnya.
Natan disuruh Tuhan untuk menegur dan mengancam hukuman yang setimpal. Akhirnya
Natan menginsyafkan Daud dengan perumpamaan, yang membuat Daud menjadi sadar
akan kejahatannya. Daud menerima baik teguran itu dan bertobat. Daud menyesali
dosa-dosanya dan bertobat.
Menurut pandangan penulis, Daud menjadi
contoh atau teladan bagi raja-raja lain. Mereka pun harus insyaf bahwa
pemakaian kekuasaannya terus menerus diawasi Tuhan melalui para nabi-Nya. Raja
seharusnya menyesali penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaannya itu lalu
memperbaiki diri.
Kedua kitab Samuel ini disusun dengan
menggunakan berbagai sumber, antara lain adalah:
- catatan-catatan
peristiwa (kronik),
- kisah-kisah
mengenai Samuel yang diteruskan secara turun temurun (tradisi),
- dan
cerita-cerita rakyat mengenai kepahlawanan Daud.
Sumber-sumber itu kadang-kadang
mengetengahkan pandangan yang berbeda bahkan berlawanan, misalnya mengenai
Kerajaan. Ada sumber yang setuju dengan sistem kerajaan, sementara sumber lain
tidak setuju dengan sistem tersebut.
Kedua kitab Samuel sebagaimana yang kita
miliki sekarang ditulis dengan maksud untuk menunjukkan bahwa Allah telah
menegakkan kerajaan dinasti Daud untuk selama-lamanya. Oleh karena itu puncak
kedua kitab ini ialah 2 Sam 7: melalui nabi Natan Tuhan menyatakan bahwa
sebagai karunia atas kesetiaannya, keluarga dan kerajaan Daud akan kokoh untuk
selama-lamanya. Janji Allah ini (sebagaimana janji Allah yang lain) tidak
pernah ditarik lagi. Meskipun demikian tidak berarti bahwa anak-anak daud akan
dibiarkan begitu saja. Kalau mereka bersalah, mereka akan dihukum dan dibimbing
untuk kembali ke jalan yang benar.
Janji ini bagi kita orang kristen
terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Yesus adalah keturunan Daud, sebagaimana
tampak dalam silsilah yang terdapat dalam Mat 1:1-17. Kepada Maria, malaikat
mengaruniakan tahta Daud leluhur-Nya (Luk 1:32-33). Yesuspun lahir di Kota Daud
yaitu kota Betlehem (Mat 1:18-25; bdk Mrk 10:47-48).
2.7. Kitab
Raja-raja
a.
Sejarah Keagamaan
Kitab raja‑raja sebenarnya memuat kisah
mengenai kegagalan sistem kerajaan dan bangsa Israel. Dalarn 1 Raj 1‑11 dikisahkan pemerintahan dan karya Salomo,
pengganti Daud sesuai dengan janji Tuhan. Perhatian khusus pada bagian ini
adalah pembangunan Bait Allah. 1 Raj 12 - 2 Raj 17 berupa kisah perpecahan
kerajaan dan kisah masing-masing kerajaan yang disusun secara sejajar, sampai
dengan jatuhnya kerajaan utara. 2 Raj 18-27 menceritakan tentang raja-raja
terakhir kerajaan Yuda/Yehuda dan jatuhnya Yerusalem serta pembungan ke
Babilonia. Kitab ini ditulis pada masa pembuangan di Babilon. Hanya saja
sejarah yang ditulis pertama-tama adalah
sejarah keagamaan: yang mau menyingkapkan rencana dan tindakan Tuhan
dalam kejadian‑kejadian sejarah Israel.
Mereka tidak pertama-tama mau melapor apa yang sesungguhnya terjadi.
Oleh karena demikian maksudnya maka para
penyusun kitab Raja-raja memilih bahan-bahan yang berkaitan dengan rencana
Tuhan itu. Jadi bukan apa yang dari segi politik atau militer paling penting,
melainkan apa yang penting dari sudut agama.
Pandangan para penyusun sama dengan
pandangan yang terungkap dalam kitab Ulangan. Berdasarkan padangan itu semua
kejadian dan raja dinilai, dikutuk atau dipuji. Dasar penilaiannya ialah
kesetiaan kepada Tuhan dan perjanjian Tuhan dengan umat-Nya, sesuai dengan
pandangan kitab Ulangan. Dan ukuran yang dipakai tidak lain kecuali raja Daud,
raja yang unggul yang sepenuh-penuhnya mewujudkan raja umat Allah sebagaimana
dicita-citakan.
b.
Salomo: Raja yang semarak tetapi hampa
Salomo ternyata seorang pilihan dan
terkasih Tuhan. la seorang raja yang saleh, bijaksana, seniman dan pembangun.
la memperkokoh kerajaan Daud menjadi setingkat dengan raja‑raja besar di
zamannya. Ialah yang membangun Bait Allah dengan segala kelengkapannya. Bait
Allah yang bersemarak itu berdiamlah Tuhan di tengah‑tengah umat‑Nya. Salomo
mewujudkan janji Tuhan kepada Daud: Kerajaan mantap, rakyat yang makmur dan
sejahtera di bawah naungan Tuhan.
Namun penvusun kitab ini juga mencatat
bahwa menjelang akhir pemerintahannya Salomo menghadapi berbagai kesulitan baik
di dalam negeri maupun di luar negeri. Penyusun kitab ini menjelaskan mengapa
Salomo mengalami kesulitan. Ternyata karena Raja tidak setia kepada Tuhan dan
kepada kedudukannya sebagai raja umat Allah. Salomo mau main politik tanpa
peduli akan Tuhan. Dengan maksud memperkokoh kedudukan dan kuasanya Salomo
memperistri banyak puteri raja asing. la pun tidak berkeberatan istri‑istrinya
membangun kuil‑kuil untuk dewa‑dewinya. Bahkan raja sendiri memuja dewa‑dewi
itu. Ketidaksetiaan tidak dapat tidak
dihukum Tuhan, meskipun Salomo masih juga dikasihi Tuhan demi Daud. Dengan
demikian menjadi nyata bahwa semarak raja Salomo sebenarnya hampa dan kosong.
c.
Raja-raja selanjutnya: Kemerosotan yang menjadi-jadi
Setelah Salomo wafat, kerajaan terpecah
menjadi dua. Inilah hukuman terhadap Salomo sebagaimana dinubuatkan seorang
utusan Tuhan.
Bagian utara memisahkan diri dari
keturunan Daud dan mengangkat raja Yerobeam yang bukan dari keturunan Daud.
Raja Israel (Utara) mendirikan kuil‑kuilnya sendiri. Inilah dosa asal kerajaan
Israel yang tidak dapat diampuni. Ketidaksetiaan inilah menyebabkan semua raja
Kerajaan utara dikutuk dalam kitab ini. Situasi pemerintahan kerajaan utara
tidak mantap, seringkali terjadi kudeta. Memang dalam kenyataan ada beberapa
raja yang cakap, tetapi hal ini tidak diperhatikan oleh pengarang. Di mata
pengarang raja‑raja utara telah bertindak semaunya dan memperkosa hak anggota
umat Allah. Maka wajarlah bila kerajaan itu musnah diserbu oleh Asyur dan
sebaian besar dibuang ke Asyur (721 seb Mas) dan tidak pernah dipulihkan lagi.
Sejarah kerajaan Yuda di selatan umumnya
juga sejarah kemerosotan dan ketidaksetiaan. Namun dalam pandangan penyusun
kemerosotan itu tidak separah kerajaan utara, karena tetap diperintah oleh
keturunan Daud. Biarpun demikian beberapa raja dikutuk oleh penyusun karena
tidak setia dan menyembah dewa‑dewi. Hanya raja Hizkia dan Yosia yang dipuji,
sebab serupa dengan Daud dalam kesetiaannya.
Oleh karena banyak raja Yuda yang tidak
setia, maka kerajaan inipun dihukum Tuhan, biarpun tidak akan hancur, karena
bagi mereka tetap ada masa depan. Di mana Tuhan akan memulihkan keturunan Daud
sebagai raja atas umat‑Nya
d.
Sinar Harapan
Kitab raja‑raja tidak hanya menyoroti
kemerosotan din kemunduran saja, tetapi juga memperlihatkan bahwa
ketidaksetiaan umat tidak menggagalkan rencana dan kesetiaan Tuhan. Dalam
situasi tersebut Tuhan senantiasa membimbing din mengusahakan keselamatan umat‑Nya.
Hal ini nampak dalam:
1)
Pembaharuan‑pembahatuan beruntun
Kemerosotan agama dan susila kerajaan
Yudal/Yehuda tidak mutlak, karena sewaktu‑waktu kemerosotan itu dibendung dan
dikendalikan oleh pembaharuan yang diinspirasikanan Tuhan. Dalam pandangan
penyusun pembaharuan‑pembaharuam di masa lampau merupakan pendahuluan bagi
pembaharuan yang dinantikan di masa mendatang. Seluruh kitab ini memang
dimaksudkan sebagal landasan pembaharuan. yang diharapkan sesudah pembuangan.
Kegagalan‑kegagalan di masa lampau hendaknya menjadi pelajaran di masa
mendatang. Pembaharuan‑pembaharuan ini terutama dilakukan oleh raja Hizkia (2
Raj 18) den raja Yosia (2 Raj 22:23).
2)
Para nabi
Bukti yang paling jelas bahwa Tuhan tidak
meninggalkan umatNya ialah para nabi. Mulai nabi Natan sampai di masa
pembuangan selalu ada nabi. Mereka diutus T'uhan untuk memperingatkan umat, khususnya para raja, supaya bertobat
dan menjadi setia pada perjanjian serta mengakui kedudukannya sebagai raja umat
Allah. Para nabi itu merupakan suara Tuhan perjanjian dan suara hati umat
perjanjian. Mereka tentu saja mengancamkan hukuman, tetapi sekaligus menyatakan
bahwa Tuhan tetap setia dan bahwa ada masa depan. Nabi‑nabi itu antara lain:
(a) di Kerajaan Utama: Elia, Elisa, Amos dan Hosea; (b) di Kerajaan Selatan:
Yesaya, Mikha, Nahum, Habakuk, dan Yeremia.
Para nabi ini senantiasa berjuang menentang kekafiran umat Allah den membela
kemurnian agama Tuhan.
e.
Allah memurnikan umat-Nya
Bencana kehancuran bangsa menimbulkan masalah iman yang sangat besar
bagi Israel. Tampak Allah telah menarik kembali janji-Nya, atau tidak mampu
mewujudkannya. Ia telah menjanjikan suatu negeri bagi umat-Nya, tetapi ternyata
mereka dibuang dari negeri itu. Ia telah berjanji bahwa tahta Daud tidak akan
diambil dari wangsanya, tetapi ternyata raja ikut dibuang. Apakah ini berarti
bahwa segala-galanya telah berakhir?
Dengan pegangan kitab Ulangan, penulis
kitab Raja-raja memandang sejarah bangsanya sebagai sejarah pengadilan yang
dilakukan oleh Allah terhadap bangsa Israel dan raja-rajanya, karena mereka
tidak setia kepada perjanjiannya. Menurut penulis, para raja dan pemimpin
lainnya terus menerus melanggar hukum Allah, khususnya penyembahan berhala,
meskipun sudah berulangkali diperingatkan.
Dengan demikian penulis mau mengatakan
bahwa bukan Allah yang meninggalkan umat-Nya, melainkan umat-Nya yang
meninggalkan Allah. Mereka menerima hukuman (dibuang) karena telah berdosa.
Hukuman bukan berarti penolakan Allah, melainkan dimaksudkan untuk membawa
mereka kembali kepada diri-Nya. Ini adalah hukuman untuk menurnikan mereka.
Bagaimana dengan janji-Nya kepada Daud?
Dalam hal inipun Allah tidak menarik janji-Nya. Janji itu akan diwujudkan secara
penuh di masa depan. Bagi kita orang Kristen, janji itu sepenuhnya terpenuhi
dalam diri Yesus Kristus, Tuhan dan Penyelamat kita.
Kitab Raja-raja juga dapat menjadi
pelajaran bagi kita. Kemakmuran dan kesejahteraan dapat membuat orang buta.
Orang lalu begitu percaya kepada diri sendiri dan melupakan Allah. Kalau
demikian satu-satunya yang masih dapat mengajar kita mengenai kehidupan adalah
kegagalan.
3. Pengantar
Kitab-kitab Sejarah Karya Ahli Tarikh
Dengan kitab Tawarikh mulailah rangkaian
kitab-kitab sejarah yang kedua. Rangkaian ini sebenarnya hanya satu karya yang
meliputi: kitab Tawarikh, Ezra dan Nehemia.
3.1. Kitab
Tawarikh
Judul kitab ini Tawarikh,
menerjemahkan judul Ibraninya. Dalam Judul Yunani-Latin: Paralipimena.
Judul Ibrani berarti kisah kejadian-kejadian di masa yang lampau. Orang yang
menulis kisah semacam itu dalam bahasa Arab-Indonesia disebut Muwarikh/Ahli
Tarikh.
Kitab Tawarikh (bersama Ezra dan Nehemia)
menceriterakan kembali dan melanjutkan kisah yang sudah tercantum dalam kitab
Samuel dan Raja-raja. Bahkan para penyusun menghubungkan kisahnya dengan awal
umat manusia melalui silsilah (1 Taw 1-9). Daftar keturunan mulai dari Adam,
lalu melalui Abraham dan suku Yehuda sampai kepada Daud serta keturunannya.
Penulis menyelesaikan karyanya di zaman
sesudah pembuangan, sekitar tahun 400 seb Mas. Tetapi di kemudian hari karyanya
masih juga disadur dan ditambah. Kitab Tawarikh baru lengkap seperti yang kita
miliki sekarang sekitar pertengahan abad kedua seb Mas.
a.
Latar Belakang Sejarah
Di
zaman penulisan kitab Taw bangsa Israel tercakup negara Persia dan kemudian
Yunani. Sekembaalinya dari pembuangan mereka tidak mendapat kemerdekaan
politik, tetapi idiizinkan menangani urusan intern menurut adat istiadatnya
sendiri, sebagaimana tercantum dalam kitab Musa. Rasa keagamaan cukup tajam dan
hangat, tetapi rasa kebangsaan agak melemah. Dalam keadaan itu bangsa Israel
semakin menekankan segi keagamaan yang berpusatkan pada ibadat yang
diselenggarakan di Bait Allah yang baru saja dibangun kembali.
Mereka
yang kembali dari pembuangan mencakup suku Yehuda dan sebagian kecil suku
Benyamin, sejumlah imam dan orang-orang Lewi. Kalangan rohaniwan tidak hanya
menyelenggarakan ibadat, tetapi sekaligus berperan sebagai satu-satunya wibawa
pada umat sehubungan dengan urusan intern. Mereka yang kembali dari pembuangan
yakin bahwa mereka adalah “sisa umat Allah yang sejati”.
Begitulah umat Israel di zaman itu agak
menyendiri di tengah bangsa-bangsa dan kerajaan asing. Tudak banyak hubungan
dengan bangsa lain, meskipun tetangga. Mereka taat agama, rajin menetapi hukum
Taurat dan dengan kesalehan mendalam merayakan ibadat dalam Bait Allah di
Yerusalem.
b.
Isi, Maksud dan Tujuan
Dalam situasi itu umat Israel, khususnya
kalangan rohaniwan meninjau kembali sejarah dahulu. Dengan bersumberkan kitab
Pentateukh, kitab-kitab Sejarah karya Deuteronomist, sumber lain dan situasi
bangsa Israel yang baru kembali dari pembuangan yang mencita-citakan
kemerdekaan mereka menyusun kitab Tawarikh.
Menemukan
kembali cita-cita bangsa Israel sebagai bangsa pilihan. Penyusun memberi
perhatian istimewa kepada segala sesuatu yang bersangkutan dengan Bait Allah,
ibadat dan petugas-petugasnya
Kedua
kitab Tawarikh berisi kisah-kisah yang terjadi pada tahap sejarah yang sama
dengan kitab Samuel dan Raja-raja. Meskipun demikian, harus dikatakan bahwa
kitab Tawarikh mempunyai cakrawala yang berbeda. Kitab ini menceritakan sejarah
masa lampau dengan maksud untuk menunjukkan bahwa panggilan Israel yang sejati
adalah menjadi umat imami atau umat yang kudus, yang berpusatkan pada ibadat.
Tokoh
paling penting dalam kitab tawarikh adalah Daud. Hanya saja Daud tidak
ditampilkan sebagai pahlawan perang atau negarawan yang unggul, melainkan sebagai
pelandas dan pengatur ibadat yang diselenggarakan di Yerusalem. Sebab dalam
dialah yang memindahkan Tabut Perjanjian ke sana dan mulai ibadat di
seikitarnya.
Para
penyusun menekankan dan membesar-besarkan peranan Daud. Daud menjadi raja yang mewujudkan seluruh
cita-cita penulis. Itulah sebabnya dalam kitab Tawarikh segala keburukan Daud
dihilangkan, sebaiknya Daud tampil sebagai: 1) pengatur seluruh ibadat secara
terinci dan lengkap dengan segala petugas-petugasnya; 2) Daud lah yang secara
saksama merencanakan dan menyiapkan pembangunan Bait Allah, Salomo hanya
pelaksana rencana dan perintah Daud; 3) perjanjian Tuhan dengan Daud menjadi
perjanjian inti dan menjadi perjanjian Tuhan dengan umat-Nya.
Umat
Israel sejati menurut penulis ialah orang Yehuda. Benyamin dan Lewi yang
kembali dari pembuangan. Maka penulis sama sekali tidak berbicara tentang
kerajaan Utara. Sebaliknya raja-raja Yehuda (kerajaan selatan) dikisahkan
secara rinci, terutama raja-raja yang melaksanakan pembaharuan keagamaan
(Hizkia dan Yosia).
Dengan
jalan demikian para penyusun menulis sejarah kudus, artinyaa kisah-kisah yang
berkaitan dengan barang kudus, Bait Allah dan para petugasnyanya.
c.
Pesan yang mau disampikan
Jalannya
sejarah menurut kitab tawarikh ditentukan oleh hukum pembalasan. Kesetiaan
kepada Tuhan mendapat berkat dan ketidaksetiaan mendapat hukuman (bdk 2 Taw
33). Penonjolan hukum pembalasan sebagai penentu jalannya sejarah memang ada
maksudnya, yaitu memberikan nasihat kepada orang sezamannya: Kalau mereka
menantikan masa depan yang bahagia seperti zaman Daud, maka hendaklah mereka
setia kepada Tuhan dan dengan teliti menyelenggarakan ibadat, umat harus
percara bahwa Tuhan memulihkan zaman kebahagiaan itu.
Kitab
Tawarikh juga mencita-citakan umat yang setia kepada Tuhan, umat yang kudus
yang rajin beribadat, terpimpin oleh raja keturunan Daud yang serupa dengan
moyangnya. Yang penting bukan kekuasaan politik dan militer melainkan ibadat
yang menjadi unsur inti umat Allah. Jelaslah bahwa cita-cita kitab Tawarikh
berdekatan dengan pikiran Perjanjian Baru. Raja umat Allah yang baru ialah
Kristus dan umat Allah yang baru pun bukan suatu bangsa yang berdaulat dan
berkuasa di tengah-tengah negara-negara di dunia. Umat Kristus ialah bangsa
yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, yang dalam ibadatnya mewartakan
perbuatan-perbuatan besar Allah.
3.2. Kitab
Ezra dan Nehemia
a.
Pendahuluan
Kitab Ezra dan Nehemia mula-mula hanya
satu karangan dan ditulis oleh orang yang sama, yang menulis kitab Tawarikh.
Kemudian dalam terjemahan di Indonesia dipisahkan. Kitab ini isinya melanjutkan
kisah yang termaktub dalam kitab Tawarikh. Kisah yang tercantum di dalamnya
mengenai hal ihwal umat Israel yang kembali dari pembuangan di Babel. Maka
kitab ini mencakup janga waktu antara tahun 538 - 400 seb. Mas.
Biarpun Ezr dan Neh dengan Taw satu karya,
namun ada perbedaan. Kitab Taw meninjau kembali masa lampau sesuai dengan
cita-cita penulis untuk masa depan. Sedangkan Ezr dan Neh mengenai situasi
bangsa Israel setelah mereka kembali dari pembuangan.
b.
Isi
Kitab
Penulis mengambil kisahnya dari
memoar-memoar yang dituliskan oleh Ezra dan Nehemia. Hanya saja memoar-memoar
itu dimanfaatkan penulis untuk maksud religius atau keagamaan.
Ezra adalah seorang Yahudi, imam dan ahli
kitab yang oleh raja Persia ditugaskan untuk mengatur masyarakat Yahudi di
Palestina yang kacau balau, sesudah oleh raja Persia, Koresy orang-orang Yahudi
diizinkan pulang ke Palestina dan membangun kembali Bait Allah. Mereka yang
kembali dari pembuangan tidak hanya mendapat perlawanan dari penduduk Samaria
dan pejabat negeri. Orang-orang Samaria ingin ikut membangun Bait Allah, tetapi
ditolak oleh orang Yahudi, sehingga pembangunan Bait Allah dihentikan dan baru dibangun
kembali pada masa Nabi Hagai. Juga adanya kawin campur dan semangat mereka
sendiri padam dan kendor, sehingga terjadi kekacauan.Karena itu raja Persia,
Artahsastra (yang mengganti Koresy) mengirim Ezra untuk menertibkan masyarakat
Yahudi.
Dari Persia Ezra membawa Taurat Musa dan
menjadikan Taurat Musa sebagai hukum negara. Dalam upacara besar-besaran Taurat
Musa diumumkan kepada segenap umat dan diterima sebagai tata hukumnya.
Diambilnya beberapa tindakan tegas, antara lain perkawinan campur para rohaniwan
diceraikan dan semua peranakan dikeluarkan dari umat. Orang-orang Yahudi
sedapat-dapatnya mencegah diri bergaul dengan orang bukan Yahudi.
Di samping Ezra, ada Nehemia. Nehemia
sebenarnya adalah pejabat tinggi istana raja Persia. Ia mendapat laporan
tentang keadaan kaum sebangsanya di Palestina yang menyedihkan. Atas
permintaannya sendiri Nehemia sebagai kuasa raja diutus ke Palestina. Ia
berkarya dari tahun 495 - 443 seb Mas.
Pada tahun 495 seb Mas, Nehemia tampil
dengan tugas menertibkan orang-orang Yahudi di Palestina. Ia berhasil
mengendalikan perlawanan baik dari pihak Samaria dan pejabat-pejabat negeri
maupun dari pihak orang sebangsa. Ia mengambil tindakan tegas dan keras untuk
membereskan berbagai keburukan, antara lain mencegah perkawinan campur dan
membuat bahasa Ibrani menjadi bahasa Nasional. Tindakan yang paling penting
ialah mendirikan kembali tembok-tembok Yerusalem dan mengumpulkan penduduk kota
secukupnya. Begitulah Nehemia membangkitkan kembali semangat nasional dan tata
masyarakat yang sehat.
Para penyusun Ezr dan Neh menjadikan dua
tokoh tersebut tampil bersamaan dan bekerja sama dalam pembangunan bangsa
Israel di Palestina. Pada hal sebenarnya kedua tokoh itu susul menyusul.
Para penyusun Ezr dan Neh, di samping
menggunakan memoar-memoar Ezra dan Nehemia juga menggunakan dokumen-dokumen
lain untuk menyusun sejarah pemulihan umat Allah sehabis masa pembuangan
c.
Pesan
Ezra dan Nehemia berhasil menggembleng
suatu umat yang baru, dari masyarakat Yahudi yang kacau balau menjadi
masyarakat yang tertib dan bersatu.
Umat
yang dibentuk Ezra dan Nehemia ialah umat yang memiliki kesadaran yang mendalam
akan kedosaannya (Ezr 9; Neh 9), sehingga mereka mengakui segala dosa dan
bertobat.
Umat
yang insyaf itu adalah umat pilihan Tuhan, suatu umat yang kudus. Kesadaran itu
mengakibatkan bahwa umat Israel di zaman Ezra dan Nehemia menjauhkan diri dari
bangsa-bangsa lain dan berusaha mempertahankan kemurnian bangsa.
Umat
Yahudi yang terbentuk Ezra dan Nehemia mewujudkan perkataan Yesus mengenai
pengikut-pengikut-Nya: Kamu memang di dunia, tetapi tidak termasuk dunia.
Dengan demikian situasi itu menghasilkan gaya hidup yang khusus.
Umat
israel pada tahap ini memandang dirinya sebagai bangsa yang suci dan imami,
“suatu kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (Kel 19:6). Gambaran ini akhirnya
diterapkan bagi Gereja (bdk 1 Ptr 2:9). Sekarang “Israel” berarti seluruh umat
yang terdiri dari orang-orang yang setiap kepada allah, yang mencakup baik
orang-orang yang kembali dari pembuangan ke Palestina maupun mereka yang hidup
di diaspora.
4.
Pengantar
Kitab-kitab Hikayat Pengharapan
4.1. Pendahuluan
Kitab Rut, Tobit, Yudit dan Ester semacam
roman atau novel, hanya saja kitab‑kitab ini mempunyai ciri keagamaan dan mau
mengemukakan kebenaran dan pikiran keagamaan. Dari keempat kitab tersebut dua
di antaranya (Tobit dan Yudit) termasuk kitab‑kitab yang dikelompokkan ke dalam
Deuteronakonika. Sedangkan kitab Rut ditempatkan sesudah kitab Hakim‑hakim dan
Ester menvusul kitab Ezra dan Nehemia.
Ditinjau dari seni sastra, kitab Rut,
Tobit, Yudit dan Ester merupakan karya yang unggul. Ceriteranya tersusun dengan
baik lancar dan cukup tegang. Ciri keagamaan keempat kitab ini menyolok. Kitab‑kitab
ini dimaksudkan untuk membina umat Allah dan memberi hati dalam kesusahan
hidup. Membaca kitab‑kitab itu orang merasa terhibur dan dipertebal iman
kepercayaannya kepada Allah yang menolong orang yang menderita dan tertindas.
Semua kitab ini tampaknya berisi kisah
sejarah. Namun sebenarnya kitab-kitab ini lebih baik disebut roman sejarah yang
dipakai oleh para pengarang untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan atau
moral. Pesan itu cocok bagi orang-orang yahudi yang hidup sesudah pembuangan.
4.2. Kitab
Rut
Kitab ini sebagaimana kita miliki
sekarang, berasal dari zaman sesudah pembunagan. Biarpun kisahnya tentang zaman
Israel sebelum zaman kerajaan (zaman hakim-hakim). Tokoh utama kitab ini adalah
seorang wanita, yaitu Rut.
a. Isi
kitabnya: Kisah yang mengharukan hati
Kitab ini berceritera mengenai seorang
wanita yang bersama suaminya dan kedua anak laki‑lakinya terpaksa mengungsi ke
luar negeri, yaitu Moab karena Israel mengalami paceklik. Di sini Naomi (nama
wanita itu) kehilangan suami dan kedua anak laki‑lakinya. Miliknya di tanah air
sudah hilang juga dan tidak ada keturunan. Kedua anaknya sebelum meninggal
memang beristrikan perempuan Moab, tetapi belum mempunyai keturunan. Akhirnya
Naomi memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, Betlehem. Kedua
menantunya (bekas istri anak‑anak Naomi), mau ikut serta. Tetapi Naomi mendesak
supaya kembali ke rumah saja, mencari suami yang baru. Tetapi Rut (salah
seorang menantunya) nekad dan tetap ikut serta dengan Naomi ke Betlehem. Rut
rela mengorbankan tanah airnya, familinya dan juga agamanya. Di Betlehem
rupanya Rut pergi memungut jelai di ladang seorang saudara Naomi. Menurut adat
ia wajib membeli tanah milik suami Naomi. Selebihnya ia wajib memperistri janda
kerabat nya, jika ada keturunan. Anak pertama yang lahir menjadi anak dan waris
orang yang meninggal tanpa anak itu. Naomi mengurusnya begitu, sehingga Boas
ingat akan kewajibannya sebagai famili. Boas ternyata tidak menolak
melaksanakan kewajibannya itu, setelah seorang kerabat lain tidak mau. Maka
Boas memperistri Rut dan mendapat seorang anak laki‑laki. Anak itu oleh Naomi
diangkat menjadi cucu suaminya dan anak puteranya bekas suami Rut. Pada cerita
ini kemudian masih ditambah daftar keturunan Daud. Rut wanita Moab menjadi
moyang raja Daud dan moyang Mesias kelak.
b. Pesan:
Kesetiakawanan yang diberkati
Maksud cerita tentang Naomi, Rut dan Boas
ialah ingin mencamkan dalam hati pembaca dan pendengar bahwa kesetiaan kepada
kaum kerabat diberkati Tuhan. Selebihnya Tuhan ternyata pelindung prang malang.
Naomi setia pada suaminya dan karenanya berusaha menjamin keturunan baginya,
yang akhirnya berhasil juga. Rut setia pada mertuanya dan bekas suaminya ia
bahkan bersedia mengorbankan segala sesuatunya untuk mengikuti mertuanya yang
malang. Di samping itu kitab ini juga mau mengajarkan bahwa keselamatan itu
tidak hanya untuk orang Yahudi saja, melainkan menyangkut seluruh bangsa
(Universal).
Jika di kemudian hari orang Yahudi
mengutuk perkawinan campur dengan bangsa bukan Yahudi, maka kisah Rut
mengingatkan bahwa perkawinan campur tidak selalu menjadi celaka. Raja Daud
sendiri berasal dari perkawinan campur yang melibatkan seorang wanita “kafir”.
Dengan demikian kitab ini dimaksudkan untuk melawan kecenderungan yang
berkembang di lingkungan orang-orang Yahudi sesudah pembuangan, yaitu semakin
tertutup sikapnya terhadap orang-orang bukan Yahudi. Khususnya mereka ini
menolak perkawinan campur dengan orang-orang bukan Yahudi (bdk Ezr 9-10).
Begitulah kitab Rut tetap mengingatkan
bahwa kesetia‑kawanan antar manusia tidak hanya disukai Tuhan, tetapi akhirnya
diberikati dan diganjar dengan limpahnya.
4.3. KTTAB
TOBIT
Yudaisme sesudah pembuangan menghasilkan
kitab yang jenisnya tidak terlalu jelas, yaitu Tobit, Yudit dan Ester (yang
kita kelompokkan – bersama dengan Rut– dalam kelompok kitab hikayat
pengharapan).
a. Isi
kitabnya Tuhan melindungi orang takwa
Kitab ini berupa riwayat hidup yang
menyajikan sebuah drama keluarga dengan akhir yang bahagia. Drama itu
dipentaskan di antara orang‑orang Yahudi dalam pembuangan di negeri Asvur, di
kola Niniwe. Pelaku utamanya seorang Yahudi yang saleh dan bijaksana. Namanya
Tobit. Pelaku kedua adalah anak laki‑laki Tobit yang bernama Tobia, pelaku
ketiga ialah seorang puteri yang bernama Sara, cantik dan baik hati tetapi yang
tertimpa kemalangan karena dirinya dirasuki oleh roh jahat. Di samping itu
masih ada pelaku lain vaitu Malaekat bernama Rafael.
Dahulu Tobit seorang pegawai tinggi istana
dan hidup bahagia, la berbuat banyak jasa kepada kaum sebangsa di pembuangan.
Karma hal itu Tobit dipecat din menjadi buruan polisi Negara. Namun ia tetap
berbuat jasa dengan mempertaruhkan hidupnya. Akhimya ia menjadi buta. Di tempat
lain Sara, putri yang cantik, mengalami kesialan, sudah tujuh kali ia bersuami,
tetapi tiap‑tiap kali suaminya dibunuh roh jahat pada malam pertama
perkawinannya. Sara dicaci maki sebagai perempuan yang yang kerasukan
suangi/setan. la sudah putus asa dan mau menggantung diri.
Tobit menasihati Tobia, dan mengirimnya ke
daerah Media untuk mengambil uang yang pernah dititipkan di situ. Dalam
perjalanannya tanpa sepengetahuannya, Tobia ditemani oleh Malaekat Tuhan.
Malaekat itu mengajar kepadanya obat‑obat sakti dari ikan yang dapat mengusir
roh‑roh jahat dan menyembuhkan mata yang buta Malaekat itu pun memberitahu
Tobia tentang puteri pamannya, yaitu sara yang mesti menjadi istrinya
Setibanya di Media Tobia serta temannya
menginap pada paman Tobia. Tobia meminang Sara puteri pamannya. Dengan jujur
pamannya memberitahu Tobia mengenai nasib sial yang menimpa tujuh colon suami
Sara dahulu. Tetapi Tobia nekad. Waktu Tobia dan Sara tidur bersama‑sama
pamannya sudah menggali kubur, karena yakin bahwa Tobia juga dibunuh roh jahat.
Tetapi ternyata paginya diketahui tidak terjadi apa‑apa dengan Tobia, sebab
Tobia sudah mengusir roh jahat itu dengan obatnya pemberian malaikat. Lantas
selama tujuh hari ada pesta pernikahan.
Tobia beserta istri dengan membawa banyak barang kembali kepada ayahnya.
Istri Tobit sudah menyangka Tobia mati diperjalanan. Dengan obat saksinya Tobia
dapat menyembuhkan mata ayahnya.
Kegembiraan meluap‑luap. Teman seperjalanan Tobia memperkenalkan diri sebagai
Malaekat Tuhan yang diutus untuk mengabulkan doa Tobit dan Sara. Kisah ditutup dengan doa syukur yang
dipanjatkan Tobit.
b. Pesannya:
Doa orang bijaksana dikabulkan Tuhan
Semangat keagamaan dan takwa menijiwai
seluruh kitab ini Semua pelakunya tampil sebagai orang yang saleh. Kitab Tobit
penuh dengan doa yang dipanjatkan pelaku‑pelaku, terutama Tobit dan Sara.
Seluruh kisah memang bermaksud memperlihatkan bahwa tanpa pamrih dari orang
takwa pasti dikabulkan Tuhan. meskipun Tuhan dapat menempuh jalan berliku‑liku
dan menguji orang saleh. Dan
kesetiaan kepada keluarga dan bangsa
sebagaimana yang dikehendaki Tuhan tentu saja mendapat ganjarannya.
Semangat keagamaan itu disertai kelakuan
yang sepadan. Dalam kitab ini terdapat banyak nasihat dan petuah yang
menggambarkan hidup orang takwa yang bijak, kasih kepada sesama saudara,
termasuk mereka yang sudah meninggal. Perkawinan secara murni dianjurkan
sebagai cita‑cita orang saleh. Hubungan orang tua dengan anak dan sebaliknya
mesti selaras. Mereka saling menghormati dan menghargai dan jujur satu sama
lain. Kitab ini menjadi cermin keluarga bahagia yang diberkati Tuhan keluarga
adalah sel masyarakat. maka keluarga yang beribadat, setia kepada Tuhan, saling
menyayangi dan membantu membuat masyarakat pun akan menjadi masyarakat yang
bersatu padu.
4.4.
KTTAB YUDIT
a. Isi
Kitab: Perempuan yang berikat pinggang kekuatan
Kitab Yudit bercerita mengenai seorang
janda yang seorang diri dan dengan tangannya sendiri mengalahkan Holofernes,
panglima raja Nebukadnezar. Yudit seorang janda yang cantik dan takwa di kola
Betulia. Kota berbenteng itu menjaga jalan masuk ke Yerusalem, pusat dan
jantung umat Israel yang baru saja kembali dari pembuangan. Holofernes seorang
militer yang sombong dan angkuh, jalang dan galak. Dengan pasukan besar‑besaran
ia bertugas menaklukkan seluruh bumi kepada Nebukadnezar yang mesti dipuja
sebagai dewa tertinggi. Satu‑satunya bangsa yang akhimya masih menentang ialah
bangsa Yahudi. Tentara Holofernes akhirnya mengepung benteng terakhir bagi
Yerusalem, Betulia. Penduduknya yang kelaparan dan kehausan sudah mau menyerah.
Dalam situasi itulah tampil Yudit. la menawarkan diri untuk mengalahkan
Holofernes. Dengan kecantikannya Yudit membujuk dan merangsang nafsu birahi
Holofernes. Tetapi sebelum terjadi apa‑apa. Yudit di malam hari memenggal
kepala Holofernes yang mabuk. Kepalanya dibawa Yudit ke Betulia. Menurut siasat
Yudit kemudian penduduk kota menyerang
tentara Holofernes yang akhirnya tentara itu lari tunggang langgang dan banyak
yang ditewaskan. Akhirnya penduduk kota betulia mengarak Yudit berpawai diantar
ke Yerusalem untuk bersyukur kepada Allah.
b. Pesannya:
Umat Allah mengalahkan musuh Tuhan
Kitab Yudit tidak menceriterakan suatu
kejadian nyata. Kisah ini lebih‑lebih mengenai masa depan daripada masa yang
lampau. Yudit (artinya perempuan Yahudi) melambangkan umat Allah yang takwa dan
setia pada Tuhan serta hukum‑Nya. Holofernes dan Nebukadnezar melambangkan
kuasa jahat yang memusuhi Allah serta umatNya. Umat Allah yang nampaknya kecil
tidak berdaya, tetapi di belakang umat itu berdirilah Tuhannya yang Mahakuasa.
Kitab ini menandaskan bahwa kekuatan hanya ada pada Tuhan, sebab Tuhan adalah
Allah orang hina dina, penolong orang kecil, pembantu yang lemah, pelindung
orang yang kehilangan akal dan penyelamat orang yang tanpa harapan. Umat kecil
yang tidak berdaya, tetapi setia kepada Tuhan dapat bertahan malah mampu
mengalahkan kuasa jahat.
Kitab Yudit ditulis untuk umat Allah yang
merasa terhimpit, dianiaya, lemah dan tidak mampu. Kepercayaan yang terungkap
dalam kisah ini memberi hati. Sarana dan alat manusiawi yang paling ampuh pun
tidak dapat mengalahkan umat yang terhimpit. Sebab Tuhan jauh lebih kuat dan
kuasa dari musuh dan seteru manapun.
5. KITAB
ESTER
Ada dua versi kitab Ester. Versi yang
lebih panjang aslinya berbahasa Yunani dan versi yang lebih pendek berbahasa
Ibrani. Latar belakang kitab ini adalah kehidupan orang-orang Yahudi di bawah
kekuasaan kerajaan Persia.
a. Kitabnya:
Membuang undi
Kitab Ester mementaskan lakon di negeri
Persia, di ibu kola yaitu Susa, di istana raja Permaisuri yang keras kepala
dipecat. Dicarikan penggantinya dan akhimya Ester menjadi permaisuri raja
Ahasyweros. Paman dan pengasuh Ester dahulu ialah Moderkhai. Orang Yahudi itu
pernah menyelamatkan negara dengan melaporkan persekongkolan. Tetapi jasanya
itu terlupakan. Perdana Menterinya yang bernama Haman membenci Moderkhai yang
atas dasar agamanya tidak mau bersujud kepada Haman. Perdana Menteri itu
sebenarnya membenci semua orang Yahudi. Dengan liciknya ia mendapat kuasa dari
raja untuk membinasakan semua orang Yahudi. Dibuang undi untuk menetapkan hari
yang baik. Lantas keluarlah penetapan raja bahwa pada tanggal yang telah
ditentukan semua orang boleh membunuh orang Yahudi dan merampas harta milik
mereka.
Sementara itu Moderkhai mendapat tahu
tentang rencana itu. la mengajak dan mendesak Ester supaya turun tangan dan
menggagalkan rencana Haman. Dengan cemas, takut dan mempertaruhkan nyawanya Ester
mendekati raja. Dalam pada itu Haman sudah menegakkan tiang tinggi untuk
menggantung Moderkhai. Tetapi kebetulan raja mendapat informasi bahwa Moderkhai
pernah menyelamatkan negara. Lalu Haman disuruh menghormati Moderkhai dan
berdamai dengannya di kota. Ester akhirnya berhasil meyakinkan raja bahwa
perdana menterinya hanya merugikan raja dengan rencana pembunuhan.
Selebihnya raja berkesan bahwa Haman yang
sebenarnya minta belaskasihan mau memperkosa permaisuri. Lantas Haman dihukum
mati dan digantung pada tiang gantungan yang ditegakkannya bagi Moderkhai.
Moderkhai menjadi penggantinya sebagai perdana menteri. Kemudian sebagai
perdana menteri yang baru Moderkhai mengeeluarkan penetapan raja yang baru.
Orang Yahudi di seluruh negeri diizinkan membunuh semua orang Persia yang
pernah memusuhi mereka.
b. Pesannya:
kekerasan menelorkan kekerasan
Latar belakang kitab ini mungkin adalah
situasi orang Yahudi di perantauan yang dibenci, dikejar‑kejar dan secara masal
dibunuh oleh orang pribumi. Dengan latar
belakang inilah kitab Ester mau memberi kekuatan kepada umat Allah yang
terancam justru karena mereka adalah umat Allah terpilih. Kitab ini
mengetengahkan gagasan bahwa Allah melindungi umat pilihan-Nya, hal ini nampak
dalam doa Ester untuk mohon bantuan dan iman serta harapannya kepada Allah (Est
4).
Apa yang dikemukakan oleh kitab ini ialah:
kekerasan dan kebencian menelorkan kebencian dan kekerasan. Dan itu khususnya
jika kebencian dan kekerasan itu hanya berdasarkan perbedaan bangsa dan
kebudayaan. Haman serta pendukungnya benci kepada Moderkhai serta bangsanya.
Ini dilampiaskan melalui kekerasan. Hasilnya ialah kebencian dan kekerasan.
Tetapi sejarah sendiri membuktikannya. Siapa menghunus pedang akan binasa oleh
pedang. Ini ajaran kitab Ester yang dewasa ini perlu diingat baik‑baik.
Kebencian dan kekerasan hanya dapat menelorkan kebencian dan kekerasan.
Kitab Ester dengan demikian juga mau
mengajarkan bahwa Alleh melindungi umat yang dipilih-Nya. Gagasan ini
ditekankan dalam versi yang panjang, yang memuat doa Ester untuk mohon bantuan
dan iman seeta harapannya kepada Allah, yang termuat dalam bab 4. Gagalnya
rancangan Haman dan keberhasilan pengantaraan yang dilakukan Ester setiap tahun
dirayakan dalam pesta Purim. Pada pesta ini kitab Ester dibacakan.
5.
Pengantar
Kitab-kitab Makabe
Kedua kitab Makabe ini tidak termasuk
dalam daftar Kitab Suci Ibrani, tetapi oleh Gereja Katolik diterima sebagai
Kitab Suci (masuk kelompok Deuterokanonika), sedangkan Gereja-Gereja Reformasi
tidak menerimanya. Tokoh utama kedua
kitab ini ialah Yudas yang bergelar Makabe.
Kedua kitab ini sesungguhnya dua karya
yang berdiri sendiri-sendiri. Jadi 2 Makabe tidak melanjutkan 1 Makabe. Kedua
kitab ini mengisahkan perang kemerdekaan yang dilancarkan orang-orang Yahudi
pada tahun 167-138 seb Mas. Kitab 1 Makabe meliputi seluruh jangka waktu itu.
Sedangkan 2 Makabe hanya bercerita tentang perjuangan yangdipimpin oleh Yudas
Makabe dengan hal ihwal yang mendahului perang itu.
5.1. Latar
Belakang Sejarah
Kerajaan Persia runtuh sekitar tahun 332
seb Mas, setelah dikalahkan oleh Alexander Agung dari Makedania. Ketika
Alexander Agung meninggal, wilayah kekuasaannya yang sangat luas terpecah dan
dibagi-bagi di antara para jendralnya. Mesir menjadi wilayah sendiri dan yang
lain adalah Siria dan Mesopotamia. Dengan demikian Palestina sekali lagi
menjadi rebutan antara penguasa di wilayah utara dan selatan. Pada mulanya
Palestina masuk ke wlayah Mesir, tetapi pada tahun 198 seb Mas wilayah ini
digabungkan dengan Siria.
Pengaruh kemenangan Alexander Agung adalah
tersebar luasnya bahasa, kebudayaan dan bahkan agama Yunani. Di bawah raja-raja
Mesir dan Siria, kebudayaan Yunani masuk ke Palestina. Sebagian orang Yahudi,
khususnya kalangan atas dengan senang hati menerima gaya hidup Yunani. Namun
kebudayaan ini ditolak oleh orang-orang yang berpegang teguh pada hukum Allah
dan agama Yahudi.
Pada tahun 167 seb Mas, raja Antiokhus IV
Epifanes dari Siria memutuskan untuk memaksanakan kebudayaan dan agama Yunani
bagi orang Yahudi demi kesatuan wilayah kekuasaannya. Banyak orang Yahudi yang
memilih mati daripada meninggalkan iman mereka. Karena penganiayaan ini,
akhirnya pecahlah pemberontakan yang dipimpin oleh anak-anak imam Matatias,
yang dikenal sebagai saudara-saudara Makabe, julukan yang diberikan kepada anak
tertua yang bernama Yudas Makabe (=palu). Pemberontakan ini boleh dikatakan
berhasil. Pada tahun 164 seb Mas, kenisah direbut kembali dan disucikan
kembali.peristiwa ini setiap tahun diperingati oleh orang-orang Yahudi dalam
pesta Hanukah. Yudas sendiri tewas dalam peretempuran. Namun kepemimpinan
segera diambil alih berturut-turut oleh saudara-saudaranya yaitu Yonatan dan
Simon. Pemberontakan ini akhirnya menjadi perang kemerdekaan. Akhirnya orang-orang
Yahudi dapat menjadi bangsa yang merdeka kembali, sekurang-kurangnya untuk
beberapa waktu.
Kitab Makabe yang pertama ditulis sekitar
tahun 100 seb Mas oleh seorang Yahudi Palestina dalam bahasa Ibrani, namun
naskah ini kemudian hilang, yang ada hanya terjemahan dalam bahasa Yunani.
Sedangkan kitab Makabe yang kedua ditulis langsung dalam bahasa Yunani.
Penulisnya adalah seorang Yahudi di kota Alexandria di Negeri Mesir.
5.2. Kitab
1 Makabe
a.
Isi kitab
1 Makabe menceritakan masuknya agama kafir
dan awal penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi, yang memuncak pada tindakan
yang menajiskan Bait Allah. Selanjutnya Matatias melancarkan pemberontakan (1
Mak 2). 1 Mak 3-9 mengisahkan perjuangan yang dipimpin oleh Yudas Makabe, yang
puncaknya adalah pentahiran dan pentahbisan Bait Allah (1 Mak 4:36-61).
Yonatan, saudara Yudas memperoleh konsesi dari raja-raja Siria dan Mesir,
termasuk kedudukan imam besar (1 Mak 10-12). Kemerdekaan bangsa Yahudi ketika
itu dijamin oleh Sparta dan Roma. Karena itu Simon dapat menggalang hasil-hasil
yang dicapai Yudas dan Yonatan serta kedudukannya sendiri sebagai penguasa,
sampai akhirnya ia terbunuh pada tahun 134 seb Mas (1 Mak 13-16).
b.
Pesan kitab 1 Makabe
Walaupun penulis 1 Mak dengan panjang
lebar menceritakan peperangan dan percaturan politik, namun tujuan utamanya
ialah mengisahkan sejarah keagamaan. Kemalangan yang menimpa bangsanya
diartikan penulis sebagai hukuman atas dosa; kemenangan para pejuang Yahudi
selalu dihubungkan dengan Allah yang terus menerus mendampingi mereka. Tuhan
adalah Allah yang setia kepada umat-Nya dan senantiasa melindungi umat-Nya dari
pengaruh kuasa jahat. Imanlah yang menjadi taruhan dalam bentrokan dengan
pengaruh kebudayaan Yunani. Dalam seluruh kitab ini dapat kita rasakan adanya
keyakinan yang sangat kuat akan penyelenggaraan ilahi yang menuntun jalannya
peristiwa-peristiwa.
5.3. Kitab
2 Makabe
Meskipun namanya 2 Makabe, tetapi
sebenarnya isinya seperti sudah dikatakan di atas, tidak mmelanjutkan 1 Makabe.
2 Makabe adalah suatu kitab yang berdiri sendiri dan ditulis oleh orang lain
dalam bahasa Yunani.
a.
Isi Kitab
2 Makabe menguisahkan periode sejarah yang
berakhir sebelum kematian Yudas. Dalam kadar tertentu 1 dan 2 Mak menceritakan
hal yang sama, tetapi dalam 2 Mak terdapat sejumlah informasi yang tidak
terdapat dalam 1 Mak. Misalnya dalam 2 Mak lebih jelas diceritakan bahwa banyak
orang Yahudi yang dengan senang hati bahkan dengan bersemangat menerima
adat-istiadat dan pandangan-pandangan Yunani.
Meskipun demikian pendekatan dan nada yang
terasa dalam 2 Mak berbeda kalau dibandingkan dengan 1 Mak. Dalam 2 Mak
pengarang bermaksud menumbuhkan simpati orang-orang Yahudi Alexandria bagi
perjuangan saudara-saudara mereka di tanah suci. Dalam 2 Mak campur tangan ilahi
ditunjukkan dengan secara lebih jelas dan seringkali disertai dengan
penampakan-penampakan
b.
Pesan 2 Makabe
Tujuan pengarang 2 Mak adalah mengajar dan
membina. Melalui cerita-cerita mengenai perang kemerdekaan yang dipimpin oleh
Yudas Makabe didukung oleh penampakan surgawi ditunjukkan bahwa Allahlah yang
turun tangan dan mengatur jalannya peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Penganiayaan yang dialami oleh orang Yahudi diartikan penulis sebagai bukti
belas kasih Tuhan yang mau memperbaiki umat-Nya sebelum dosanya memuncak tak
tersembuhkan.
Maksud dan tujuan penulis adalah
membangkitkan semangat persatuan orang-orang Yahudi kepada hal ihwal Bait Allah
yang merupakan pusat hidup keagamaan menurut hukum Taurat. Itulah sebabnya
pusat perhatian 2 Mak ialah Bait Allah sebagai pusat Yudaisme dan sasaran
kebencian orang-orang kafir.
c.
Ajaran 2 Makabe berkaitan dengan kehidupan setelah kematian.
2 Makabe memuat keyakinan yang jauh lebih
jelas mengenai kehidupan sesudah kematian dibandingkan dengan tulisan-tulisan
Perjanjian Lama lainnya. Hal ini nampak:
1)
Membenarkan
kepercayaan bahwa orang-orang mati akan dibangkitkan (2 Mak 7:9; 14:46).
2)
Bahwa
orang akan mendapat balasan di alam baka, yaitu hukuman atau pahala. (2 Mak
6:26)
3)
Roh-roh
orang yang meninggal dapat didoakan (2 Mak 12:28-45). Adalah baik dan mulia
kalau orang-orang yang masih hidup di dunia ini berdoa dan mempersembahkan
korban bagi orang-orang yang sudah meninggal agar mereka dibebaskan dari
dosa-dosa mereka.
4)
Jara
para martir untuk mereka yang hidup. Orang-orang yang mati sebagai martir untuk
mempertahankan iman mereka,layak menerima kehidupan abadi. Nilai kemartiran
dengan sangat bagus dikemukakan dalam kisah mengenai Eleazar (2 Mak 6:18-31)
dan mengenai tujuh orang bersaudara (7:1-42).
5)
Perlunya
pengantaraan orang kudus (2 Mak 15:12-16). Orang-orang kudus, seperti misalnya
Yeremia, berdoa di hadiran Allah bagi orang-orang yang masih hidup dan dapat
membantu mereka.
Pernyataan Latihan
1.
Bacalah
kitab Yosua, siapakah tokoh Yosua menurut anda?
2.
Pesan
apa yang mau disampaikan kitab Hakim-hakim bagi kita sekarang?
3.
Bentuk
penyembahan berhala apa saja yang dilakukan oleh manusia dewasa ini,
jelaskanlah !
4.
Daud
termasuk seorang kudus yang agung,. Bagaimana pendapat anda mengenai pernyataan
ini?
5.
Bagaimana
Allah melaksanakan janji-Nya kepada Daud?
6.
Apa
yang dapat kita pelajari dari Tokoh Salomo?
7.
Dari kitab
raja-raja kita dapat belajar bahwa jika para penguasa menyalahgunaan
kekuasaannya, maka yang terjadi adalah ketidakadilan dan penderitaan bagi
rakyat, bagaimanakah penilaian anda tentang para penguasa di Indonesia?
8.
Bagaimanalkah
situasi bangsa Yahudi yang kembali dari pembuangan? Bagaimana mereka memandang
diri mereka sendiri?
9.
Jelaskan
bahwa cita-cita jemaat yang kudus dari kitab Tawarikh, terpenuhi sepenuhnya
dalam diri Yesus Kristus?
10.
Buatlah
suatu cerita berdasar atas kitab Tobit, untuk anak usia sekolah Dasar (1-2 dua
halaman).
11.
Pesan
apa bagi kita sekarang yang dapat kita petik dari kitab Rut, Tobit, Yudit dan
Ester.
12.
Bacalah
kitab 1 dan 2 Makabe, dalam hal mana kedua kitab itu sama dan dalam hal mana
saja kedua kitab itu berbeda?
13.
Apakah
dewasa ini masih ada pemaksaan Agama? Bagaimana pendapat anda tentang hal
tersebut?
14.
Bacalah
teks-teks yang disebutkan dalam ajaran 2 Makabe berkaitan dengan kehidupan
sesudah kematian, kemudian buatlah ringkasannya.
BAB V
KITAB KEBIJAKSANAAN DAN
NYANYIAN
1.
PENGANTAR UMUM
1.1._
Pendahuluan
Kitab-kitab yang termasuk kelompok
kitab-kitab kebijaksanaan dan nyanyian serta urutannya.
Tradisi Kristen menggolongkan kitab-kitab: Ayub, Mazmur, Amsal,
Pengkotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo dan Yesus bin Sirakh ke dalam
satu kelompok dan menyebutkan kitab-kitab Kebijaksanaan dan Didaktik.
Namun pengelompokan ini kurang tepat, karena kitab Mazmur hanya memiliki
sejumlah kecil mazmur yang disebut mazmur-mazmur pengajaran. Maka dari itu
kitab Mazmur dan Kidung Agung lebih tepat dikelompokkan tersendiri, yakni
kelompok Nyanyian. Itulah sebabnya dalam bab
ini, ketujuh kitab di atas dimasukkan ke dalam kelompok Kebijaksanaan
dan Nyanyian.
Kitab-kitab ini diurutkan oleh tradisi Kristen sesuai dengan dugaan
siapakah pengarangnya. Ayub ditempatkan sebagai yang pertama dalam kelompok ini
karena dianggap paling tua dan ditulis oleh Musa, menyusul Mazmur yang dianggap
berasal dari raja Daud; lalu Amsal, Pengkotbah, Kidung Agung dan Kebijaksanaan
Salomo yang diperkirakan berasal dari raja Salomo, raja yang bijak itu;
akhirnya Yesus bin Sirakh yang diberi nama menurut nama pengarangnya.
b. Tema Pokok
Tema pokok kitab-kitab Kebijaksanaan ialah hidup dan seni hidup. Di
dalam kitab-kitab ini Israel mengungkapkan pandangannya mengenai hidup,
bagaimana menghayati hidup ini dan pergulatannya dengan persoalan dan
pertanyaan hidup dalam sejarah pergolakan yang panjang itu.
Dalam kitab-kitab Kebijaksanaan kita hampir tidak menemukan tema-tema
khas keagamaan Israel, seperti: panggilan dan pilihan, perjanjian dan
sebagainya. Yang menjadi perhatian kitab-kitab Kebijaksanaan ialah hidup yang
nyata ini yang dapat dialami dan dihayati setiap orang. Namun di beberapa
tempat cukup jelas terasa bahwa Israel telah merefleksikan hidup ini dari
sumber imannya kepada Tuhan yang telah menyatakan diri-Nya kepada mereka dalam
sejarah.
Tema kitab-kitab Nyanyian jauh lebih luas, bukan saja kenyataan hidup
sehari-hari bahkan teutama tema-tema khas keagamaan Israel seperti panggilan,
pilihan, perjanjian, karya Tuhan dalam sejarah, ibadat dan sebagainya.
1.2._
Puisi Ibrani
a. Puisi dan Irama
Israel telah mengungkapkan hasil pengamatan dan refleksi atas hidup
dalam bentuk puisi. Puisi adalah suatu fenomena bahasa dan pengungkapan yang
tidak mudah didefinisikan. Puisi adalah seruan hati manusia yang dituangkan
bukan saja dalam bahasa yang indah, pengungkapan yang kuat dan pengamatan yang
tajam, tetapi juga yang menggerakkan pendengar atau pembaca dalam seluruh daya
kemampuian insaninya untuk ikut serta dalam pengamatan dan pengalaman penyair.
Salah satu sarana puisi ialah irama. Puisi Ibrami mengenal irama
tekanan kata dan irama arti. Yang paling penting bagi kita ialah
mengenal apa yang dimaksud dengan irama arti itu.
b. Irama Puisi Ibrani
Pada umumnya setiap ayat puisi Ibrani terdiri dari dua baris atau
seringkali sampai tiga baris. Istilah yang sering dipakai untuk baris ialah kolon.
Jadi kesatuan irama yang terdiri dari dua baris disebut bikola,
sedangkan yang terdiri dari tiga baris disebut trikola. Tidak pernah ada irama
arti yang lebih dari tiga baris. Jadi apabila dalam satu ayat terdapat empat
baris, maka itu berarti ayat itu terdiri dari dua bikola atau satu trikola
dengan kemungkinan bahwa baris yang terakhir termasuk irama arti dari ayat yang
berikutnya.
Kita sekarang bertanya, apakah yang dimaksud dengan irama itu atau di
mana terletak orama baris-baris itu. Iramanya terletak dalam keseimbangan atau
kesejajaran arti antar kedua atau ketiga baris itu yang membentuk suatu
kesatuan irama. Untuk mudahnya kita lihat dulu irama arti bikola. Irama arti
bikola dibentuk melalui beberapa cara berikut:
Melalui Paralelisme yang sinonim
(searti), artinya gagasan dalam kolon yang pertama diulang dengan kata-kata
lain dalam kolon yang kedua.
Misalnya:
Buanglah mulut serong dari padamu
Jauhkan bibir dolak-dalik dari padamu (Ams 4:24)
Di sini buanglah mulut serong = jauhkan bibir dolak-dalik
Dapatkah engkau memahami hakekat Allah,
menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa (Ayb 11:7)
Bacalah: Mzm 49:2
Melalui paralelisme yang
antitetis, artinya gagasan dalam kolon yang kedua mengatakan sesuatu yang
bertentangan dengan kolon yang pertama.
Misalnya:
Tangan yang lamban membuat miskin
Tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya (Ams
10:4)
Di sini, tangan yang lamban bertentangan dengan tangan yang rajin,
membuat miskin bertentangan dengan menjadikan kaya.
Si pemarah membangkitkan pertengkaran
Tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan
(Ams 15:8)
Bacalah: Ams 14:28
Melalui paralelisme yang sintetis,
artinya gagasan dalam kolon yang pertama dilanjutkan atau dilengkapi dalam
kolon yang kedua.
Misalnya:
Semangatku patah, umurku telah habis,
Dan bagiku tersedia kuburan (Ayb 17:1)
Hidup dan mati dikuasai lidah,
Siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya (Ams 18:21)
Melalui perbandingan, artinya
menunjukkan persamaan antara dua hal; suatu kebenaran diperjelas melalui
perbandingan.
Misalnya:
Seperti cuka bagi gigi dan asap bagi mata
Demikian si pemalas bagi orang yang menyuruhnya (Ams 10:26)
Seperti pintu berputar pada engselnya,
Demikian si pemalas di tenmpat tidurnya (Ams
26:14)
Bacalah: Ams 25:14
Di atas telah dikatakan bahwa trikola cukup kerap dijumpai dalam puisi
ibrani. Paralelisme yang terutama dijumpai di sini ialah paralelisme yang
sinonim atau searti.
Misalnya:
Sesungguhnya, orang itu hamil dengan kejahatan,
Ia mengandung kelaliman,
Dan melahirkan dusta (Mzm 7:15)
Engkau telah menghardik bangsa-bangsa,
Telah membinasakan orang-orang fasik;
Nama mereka telah Kauhapuskan untuk seterusnya dan selama-lamanya.
Bacalah: Mzm 100:1b-2; 7:6; 62:11
Mengapa Israel mengungkapkan puisinya melalui paralelisme? Di samping
karena hal itu adalah sesuatu yang merupakan ciri kesusasteraan Timut Tengah
Purba, juga untuk menunjukkan kepada kita bahwa Israel tidak puas dengan
mengungkapkan pengalamannya atas kenyataan ini hanya satu kali. Mengungkapkan
hal yang sama dua bahkan tiga kali menunjukkan bahwa Israel mau menyatakan
sesuatu secara lebih mendalam dan tandas.
2.
KITAB-KITAB KEBIJAKSANAAN
2.1. Kebijaksanaan adalah
Suatu Fenomena Insani
Kebijaksanaan adalah suatu fenomena
insani dan tidak terbatas hanya pada Israel. Di mana ada suatu kelompok manusia
hidup bersama-sama di sana lahirlah kebijaksanaan, artinya pandangan mengenai
hidup dan bagaimana harus menghayati hidup ini. Ada cukup banyak kesaksian
Kitab Suci bahwa kebijaksanaan itu terdapat di segala bangsa. Bacalah 1 Raj
4:29-31.
Kebijaksanaan itu lahir dari
pengalaman hidup bersama yang lama dan dari berpikir tentang hidup. Pengalaman
bersama yang berlangsung berabad-abad melahirkan cara hidup dan berpikir
tertentu. Pengalaman bersama itu terikat kepada lingkungan geografis dan nasib
sejarah yang sama. Perbedaan dan kekhususan suatu suku bangsa ditentukan oleh
kedua faktor tersebut, sedang persamaannya dengan suku bangsa lain disebabkan
oleh persamaan dalam hakikat kemanusiaan kita.
Kebijaksanaan suatu bangsa dituangkan dalam aneka ragam bentuk, antara
lain: peribahasa, pantun, amsal, nyanyian, gurindam dan sebagainya. Ungkapan-ungkapan
kebijaksanaan dalam bentuk amsal, pantun, gurindam biasanya diteruskan turun
temurun tanpa menjadi basi. Hal itu disebabkan karena mereka mengungkapkan
kebenaran dari pengalaman hidup sehari-hari. Namun amsal, pantun dan gunrindam
itu akan kehilangan daya kekuatannya apabila dirasa tidak cocok dengan
persoalan hidup dan situasi hidup yang baru. Ungkapan biar lambat asal
selamat diganti cepat tepat.
c. Kebijaksanaan itu berkembang
sejauh berkembangnya manusia itu sendiri melalui pengalaman hidup dan daya
kemampuannya untuk memikirkan hidup ini. Israel sebagaimana kita ketahui dari
Alkitab telah melewati suatu perjalanan sejarah yang panjang, penuh tantangan
dan pergolakan.
2.2. Kebijaksanaan Rakyat
a. Peribahasa
Di atas telah dikatakan bahwa di mana ada sekelompok manusia hidup
bersama di sana lahir kebijaksanaan. Melalui pengalaman yang berulang-ulang dan
pertukaran pengalaman yang serupa timbullah ucapan-ucapan dan peribahasa.
Adanya kebijaksanaan rakyat tersebut di mana pengalaman masih berbentuk ucapan
dan pribahasa dan belum diberi bentuk amsal yang berirama dijumpai di sana sini
dalam Kitab Suci. Beberapa contoh:
Ketika Daud menerangkan kepada Saul mengapa dia telah membiarkan hidup
meskipun dia mempunyai kesempatan untuk membunuhnya, Daud antara lain
mengucapkan peribahasa ................... seperti peribahasa orang tua-tua
mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan... (1 Sam 24:14). Daud tidak
membunuh Saul bukan saja karena Saul itu raja yang diurapi Tuhan, tetapi karena
dia juga mengingat peribahasa yang mengatakan bahwa barang siapa mencelakakan
orang jahat dia akan ditimpa kemalangan.
Benhadad, raja Aram, musuh Israel mengirim utusan kepada Ahab menuntut
istri-istri, anak-anak serta emas dan peraknya. Ahab menolak. Lalu Benhadad
mengancam akan menghancurkan Samaria, ibu kota kerajaan Israel. Atas tantangan
itu Ahab menjawab: Orang yang baru menyandang pedang janganlah memegahkan
diri seperti orang yang sudah menanggalkannya (1 Raj 20:11). Peribahasa ini
mau mengatakan bahwa waktu untuk memegahkan diri adalah sesudah menang perang
bukan sebelumnya.
b. Amsal
Di samping peribahasa yang tidak berirama kebijaksanaan rakyat mengenal
pula amsal yang berirama. Bahasa Ibrani dari amsal ialah masal, artinya
persamaan. Kata itu kemudian digunakan pula dalam arti ucapan perbandingan
yang berirama dan akhirnya amsal pada umumnya
Di dalam Kitab Suci, kita masih dapat menemukan beberapa amsal yang
berasal dari pengalaman rakyat atau kebijaksanaan rakyat di Israel, misalnya:
Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya,
tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya (Ams 10:1)
Seperti anting-anting emas di cungur babi,
demikianlah perempuan cantik yang tidak susila (Ams 11:25)
Orang miskin berbicara dengan memohon-mohn
tetapi orang kaya menjawab dengan kasar (Ams
18:23).
c. Teka-teki
Teka-teki merupakan suatu bentuk kebijaksanaan rakyat yang terdapat
pada semua bangsa. Teka-teki merupakan ucapan yang gelap. Contoh Alkitabiah
yang paling terkenal ialah teka-teki Simson (Hak 14:10-18). Untuk menyerangkan
ketiga puluh pengiringnya pada pesta pernikahannya Simson mengemukakan
teka-teki berhadiah berikut:
Dari yang makan keluar makanan
dari yang kuat keluar manisan (Hak 14:14)
Jawaban teka-teki Simson ini terdapat pada Hak 14:18.
Raja Salomo dikatakan pandai dalam memecahkan teka-teki (lih 1 Raj
10:1-3). Ams 23:29-30; Sir 22:14; Kid 8:5 mungkin aslinya bekas pertanyaan-pertanyaan
teka-teki.
d. Fabel
Kebijaksanaan rakyat kerap
mengungkapkan kebenaran-kebenaran kenyataan melalui fabel. Fabel adalah cerita
yang diambil dari dunia binatang atau tumbuh-tumbuhan dan melalui cerita itu
kebenaran-kebenaran hidup yang kita alami tetapi yang kerap sangat mudah tidak
kita perhatian diungkapkan dengan lebih kuat dan tandas. Contoh-contoh
Alkitabiah yang terkenal juga karena mempunyai unsur lucu ialah fabel Bileam
dengan keledainya (Bil 22:21-35) dan fabel Yotam (Hak 9:7-15).
2.3. Ayub
a. Krisis iman dalam pembuangan
di Babel dan tema kitab Ayub
Pembuangan Israel di Babel merupakan suatu kejadian yang secara hebat
menggoncangkan iman umat Israel. Israel kembali ke titik awal sejarahnya. Umat
Allah yang menderita terutama mereka yang merasa dihukum tanpa kesalahannya
sendiri mulai meragukan keadilan dan jalan Allah. Dengan penuh nada sindiran
mereka berkata: "Orang tua makan buah mentah, yang menjadi ngilu ialah
gigi anak‑anaknya" (Yeh 18:2). Dalam kata sindiran ini terdapat keyakinan
bahwa mereka tidak bersalah dan telah menderita hukuman bukan alas kesalahannya
sendiri, tetapi alas kesalahan orang tua. Hukuman Tuhan atau penderitaan orang‑orang
yang tidak bersalah dianggap tidak adil. Krisis iman umat di pembuangan ini
kiranya cukup mendalam. Dan dalam konteks krisis iman inilah kiranya lahir
kitab Ayub.
Pada abad ke 5 atau ke 4 seb Mas, seorang penyair anonim yang amat
berbakat ingin mengungkapkan pandangan kritis terhadap keterangan “mudah” dari
pada guru kebijaksanaan mengenai hubungan mutlak antara tindakan manusia dan
nasibnya. Para guru telah merumuskan masalah itu dalam ajaran mereka tentang
pembalasan selama manusia hidup di dunia ini. Orang yang sehat, usia lanjut,
kaya adalah orang yang terberkati, orang yang benar di mata Tuhan. Sementara
yang sakit-sakitan, miskin, tidak dapat melahirkan adalah orang yang terkutuk,
atau orang berdosa. Pandangan seperti inilah yang dipertanyakan oleh kitab
Ayub. Itulah sebabnya maka Kitab ini secara tradisional merefleksikan persoalan
penderitaan manusia dengan bertitik tolak dari penderitaan orang saleh dalam
diri tokoh legendaris Ayub.
b. Isi dan susunan kitab Ayub
Kitab Ayub dibuka dengan suatu ceritera mengenai seorang Ayub yang
sangat kaya, saleh dan jujur (1‑2). Di luar pengetahuan Ayub terjadi suatu
musyawarah surgawi di mana Iblis menantang Allah dan mendapat ijin untuk
menguji kesalehan Ayub dengan penderitaan. Kemudian iblis mendatangkan
malapelata kepada keluarga Ayub. Malapetaka‑malapetaka yang menimpa Ayub tidak
membuat Ayub mengutuk Tuhan, namun dalam segalanya milik Ayub tetap setia
kepada Tuhan (1:21). Akan tetapi Iblis masih melanjutkan usahanya untuk menguji
kesetiaan Ayub kepada Tuhan. Penderitaan kali ini amat berat sebab mulai dari
telapak kaki sampai ujung kepala Ayub sakit dan mengeluarkan bau busuk (2:7).
Melihat hal itu Istrinya mendesak Ayub supaya mengutuk Allah. Namun dengan
tegas Avub menolak godaan ini dan ia tetap setia kepada Allah (2:10). Mendengar
penderitaan Ayub ini datanglah ketiga sahabat Ayub yaitu Elifas, Bildad dan
Zofar untuk menghiburnya Namun mereka tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun
selama hari perkabungan itu.
Setelah lewat hari perkabungan, Ayub mulai memecahkan kesunyian
pertemuan ini (bab 3). Dan betapa berbeda Ayub yang berbicara di sini daripada
Avub yang ada dalam prolog (1‑2). Dia mengutuki hari kelahirannya dan bertanya
mengapa terang diberikan kepada seorang yang menderita? Lebih baik jika tidak
dilahirkan sama sekali.
Mendengar keluh kesah dan pernyrataan Ayub yang sudah mendekati hujatan
itu timbul suatu dialog yang seru antara Ayub dengan ketiga kawannya yang
mencari dan memberi keterangan mengenai kesengsaraan manusia dan bagaimana
menghayatinya (4‑27). Dialog ini dapat dibagi menjadi tiga babak 4‑14; 15‑21;
dan 22‑27. Dialog ini ditutup dengan puisi mengenai kebijaksanaan yang tak
terselami (28) dan monolog (pembicaraan sendiri) Ayub mengenai hidupnya sampai
sekarang dan pembelaannya mengenai ketidakbersalahannya (29‑31).
Tiba‑tiba dalam 32‑37 muncullah seorang tokoh baru, Elihu yang sama
sekali tidak disebut dalam prolog (pembukaan). Dia menyampaikan empat wejangan
bagi Ayub dan ketiga sahabat Ayub. Dia mempersalahkan Ayub karena
"menganggap diri benar" dan "lebih benar daripada Allah",
sedang ketiga sahabatnya juga dipersalahkan karena mereka mempersalahkan Ayub
meskipun tidak dapat memberikan bukti tentang kejahatan Avub.
Berulang‑ulang kali dalam dialog Ayub berkeluh kesah dan memobon kepada
Allah supaya mempertanggungjawabkan perbuatannya mengapa Dia mengirimkan penderitaan
kepadanya padahal dia tidak bersalah. Akhirnva Tuhan memecahkan kesunyian
penderitaan Ayub. Tuhan menjawabnva di dalam badai (38:1‑42:6). Jawaban Allah
terbagi dalam dua bagian 38 ‑ 39 dan 40 ‑ 41. Dalam bagian pertama Allah tidak
langsung mengenai persoalan yang dibicarakan di dalam dialog. Tuhan mengundang
Avub untuk melihat keajaiban karyaNya Jawaban ini memberikan dimensi baru
kepada Ayub dan sahabat‑sahabatnya. Ayub dimurnikan gambarannya mengenai Allah. Atas pertemuan
ini Ayub tidak menjawab apa‑apa. Sekali lagi Tuhan berbicara kepada Avub dan
sekarang ini mengundang dia untuk berbuat seperti Allah. Bukanlah Ayub sampai
sekarang berlagak seperti allah kecil? Atas undangan ini Ayub langsung
menundukkan kepalanya dan mengakui bahwa sampai sekarang dia mempunyai gambaran
yang terlalu manusiawi tentang Allah. Dari dialog yang seru dan keluh kesahnya
sampailah Ayub ke suatu penghayatan dan penggambaran baru tentang Allah yang
lahir di dalam pertemuannya dengan Allah sendiri.
Menyusul epilog (42:7‑17). Epilog (penutup) ini terbagi dalam dua
bagian ayat 7‑9 menyimpulkan dialog dan ayat 10 ‑ 17 melanjutkan dan
menyimpulkan prolog. Allah menyalahkan ketiga sahabat Ayub karena tidak berkata
benar tentang Allah dan hamba‑Nya Avub. Mereka juga diperintahkan supaya
meminta Avub berdoa untuk mereka karena hanya doanya didengarkan Allah.
Perintah ini dilaksanakan oleh Ayub. Dan akhirnya, Al1ah memulihkan keadaan
Ayub dan mengembalikan kepadanya segala harta miliknva dua kali lipat. Juga keluarganya
dipulihkan kembali. Ayub selanjutnya hidup sampai melihat keturunan yang
keempat.
c. Pengarang dan karyanya.
Dari kisah di atas dapat kita lihat bahwa ada dua gambaran Ayub, yang
pertama seorang Ayub yang saleh, jujur dan sabar seperti tampak dalam prolog
dan epilog; yang kedua seorang Ayub yang tidak sabar, pemberontak, yang
menyesali hari kelahirannya seperti nampak dalam bab 3 dan dialog-dialog dengan
sahabat-sahabatnya. Dari manakah datangnya dua gambaran tersebut.
Ayub yang nampak dalam prolog dan epilog adalah Ayub yang berasal dari
cerita rakyat. Berdasar atas cerita rakyat inilah seorang penyair menggubah bab
3-31; 38-41. Dia menampilkan seorang Ayub yang berbeda dalam sikapnya terhadap
penderitaan karena latar belakang, persoalan dan tujuannya memang berbeda. Bab
32-37 hampir pasti berasal dari penyair yang lain.
Kitab Ayub termasuk salah satu kesusasteraan dunia karena ketajaman,
kekayaan serta keluhuran pikirannya dan karena puisinya yang sangat tinggi
mutunya
Bacalah bagian-bagian berikut:
Ayb 39:22-28 (lukisannya tentang
kuda)
Ayb 7:4 (Penderitaan)
Ayb 14:7-12 (kematian)
Dengan menampilkan tokoh Ayub, penulis mengemukakan pemikirannya
mengenai masalah kejahatan dan penderitaan. Allah Israel adalah Allah yang adil
dan mencintai keadilan. Ia mengajukan tuntutan-tuntutan kesusilaan kepada
umat-Nya dan akan memberikan ganjaran atau hukuman sesuai dengan kelakuan
mereka. Atas dasar paham ini muncul masalah besar: Mengapa orang yang benar
menderita. Sedang orang fasik mujur? Itulah kenyataan hidup di dunia ini.
Inilah masalah yang digumuli oleh penulis kitab Ayub.
d. Pesan kitab Ayub
Seperti telah dijelaskan bahwa dalam kitab Ayub terdapat dua wejangan
yang disampaikan Tuhan. Masalah yang diperdebatkan Ayub dengan ketiga sahabatnya
(yaitu masalah penderitaan orang benar) tidak dipecahkan. Tuhan hanya berbicara
tentang kebesaran dan kemuliaan‑Nya Allah dan kebijaksanaan‑Nya adalah suatu
rahasia yang tidak dapat diselami manusia. Manusia manapun tidak boleh
memberanikan diri untuk mencocokkan Tuhan dengan pemikiran dan gambarannya
sendiri. Tuhan tidak mungkin ditangkap sepenuhnya oleh manusia. Maka Ayub dan
sahabat‑sahabatnya meski mengalami bahwa pemahaman dan gambarannya tentang
Tuhan tidak lengkap dan utuh; mereka harus siap dan sedia meninggalkan
pemahaman dan gambaran yang manusiawi itu. Dan justru dalam kesimpulan itulah
terletak ajaran pokok seluruh kitab Ayub. Manusia selalu tergoda untuk
menciptakan Allah menurut gambar dan rupanya sendiri. la ingin memasukkan Allah
ke dalam kerangka manusiawi. Kalau tidal berhasil (dan memang tidak akan pernah
berhasil) manusia tergoda untuk mengutuki. menuduh dan menghujat Allah, bahkan
rnenyangkal‑Nva. Kitab Ayub menegaskan bahwa pendirian semacam itu adalah bodoh
dan durhaka. Pendirian yang tepat ialah: menyerah saja kepada rahasia Tuhan.
Sikap sejati ialah sikap yang terakui oleh Ayub ini: ”Tanpa pengertian aku telah
berbicara tentang hal‑hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak
kuketahui". Allah tentunya baik dan adil serta penuh cinta kasih. Tetapi
Kebaikan, Keadilan dan Cintakasih Allah manusia tidak mampu memahami
sepenuhnya.
Kitab Ayub adalah kitab krisis iman seorang yang menderita yang tidak
puas dengan jawaban‑jawaban tradisional untuk menghayati penderitaannya. Ayub
menderita karena dia tidak tahu mengapa dia harus menderita, Ayub bertanya
karena dia tahu bahwa hanya kepada Tuhanlah terdapat jawabannya. Ayub telah
menghayati penderitaannya bukan karena ia
telah mengerti, tetapi karena dia telah bertemu dengan Allah dalam
pertanyaan dan penghayatan iman.
2.4. KITAB AMSAL
Kitab ini dikenal dengan nama “Kitab Amsal” atau “Kitab Amsal Salomo”.
Nama Indonesia Kitab Amsal menggunakan kata Arab amsal yang berasal dari
bahasa Ibrani masyal. Kata Ibrani masyal mempunyai beberapa arti
yaitu pepatah, petuah, perumpamaan, teka-teki, ejekan. Kalau menurut
tradisi raja Salomo dikaitkan dengan kitab Amsal, maka harus diingat bahwa
menurut kitab Raja-raja (1Raj 3-10) Salomo adalah raja yang paling bijaksana
yang pernah memerintah Yerusalem. Maka dalam kalangan para penulis sesudahnya
ada kecenderungan untuk memakai nama Salomo bagi tulisannya. Sama seperti
misalnya Taurat dihubungkan dengan Musa dan Mazmur dihubungkan dengan Raja
Daud.
Kitab Amsal dapat dibagi menurut petunjuk obyektif, yakni petunjuk yang
termuat dalam teks kitab sendiri, semacam judul (Ams 1:1; 10:1); tetapi juga
bentuk literer yang digunakan. Berdasar atas hal tersebut maka kitab Amsal
dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berikut:
- Koleks I 1:1-9:18
Umumnya diterima bahwa kelompok ini merupakan bagian yang paling muda
atau ditulis paling akhir dari kitab Amsal.
- Koleksi II 10:1-22:16
Kumpulan amsal ini disajikan sebagai amsal Salomo. Melalui banyak
pepatah pendek dan padat disampaikan pengalaman, wawasan, petunjuk, pandangan
atas kenyataan hidup.
- Koleksi III 22:17-24:22
Sebagian besar amsal bagian ini terdiri dari dua ayat yang disusun
dengan memakai paralelisme sinonim.
- Koleksi IV 24:23-34
Koleksi kecil ini sangat mirip dengan kumpulan sebelumnya. Dari 24:23
menunjukkan bahwa amsal-amsal ini pernah berdiri sendiri.
- Koleksi V 25-29
Kumpulan ini merupakan kumpulan Amsal Salomo yang kedua.
- Koleksi VI 30:1-14 Amsal
Agur
- Koleksi VII 30:15-33 Sejumlah
amsal bilangan
- Koleksi VIII 31:1-9 instruksi Lemuelo, raja Masa
- Koleksi IX 31:10-31 pujian untuk istri yang cakap.
2.4.1. KITAB AMSAL 1‑ 9
a. Ciri‑ciri literer
Amsal 1‑ 9 merupakan bagian pertama dan dapat disebut prolog kitab
Amsal. Hal itu sudah dapat dilihat dari judulnya.
Ciri yang menonjol dalam amsal ini ialah: wejangan orang bijak.
Wejangan ini terdapat 1:8‑19 (nasihat dan peringatan); 2:1‑22 Faedah menuntut
hikmat); 3:1‑26; 4:1‑9. 10‑19.20‑27; 5:1‑23; 6:20‑35; 7:1‑27. Wejangan‑wejangan
itu selalu dibuka dengan seruan "hai anakku". Orang bijak berbicara
terhadap muridnya seperti seorang bapak terhadap anaknya. Di samping wejangan‑wejangan
orang bijak ini masih ada bentuk‑bentuk lain yang paling menonjol ialah seruan
dan pewartaan kebijaksanaan yang dipribadikan (1:20‑35: 8:1‑36). Prolog ini
ditutup dengan undangan kebijaksanaan (9:1‑6) dan perempuan bebal (9:13‑18).
b. Tema dan tujuan
Tema prolog amsal ini tidak lain daripada pujian serta pengagungan
kebijaksanaan itu sendiri (lihat 1:7). Dalam undangan kepada kebijaksanaan itu
selalu dikemukakan berkat‑berkat yang akan diperoleh seperti: pengetahuan
tentang Tuhan dan perlindungan, pengertian tentang kebenaran, keadilan serta
kejujuran, perlindungan dan pergaulan orang jahat (2:12‑15) dan terutama
perlindungan dari perempuan jalang (2:16‑19). Menarik bahwa dari sembilan bab
ini terdapat tiga wejangan yang panjang tentang menjauhi perempuan jalang (5:1‑23;
6:20.35; 7:1‑27). Mungkin perempuan jalang adalah lambang kebebalan.
Seruan kebijaksanaan dalam 8:1‑36 merupakan puncak dari prolog.
Kebijaksanaan mengagungkan kemurnian kata‑katanya (ayat 6‑11 dan hadiahnya
terutama kepada para penguasa (ayat 122‑ 16). cinta dan berkatnya (ayat 17‑21)
asalnya sebagai yang pertama dari karya Allah (ayat 22‑26), kehadirannya waktu
penciptaan (ayat 27‑31) dan sebagai penutupnya mengundang manusia untuk datang
kepadanya dan mendengarkan dia (ayat 32‑36).
Berikut ini tema-tema pokok dari Ams 1-9
a. Peringatan untuk melawan
teman-teman yang jahat (1:8-19; 2:12-15; 4:10-19).
Yang dimaksudkan di sini adalah kelompok orang yang dengan kekerasan,
penindasan dan pembunuhan berusaha untuk memperkaya diri.
b. Peringatan melawan
perempuan jalang (2:16-22; 5:1-23; 6:20-35; 7:1-27)
c. Kebijaksanaan ditonjolkan
sebagai sesuatu yang sangat berharga (1:20-33; 8:1-36; 9:1-6).
Beberapa unsur digarisbawahi di sini:
Kebijaksanaan diperoleh dan
dipupuk oleh nasihat dan didikan orang tua dan guru (1:8-9; 4:1-4)
Kebijaksanaan menuntun seseorang
(kaum muda) kepada pengenalan akan Allah (2:1-8)
Kebijaksanaan memelihara dan
menjaga seseorang (kaum muda) melawan segala hal yang mengancam dia (2:10-22; 7:1-5)
Hidup dengan hikmat sama dengan
hidup bertakwa (3:1-35)
2.4.2. Amsal 10 ‑ 31
a. Pengumpulan dan refleksi
1) Kebijaksanaan rakyat yang
biasanya diturunkan secara lisan sejak zaman kerajaan mulai dikumpulkan (lihat
Ams 25: 1). Kumpulan ini meliputi Ams 10 ‑ 31. Yang menjadi pendatang pertama
pengumpulan kebijaksanaan Israel kiranya Salomo.
Untuk apa kebijaksanaan itu dikumpulkan? Mungkin untuk mendidik pejabat‑pejabat
kerajaan supaya mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Ada semacam
"sekolah kebijaksanaan" di istana dalam periode kerajaan dapatlah
diandaikan, karena hal itu terdapat pada bangsa‑bangsa tetangga terutama Mesir.
Antara Israel dan Mesir ada hubungan yang kuat (bdk I Raj 3:1). Juga dapat
disimpulkan dari jumlah besar amsal-amsal tentang penggunaan lidah dan bicara
dengan tepat dalam Ams 10 ‑ 29 (suatu hal yang sangat menentukan
"diplomasi') dan amsal‑amsal mengenai raja yang bijak (Ams 16:10‑14;
20:26).
2)
Tidak semua amsal yang terdapat
dalam 10 ‑ 31 adalah ungkapan kebijaksanaan rakyat. Sebagian besar adalah hasil
refleksi orang bijak atas kebijaksanaan rakyat dan pengalaman hidup, misalnya
Ams 22:22-23
b. Apakah hidup itu?
Bagaimana harus menghayatinya?
1)
Di atas telah dikatakan bahwa tema
pokok kesusasteraan kebijaksanaan ialah mengenai hidup dan seni hidup. Jika
ditanyakan manakah pandangan amsal mengenai hidup? Maka hat itu tidak mudah
dijawab. Hal ini disebabkan oleh karena kesusasteraan amsal terutama yang tua
yakni Ams, 10:1‑22:16 sebagian besar bersifat mencatat dan menyajikan
pengalaman hidup tanpa memberikan penilaian. Hal yang sama tampak pula dalam
kumpulan amsal Salomo yang terdapat dalam Ams 25 ‑ 29. Dalam kedua kumpulan ini
tidak banyak terdapat amsal‑amsal yang berbentuk perintah atau larangan.
Beberapa contoh ungkapan kebijaksanaan:
‑ Yang menunjukkan ketajaman pengamatan Israel (lihat Ams 20 ayat 14;
22:2; 27:20).
- Ketajaman itu tidak jarang menjangkau lebih dalam lagi yakni ke dalam
kenyataan hidup batin manusia (lih Ams 14:10; 14:13; 18:14).
2)
Kesusasteraan amsal juga mencatat
bahwa kenyataan hidup itu tidak senantiasa seperti apa yang tampak di depan
mats kite (lihat Ams 14:12; 16:25; 13:7; 11:24).
Ada lagi kenyataan yang sama ungkapannya tetapi mempunyai arti yang
berbeda‑beda seperti halnya berdiam diri (lihat Ams 17:27‑28; 16:30).
3)
Dalam pengamatannya mengenai
kenyataan hidup ini Israel pada periode kerajaan juga mencatat bahwa hidup ini
mengenal hukum‑hukumnya, baik yang cukup jelas nampak dan diakui umum maupun
yang tersembunyi (Lihat 10:4; 12:11).
Segala perbuatan baik akan diganjar dan segala kejahatan akan dihukum
di dunia ini. Apa yang ditanam manusia itulah yang ditunai. Hukum hidup ini
berulang‑ulang dikatakan dalam Amsal (libel Ams 11:19; 26:27). Namun di dalam
hidup ini ada hukumhukum yang tersembunyi danmanusia harus terbuka danmengakui
keterbasasan kebijaksanaannya (lih Ams 16:9; 16:33; 20:24; 16:2; 21:2; 21:30‑
31).
4) Amsal‑amsal Salomo tidak
hanya menyajikan danmencatat kenyataan hidup ini tetapi juga tidak jarang
menilai danmemberikan nasihat bagaimana menghayati hidup ini. Ada beberapa care
pengungkapan penilaian yang digunakan oleh Amsal, yakni memakai ungkapan
“lebih/lebih baik, kekejian bagi Tuhan danberbahagialah" (libel Ams 17:12:
15:17; 18:5 11:1; 17:15).
Demikianlah secara singkat pandangan amsal‑amsal Salomo tentang hidup
dan seni hidup. Israel tidak memberikan yang menyeluruh danterpadu mengenai
hidup danseni hidup. Hal itu bukanlah tujuan amsal‑amsal ini yang lebih bersifat
"kebijaksanaan pengalaman".
c. Takut akan Tuhan
Banyak tema seperti pendidikan, keluarga, keadilan, kepribadian yang
utuh, menolong orang miskin, kejujuran, kekayaan dan kemiskinan, lidah
kesombongan dan lain‑lain yang disajikan oleh amsal-amsal Salomo. Namun di sini
akan kita lihat tema 'Takut akan Tuhan" yang kerap disinggung oleh amsal‑amsal
(Ams 10:27; 14:27, 15:16.33; 16:6; 19:23 dsb). Pernyataan yang paling indah
mengenai apa artinya takut akan Tuhan ini diungkapkan dalam amsal 14:26‑27.
Israel telah mengenal Allah yang memanggil dan mencintainya, juga
sebagai Allah yang Kudus dan Agung, kehadiran‑Nya menakutkan (Kej 28:17). Dari
sebab itu Israel mempunyai ungkapan "takut akan Tuhan" sebagai
jawaban kepada Tuhan yang memanggilnya.
Israel telah berbicara tentang takut akan Tuhan bukan pertama‑lama
untuk menekankan sikap hamba dan ketakutan yang rendah, tetapi "sikap
hormat dan percaya kepada Tuhan serta taat kepada perintah‑perintah‑Nya".
Takut kepada Tuhan adalah kesalehan hidup yang membawa manusia kepada
ketentraman dan perdamaian batin. Amsal 14:26‑27 dapat diungkapkan sebagai
berikut: Siapa takut akan Tuhan, dia tidak perlu takut, sebaliknya siapa yang
tidak takut akan Tuhan dialah yang
harus takut.
d. Amsal 22:17 ‑ 24:34 dan 30
‑ 31
1)
Dalam amsal‑amsal ini hampir
seluruhnya berbentuk nasihat yang diberikan seorang ayah kepada anak‑anaknya
atau guru kepada muridnya. Yang menarik dalam amsal‑amsal ini ialah semacam
nyanyian rakyat dalam bentuk diri pertama.
2)
Tutur kata Agur (30:1‑33) menonjol
karma doanya yang indah pada 30:1‑9 yang mengingatkan kita akan doa permohonan
"berilah kami rejeki pada hari ini" dalam doa Bapa kami. Di samping
itu dalam amsal‑amsal ini terdapat amsal‑amsal bilangan (lih 30:15‑16. 18‑19.
20‑23.24‑28.29‑31). Amsal bilangan mendekati teka teki dan biasanya digunakan
bilangan menanjak. Dan kumpulan amsal ini ditutup dengan sajak mengenai Istri
teladan dalam Ams 31:10 ‑ 31.
e. Bagaimana membaca Ams 10 ‑
31
Kumpulan amsal‑amsal ini sukar dibaca karena susunan yang tidak
tematis. Di samping itu juga sifat‑sifat amsal itu sendiri yang kerap kali
menuntut refleksi dari pembaca untuk menangkap dan mengerti ungkapannya secara
tepat. Ada yang mempunyai kebiasaan membaca dengan tenang dan meditatip hanya
satu bab sehari. Pembacaan yang tenang dan meditatip kiranya yang paling tepat.
Janganlah membaca amsal‑amsal begitu saja karena itu akan melelahkan dan tidak
ada artinya Kebenaran‑kebenaran yang terkandung secara mendalam cukup hanyak
yang dapat dimengerti melalui penghayatan.
2.5. PENGKOTBAH
1. Kitab yang membingungkan
Dibandingkan dengan Ayub pertanyaan Pengkotbah tentang hidup jauh lebih
radikal. Setelah membaca judulnya (1:1) kita langsung dihadapkan dengan suatu
pernyataan yang bernada pesimis dan skeptis (1:2). Pernyataan mengenai kesia‑siaan
atau sia‑sia akan berulang‑ulang kali jumpai dalam kitab ini. Membaca kitab ini
kita dibawa kepada ketidakpastian. Sebab apa yang dikatakan tentang hidup ini
seperti terungkap dalam amsal justru ditanyakan dan diuji kembali oleh
pengkotbah.
Kitab Pengkotbah yang membingungkan ini juga tidak mudah dibaca karena
susunannya sama sekali tidak teratur. Tidak ada perkembangan pikiran yang
teratur dan logis, sukar menentukan kapan suatu kesatuan mulai dan kapan
berakhir.
Pengkotbah membingungkan juga karena pernyataan-pernyataannya yang
kadang-kadang kelihatan seperti bertentangan. Contoh:
Melihat ketidakpastian dari segala sesuatu juga dalam pemenuhan
keinginan manusia, Pengkotbah berkata: Sesungguhnya, apakah kelebihan orang
berhikmat daripada orang yang bodoh? Apakah kelebihan orang miskin yang tahu
berperilaku di hadapan orang? Lebih baik melihat saja daripada menuruti nafsu.
Ini pun kesia-siaan dan usaha menjaring angin (Pkb 6:8-9). Namun di tempat
lain dia berkata: Siapakah seperti orang berhikmat? Dan siapakah yang
mengetahui keterangan setiap perkara? Hikmat manusia menjadikan wajahnya
bercahaya dan berubah kekerasan wajahnya (Pkb 8:1)
2. Pengarang dan zamannya
Sesuai dengan judul (1:1) maka kitab ini dalam bahasa aslinya (Ibrani)
disebut Qohelet yang berarti seorang yang berbicara atas nama, untuk atau demi
jemaat. Qohelet juga dapat berarti orang yang memegang jabatan untuk
mengumpulkan, mengetuai dan mengajar jemaat.
Dalam tradisi Yunani kitab ini disebut Ecclesiastes artinya pemimpin
jemaat.
Penulis kitab ini memperkenalkan diri sebagai 'Pengkotbah" yang
mau mengajar jemaat. Lebih lanjut dia menyebut dirinya anak Daud, yang dimaksud
jelas Salomo. Namun sekarang tidak ada seorang pun yang mengakui bahwa kitab
ini dikarang Salomo. Nama Salomo dipakai karena dia adalah raja yang bijak dan
pelindung serta pendorong pertama kebijaksanaan.
Semua ahli sependapat bahwa kitab ini berasal dari zaman sesudah
pembuangan, namun kapan persisnya sukar ditentukan. Kebanyakan menduga bahwa
Pengkotbah ditulis dalam abad ketiga.
3. Tema dan persoalan
Pengkotbah
Pertanyaan dasar Pengkotbah kiranya adalah: manakah sesungguhnya
situasi atau kondisi manusia itu? Pengkotbah menyelidiki aneka ragam kenyataan
hidup seperti: kekayaan dan kerinduan akan kesenangan (2:111; 5:9‑16; 6:1‑12),
mencari hikmat dan kebijaksanaan (L12‑18; 7:23‑24; 8:16‑17), pengadilan (3:16‑17),
penindasan (4:1‑3), kerja (4:4‑6; 6:7‑9), sendirian (4:7‑8), kebersamaan (4:9‑16)
korban, doa nazar (4:17‑5:6) kesalehan dan kefasikan (7:15‑18) perempuan sundal
(7:25‑29), masa muda dan hari tua (11:7‑10; 12:1‑8) dan kematian (2:15‑17; 3:18‑22).
Dari pengamatan dan penghayatan aneka ragam kenyataan hidup ini Pengkotbah
melihat bahwa hidup ini sebenarnya berwajah dua, tidak ada yang mutlak pasti.
Maka dari itu orang harus menerima kenyataan hidup ini sebagai yang datang dari
Allah. Dari pengamatan pengkotbah melihat bahwa segala sesuatu ada waktunya.
Hal itu telah diatur oleh Allah dan oleh sebab itu menjadikannya indah.
Alangkah baiknya apabila semua terjadi pada waktunya.
4. Jalan pikiran global
Kalau kita melihat suatu garis besar dari pikiran Pengkotbah, maka
kiranya dapat dirumuskan empat pokok:
·
Usaha pokok: dengan segala cara
Pengkotbah mencari makna kehidupan manusia.
·
Usaha ini gagal karena: 1) Allah
adalah misteri yang tidak dapat dimengerti dan 2) kenyataan adanya kematian.
·
Maka dapat dirumuskan kesimpulan
pokok: tujuan dari segala usaha tak tercapai, maka semuanya sia-sia belaka.
·
Namun demikian ada sesuatu seperti
kesimpulan praktis 1) Menikmati kesenangan terbatas yang muncul dalam hidup
kita; 2) menerima hidup ini sebagai anugerah Tuhan dan 3) bersikap “takut” akan
Allah (takwa).
5. Pesan
Pengkotbah tidak tahu apa‑apa tentang hidup baka setelah manusia mati.
la belum tahu menahu tentang kebangkitan orang mati. Pendirian kitab pengkotbah
mendekati pendirian kitab Ayub. Pengkotbah percaya bahwa Tuhanlah penyelenggara
segala sesuatu, meskipun manusia tidak sampai memahaininya. Rahasia Allah itu
tidak terjangkau bagi manusia.
Pandangan Kristen memang menembus perbatasan dunia ini. Kita percaya
akan hidup kekal dan kebangkitan badan. Tetapi ini hanya kepercayaan kepada
T'uhan. Pengalaman dan pengamatan kita tidak berbeda dengan pengalaman dan
pengamatan pengkotbah. Dalam hati kita pun dapat timbul pertanyaan: Apa
gunanya, apa maksud dan tujuan, makna dan artinya? Sama seperti Pengkotbah kita
pun dalam kegelapan hidup hanya dapat berdiri tegak dan bertahan, jika percaya
kepada Tuhan yang akan memberi hidup abadi dan membangkitkan kita dari
kematian. Kematian itu bagi kita pun nampaknya tetap mengakhiri dan menyia‑nyiakan
segala sesuatu. Seluruh hidup yang bersusah payah nampaknya hanya menjaring
angin dan mengejar kebahagiaan yang tidak kunjung datang, kecuali bagi manusia
yang tetap percaya kepada rahasia Tuhan.
2.6. SIRAKH
1. Pengarang, zaman dan
tujuannya
Kitab ini adalah salah satu dari kitab‑kitab yang masuk ke dalam
kelompok Deuterokanonika di samping kitab kebijaksanaan Salomo dan kitab‑kitab
lainnya. Dengan demikian kitab ini (dan semua kitab yang termasuk dalam
kelompok Deuterokanonika) tidak diakui sebagai kitab Suci oleh saudara‑saudara
kita Protestan.
Berbeda dengan sebagian besar buku‑buku Kitab Suci lainnya, pengarang
kitab ini disebut namanya. Dia adalah Yesus bin Eleazar bin Sirakh (50:27) dan
berasal dari Yerusalem. Tradisi Latin menyebut kitab ini Ecclesiasticus.
Pengarangnya adalah seorang yang banyak bepergian. Perjalanannya itu
barangkali dimungkinkan oleh kedudukannya sebagai seorang ahli kitab. Yesus bin
Sirakh si ahli kitab mencoba menyelidiki Kitab Suci yang dicintainya,
mengadakan banyak perjalanan, mengabdi para pembesar dengan nasihat-nasihatnya,
mengamati dan merenungkan kenyataan hidup yang dilihatnya dan akhirnya selalu
berdoa di tengah kesibukannya.
Kapan kitab ini ditulis dapat ditentukan dengan cukup pasti. Menurut
kata pengantar terjemahan kitab ini dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani
dilakukan di Mesir oleh cucu Yesus bin Sirakh pada tahun ketiga puluh delapan
pemerintahan Euergetes, yang dimaksud adalah Ptolomeus VII (170-117 seb Mas).
Jadi mungkin diterjemahkan kurang lebih tahun 132 seb Mas. Kalau demikian Yesus
bin Sirakh sendiri mungkin berkarya 50 atau 60 tahun sebelumnya, yakni antara
190-180 seb Mas.
Tujuan kitab ini adalah meluap‑luapkan kebijaksanaan (50:27). Yesus bin
Sirakh menulis kitab ini untuk semua orang yang mencari kebijaksanaan, terutama
bagi saudara‑saudaranya seiman (orang‑orang Yahudi) yang waktu itu mendapat
ancaman pengaruh kebudayaan Yunani. Banyak orang Yahudi terutama kaum mudanya
tertarik kepada kebudayaan Yunani. Kebudayaan yunani yang mengagungkan kekuatan
daya pikir manusia dan ingin menghilangkan batas-batas ras dan keagamaan, dia
memasukkan sinkretisme dalam hidup keagamaan. Maka Yesus bin Sirakh mau
menunjukkan kepada mereka bahwa pada Israel, terutama dalam Taurat terdapat
kebijaksanaan yang sejati.
2. Isi dan susunannya
Kitab ini adalah hasil refleksi dan meditasi pengarang atas imannya yang
kemudian disampaikan kepada sekelompok murid. Secara garis besar kitab ini
dapat dibagi atas dua bagian:
Bagian 1: 1‑43 kebijaksanaan
Tuhan, kebijaksanaan Israel, kebijaksanaan hidup.
Bagian 2: 44‑50 pujian para nenek moyang.
Apendiks 51
Sirakh berbentuk amsal, amsal-amsal yang mengungkapkan tema yang sama
seperti terlalu percaya, bicara, persahabatan dan lain-lain (Sir 5:1-8;
5:9-6:4; 6:5-17). Nasihat dalam bentuk perintah atau larangan cukup menonjol
dan kerap diberikan motip.
3. Kebijaksanaan hidup
Bagian pertama kitab ini banyak membicarakan kebijaksanaan hidup, yakni
bagaimana harus bertingkah laku dalam menghadapi aneka kenyataan hidup. Banyak
tema yang sudah diungkapkan dalam amsal terdapat di sini, namun di sini
terdapat tema‑tema baru yang belum disinggung sebelumnya seperti: hidup gandol
pada orang kaya (29:21‑28), kesehatan badan 30:14‑25), etiket di meja makan
(31:12‑32:13), mimpi (34:1‑8) dokter (38:1‑15), pekerja‑pekerja kasar
(38:2434), ahli kitab (38:24. 39:1‑11), rasa malu (41:14-42:8), ayah dan anak
gadisnya yang mulai remaja (42:9‑14). Di samping itu perlu dicatat ajaran kitab
ini mengenai membalas dendam dan mengampuni sesama (28:1‑7). Pandangannya sudah
sangat mendekati doa Bapa Kami.
4. Kebijaksanaan Tuhan,
kebijaksanaan Israel
Yesus bin Sirakh menegaskan bahwa kebijaksanaan yang merupakan
pemberian Tuhan ada pada Allah untuk selama‑lamanya. Tuhan yang bijak tidak
dapat diduga oleh manusia. Kebijaksanaan Allah yang tak terduga itu tampak
dalam ciptaan‑Nya (42:15‑43:33) dan keluar dari mulut Yang Mahatinggi (24:3).
Kebijaksanaan itu bukan saja keluar tetapi berbicara sebagai manusia dan memuji
dirinya (24:1‑22). Kebijaksanaan itu dipersonifikasikan. Kebijaksanaan yang
diciptakan Tuhan melalui sabda‑Nya itu hadir pada waktu penciptaan dan bertahta
di hadirat Tuhan, mencari suatu tempat istirahat yang istimewa di dunia Dia
menemukan tempat itu di Israel. Dan betapa besar berkat yang di bawanya untuk
Israel. Pada Israel terdapat kebijaksanaan yang sejati. Lebih lanjut dia
mengidentifikasikan kebijaksanaan itu dengan Taurat Musa. Di dalam Taurat
terdapat kebijaksanaan Tuhan. Tetapi Taurat yang adalah kebijaksanaan tak akan
dikenyam atau diminum, apabila tidak ada takut akan Tuhan yang merupakan awal,
kepenuhan, puncak akar kebijaksanaan (Sir 1:14.16.18.20)
Akar kebijaksanaan ialah takut akan Tuhan, namun kebijaksanaan yang
terkandung dalam Taurat dan buah‑buahnya yang melimpah tidak mudah diperoleh.
Yang mencari akan mendapat percobaan dan tantangan. Dia harus menvangkal diri,
tekun, setia dan tahu mendengarkan.
Kebijaksanaan Tuhan juga nampak dalam sejarah keselamatan, dalam tokoh‑tokoh
yang agung. Itulah yang dinyanyikan Yesus bin Sirakh dalam puji‑pujian kepada
para nenek Moyang.
44:1‑15 Pengantar
44: 16 ‑ 18 Henokh
dan Nuh
44: 19 ‑ 23 Bapa-bapa
Bangsa (Abraham-Ishak-Yakub)
45: 1 ‑ 5 Musa
45:6‑22 Harun
45: 23 ‑ 26 Penehas
bin Eleazar
46:1‑10 Yosua
bin Kaleb
46:11‑12 Para
Hakim
46: 13 ‑ 20 Samuel
47: 1 ‑ 11 Natan
dan Daud
47: 12 ‑ 25 Salomo,
Rehabeam dan Yerobeam
48:1‑11 Elia
48: 12 ‑ 16 Elisa
48: 17 ‑ 25 Hizkia
dan Yesaya
49: 1 ‑ 7 Yosia
dan Yereinia
49: 8 ‑ 9 Yehezkiel
49: 10 Keduabelas
nabi
49:11‑13 Zerubabel,
Yosua bin Yozadak,Neheinia
49:14 - 16 Henokh,
Yusuf, Sem, Set dan Adam
50:1-21 Simon bin Onias
50:22 - 24 Penutup,
undangan pujian
Kebijaksanaan itu suatu anugerah dan dapat diperoleh dengan doa. Hal ini
belum dikatakan secara jelas oleh kitab ini, namun terkandung dalam lukisannya
mengenai Alkitab. Pengarang meninggalkan kita beberapa doa yang indah (22:27‑23:6;
36:1‑17; 42:15‑43:35).
5. Beberapa tema pokok yang
memerlukan penjelasan.
a. Kebijaksanaan dan Takut
akan Tuhan
Kadang-kadang para ahli berdiskusi, apakah tema pokok dari kitab Sirakh
adalah kebijaksanaan atau takut akan Allah (takwa)? Rupanya yang paling tepat
ialah melihat kebijaksanaan sebagai sikap takwa, sehingga pendapat yang paling
penting dalam Sir ialah: kebijaksanaan yang disamakan dengan Taurat Musa hanya
bisa diperoleh oleh orang yang takut akan Allah dan memelihara
perintah-perintah-Nya (Sir 19:20).
b. Pembalasan
Sirakh tetap mempertahankan ajaran pembalasan di bumi, seakan-akan
tidak pernah dikritik secara tajam oleh kitab Ayub dan Pengkotbah, namun
demikian ada kemajuan dalam Sirakh, antara lain semacam pandangan psikologis
dari hidup manusia. Misalnya ia memberi tempat yang cukup penting kepada
penderitaan sebagai saran permunian, mis Sir 2:1; 2:5.
Kalau dilihat dalam jangka panjang, maka Sirakh menjanjikan kepada
orang yang saleh: hidup panjang (1:12), kesehatan yang baik (1:18), perkawinan
yang bahagia (26:3), kebahagiaan (26:4), sukacita karena anak-anaknya (25:7),
dan nama baik yang tahan lama (37:26) dan sebagainya.
c. Keadilan Sosial
Meskipun Sirakh menjunjung tinggi segala sesuatu yang berhubungan
dengan ibadat, khususnya ibadat di Kenisah, namun kalau ibadat dilakukan oleh
orang yang tidak bermoral, maka tidak berguna sama sekali (Sir 34:18-19). Dengan
amat jelas ditolak segala bentuk ketidakadilan, sedangkan perhatian bagi kaum
lemah dalam masyarakat disamakan dengan ibadat, lihat Sir 34:20-22; 35:1-3.
d. Wanita
Di seluruh Timur Tengah Kuno, termasuk Israel, sastra kebijaksanaan
berasal dari lingkungan yang eksklusif maskulin, baik para guru maupun para
murid semua laki-laki. Oleh karena itu perhatian bagi kaum Hawa dan bagi
kepentingan mereka hampir tidak pernah muncul.
Dan jika muncul selalu dari sudut pandang laki-laki. Kalau seorang
wanita baik, maka yang dipuji ialah suami yang diberi hadiah oleh Tuhan.
Kalau Sirakh cukup kerap menyinggung tema wanita dalam kitabnya dan
biasanya dengan nada negatif, misalnya Sir 3:2-6; 7:19.24-26; 9:1-9; 19:2-4.
Hal ini tidak perlu disebabkan oleh pengalaman-pengalaman pribadi yang negatif
atau suatu sikap anti wanita. Namun demikian ada ayat-ayat yang sangat
menyakiti hati kaum wanita, misalnya Sir 42:14 Kejahatan laki-laki lebih
baik daripada kebajikan perempuan, dan perempuanlah yang mendatangkan malu dan
nista.
2.7. KEBIJAKSANAAN SALOMO
1. Judul, Isi dan susunan
Dalam tradisi Latin (Vulgata) kitab ini berjudul “kitab Kebijaksanaan”,
sedangkan dalam tradisi Yunani (LXX) “Kebijaksanaan Salomo”. Dalam edisi
Indonesia digunakan judul tradisi Yunani.
Kitab Kebijaksanaan Salomo, dapat dibagi ke dalam beberapa bagian:
Bagian I Kebijaksanaan orang
benar dianugerahi kebakaan (1:1‑6:21)
Undangan untuk mencari
kebijaksanaan 1:1‑15
Kefasikan membawa maut 1:16‑2:24
Kemenangan orang benar 3:1‑5:1
Kegelisahan dan penyesalan orang
fasik 5:2‑23
Undangan untuk mencari
kebijaksanaan 6:1‑21
Bagian II Puji‑pujian
kebijaksanaan 6:22 ‑ 11:1
Pengantar 6:22‑25
Kata‑kata Salomo tentang
kebijaksanaan 7:1‑8:21 (Salomo sama dengan orang lain, tetapi berdoa memohon
kebijaksanaan dan Allah adalah sumber kebijaksanaan).
Bagian III Midrasy karya Allah
dalam keluaran 11:2‑19:22
Pengantar 11:2‑4
Alasan 11:5
Refleksi tentang hukuman Tuhan 11:
17‑12:22
Kehinaan pemujaan berhala 13:1‑15:19
Mukjizat 11:15‑16; 12:23‑27; 16:1‑14
Hujan es dan manna di gurun 16:15‑29
Kegelapan dan tiang awan 17:1‑18:4
Kematian anak‑anak sulung Mesir
18:5‑19
Laut Merah 19:1‑21
Penutup 19:22
Jelaslah dari pembagian di alas bahwa kitab ini mempunyai dua tema,
bagian pertama dan kedua bertemakan kebijaksanaan, sedangkan bagian ketiga
adalah Midrasy atas keluaran dan perjalanan di gurun
2. Pengarang, zaman, tempat
dan tujuan
Kitab ini ditulis oleh seorang Yahudi yang saleh, berkebudayaan Yunani
dan diam di Alexandria Mesir antara tahun 100 ‑ 50/30 seb Mas. Kitab ini
aslinya ditulis dalam bahasa Yunani dan ditulis di Mesir, tepatnya di
Alexandria. Meskipun ditulis langsung dalam bahasa Yunani, pengarangnya adalah
seorang Yahudi. Pengarang mengenal Kitab Suci dengan baik dan pasti dalam
terjemahan Yunani (LXX).
Dalam konteks pengaruh kebudayaan Yunani yang begitu besar kitab ini
ditulis untuk menyadarkan orang Yahudi yang mengalami krisis iman akan warisan
imannya. Dia mengundang saudara‑saudara seiman untuk mencari kebijaksanaan (1: 1-15), hanya pada Tuhan
Allah Israel yang adalah sumber kebijaksanaan (9:1-18). Kebijaksanaan merupakan
cermin tak bernoda dari karya Allah (7:26) dan telah berkarya dalam sejarah
Israel dan menyelamatkannya. Israel mempunyai warisan kebijaksanaan yang besar.
3. Kebijaksanaan orang benar
dianugerahi kebakaan 1:1‑6:21
Gagasan pokok dalam bagian ini ialah bahwa hidup orang benar akan
dianugerahi kebakaan sedang kefasikan membawa maut (lihat 1:16: 2:23‑24). Dari
lukisan mengenai pertentangan orang fasik dan benar ini kita dapat membaca
latar belakang kehidupan keagamaan orang Yahudi. Kesengsaraan, kemandulan dan
mati sebelum waktunya dari seorang benar bukanlah suatu kutukan (lib 3:9; 4:1;
4:10).
Mengherankan bahwa baru pada akhir perjanjian lama terungkap rahasia
pembalasan hidup orang benar dan orang fasik. Ayub dan Pengkotbah telah
bergulat dengan persoalan ini, yakni kematian dan hidup sesudah kematian.
Sungguh pun mereka tidak mendapat jawaban mereka tetap percaya kepada Allah.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat menggenggam Allah. Allah
bebas menyatakan diri‑Nya kapan dan kepada siapa Dia kehendaki. Baru kepada
pengarang Kebijaksanaan Salomo (dan kitab Daniel serta Makabe) Allah menyatakan
rahasia cinta kasih‑Nya secara lebih penuh.
4. Puji‑pujian kebijaksanaan
Puji‑pujian kebijaksanaan merupakan inti kitab kebijaksanaan. Di
sinilah pengarang memberitahukan bagaimana kejadian kebijaksanaan serta
rahasianya Pengarang dengan jelas mengidentifikasikan dirinya dengan raja
Salomo.
Salomo adalah raja yang terkenal kebijaksanaannya. Namun dia tidak
dilahirkan bijak. Dia menjadi bijak karena dan permohonannya yang terus menerus
sehingga dia dianugerahi pengertian atau roh kebijaksanaan. Bagi kebijaksanaan
merupakan nilai hidup yang tinggi dan baka sifatnya.
Pengarang juga mempersonifikasikan kebijaksanaan, hanya di sini dia
mempersonifikasikan kebijaksanaan dengan roh, yakni Roh Allah. Kebijaksanaan
itu sifatnya ilahi, maka melihat keilahian kebijaksanaan itu, maka
kebijaksanaan itu akan membaharui segala‑galanya dan menjadikan sahabat Allah.
Kebijaksanaan adalah anugerah Allah, manusia bisa terpesona oleh
kebakaan yang terkandung di dalamnya. Anugerah yang diberikan kebijaksanaan
seperti kesenangan, pengertian dan sebagainya. Namun untuk memperoleh
kebijaksanaan manusia harus memohon dengan rendah hati kepada Tuhan
Dengan kebijaksanaan membuat orang mengetahui kehendak Tuhan, sebab
kebijaksanaan adalah Roh Allah sendiri. Kebijaksanaan menyelamatkan manusia.
5. Midrasy karya Allah dalam
keluaran dan perjajanan di padang gurun
Midrasy adalah suatu bentuk penafsiran Kitab Suci yang umum dipakai
oleh para rabi (guru agama orang Yahudi). Penafsiran itu berbentuk penulisan
kembali Kitab Suci dan dimaksudkan untuk dipakai dalam homili. Tujuannya untuk
membangun iman jemaat dengan menerangkan arti Kitab Suci untuk para
pendengarnya
Midrasy dalam bagian ketiga ini ialah mengenai karya Allah kepada
Israel dalam keluaran dan perjalanan di padang gurun. Pengarang menafsirkan
kembali 10 tulah yang terdapat dalam kitab keluaran.
Dengan meninjau dan mengartikan kembali sejarah itu penulis
memperlihatkan bahwa umat Israel adalah suatu umat berhikmat. Umat itu, bangsa
yang kudus, mengalahkan bangsa‑bangsa lain. Untuk itu umat Yahudi tidak perlu
irihati kepada bangsa lain yang membanggakan kebudayaan dan kebijaksanaannya,
sebab umat Israellah yang berhikmat seperti telah terbukti dalam sejarah.
3.
KITAB-KITAB NYANYIAN
3.1. Nyanyian dalam Perjanjian
Lama
1. Pendahuluan
Bangsa Israel juga mengenal dan mencitai nyanyian. Nyanyian-nyanyian
ini menyertai aneka ragam peristiwa, pengalaman dan penghayatan hidup mulai
dari kelahiran sampai kematian. Karena nyanyian-nyanyian itu menyertai hidup,
maka ada aneka ragam jenis nyanyian. Nyanyian‑nyanyian itu tersebar di seluruh
Perjanjian Lama: ada yang hanya disebut begitu saja dan ada pula yang disertai
teksnya. Namun ada juga buku yang secara khusus hanya memuat nyanyian yakni
Mazmur, Kidung Agung dan Ratapan. .
2. Jenis-jenis nyanyian
a. Nyanyian kerja
Nyanyian kerja adalah bagian dari kerja. Iramanya membangkitkan
semangat kerja dan meringankan jerih payah yang merupakan bagian kerja. Israel
menyanyikan nyanyian ini mungkin waktu membajak ladang (bdk Sir 38:25), waktu
memetik panen, mengirik dan memeras anggur (Hak 9:27). Perjanjian Lama
meninggalkan bagi kita suatu nyanyian kerja yang melukiskan jerih payah dan
kegembiraan orang yang menemukan air di bawah pasir. Bacalah Bil 21: 17‑18.
b. Nyanyian pesta
Kegembiraan yang meluap‑luap dengan nyanyian dan tari‑tarian pasti
menyertai panen. Karena itu suka cita di waktu panen menjadi salah satu lambang
kegembiraan. Perjamuan orang‑orang kaya dan para penguasa selalu diiringi
dengan nyanyian dan musik (Ams 6:5‑6; Sir 32:3‑4). Tentu saja ada cinta pria
dan wanita dan pesta perkawinan selalu ada nyanyian cinta. Kita mempunyai satu
buku tersendiri untuk itu, yakni Kidung Agung.
c. Nyanyian perang dan
kemenangan
Karena Israel kerap berperang dan menghadapi serangan musuh, maka
adanya jenis nyanyian ini dapat dimengerti dengan sendirinya. (lihat Kel 15:20;
Hak 11:34; 1 Sam 18:7). Bagi orang Israel perang itu suci dan disebut pula
perang Tuhan, maka kemenangan tidak bisa dipisahkan dari puji‑pujian kepada
Tuhan. Nyanyian kemenangan yang terkenal ialah nyanyian Musa (Kel 15:1‑18) dan
nyanyian Debora (Hak 5:1‑31).
d. Nyanyian sindiran
Barangkali Yeh 23:15‑18 aslinya adalah nyanyian sindiran terhadap
wanita sundal dan Ams 24:30‑34 nyanyian sindiran terhadap pemalas.
e. Nyanyian ratapan
Nyanyian ini termasuk bagian hakiki dalam kematian. Tugas ratapan
kebanyakan diserahkan kepada perempuan‑perempuan peratap (Yer 9:16‑17) yang
biasanya mengajarkan lagu‑lagu ratapan itu kepada anak‑anaknya perempuan (Yer
9:19‑21).
Kita mempunyai satu buku
khusus tentang nyanyian ini yaitu kitab Ratapan.
f. Nyanyian‑nyanyian di istana
Di istana terdapat penyanyi‑penyanyi (2 Sam 19:35). Mereka adalah
penyanyi‑penyanyi profesional yang barangkali tampil pada pesta-pesta penobatan
raja, perkawinan den sebagainya.
3.2. Mazmur
3.2.1. Nama, tempat dan arti mazmur dalam Kanon.
3.2.1.1. Nama dan tempat
dalam kanon Ibrani
Tradisi Yahudi menyebut kitab Mazmur sefer tehillim, artinya
kitab nyanyian puji-pujian, atau singkatnya tehillim. Dalam bahasa Arab
doa pujian disebut tahlil dan kata ini telah masuk dalam perbendaharaan
bahasa Indonesia. Nama tehillim dengan jelas menunjukkan bahwa kitab
mazmur dipakai sebagai buku nyanyian dan doa dalam ibadat Yahudi.
Sebagai judul buku, istilah nyanyian puji-pujian, secara
harafiah tidak seluruhnya tepat, karena selain pujian, kitab Mazmur memuat
aneka ragam jenis nyanyian dan doa. Namun perlu juga diperhatikan bahwa unsur
pujian tidak jarang terdapat dalam doa permohonan, kepercayaan dan sebagainya.
Dalam doa pun sesungguhnya ada pengakuan keagungan Tuhan, suatu pujian kepada
Tuhan. Mungkin itulah alasan mengapa kitab ini disebut tehillim.
Tradisi Yahudi menggolongkan Mazmur dalam kelompok Ketubim, artinya
kitab-kitab (lain).
3.2.1.2. Nama dan tempat
Mazmur dalam kanon Kristen
Oleh Septuaginta (LXX) kitab mazmur disebut Psalmoi, artinya:
nyanyian-nyanyian yang biasanya diiringi dengan musik, khususnya kecapi. Kata Psalmos
adalah terjemahan dari kata Ibrani mizmor. Kata Indonesia mazmur berasal
dari bahasa Arab, artinya tepat sama dengan kata mizmor. Nama yang
diberikan oleh Septuaginta ini diambilalih oleh Perjanjian Baru (Luk 20:42;
24:44)dan sejak waktu itu menjadi nama yang lazim dipakai oleh orang Kristen.
Dalam tradisi Kristen, Mazmur digolongkan dalam kelompok “kitab-kitab
kebijaksanaan dan nyanyian”. Dalam urutan kelompok, tempatnya sesudah kitab Ayub.
3.2.1.3. Mazmur dan Perjanjian
Baru.
Dari kitab-kitab Perjanjian Lama, Mazmur termasuk yang paling banyak
dikutip oleh pengarang-pengarang Perjanjian Baru, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Ada kurang lebih 360 kutipan Perjanjian Lama, dari padanya 112
diambil dari Mazmur. Kutipan-kutipan yang paling banyak terdapat dalam
surat-surat St. Paulus, surat kepada orang Ibrani, keempat Injil, Kisah dan
Wahyu. Dalam surat-surat St. Paulus, kutipan-kutipan itu diambil untuk lebih
menerangkan berbagai aspek dari hidup Kristen, sedangkan dalam surat kepada
orang Ibrani, keempat Injil, Kisah dan Wahyu untuk lebih menerangkan misteri
Kristus.
3.2.2. Terjadinya Kitab Mazmur
3.2.2.1. Pembagian dalam panca
jilid.
Kitab mazmur tidak dikarang oleh satu orang saja dan proses terjadinya
panjang dan rumit. Kita tidak dapat membicarakan hal itu secara detail. Kita
mulai dengan kenyataan literer yang peling jelas. Hal pertama yang nampak ialah
bahwa kitab ini terbagi atas lima jilid. Jilid itu sebagai berikut:
Jilid I : 1 – 41
Jilid II : 42 – 72
Jilid III : 72 – 89
Jilid IV : 90 – 106
Jilid V : 107 – 150
Apa dasarnya pembagian dalam lima jilid?
- Setiap jilid diakhiri
dengan suatu doksologi yang terdapat dalam 41:14; 72:18-19; 89:53; 106:48 dan
dalam seluruh Mz 150.
- Keempat doksologi yang
pertama awalnya bukanlah dokosologi jilid, tetapi dari masing-masing mazmur
yang bersangkutan. Hal ini nampak misalnya dalam doksologi jilid II, masih
terdapat kata-kata: “Sekianlah doa-doa Daud bin Isai” (72:20). Kata-kata ini
jelas merupakan kesimpulan asli dari suatu kumpulan doa
- Dari hal-hal yang
disebutkan di atas jelaslah bahwa pembagian dalam jilid tidak mempunyai dasar
intern. Pembagian ini mungkin hanya merupakan suatu tiruan Pentateukh. Pembagian
dalam lima jilid ini kemungkinan besar merupakan tahap terakhir dari suatu
proses pembentukan yang panjang dan rumit.
3.2.2.2. Kitab Mazmur terjadi
dari kumpulan-kumpulan yang lebih kecil.
Adanya kumpulan-kumpulan yang lebih kecil ini dapat disimpulkan dari
terdapatnya mazmur-mazmur yang sama, kesatuan pemakaian nama Allah, susunan
mazmur-mazmur yang sejudul dan kesatuan susunan mazmur-mazmur yang sejenis dan
sama temanya.
a. Dalam Mazmur terdapat
beberapa mazmur ganda, yakni 14=53 ; 70=40 ; 108 = 57 :8-12+
60 :7-14. adanya mazmur ganda ini menunjukkan bahwa mereka tidak mungkin
dikumpulkan oleh tangan yang sama dan
termasuk dalam kumpulan yang sama.
b. Mengenai nama yang
dipakai untuk Allah terdapat tiga kelompok besar, yakni 1) 2-41, di mana digunakan
hampir melulu nama TUHAN (aslinya YAHWEH) ; 2) 42-83, di mana digunakan
hampir melulu nama Allah (aslinya ELOHIM) dan 3) 84-150 di mana nama
TUHAN/YAHWEH kembali digunakan.
c. Dalam Mazmur 2-41
(kecuali 2 dan 33 yang memang tidak berjudul), memuat nama Daud sebagai
judulnya. Maka kelompok 3-41 biasanya disebut « kumpulan mazmur Daud yang
pertama ». Mazmur 2 berada di luar kumpulan ini dan merupakan suatu
tambahan kemudian.
d. Kelompok kedua, yakni
42-83 terdiri dari tiga kumpulan, dengan susunan sebagai berikut :
- 42-49 :
kumpulan bani Korah
- 50 ; 73-83 : kumpulan Asaf
- 51-72 (kecuali 66, 67,
71-72) kumpulan mazmur Daud yang kedua.
Dari susunan diatas mengapa Mz 50 dipisahkan dari kumpulan 73-83.
mazmur ini telah dilepaskan dari kumpulannya, mungkin karena isinya yang erat
hubungannya dengan Mz 51
e. Kelompok ketiga, yakni
84-150 terdiri atas lebih banyak kumpulan, yaitu sebagai berikut :
- 84,85 ; 87-89 : kumpulan bani korah
- 86 ;
108-110 ; 138-145 : kumpulan mazmur Daud
- 93 ; 95-99 :
kumpulan mazmur Tuhan Raja
- 104-106 ;
111-118 ; 146-150 : Kumpulan mazmur Haleluya
- 120-134 : Kumpulan mazmur
ziarah.
3.2.2.3. Proses terjadinya dan
kapan selesai pembukuannya.
Ada pertanyaan: kapan dan bagaimana terjadinya masing-masing kumpulan dan
bagaimana terjadi pembukuannya sampai selesai? Hal ini sangat sulit dijawab.
Ada dua hal yang menyulitkan kita yaitu 1) kebanyakan mazmur tidak dapat
ditentukan lagi dengan pasti latar belakang sejarahnya; 2) tidak semua mazmur
yang termasuk dalam satu kumpulan, berasal dari periode yang sama.
Kapan pembukuan mazmur selesai, dapat ditentukan dengan agak pasti.
Yesus bin Eliezer yang mengarang kitab Sirakh, mungkin antara tahun 190-180
sebelum Masehi, telah mengenal pembagian Perjanjian Lama dalam tiga bagian. Dan
mazmur merupakan kelompok pertama yang termasuk dalam Ketubim. Jadi Mazmur
mungkin telah dibukukan sebelum permulaan abad 2 sebelum Masehi.
Siapa yang mengerjakan pembukuan ini? Mungkin oleh kelompok “orang
bijak”. Hal ini dapat disimpulkan adanya sejumlah mazmur kebijaksanaan dalam
kitab ini. Bahkan mereka menempatkan salah satu dari puisi kebijaksanaannya
sebagai pembukaan kitab puji-pujian ini (Mz 1).
3.2.2.4. Tujuan dan arti
pembukuan kitab Mazmur
Mengapa para bijak membukukan kumpulan-kumpulan mazmur ini? Apa latarbelakangnya? Apa tujuannya?
- Mulai
saat itu setiap nyanyian yang dipakai dalam ibadat harus diambil dari buku
Mazmur
- Mazmur-mazmur
itu dikumpulkan untuk menjadi salah satu sumber kebijaksanaan “sekolah
kebijaksanaan”
- Tujuan
lain tentu saja, supaya digunakan dalam ibadat.
3.2.2.5. Penomoran Mazmur
Ada dua tradisi penomoran Mazmur, yang
satu menurut Kitab Suci Ibrani dan yang lain menurut Septuaginta. Dalam Alkitab
terbitan LAI penomoran Mazmur mengikuti penomoran Kitab Suci Ibrani, sedangkan
dalam Ibadat Harian (Brefir) penomoran Mazmur mengikuti Septuaginta dan
penomoran menurut Kitab Suci Ibrani diletakkan dalam kurung. Untuk lebih
jelasnya berikut ini kami sajikan penomoran Mazmur menurut Kitab Suci Ibrani
dan Septuaginta
Ibrani Septuaginta
1 – 8 1
– 8
9 – 10 9 (A dan B)
11 – 113 10 – 112
114 – 115 113 (A dan B)
116 114 – 115
117 – 146 116 – 145
147 146 – 147
148 – 150 148 – 150
3.2.3. Judul-judul Mazmur
3.2.3.1. Pengantar
Istilah-istilah atau
keterangan-keterangan lain yang terdapat pada kepala Mazmur disebut “judul”.
Judu;-judul mazmur dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Istilah-istilah
yang menunjukkan semacam “jenis” mazmur
b. Istilah
atau keterangan yang menunjukkan penggunaan liturgis mazmur
c. Istilah
atau keterangan mengenai penggunaan musik dan lagu
d. Judul
dengan nama orang
3.2.3.2. Istilah-istilah yang menunjukkan semacam
“jenis” mazmur
a. Nyanyian
(aslinya sir): digunakan baik untuk nyanyian rohani maupun profan.
Sebagai judul istilah ini biasanya ditemukan bersama dengan istilah mazmur,
langdung di depan (48; 66; 83; 108), di belakang (67; 68; 87) atau terpisah
oleh keterangan lain (30; 65; 75).
b. Mazmur
(aslinya mizmor) : istilah ini diketemukan 57 kali. Melihat kenyataan
ini, kita dapat berkata bahwa kata mazmur mungkin digunakan terutama untuk
nyanyian rohani.
c. Miktam:
terdapat sebagai judul pada Mz 16; 56 – 60. kata ini ada yang mengartikan
“syair keemasan” ada juga yang mengartikan “doa yang penuh rahasia”.
d. Nyanyian
pengajaran (aslinya maskil): sebagai judul terdapat pada Mz 32; 42; 44;
52-55; 74; 78; 88; 142.
e. Nyanyian
ratapan (aslinya siggayon) terdapat pada mz 7.
f. Puji-pujian
(aslinya tebillim): istilah terdapat pada Mz 145
g. Doa
(aslinya tefilla), istilah ini terdapat pada Mz 17; 86; 90; 102; 142.
h. Nyanyian
Ziarah: terdapat pada Mz 120 – 134.
3.2.3.3. Istilah atau keterangan yang menunjukkan
penggunaan liturgis mazmur
a. Untuk
korban syukur: terdapat pada Mz 100.
b. Untuk
mempersembahkan korban peringatan: terdapat pada Mz 38 dan 70
c. Nyanyian
untuk pentahbisan bait suci: terdapat pada Mz 30
d. Nyanyian
untuk hari sabat: terdapat pada Mz 92
3.2.3.4. Istilah atau keterangan mengenai penggunaan
musik dan lagu
a. Dengan
permainan kecapi: Mz 4; 6; 54; 55; 67 dan 76. dalam mazmur alat musik kecapi
dan gambus kerap dimainkan bersama. Kecapi adalah alat musik yang dapat dibawa
dan dimainkan sambil berjalan.
b. Dengan
permainan suling: Mz 5.
c. Menurut
lagu Gitit: Mz 8; 81; 84
d. Menurut
lagu yang kedelapan : Mz 6 ; 12
e. Menurut
lagu Rusa di kala fajar : Mz 22
f. Menurut
lagu Mut-Laben : Mz 9
g. Menurut
lagu Mahalat : Mz 53 ; 88
h. Menurut
lagu Merpati di tempat ( atau di pohon-pohon tarbantin) yang jauh : Mz 56
i. Menurut
lagu Bunga bakung (Mz 45 ; 69
j. Menurut
lagu Bunga bakung kesaksian : Mz 60 ; 80
k. Menurut
lagu jangan memusnahkan : Mz 57; 58; 59; 75
l. Dengan
lagu Amalot Mz 46
m. Menurut
lagu Yedutun: Mz 62; 77
Keterangan No. C s.d M : Pada
umumnya keterangan tersebut menunjukkan lagu dan cara menyanyikan mazmur-mazmur
yang bersangkutan, yakni menurut lagu-lagu rakyat yang terkenal.
o. Untuk
pemimpin biduan: terdapat sebagai judul pada 55 mazmur.
3.2.3.5. Judul dengan nama orang
Ada 102 mazmur yang dalam judulnya
memuat nama orang, dengan perincian sebagai berikut: 73 menyebut nama Daud, 12
Asaf, 11 bani Korah, 2 Salomo (72 dan 127) dan 1 masing-masing Musa (90), heman
(88), Etam (89) dan Yedutun (39).
Judul nama dari mazmur tidak
menunjukkan bahwa mazmur tersebut tidak selalu berasal dari zaman di mana nama
tersebut disebut. Misalnya pada mazmur 18, disebut Mazmur Daud dan di dalamnya
disebut Bait Suci, pada hal kita tahu bahwa pada zaman daud belum ada Bait
Suci. Jadi mazmur ini pasti
ditulis setelah zaman Daud, lalu mengapa dipakai nama Daud.
Daud terkenal sebagai penyanyi (Am
6 :5 ; Sir 47 :8) ; penyair (2 Sam 1 :17) dan pemain
musik (1 sam 6 :16-23). Di samping itu Daud adalah pendorong dan pencinta
perayaan ibadat (bdk 1 Taw 15-16). Mengingat semua ini tidaklah mengherankan
bahwa sejumlah besar mazmur menyebut
nama Daud dalam judulnya. Daud dilihat sebagai bapak rohani penyair-penyair
mazmur
3.2.3.6. Istilah-istilah dalam tubuh mazmur
Meskipun tidak termasuk judul, ada
dua istilah yang perlu dibicarakan. Istilah itu terdapat dalam tubuh mazmur.
Kedua istilah itu adalah sela (aslinya sela) dan higayon (aslinya higgayon).
Kata “sela” dijumpai dalam 39 mazmur
dan seluruhnya berjumlah 71 kali. Kata
ini menurut para ahli tafsir mempunyai arti sebagai berikut: 1) perhentian
untuk menaikkan nada lagu atau suara; 2) perhentian untuk mengangkat mata dan
mengulang kembali ayat yang bersangkutan; 3) mengulang kembali dari permulaan;
4) tanda aba-aba untuk umat supaya membungkuk dan menyentuh tanah dengan
dahinya sebagai tanda hormat, penyembahan dan ketaatan kepada Tuhan.
Kata “higayon” terdapat hanya dalam
9:17 dan bersamaan dengan sela. Kata higayon mempunyai arti “renungan”. Dalam
Mz 9:17 kata higayon berarti: saat istirahat untuk renungan dan diringi dengan
kecapi.
3.2.3.7. Arti judul dan keterangan lain untuk
pengertian mazmur
Dari uraian di atas kita melihat
bahwa judul-judul yang terdapat pada kepala mazmur bukanlah suatu pengantar
kepada isi mazmur. Antara judul dan mazmur tidak ada hubungan pengertian
tentang isi. Walaupun demikian, judul dan keterangan yang lain yang terdapat
dalam mazmur, memberikan kepada kita suatu pengertian yang lebih dalam tentang
mazmur, yakni: 1) tentang terjadinya; 2) tentang hubungannya dengan liturgi
Israel; 3) tentang bagaimana mazmur-mazmur itu dahulu agaknya dibawakan.
Bagaimanma mazmur-mazmur itu harus
dibawakan? Dari judul-judul itu jelas bahwa mazmur dan musik, mazmur dan
nyanyian, tidak dapat dipisahkan. Sayangnya, mengenai bagaimana mazmur-mazmur
itu dahulu dinyanyikan, tidak dapoat diketahui lagi. Sela dan higayon
menunjukkan bahwa ada unsur istirahat dalam membawakan mazmur atau untuk
meresapkan dan merenungkan ayat-ayat pokok atau untuk bersujud dan menyembah
Tuhan.
3.2.4. Jenis-jenis Mazmur
Setiap mazmur mempunyai bentuknya
sendiri. Namun apabila kita membanding-bandingkan mazmur-mazmur itu satu sama
lain, kita menemukan adanya kelompok, yakni persamaan unsur-unsur antara
sejumlah mazmur yang membedakannya dari kelompok lain. Persamaan unsur-unsur
itu membantuk apa yang disebut jenis. Kita dapat membedakan atau mengelompokkan
jenis-jenis mazmur dalam empat rumpun dan tiga yang daripadanya masing-masing
terdiri atas beberapa jenis.
1) Pujian:
terdiri dari tiga jenis, yakni:
a. Madah
b. Mazmur
Tuhan Raja
c. Nyanyian-nyanyian
Sion
2) Doa:
Terdiri dari tiga jenis, yakni:
a. Permohonan
b. Kepercayaan
c. Ucapan
Syukur
3) Mazmur-mazmur
Raja
4) Pengajaran,
terdiri atas, empat jenis, yakni:
a. Kebijaksanaan
b. Mazmur
sejarah
c. Mazmur
kenabian
d. Liturgi
3.2.4.1. Madah
Mazmur-mazmur yang termasuk madah
ialah: 8; 19; 33; 65; 66:1-12; 100; 103; 104; 111; 113; 114; 117; 135; 136;
145; 146; 147; 148; 149; 150.
Madah mengagungkan Tuhan, Allah
Israel, karena:
a.
Kebesaran dan kemuliaan-Nya dalam
segala sesuatu yang diciptakan-Nya (8; 19:1-17; 104)
b.
Penampakkan-Nya dalam
kekuatan-kekuatan alam yang menakutkan (29)
c.
Keadyasatan karya-karya
keselamatan yang dilakukan-Nya kepada Israel, umat pilihan-Nya (33; 100; 111;
114; 135)
d.
Kasih setia-Nya kepada manusia
yang pada dan hina (113; 146).
Madah dijiwai oleh perasaan yang sangat mendalam akan keagungan Tuhan.
Israel sadar dia berdiri di hadapan
Tuhan yang agung dan dasyat dalam karya-karya-Nya. Dia memuji dan menyembah;
dia bergembira dan bersorak-sorai. Karya-karya Tuhan yang agung ini harus
diwartakan pula kepada semua bangsa. Nada bahasanya penuh semangat, sehingga
hati manusia ikut terangkat pula dalam menaikkannya sebagai doa.
Pada umumnya madah tersusun sebagai berikut:
1.1._
Undangan atau pernyataan maksud
pengarang untuk memuji Tuhan sebagai pembukaan:
undangan itu ditujukan entah kepada hamba-hamba Tuhan (33:1; 133:1), entah
kepada semua bangsa (66:1) kepada diri sendiri (103:1; 104:1) kepada Israel
(149:1) dan bahkan kepada semesta alam dan segala yang bernafas (148). Dalam
undangan itu kerap disebutkan pula bagaimana Tuhan harus dipuji 33:1-3) dan apa
artinya memuji Tuhan (147:1).
1.2._
Motif pujian: ini merupakan unsur pokok. Motif pujian kerap dihubungkan dengan bagian
pembukaan dengan kata “sebab atau karena”(33:4; 100:5: 117:2).
1.3._
Penutup: dapat berupa undangan kembali untuk memuji Tuhan (104:35),
pengharapan supaya Tuhan tetap dipuji (104:32-33), rumus persembahan (19:15),
rumus berkat (29:11), pernyataan kepercayaan dan permohonan (33:20-21).
Latar belakang liturgis dari madah cukup terasa. Dari madah kita dapat
sedikit menggambarkan bagaimana gerangan pesta-pesta liturgi Israel dirayakan.
Yang jelas ialah bahwa perayaan ini senantiasa disertai dengan nyanyian dan
musik. Hanya saja dalam liturgi apakah atau pada kesempatan manakah gerangan
mazmur-mazmur madah dinyanyikan? Kemungkinan kesar madah dinyanyikan terutama
pada hari-hari raya musim yang kemudian dirayakan sebagai peringatan akan
karya-karya besar Tuhan dalam membebaskan Israel dari perbudakan Mesir. Madah
mungkin dinyanyikan juga sesudah kemenangan perang.
3.2.4.2. Mazmur-mazmur Tuhan
Raja
Mazmur-mazmur yang termasuk jenis pujian atau madah TUHAN RAJA ialah
47; 93; 95; 96; 97; 98; 99. Dalam mazmur-mazmur ini Tuhan dipuji sebagai Raja
Israel dan Raja semesta alam. Suatu suasana gembira dan pesta sangat terasa
dalam nyanyian-nyanyian ini. Israel dan bangsa-bangsa, bahkan seluruh alam
diundang untuk bersorak gembira dan bernyanyi di hadapan Tuhan yang bersemayam
di atas tahta. Tuhan Pencipta, Hakim Israel dan Tuhan semua bangsa.
Dalam kesempatan manakah mazmur ini dinyanyikan? Ada beberapa pendapat:
Dinyanyikan pada saat Tuhan
dilantik menjadi Raja yaitu paeda “hari raya pengumpulan hasil” yang sekaligus
merupakan pesta Tahun Baru orang Israel. Tuhan memang selalu menjadi Raja,
tetapi hal itu tidak menghalangi Israel untuk merayakan Tuhan kembali menjadi
Raja pada hari pergantian tahun.
Pendapat lain: mazmur ini
dinyanyikan pada hari raya pondok daun (bdk Za 14:16). Pada hari itu juga harus
dibacakan Hukum Taurat Tuhan. Pada hari raya pondok daun diadakan suatu
perarakan untuk pergi menyembah Tuhan Raja.
Ada juga yang berpendapat bahwa
mazmur-mazmur Tuhan Raja tidak perlu dikaitkan dengan pesta atau haris raya
tertentu. Mazmur Tuhan Raja adalah suatu pernyataan pengharapan akan datangnya
kekuasaan kerajaan Tuhan di masa datang.
3.2.4.3. Nyanyian-Nyanyian Sion
Mazmur-mazmur yang termasuk jenis nyanyian Sion, ialah: 46; 48; 76; 84;
87; 122. Istilah “nyanyian Sion” berasal dari Kitab Suci sendiri (137:3).
Nyanyian-nyanyian Sion mengagungkan Tuhan karena pilihan dan
perlindungan-Nya atas Yerusalem dan kehadiran-Nya yang menyelamatkan kota itu.
Sion adalah kota Allah (46:5) kota Tuhan semesta alam (48:9), kota Raja Besar
(48:3), dan kediaman Yang Mahatinggi (46:5).
Di sanalah ada pondok-Nya. Kehadiran Allah dalam kota ini adalah jaminan
perlindungan dalam kesusahan, bencana alam dan serangan musuh (46, 47). Ke
sanalah semua suku Israel berziarah untuk menyanyikan pujian kepada Tuhan.
Tuhan sendirilah yang membangun kota ini.
Berbeda dengan madah, nyanyian-nyanyian Sion tidak dibuka dengan suatu
undangan untuk memuji Tuhan. Gantinya terdapat pernyataan-pernyataan pujian
kepada Tuhan sebagai yang berdiam di Sion dan perlindungan dari segala
marabahaya.
3.2.4.4. Doa Permohonan
Mazmur-mazmur jenis permohonan
menduduki tempat yang paling besar dari kitab puji-pujian Israel. Jumlahnya
kurang lebih sepertiga dari kitab Mazmur.
Jenis permohonan, kepercayaan dan ucapan syukur di sini dimasukkan
dalam satu rumpun yang disebut doa. Kata “doa” ini digunakan karena artinya
dalam penggunaannya mengandung terutama ketiga unsur ini dengan tekanan pada
“permohonan”. Latar belakang ketiga jenis ini sama, yakni penderitaan manusia.
b. Mazmur-mazmur
permohonan dapat dibedakan atas dua kelompok, yakni permohonan perorangan dan
permohonan jemaat. Yang termasuk permohonan perorangan ialah: mz: 5; 6;
7; 13; 17; 22; 25; 26; 28; 31; 35; 38; 41-42; 51; 54; 55; 56; 59; 61; 63; 64;
69; 71; 86; 88; 102; 109; 120; 130; 140. Yang termasuk permohonan jemaat ialah mazmur: 12; 44; 58; 60; 74; 79; 80; 83;
85; 94; 123; 137.
Perbedaan pokok antara kedua kelompok ini ialah bahwa doa permohonan perorangan menggunakan kata ganti
diri pertama tunggal (‘aku”) dan permohonan jemaat kata ganti diri pertama
jamak (‘kami”=Israel)
c. Doa
permohonan pada umumnya terdiri dari unsur-unsur berikut:
1) Seruan
pembukaan : dapat bnerbentuk pemanggilan nama Tuhan (3 :2) yang
kadang-kadang diulang beberapa kali (5 :2-3 ; 22 :2-3) dan
seruan permohonan supaya Tuhan mendengarkan dan mengabulkan doanya, atau lebih
tepat keluh kesah dan teriaknya (5 :2-3).
2) Pemerian
penderitaan dan permohonan : keluh kelah dan lukisan penderitaan pemazmur
menunjukkan keadaan konkritnya dan latar belakang doa permohonannya.
Dalam doa permohonan perseorangan
penderitaan dan beban yang menimpa itu dapat berupa : kesakitan (38 ;
41), beban dosa (51), ditinggalkan Allah (22), berada jauh dari kehadiran ALLAH
(42-43), kekhawatiran hari tua (71), pencobaan dan godaan untuk melakukan
kejahatan (141), tuduhan palsu (7) difitnah (120), dibenci tanpa alasan (54).
Inti permohonan ialah supaya dibebaskan dari penderitaan yang sekarang dialami.
Permohonan ini selalu dijiwai atau disertai dengan pernyataan kepercayaan yang
mendalam kepada Tuhan sebagai perisai dan pelindung orang yang menderita,
sebagai Allah yang selalu mendengarkan orang yang orang yang papa dan hina,
Allah yang membenci kefasikan, Allah yang penuh kasih setia dan lain-lain
sebagainya.
Penderitaan yang melatarbelakangi doa
permohonan jemaat ada bermacam-macam : penindasan atas rakyat kecil
(44 ; 60), malapetaka serangan musuh Israel (83), penghinaan dari bangsa
lain (123), kehancuran Yerusalem dan bait sucinya (74) dan belum adanya
poerdamaian dan keadilan yang diharapkan dalam periode sesudah pembuangan (85).
3) Penutup :
entah berupa suatu pernyataan kepercayaan (5 :12-13), syukur atau berkat (31 :20), pengakuan bahwa doanya
telah didengarkan (6 : 10) dan terutama pujian atau pernyataan niat
untuk memuji Tuhan yang terdapat pada sejumlah besar mazmur.
d. Di
atas telah dicatat bahwa sejumlah besar mazmur, terutama permohonan ditutup
dengan ucapan syukur atau pujian. Pujian dan syukur dapat lahir dari keyakinan
iman yang mendalam bahwa doa permohonan itu pasti didengarkan oleh Tuhan
Penyelamat. Dalam perjuangan dan pergulatan iman terdapat kepastian dam
kegembiraan iman. Bahwa permohonan kerap tidak dikabulkan seperti apa yang
diminta, hal itu tidak perlu membuat seorang yang beriman berkurang imannya. Di
dalam ketergantungan dan keyakinan iman akan kebebasan Tuhan untuk memberi,
akan lahir pujian dan syukur yang murni.
e. Kapan,
pada kesempatan apa atau di mana doa-doa permohonan ini dinaikkan di hadapan
Tuhan ? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus membedakan doa permohonan
jemaat dan perorangan.
Hubungan antara doa permohonan jemaat
dengan ibadat adalah cukup jelas (bdk 1 Raj 8 :33-40). Pada hari-hari
malapetaka biasanya diumumkan suatu hari puasa (Yer 36 :9 ; Yl
1 :14). Seluruh jemaat berkumpul sekitar bait suci atau tempat ibadat
untuk berdoa sambil meratap. Ibadat pertobatan ini biasanya dirayakan sehari
suntuh. Meratap dan berpuasa adalah tanda-tanda perkabungan dan keterhinaan.
Tujuan segala tanda pertobatan ini ialah untuk meredakan murka Tuhan dan
memohon belas kasih-Nya. Dalam upacara pertobatan ini Israel menantikan sabda
keselamatan dari Allah.
Doa-doa permohonan perorangan menunjukkan
ciri-ciri pengalaman penderitaan dan hidup doa yang mendalam. Doa-doa
permohonan perseorangan lebih merupakan ungkapan kerohanian perorangan di luar
ibadat.
3.2.4.5.
Doa kepercayaan
Sangat dekat hubungannya dengan doa
permohonan ialah doa kepercayaan. Doa kepercayaan dapat dibagi atas dua
kelompok, yakni doa kepercayaan perseorangan : 3 ; 4 ; 11 ;
16 ; 23 ; 27 ; 62 ; 121 ; 131. Doa kepercayaan
jemaat : 115 ; 125 ; 129.
Doa kepercayaan adalah ungkapan ketenangan
hati, kedamaian jiwa, kegembiraan dan kekuatan iman di tengah segala kesukaran,
tantangan dan penderitaan hidup. Penderitaan yang paling banyak disebut dalam doa kepercayaan
perseorangan ialah : penindasan. Motif-motif kepercayaan kepada Tuhan
Penyelamat diungkapkan terutama melalui gambaran seperti: perisai (3:4),
gembalaku (23), warisan dan pialaku (16), gunung batuku dan kota bentengku
(62), penjaga dan nauangnmu (121).
Doa kepercayaan tidak mempunyai pola
jenis. Meskipun demikian kita harus mengakui bahwa kepercayaan merupakan
unsur yang dominan, bahkan di beberapa mazmur satu-satunya unaur (11; 23; 62) .
Doa kepercayaan adalah ungkapan
kesalahen di luar ibadat atau doa orang-orang saleh yang rukun di negeri.
3.2.4.6. Doa ucapan syukur
Ucapan
syukur adalah doa orang atau jemaat yang telah didengarkan permohonannya dan
dibebaskan dari penderitaan. Yang termasuk ucapan syukur perorangan ialah Mz:
30; 32; 40:2-12; 92; 116; 138. Yang termasuk ucapan syukur jemaat ialah: 67;
107:1-32; 118; 124.
Doa ucapan syukur perseorangan pada
umumnya mempunyai unsur-unsur berikut:
Pembukaan:
dapat berupa pernyataan maksud pemazmur untuk bersyukur dan memuji Tuhan
(30:2), pernyataan tentang sikap batinnya (116:1a), pernyataan tentang indahnya
bersyukur kepada Tuhan (92:2-4) dan seruan “berbahagialah” (32:1-2).
Bagian
Inti: pada umumnya dibuka dengan kata “sebab” yang menunjukkan motif ucapan
syukur tersebut (3)2; 92:5). Di dalam motif ucapan syukur tersebut pemazmur
mengakui perbuatan-perbuatan yang dikerjakan Tuhan baginya (30:2-4; 66:19).
Unsur lain yang kerap dijumpai dalam bagian inti ialah pemeriaan penderitaan,
doa permohonannya di dalam penderitaan dan bagaimana Tuhan telah mendengarkannya
(30:7-11; 32:3-5). Unsur lain adalah ajakan untuk memuji Tuhan.
Penutup:
dapat berupa madah pujian kepada Tuhan (30:12-13; 32:11).
Ucapan syukur jemaat tidak mempunyai
pola bentuk.
Dilihat
dari temanya maka doa ucapan syukur perseorangan itu dapat dibedakan atas: doa
ucapan syukur seorang yang dibebaskan dari bahaya maut (30; 40), doa yang
diampuni dosanya (32), doa seorang yang dibebaskan dari fitnahan (66), doa
seorang yang dibebaskan dari peninadasan (92). Sedangkan tema ucapan syukur
jemaat ialah pembebasan dari penindasan dan serbuan musuh (118; 124),
pembebasan dari aneka ragam penderitaan (107) dan akhirnya hasil panen yang
baik (67).
Inti
ucapan syukur ialah pengakuan akan kebaikan serta kasih setia Tuhan dan
ketergantungan manusia daripada-Nya. Gagasan ucapan syukur sangat dekat dengan
pujian dan dalam Kitab Suci kata “bersyukur” bahkan beberapakali diketemukan
sejajar dengan memuji (30:5; 97:12; 100:4). Namun demikian tetap ada perbedaan
antara bersyukur dan memuji. Bersyukur lebih merupakan pengakuan seseorang atas
kebaikan dan kasih setia Tuhan yang telah membebaskan, mendengarkan dan
menyelamatkan dari suatu penderitaan. Sedangkan memuji lebih merupakan
pengagungan jemaat atas kemuliaan dan kebesaran Tuhan dalam karya-karya-Nya
seperti dinyatakan dalam alam dan terutama dalam sejarah keselamatan. Meskipun
ada perbedaan ini, namun keduanya ada hubungan yang sangat erat. Bersyukur
selalu mengandung unsur memuji.
Tempat
menyanyikan doa ucapan syukur ialah bait suci. Yang berkepentingan, setelah
pengabulan doanya, datang ke bait suci disertai oleh kaum kerabatnya dan
sahabat-sahabatnya. Di sana dia menepati nazarnya dengan mempersembahkan korban
syukur (22:26-27; 54:8). Dalam korban syukur dia menceritakan kepada yang hadir
apa yang telah dikerjakan Tuhan baginya (66:16-19) dan mengajak yang hadir
untuk memuji Tuhan bersama dengan dia (30). Doa syukur perorangan tidak
dilakukan secara diam-diam dan dalam batin, tetapi di depan jemaat, di
pelataran rumah Tuhan (116:18-19). Kesetiaan dan keselamatan dari Tuhan
haruslah dibicarakan dan diwartakan kepada jemaat yang besar.
3.2.4.7.
Mazmur-mazmur raja
Termasuk mazmur-mazmur raja ialah Mz
2 ; 18 ; 20 ; 21 ; 45 ; 72 ; 89 ; 101 ;
110 ; 132. Mazmur-mazmur ini tidak mempunyai pola dan ciri-ciri suatu
jenis, karena didinjau dari sudut isinya, latar belakang konkritnya, cukup
berbeda-beda. Mereka
dikelompokkan dalam, satu jenis hanya karena kesatuan temanya, yakni berbicara
tentang raja.
Raja adalah pejabat kerajaan Tuhan.
Dari sebab itu dia dapat memohon kepada Tuhan supaya diberi kekuasaan atas
semua raja dan penguasa di muka bumi (2:8). Tahta kerajaan Daud adalah tahta
Tuhan, Allah yang Mahatinggi. Sebutan umum untuk raja ialah “yang diurapi
Tuhan” atau “orang yang Kuurapi” .
Meskipun mazmur-mazmur raja tidak
mempunyai pola mjenis, namun ada dua unsur yang cukup banyak terdapat, yakni
firman Tuhan kepada raja (2:7-9; 21:9-13; 110:1.3) dan doa untuk raja (20:2-6;
72).
Kapan mazmur-mazmur raja ini
dinyanyikan? Karena jenisnya tidak sama maka mazmur-mazmur ini dinyanyikan
dalam kesempatan yang berbeda-beda pula, yakni pada hari pemahkotaan raja atau
ulang tahun pemahkotaan rtersebut (2; 110), pada ibadah ucapan syukur sesudah
memang perang (18; 21), pada hari perkawinan raja (45).
Karena hubungan raja yang erat
dengan kerajaan Tuhan dan dengan Sion, maka mazmur-mazmur raja ini harus
dilihat dalam hubungan dengan madah “Tuhan raja” dan “nyanyian-nyanyian Sion”.
Sesudah pembuangan Israel sesungguihnya sudah tidak memiliki raja lagi, tetapi
mengapa mereka tetap mengumpulkan mazmur-mazmur raja? Mazmur-mazmur ini tetap
dipertahankan karena mereka memupuk pengharapan Mesianis (bdk 89:20-38).
3.2.4.8.
Mazmur-mazmur kebijaksanaan
Yang termasuk kelompok mazmur ini
ialah : 1 ; 19 :8-15 ; 34 ; 37 ; 49 ;
73 ; 112 ; 119 ; 127 ; 128 ; 133.
Mazmur-mazmur ini bersifat mengajar
atau merenungkan salah satu tema kesayangan kebijaksanaan, seperti arti dan
tempat taurat dalam hidup seorang beriman (1: 19:8-15; 119), penderitaan orang
benar dan kebahagiaan orang fasik (37; 49), berkat bagi bapak keluiarga yang
takut akan Tuhan (112; 127; 128), berkat takut
akan Tuhan (34) dan berkat persaudaraan (133).
Gaya mengajart itu tampak dalam
nasihat yang berbentuk larangan dan perintah (37; 49:17-18), sapaan anak-anak
(34:12), seruan dengarkanlah aku (34:12).
3.2.4.9.
Mazmur-mazmur sejarah
Mz 78 ; 105 ; 106 biasanya
disebut mazmur-mazmur sejarah. Mazmur-mazmur ini menceriterakan kembali sejarah
karya Tuhan kepada Israel mulai dari pemanggilan dan pemilihan para bapak
bangsa (105), pengungsian ke Mesir (105), perbuatan-perbuatan ajaib di tanah
Mesir, perjalanan melalui padang gurun sampai ke penyerahan tanah yang
dijanjikan (78 ; 105 ; 106).
Tujuan tinjauan sejarah ini ialah
untuk mengajar. Hal ini pada Mz
78 dikatakan secara eksplisit (78:1-4). Mz 105 memang berbentuk madah, namun
dengan menceriterakan segala perbuatan ajaib Tuhan dan kesetiaan-Nya kepada
janji-janji yang telah diikat-Nya dengan Abraham bermaksud memanggil Israel
supaya selalu setia kepada Tuhan.
3.2.4.10. Mazmur-mazmur kenabian
Mz 14=53; 50; 52; 75; 81; 82 dapat
disebut mazmur-mazmur kenabian karena gaya dan isinya menyerupai firman
malapetaka kenabian. Mazmur-mazmur ini mengandung kata-kata “kecaman” terhadap
para penindas (14:-13; 53:2-4; 52:3-6), atas ibadat yang keliru (50:7-13),
kesalehan yang palsu (50:16-21) dan kedegilan Israel untuk mendengarkan suara
Tuhan (81:12). Di samping unsur kecaman, unsur lain adalah ancaman hukuman
(14:5-6; 52:7-9) atau suatu seruan dan panggilan untuk mengubah sikap
dan kembali kepada Tuhan (50:14-15; 22).
Mazmur-mazmur kenabian dilihat dari
sudut bentuk, mazmur-mazmur ini dapat merupakan kesaksian unsur-unsur suatu
liturgi, namun dilihat dari sudut isi, yakni terutama kecaman atas ibadat yang
keliru, kesalehan yang palsu dan penindasan kaum yang lemah, mazmur-mazmur ini
merupakan kesaksian dari pengaruh pewartaan kenabian.
3.2.4.11.
Liturgi
Unsur-unsur upacara dan perayaan liturgi
Israel terdapat pada cukup banyak mazmur, namun sukar sekali disimpulkan dari
mazmur-mazmur tersebut bagaimana liturgi Israel dirarayakan atau jalannya
upacara itu sendiri. Hanya ada dua mazmur yakni 15 ; dan 24 yang sedikit
lebih jelas memberikan gambaran bagaimana agaknya liturgi itu dirayakan. Namun
gambaran yang kita peroleh di sinipun hanya mengenai liturgi pembukaan.
Kedua mazmur ini terdiri terutama dari
unsur pertanyaan (15 :1 ; 24 :3. 8a. 10a) dan jawaban (15:2-5; 24:4-6. 8b. 10b).
pertanyaan dan jawaban ini rupanya dilakukan sebelum orang memasuki bait suci.
Persyaratan memasuki bait suci itu rupanya disampaikan oleh seorang imam.
3.2.4.12. Mazmur yang sukar dikelompokkan.
Ada sejumlah mazmur yakni: 9-10; 36;
41; 63; 68; 77; 90; 91; 108; 134; 139 yang sukar dimasukkan dalam salah satu
jenis atau kelompok yang disebut di atas. Hal ini disebabkan karena susunan dan
hubungan unsur-unsurnya tidak jelas (9-10) atau karena tema atau persoalan (36;
41; 63; 68; 77; 90; 91; 139).
3.3. Kidung Agung
1. Judul dan tema
Dalam bahasa aslinya kitab ini berjudul Syir Hasysyirim, artinya
nyanyian yang terindah atau yang paling indah. Untuk itu kata Agung hares
dimengerti dalam judul yang diberikan dalam Alkitab.
Menurut tradisi kitab ini ditulis oleh Salomo. Hal ini rupanya didukung
oleh sebutan nama Salomo dalam nyanyian 3:6-11. Namun “pengarang” di sini
haruslah dilihat dalam arti yang sama seperti halnya Amsal, Pengkotbah dan
Kebijaksanaan yang dipersembahkan kepada Salomo. Dari bahasanya kitab ini
berasal dari jaman sesudah pembungan.
Tema Kidung Agung adalah cinta, yakni cinta Sexual. Nadanya sangat
erotis, tetapi bukan pornografis. Isinya merupakan nyanyian antar dua insan
yang saling merindukan untuk bersatu dalam cinta kasih sexual yang sempurna.
2. Susunan
Susunan kitab ini adalah:
1:2 - 4 Pembukaan
1:5 - 2:7 Nyanyian Cinta I
2:8 - 3:5 Nyanyian Cinta II
3:6 - 5:1 Nyanyian Cinta III
5:2 - 6:3 Nyanyian cinta IV
6:4 - 8:4 Nyanyian Cinta V
8:5 - 7 Klimaks
nyanyian Cinta
8:8 - 14 Beberapa apendiks
Kidung Agung ini dibuka (1:2‑4)
dengan nyanyian kerinduan si jelita kepada sitampan. Kiranya dia dicintai oleh
si tampan itu yang menjadi rebutan gadis‑gadis.
Sitampan tidak hadir.
Nyanyian cinta 1: (1:5‑2:7) dibuka
dengan kata‑kata si jelita, seolah‑olah merendahkan diri (1:5‑6). Dia bertanya
di mana gerangan kekasihnya ada. Dia ingin bertemu dengannya (1:7). Koor wanita
mendukung nyanyian ini dengan menyuruh si jelita untuk mencarinya (1:8).
Menyusul nyanyian sating memuji antar kedua kekasih (1:9‑ 2:2) Bagi yang
mencintai, yang dicintai merupakan yang paling indah. Akhirnya si jelita
menyanyikan kegembiraan pertemuan cinta mereka (2:4‑6).
Nyanyian Cinta II (2:8‑3:5)
seluruhnya merupakan nyanyian si jelita. Dia melukiskan kunjungan kekasihnya
yang datang mengundangnya untuk mengadakan tamasya cinta (2:8‑14). Betapa
kegembiraan cinta diperoleh dalam tamasya itu yang berlangsung hanya sampai
"sebelum angin senja berhembus" (2:15‑17). Tamasya cinta membawa
akibat mimpi data bagi si jelita yang ingin mencari kekasihnya, yang sudah tak
ada lagi di sampingnya (3:1‑ 4).
Nyanyian cinta III (3:6‑5:1) di
buka dengan lukisan kedatangan si tampan Salomo yang diiringi enam puluh
pahlawan Israel (3:6‑11). Kekasih Pria dilihat sebagai raja. Bagian ini
dilakukan oleh puteri‑puteri Yerusalem. Menyusul pujian si tampon yang
melukiskan kecantikan kekasihnya (4:1‑11). Kekasihnya adalah taman tertutup
danmats air termeterai (4:12‑15). Mendengar kata‑kata pujian itu, maka si
jelita melonjak kegembiraannya.
Nyanyian cinta IV (5:2‑6:3) dibuka
dengan lukisan yang indah mengenai kerinduan cinta si jelita yang di tempat
tidurnya melihat seolah-olah kekasihnya datang dan mengundang supaya pintu
segera dibukakan. Namun alangkah kecewanya ketika melihat kenyataan bahwa
kekasihnya tidak ada setelah pintu dibuka, maka dia segera mencarinya (5:2‑7).
Kepada puteri‑puteri Yerusalem memperingatkan apabila menemukan kekasihnya,
mereka diminta mengatakan bahwa "sijelita sakit asmara" (5:8). Puteri‑puteri
Yerusalem bertanya bagaimana mereka dapat mengenal kekasihnya (5:9). Pertanyaan
itu langsung dijawab dengan lukisan ketampanan kekasihnya (5:10‑16). Puteri‑puteri
itu bertanya lagi ke arah mana kiranya kekasihnya pergi (6:1). Si Jelita
menjawab bahwa kekasihnya sebenamya tidak ke mana-mana, dia ada di sampingnya
(6:2‑3).
Nyanyian Cinta V (6:4‑8:4) di buka
dengan lukisan si tampan tentang kecantikan kekasihnya (6:4‑10). Kerinduan itu
didukung oleh yang lain yang mengundang si jelita yang sedang menari supaya
berputar (6:13a). Dengan ini si tampon sekali lagi melukiskan kecantikan
kekasihnya, danlukisan ini cukup erotis (6:13b ‑ 7:5). Segera ia menyatakan
kerinduan untuk menikmati kecantikan itu (7:6‑9a). Kata‑kata ini yang paling
erotis dari seluruh Kidung Agung. Kerinduan itu segera dijawab oleh si jelita
yang mengundang si tampan untuk mengadakan tamasya cinta (7:9b‑ 13).
Klimaks nyanyian cinta ini
tendapat dalam 8:(5)6‑7, di mana sijelita memohon supaya ia dimeteraikan dalam
hati kekasihnya. Cinta harus tetap dan tak terhapuskan.
3. Pesan
Kidung agung menyanyikan cinta
seksual insani, yakni kemurnian, keindahan, keagungan, kegembiraan, kesetiaan
dan kekuatan. Kidung Agung menyanyikan semuanya ini dengan bebas, jujur dan
murni. Dia menyanyikan dalam konteks cinta sejati. Cinta seksual itu tertanam
secara mendalam dalam hati manusia. Pria danwanita saling tertarik oleh
keindahan yang lain. Mereka ingin bersatu secara fisik. Cinta yang sejati
melihat yang dikasihi sebagai yang paling indah dan karenanya mengecualikan
yang lain. Cinta yang sejati tidak main-main dengan banyak kekasih dan mengenal
waktu, tidak dibuat-buat. Cinta yang sejati mengatasi segala rintangan dan
tidak dapat dibayar dengan harta benda apapun.
Kidung Agung juga menjadi bacaan
kesayangan para santo, antara lain: St. Bernardus, St. Yohanes dari Salib.
Melalui ungkapan-ungkapan kerinduan cinta, mencari yang dicintai, keindahan
yang dicintai dan kegembiraan cinta dapat menjadi bahan yang kaya sekali untuk
memupuk cinta kepada Tuhan. Oleh karena itu pada umumnya mereka menafsirkan
Kidung Agung sebagai perumpamaan atau alegori cinta Tuhan dan Israel atau
Kristus dan Gereja-Nya.
3.4. KITAB RATAPAN
1. Tema dan Latar Belakang
Sejarah
Hidup ini tidak melulu nyanyian cinta, apa pula ratapan. Kita Ratapan
menyajikan ratapan penyair bukan atas kematian salah seorang kekasihnya tetapi
atas kemtian Yerusalem dan Yehuda, yakni keruntuhan/kehancurannya pada tahun
586 seb Mas. Latar belakang ini dapat kita lihat dalam 2:11-12; 4 dan 5, dalam
bagian ini kita dapat merasakan bertapa hebatnya penderitaan yang dialami
bangsa Israel pada hari-hari kehancuran itu.
2. Susunannya
Kitab ini terdiri dari lima nyanyian:
Nyanyian pertama (1:1-22),
nyanyian kedua (2:1-22) dan nyanyian keempat (4:1-22) termasuk jenis ratapan
Nyanyian ketiga (3:1-66) di
samping mengandung unsur ratapan juga unsur kebijaksanaan
Nyanyian kelima (5:1-22) adalah
suatu doa permohonan.
Suatu hal yang mencolok dalam kitab Ratapan ialah bahwa setiap
nyanyian, kecuali yang ketiga, terdiri dari 22 ayat. Namun yang ketiga yang
terdiri dari 66 ayat sebenarnya mempunyai angka dasar yang sama, yukni 3 x
22. Angka 22 menunjukkan jumlah abjad
Ibrani.
3. Pesan
Ratapan adalah kitab iman bukan
suatu nyanyian kesedihan dan keputusasaan atas suatu situasi yang tidak dapat
dipulihkan. Berulangkali kita mendengar dalam nyanyian ini bahwa Yerusalem
runtuh karena dosa-dosanya (bdk 1:8a.9a). Keruntuhan ini adalah hukuman Tuhan.
Babel hanyalah alat Tuhan untuk menghukum dosa-dosa bangsa Israel. Oleh karena
itu kitab ini mengajak Israel tidak hanya mengakui dosa-dosanya tetapi juga bertobat
dan kembali kepada Tuhan (lih 3:40-42). Para penyair mengajak kembali kepada
Tuhan karena masih ada harapan. Harapan itu didasarkan pada kasih setia Tuhan
yang mahabesar kepada umat-Nya (3:25.31-33). Hanya saja untuk dapat berbalik
kepada Tuhan membutuhkan rahmat Tuhan (5:19-22)
Bagi umat yang percaya pasti ada
masa depan yang datang dari Tuhan yang tetap setia.
PERTANYAAN LATIHAN:
Manakah tema pokok kitab-kitab kebijaksanaan? Tema-tema manakah yang
hampir tidak terdapat dalam kitab-kitab ini?
Apakah puisi? Bagaiman Kekhasan puisi Ibrani.
Kerjakanlah Ams 15-16 dan tunjukkanlah bentuk-bentuk paralelismenya
Apa bedanya peribahasa dan Amsal?
Pesan yang mau disampaikan oleh kitab Ayub bagi kita sekarang
Apa artinya ungkapan dalam kitab Amsal “Takut akan Tuhan”?
Bagaimana kesan anda tentang kitab Pengkotbah dan apa pesan kitab
tersebut bagi hidup anda sekarang?
Jelaskan latar belakang dan maksud tujuan kitab Sirakh dan
Kebijaksanaan Salomo?
Apa pesan kedua kitab (No. 9) tersebut bagi kita sekarang?
Bagaimana proses terjadinya mazmur ?
Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Mazmur!
Bagaimana mendoakan mazmur?
Apakah mazmur masih berguna bagi kita sekarang, jelaskan jawaban anda?
Apa artinya Kidung Agung?
Apa cinta sejati menurut Kidung Agung?
Apa pesan Kidung Agung bagi kita?
Apa pesan kitab ratapan bagi kita dewasa ini?
Istilah Semit diambil dari nama Sem, putera sulung
Nuh.